Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KEPERAWATAN KELUARGA

Nama : Sonya Lapitacara Sahroni

NIM : 1710711129

Dosen Pembimbing : Ns. Nourmayansa Vidya Anggraini, M. Kep. , Sp. Kep. Kom.

Kunjungan ke : 4 pada Keluarga Tn. D

A. Latar Belakang
Keluarga Tn. D merupakan keluarga inti / Nuclear Family , karena terdiri dari suami,
istri, dan dua anak kandung. Tn. D dan Ny. F mempunyai 2 orang anak. Anak pertama
berusia 6 tahun 4 bulan dan anak kedua berusia 2 tahun 3 bulan. Maka, keluarga Tn. D
berada pada tahapan perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah.
Rentang usia dari 6-12 tahun disebut dengan usia sekolah dasar atau masa sekolah.
Anak mulai masuk ke lingkungan sekolah dimana perkembangan anak akan terdampak
dengan signifikan dan karena adanya hubungan dengan teman dan lingkungan barunya.
Anak usia sekolah mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari masa kanak-
kanak dan mulau menggabungkan diri dengan suatu kelompok sebaya (Suwargini dan
Mubin, 2014)
Anak sekolah merupakan dimana anak pada usia 6-12 tahun yang merupakan sekolah
menjadi pengalaman inti pada anak, periode ketika anak-anak dianggap mulai
bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang tua maupun
orang lain, dan sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan
untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh
keterampilan tertentu (Ashari, E. A., et al dalam Hidayanti dkk, 2020)
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi yang disebabkan
mikroorganisme di struktur saluran nafas atas yang tidak berfungsi untuk pertukaran gas,
termasuk ronga hidung, faring, dan laring, dengan gejala yaitu pilek, faringitis atau
radang tenggorokan, laringitis, dan influenza (Gunawan M. Ricko.dkk.2020)
ISPA juga seringkali dijumpai dengan manifestasi ringan sampai berat, yang
dikelompokan mejadi ISPA bagian bawah. Hal ini berkaitan dengan susunan anatomik
saluran pernafasan manusia yang dibagi menjadi saluran pernapasan bagian atas dan
bawah. ISPA bagian atas ditandai dengan batuk, pilek, demam, faringitis, tonsilitis dan
otitis media. ISPA bagian atas ini dapat mengakibatkan kkematian dalam jumlah kecil,
tetapi dapat menyebabkan kecacatan, misalnya otitis media menyebabkan ketulian.
Sedangkan ISPA bawah antara lain laringitis, laringotrakeitis, bronkiolitis dan
pneumonia (WHO, 2008).
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA antara lain, lingkungan,
BBLR (berat badan lahir rendah), status imunisasi, tingkat pendidikan dan pengetahuan
keluarga, serta malnutrisi (Depkes.RI, 2015). Keluarga Tn. D mengatakan belum

1
mengetahui tentang penyakit ISPA dan bagaimana penanganan ISPA yang diderita An.
A. Sudah lebih dari 2 minggu terakhir An. A mengalami batuk pilek dan mengatakan
hidungnya tersumbat. Keluarga Tn. D tidak membawanya ke Rumah Sakit karena
khawatir akan kondisi pandemic, maka keluarga Tn. D hanya memberikan obat yang
dibeli diapotek saja.

Untuk dapat menanggulangi penyebaran ISPA tentu diperlukan pengetahuan


mengenai faktor-faktor risiko ISPA. Beberapa penelitian sudah banyak dilakukan untuk
mengetahui faktor pemicu maupun pencegah ISPA (Rahayu, 2011). Pengendalian
penyakit ISPA memerlukan upaya promosi kesehatan untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat agar hidup sehat dan mampu mengembangkan kesehatan serta terciptanya
lingkungan yang kondusif. Peran promosi kesehatan tersebut bukan hanya tugas dari
pihak Puskesmas akan tetapi juga dari berbagai pihak termasuk Insitusi Pendidikan
Kesehatan maupun mahasiswa (Wardah, 2019).

ISPA secara khas timbul dengan hidung tersumbat dan terus mengeluarkan sekret
di hidung. Salah satu upaya untuk mengatasi hidung tersumbat dapat dilakukan dengan
pemberian obat secara dihirup. Terapi uap air yang ditambahkan minyak kayu putih lebih
efektif terhadap bersihan jalan napas pada anak usia balita dengan ISPA daripada terapi
uap air (Ni'mah, Wahyu F. 2020)

Oleh karena itu dari latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan
pendidikan kesehatan dan terapi uap dengan minyak kayu putih pada keluarga Tn. D
khusunya pada An. A.

B. Proses Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan
Ketidakefektifa bersihan jalan nafas pada keluarga Tn. D khususnya anak An. A
2. Tujuan umum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pendidikan kesehatan terkait ISPA dan
pemberian terapi inhalasi buatan (terapi uap minyak kayu putih) masalah kesehatan
ISPA pada An. A dapat teratasi
3. Tujuan khusus
a. Keluarga mampu memahami masalah ISPA
b. Keluarga dapat memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan ISPA
c. Keluarga dapat merawa anggota keluarga dengan ISPA
d. Keluarga mampu memodifikasi lingkungan dalam perawatan ISPA
e. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk menangani ISPA
f. Keluarga memahami terapi inhalasi buatan
g. Keluarga mengetahui cara terapi inhalasi buatan dan mampu mempraktekkan
sendiri terapi inhalasi buatan dengan benar
h. An. A mengatakan sesak berkurang dan nafas lancar dan ekspresi wajah segar.

2
C. Implementasi Tindakan Keperawatan
1. Metode
Melakukan pendidikan kesehatan keapda keluarga Tn. D terkait penyakit ISPA.
Materi terdiri dari pengertian ISPA, penyebab ISPA, tanda dan gejala ISPA, dan
penanganan dan pencegahan untuk ISPA melalui media leaflet dan flipchart .Setelah
dilakukan pendidikan kesehatan, dilanjutkan dengan demonstrasi terapi inhalasi
sederhana atau inhalasi uap buatan. Inhalasi sederhana yaitu memberikan obat
dengan cara dihirup dalam bentuk uap ke dalam saluran pernafasan yang dilakukan
dengan bahan dan cara yang sederhana serta dapat dilakukan dalam lingkungan
keluarga.
Langkah – langkah terapi inhalasi buatan :
a. Siapkan alat dan bahan
b. Meletakkan gelas, botol aqua berisi air panas di atas meja klien yang diberi
pengalas
c. Memasukkan obat-obatan aroma terapi (Minyak kayu putih) ke dalam
baskom/gelas dan air panas secukupnya
d. Kepala klien di tutup dengan handuk agar uap dapat terhirup maksimal
e. Anjurkan klien menarik nafas, mata tertutup sambil menghirup uap air panas
tersebut selama dua menit.
f. Jika tidak ada handuk, gunakan kertas yang telah dibentuk seperti corong,
kemudian arahkan corong tersebut hanya pada mulut dan hidung klien saat
menginhalasi uap
g. Lakukan tindakan tersebut sampai 10-15 menit, dua kali sehari
h. Setelah selesai bersihkan alat dan bahan
i. Evaluasi
- Respon verbal : mengatakan tidak sesak dan nafas lancar
- Respon non verbal : klien tidak terlihat kesulitan bernafas, frekuensi
nafas dalam batas normal, ekspresi wajah segar.
2. Media dan alat
a. Flipchart
b. Leaflet
c. Air panas
d. Baskom / gelas
e. Handuk
f. Corong dari kertas
g. Aroma terapi seperti Minyak kayu putih, Aerosol, dan lain-lain

3. Waktu dan tempat


Waktu : Sabtu, 5 Desember 2020 (pukul 10.30 - 11. 00 WIB)
Tempat : Kp. Ciheuleut Rt. 03/ Rw. 02 , Desa Cimulang, Kecamatan
Rancabungur, Kabupaten Bogor, Jawa barat, 16310. Di ruang tamu
rumah Keluarga Tn. D.

3
D. Kriteria Evaluasi
1. Kriteria struktur
a. Interaksi mahasiswa dan keluarga berlangsung sesuai dengan kontrak waktu
yang telah ditentukan pada pertemuan sebelumnya (pertemuan ke-3) dan sesuai
dengan kontrak yang dilakukan diawal kunjungan ke-4 yaitu selama 30 menit
b. Pembuatan Laporan Pendahuluan (LP) sudah dibuat sesuai format yang
ditentukan institusi. LP telah dikonsultasikan kepada dosen pembimbing H-2
sebelum supervisi dilakukan dan sudah disetujui oleh dosen pembimbing.
c. Media yang digunakan saat pendidikan kesehatan berupa flipchart, leaflet
tersedia dengan baik. Kalimat dapat dipahami, tulisan dapat dilihat dengan jelas
kurang lebih 1 meter karena menjaga protocol kesehatan yaitu social distancing.
d. Alat dan bahan untuk terapi inhalasi buatan yaitu handuk. Air panas,
baskom/gelas, dan kertas corong di tersedia dengan baik dan lengkap
e. Mahasiswa dapat bertemu dengan keluarga minimal 2 anggota keluarga .
Keluarga memakai masker selama kegiatan berlangsung.
f. Perawat sudah mempersiapkan diri baik dari segi teknis (pakaian yang digunakan
sesuai yaitu memakai seragam, face shield, dan masker medis/non medis,
membawa handsanitizer) dan non teknis (pemahaman akan materi yang akan
dibawakan).

2. Kriteria proses

a. Selama interaksi tidak ada penyimpangan dari tujuan yang telah ditentukan
b. Keluarga menunjukkan sikap terbuka, bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan oleh mahasiswa
c. Keluarga aktif berdiskusi terkait materi yang dibawakan
d. Keluarga aktif dan bias mengikuti terapi yang diajarkan perawat
e. Keluarga dan perawat mampu menjaga protocol kesehatan Covid-19 selama
kegiatan berlangsung
f. Tidak ada kendala berarti baik teknis ataupun non teknis saat kegiatan berlangsung

3. Kriteria hasil

a. Mahasiswa dan keluarga dapat saling mengenal dan sudah terbina hubungan saling
percaya

4
b. Keluarga mampu memahami penyakit ISPA
c. Keluarga mampu mempraktekkan sendiri cara terapi inhalasi sederhana minyak
kayuputih yang telah diajarkan
d. Dengan kesepakatan bersama dapat menentukan pertemuan selanjutnya.

5
Referensi :

Depkes, R. I. (2015). Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI

Gunawan, M. Ricko. Dkk. 2020. Pendidikan Kesehatan Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA)Di Posyandu Anggrek 7 Gg. Mawar Kemiling Bandar Lampun. Jurnal Kreativitas
Pengabdian Kepada Masyarakat (Pkm) Volume 3, Nomor 1, Hal 74-79.

Hidayanti, Novia Nur and Nurrohmah, Anjar and Prajayanti, Eska Dwi (2020) EDUKASI
MENCUCI TANGAN UNTUK MENCEGAH PENULARAN COVID-19 PADA ANAK
USIA SEKOLAH. Diploma / Sarjana thesis, UNIVERSITAS 'AISYIYAH SURAKARTA.

M. Ihsan. 2013. https://www.scribd.com/document/133747239/SOP-Inhalasi-Sederhana.


Diakses pada 2 Desember 2020 Pukul 13.00 WIB.

Rahayu, Y. S. (2011). Kejadian ISPA Pada Balita Ditinjau Dari Pengetahuan Ibu,
Karakteristik balita, sumber pencemar dalam ruang dan lingkungan fisik rumah di wilayah
kerja puskesmas DTP Cibeber Kabupaten Lebak Propinsi Banten tahun 2011= Incident of
ARI considered from mother knowledge, child under five characteristic, air pollution source
Of Inside Room And Home Physical Environment In Working Area Of Cibeber community
health centers to care at regency Of Lebak Banten Province 2011.

Suwargarini, R., & Mubin, M. F. (2014). Gambaran Psikologis: Konsep Diri Pada Anak Usia
Sekolah Dasar Di Wilayah Banjir Rob Kelurahan Bandarharjo Semarang Utara. Jurnal
Keperawatan Anak, 2(2), 124–132.

Wahyu Farhatun Ni’mah. 2020. Efektifitas Terapi Uap Air Dan Minyak Kayu Putih Terhadap
Bersihan Jalan Napas Pada Anak Usia Balita Pada Penderita Infeksi Saluran Pernapasan
Atas Di Puskesmas Leyangan. Semarang

Wardah, L. A. (2019). Peran Puskesmas Melalui Promosi Kesehatan Dalam Pengendalian


Ispa Di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Baru (Doctoral dissertation, Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara).

World Health Organization. (2008). Penanganan ISPA Pada Anak di Rumah Sakit Kecil
Negara Berkembang: Pedoman Untuk Dokter Dan Petugas Kesehatan Senior.

Anda mungkin juga menyukai