Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

Dosen pengampu :

Ns. Duma Lumban Tobing, M.Kep, Sp.Kep.J

Disusun Oleh :

Endang Setia Asih 1710711121


Nabilah Tiani R. 1710711123
Sonya Lapitacara Sahroni 1710711129
Sarah Nurul Izzah M. 1710711132

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAKARTA

2019

KATA PENGANTAR
1
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepada penulis sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Pasien Isolasi Sosial
ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa II.

Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penulis menyampaiakan rasa hormat dan
ucapan terimakasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan bantuan dan
dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.

Depok, 23 Agustus 2019

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
2
DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
Latar Belakang.........................................................................................................4
Rumusan Masalah....................................................................................................4
Tujuan......................................................................................................................5
BAB II Tinjauan Teori.............................................................................................6

1. Pengertian isolasi sosial…………………………………………………..6


2. Etiologi isolasi sosial ……………………………………………………6
3. Rentang respon isolasi sosial ……………………………………………..8
4. Pengkajian isolasi sosial ………………………………………………….13
5. Pohon masalah isolasi sosial ……………………………………………..18
6. Diagnosa keperawatan isolasi sosial………………………………………18
7. Intervensi keperawatan isolasi sosial dalam individu,
keluarga, dan kelompok/TAK……………………………………………...21
8. Hasil - hasil penelitian askep pada pasien yang
mengalami gangguan isolasi sosial………………………………………..42
BAB III Tinjauan Kasus…………………………………………………………...47

1. Kasus………………………………………………………………………47
2. Rentang Respon……………………………………………………………47
3. Pengkajian…………………………………………………………………47
4. Pohon Masalah…………………………………………………………….48
5. Diagnosa…………………………………………………………………..48
6. Intervensi ………………………………………………………………….50

BAB IV PENUTUP

Simpulan.................................................................................................................54

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................55

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang

3
Isolasi Sosial atau Menarik diri adalah suatu keadaan pasien yangmengalami ketidak
mampuan untuk mengadakan hubungan dengan oranglain atau dengan lingkungan di sekitarnya
secara wajar. Pada pasien dengan perilaku menarik diri sering melakukan kegiatan yang
ditujukan untuk mencapai pemuasan diri, dimana pasien melakukan usaha untuk melindungidiri
sehingga ia jadi pasif dan berkepribadian kaku, pasien menarik diri juga melakukan pembatasan
(isolasi diri), termasuk juga kehidupanemosionalnya, semakin sering pasien menarik diri,
semakin banyak kesulitanyang dialami dalam mengembangkan hubungan sosial dan emosional
denganorang lain (Stuart dan Sundeen, 1998). Dalam membina hubungan sosial,indivudu berada
dalam rentang respon yan adaptif sampai dengan maladaptif.
Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma&normasosial dan
kebudayaan yang berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang dilakukan
individu dalam menyelesaikan masalahyang kurang dapat diterima oleh norma&norma sosial
dan budaya. Respon sosial dan emosional yang maladaptif sering sekali terjadidalam kehidupan
sehari hari, khususnya sering dialami pada pasien menarik diri sehingga melalui pendekatan
proses keperawatan yang komprehensif.
Dari segi kehidupan sosial kultural, interaksi sosial adalah merupakanhal yang utama
dalam kehidupan bermasyarakat, sebagai dampak adanyakerusakan interaksi sosial : menarik diri
akan menjadi suatu masalah besar dalam fenomen kehidupan, yaitu terganggunya komunikasi
yang merupakansuatu elemen penting dalam mengadakan hubungan dengan orang lain atau
lingkungan sekitarnya. (Carpenito, 1997)

Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan isolasi sosial ?
2. Bagaimana etiologi isolasi sosial ?
3. Bagaimana rentang respon isolasi sosial ?
4. Bagaimana pengkajian isolasi sosial ?
5. Bagaimana pohon masalah isolasi sosial ?
6. Apa diagnosa keperawatan isolasi sosial?
7. Apa intervensi keperawatan isolasi sosial dalam individu, keluarga, dan kelompok/TAK?
8. Bagaimana hasil - hasil penelitian askep pada pasien yang mengalami gangguan isolasi
sosial?
4
Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian isolasi sosial
2. Untuk mengetahui etiologi isolasi sosial
3. Untuk mengetahui rentang respon isolasi sosial
4. Untuk mengetahui pengkajian isolasi sosial
5. Untuk mengetahui pohon masalah isolasi sosial
6. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan isolasi sosial
7. Untuk mengetahui intervensi keperawatan isolasi sosial dalam individu, keluarga, dan
kelompok/TAK
8. Untuk mengetahui hasil - hasil penelitian askep pada pasien yang mengalami gangguan
isolasi sosial

BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian Isolasi Sosial
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Isolasi
sosial merupakan keadaan ketika individu atau kelompok memiliki kebutuhan atau hasrat
5
untuk memiliki keterlibatan kontak dengan orang, tetapi tidak mampu membuat kontak
tersebut (Carpenito- Moyet, 2009). Gangguan isolasi sosial dapat terjadi karena individu
merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang
berarti dengan orang lain.
Isolasi sosial adalah suatu pengalaman menyendiri dari seseorang dan perasaan segan
terhadap orang lain (NANDA,2012).

2. Etiologi Isolasi Sosial


Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan faktor presipitasi.
 Faktor predisposisi
Menurut Fitria (2009) faktor predisposisi yang mempengaruhi masalah isolasi sosial yaitu:
a) Faktor tumbuh kembang
Pada setiap tahap tumbuh kembang terdapat tugas tugas
perkembangan yang harus terpenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan
sosial.
Apabila tugas tersebut tidak terpenuhi maka akan menghambat fase
perkembangan sosial yang nantinya dapat menimbulkan suatu masalah.
Tabel 1. Tugas perkembangan berhubungan dengan pertumbuhan interpersonal
(Stuart dan Sundeen, dalam Fitria,2009).

Tahap Tugas
perkembangan

Masa bayi Menetapkan rasa percaya

Masa bermain Mengembangkan otonomi dan awal perilaku


mandiri

Masa prasekolah Melajar menunjukan inisiatif, rasa tanggung


jawab, dan hati nurani

Masa sekolah Belajar berkompetisi, bekerja sama, dan


berkompromi

Masa praremaja Menjalin hubungan intim dengan teman sesama


jenis kelamin

Masa dewasa Menjadi saling bergantung antara orang tua dan


muda teman, mencari pasangan, menikah dan
6
mempunyai anak

Masa tenga baya Belajar menerima hasil kehidupan yang sudah


dilalui

Masa dewasa tua Berduka karena kehilangan dan


mengembangkan
perasaan ketertarikan dengan budaya

b) Faktor komunikasi dalam keluarga

Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung terjadinya


gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang termasuk masalah dalam
berkomunikasi sehingga menimbulkan ketidakjelasan (double bind) yaitu suatu
keadaan dimana seorang anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan
dalam waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang
menghambat untuk hubungan dengan lingkungan diluar keluarga.

c) Faktor sosial budaya

Norma-norma yang salah didalam keluarga atau lingkungan dapat menyebabkan


hubungan sosial, dimana setiap anggota keluarga yang tidak produktif seperti lanjut
usia, berpenyakit kronis dan penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya.

d) Faktor biologis

Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi gangguan
dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat mempengaruhi gangguan hubungan
sosial adalah otak, misalnya pada klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam
hubungan memiliki struktur yang abnormal pada otak seperti atropi otak, serta
perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbic dan daerah kortikal.

 Faktor presipitasi

7
Menurut Herman Ade (2011) terjadinya gangguan hubungan sosial juga dipengaruhi
oleh faktor internal dan eksternal seseorang. Faktor stressor presipitasi dapat
dikelompokan sebagai berikut:
- Faktor eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang
ditimbulkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.
- Faktor internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress yang terjadi akibat kecemasan
atau ansietas yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan
kemampuan individu untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat
tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhi kebutuhan
individu.

3. Rentang respon isolasi sosial

Respon adaptif Respon Maladaptif

8
Gambar . 1 Rentang respon neurobiologis (stuart, 2007).

1) Respon adaptif

- Pikiran logis
Pendapat atau pertimbangan yang dapat diterima akal

- Persepsi akurat
Pandangan dari seseorang tentang suatu peristiwa secara cermat.

- Emosi konsisten dengan pengalaman


Kemantapan perasaan jiwa sesuai dengan peristiwa yang pernah dialami.

- Perilaku sesuai
Kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan dengan individu tersebut
diwujudkan dalam bentuk gerak atau ucapan yang tidak bertentangan dengan
moral.

- Hubungan sosial
Hubungan seseorang dengan orang lain dalam pergaulan ditengah-tengah
masyarakat.

2) Respon transisi

- Distorsi pikiran
Kegagalan dalam mengabstrakan dan mengambil kesimpulan.

- Ilusi
Persepsi atau respon yang salah terhadap stimulus sensori.

- Reaksi emosi berlebihan atau berkurang


Emosi yang diekspresikan dengan sikap yang tidak sesuai.
9
- Perilaku aneh dan tidak biasa
Perilaku aneh yang tidak enak dipandang, membingungkan, kesukaran mengolah
dan tidak kenal orang lain.

- Menarik diri
Perilaku menghindar dari orang lain.

3) Respon maladaptif

- Gangguan pikiran atau delusi


Keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh
orang lain dan bertentangan dengan realita sosial.

- Halusinasi
Persepsi yang salah terhadap rangsangan.

- Sulit berespon emosi


Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk mengalami kesenangan,
kebahagiaan, keakraban dan kedekatan.

- Perilaku kacau
Ketidak selarasan antara perilaku dan gerakan yang ditimbulkan.

- Isolasi sosial
Suatu keadaan kesepian yang dialami seseorang karena orang lain menyatakan sikap
yang negatif dan mengancam.

Pengertian Halusinasi

Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsang dari luar
(Yosep, 2007).

Halusinasi pendengaran adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan


dalam jumlah dan pola dari stimulus yang mendekat (yang diprakarsai secara internal atau
eksternal ) disertai dengan suatu pengurangan, berlebih-lebihan, distorsi, atau kelainan berespon
terhadap setiap stimulus (Townsend, 1998 : 156)

10
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari suara
sederhana sampai suara yang berbicara mengenai klien sehingga klien berespon terhadap suara
atau bunyi tersebut (Stuart, 2007).

Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai halusinasi di atas,
maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui
panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata. Sedangkan
halusinasi pendengaran adalah kondisi dimana pasien mendengar suara, terutama suara-suara
orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk

melakukan sesuatu hal yang kemudian direalisasikan oleh klien dengan tindakan.

Fase – fase halusinasi

Halusinasi yang dialami oleh klien bila berada intensitasnya dan keparahan (Stuart
membagi halusinasi klien mengendalikan dirinya semakin berat fase halusinasinya). Klien
semakin berat mengalami ansietas dan makin dikendalikan halusinasinya lengkap tercantum
dalam tabel 1.

Tabel 1 Fase-fase tingkat Halusinasi (Stuart & sunnden 1998).

Halusinasi Karakteristik Perilaku klien

FASE 1 Klien mengalami perasaan Tersenyum dan tertawa tidak


seperti ansietas, kesepian, rasa sesuai menggerekan bibir
Comforting bersalah dan takut mencoba tanpa suara mengegerkan
untuk befokus pada pikiran mata yang cepat dan respon
Ansietas sebagai menyengkan untuk meredakan verbal yang lambat jika
ansietas
halusinasi

11
menyenangkan individu mengenal bahwa Sedang asik sendiri
pikiran-pikiran dan
meningkat tanda-tanda sarat otonomi
pengalaman sensor berada
dalam kondisi kesadaran

jika ansietas dapat ditangani


psikotik.

FASE II Pengalaman sensasi Ansietas seperti peningkatan denyut


jantung pernafasan dan tekanan darah,
Complementing menjijikan dan rentang perhatian menyempit asik dengan
Ansietas berat penglaman sensori dan kehilangan
menakutkan,klien mulai kemampuan membedakan halusinasi dan
halusinasi lepas kendali dan mungkin
memberatkan mencoba untuk mengambil realita
jaraknya dengan sumber
yang dipersepsikan klien

mungkin
mengalami

pengamalan sensori
dan

menarik diri dari orang lain,


psikotik ringan

FASE III Klien berhenti Kemampuan dikendalikan

Controling menghentikan perlawanan halusinasi akan lebih ditakuti,


terhadap halusinasi dan
kerusakan berhubungan

12
Ansietas berat menyerah pada
dengan orang lain, rentang perhatian hanya
beberapa detik / menit adanya tandatanda
pengalamn sensorsi halusnasinya menjadi fisik ansietas berat berkeringat, tremor,
menjadi berkuasa menarik, klien mengalami tidak mampu memahami peraturan.
pengalaman kesepian jika
sensori halusinasinya

berhenti psikotik

FASE IV Pengalaman sensori Perilaku tremor akibat panik,

Conquering panik menjadi mengancam jika klien potensi kuat suicida / nomicide
mengikuti perintah halusinasi aktifitas
Ansietas panik berakhir dari beberapa jam / hari
jika intervensi terapeutif psikoti merefleksikan halusinasi perilaku
pengalaman sensori berat. isi, seperti
menaklukan
kekerasan, agitas menarik diri

katafonici, tidak mampu

merespon terhadap

pemerintah, yang komplek tidak


mampu berespon lebih

dari satu orang.

4. Pengkajian isolasi sosial


a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi penyebab isolasi social meliputi faktor perkembangan, faktor
biologis , dan faktor sosiokultural. Berikut ini merupakan penjelasan dari faktor
predisposisi:
- Faktor perkembangan
Tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi individu dalam
menjalin hubungan dengan orang lain adalah keluarga. Kurangnya stimulasi
maupun kasih sayang dari ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak
13
aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri . ketidakpercayaan
tersebut dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain maupun
lingkungan di kemudian hari. Jika terdapat hambatan dalam mengembangkan rasa
percaya pada masa ini, maka anak akan mengalami kesulitan untuk berhubungan
dengan orang lain pada masa berikutnya.
Pada masa kanak-kanak, pembatasan aktivitas atau kontrol yang
berlebihan dapat membuat anak frustasi. Pada masa praremaja dan remaja,
hubungan antara individu dengan kelompok atau teman lebih berarti dari pada
hubungannya dengan orang tua. Remaja akan merasa tertekan atau menimbulkan
sikap bergantung ketika remaja tidak dapet mempertahankan keseimbangan
hubungan tersebut. Pada masa dewasa muda, individu meningkatkan
kemandiriannya serta mempertahankan hubungan iterdependen antara teman
sebaya maupun orang tua. Individu siap untuk membentuk suatu kehidupan baru
dengan menikah dan mempunyai pekerjaan.
Pada masa dewasa tengah, individu mulai terpisah dengan anak-anaknya ,
ketergantungan anak-anak terhadap dirinya mulai menurun. Ketika individu bisa
mempertahankan hubungan yang interdependen antara orang tua dengan anak,
kebahagiaan akan diperoleh dengan tetap. Pada masa dewasa akhir, individu akan
mengalami berbagai kehilangan,baik kehilangan keadaan fisik, kehilangan orang
tua, pasangan hidup, teman , maupun pekerjaan atau peran.
- Faktor Biologis
Faktor genetic dapat menunjang terhadap respon social maladaptive.
Genetic merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa . insiden tertinggi
skizofrenia, misalnya, ditemukan pada keluarga dengan riwayat anggota keluarga
yang menderita skizofrenia. Selain itu, kelainan pada struktur otak , seperti atropi,
pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan struktur
limbic, diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
- Faktor social budaya
Isolasi mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor pendukung
terjadinya gangguan berhubungan atau isolasi social. Gangguan ini juga bisa
disebabkan oleh adanya norma-norma yang salah yang dianut oleh saatu
keluarga , seperti anggota keluarga tidak produktif yang diasingkan dari
lingkungan social. Selain itu, norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap
orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarajat yang tidak produktif, seperti
lansia , orang cacat dan berpenyakit kronik juga turut menjadi faktor predisposisi
isolasi social.

b. Faktor Presipitasi
Terdapat beberapa faktor presipitasi yang dapat menyebabkan gangguan
isolasi soaial. Faktor-faktor tersebut, antara lain berasal dari stressor-stressor
berikut ini:
- Stresor sosiokultural
Stresor sosial budaya, misalnya menurunnya stabilitas unit keluarga, berpisah dari
orang yang berarti dalam kehidupannya.
- Stresor psikologik

14
Intesitas ansietas yang ekstrim akibat berpisah dengan orang lain, misalnya dan
memanjang disertai dengan terbatasna kemampuan individu untuk mengatasi
masalah akan menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan pada tipe
psikotik.
- Stresor Intelektual
Kurangnya pemahaman diri dalam ketidakampuan untuk berbagai pikiran
dan perasaan yang mengganggu pengembangan hubungan dengan orang lain.
Klien dengan “kegagalan” adalah orang yang kesepian dan kesulitan dalam
menghadapi hidup. Mereka juga akan cenderung sulit untuk berkomunikasi
dengan orang lain.
Ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan dengan orang lain
akan memicu persepsi yang menyimpang dan berakibat pada gangguan
berhubungan dengan orang lain (Isolasi sosial).

- Stresor fisik
Stresor fisik yang memicu isolasi sosial: menarik diri dapat meliputi penyakit kronik
dan keguguran

c. Tanda dan Gejala Isolasi Sosial

Adapun tanda dan gejala isolasi social yang ditemukan pada klien pada saat wawancara
biasanya berupa beberapa hal dibawah ini :

1) Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain

2) Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain

3) Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain

4) Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu

5) Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan

6) Klien merasa tidak berguna

7) Klien tidak dapat melangsungkan hidup

Tanda dan gejala isolasi social yang didapat melalui observasi , antara lain:

1) Tidak memiliki teman dekat

15
2) Menarik diri

3) Tidak komunikatif

4) Tindakan berulang dan tidak bermakna

5) Asyik dengan fikirannya sendiri

6) Tidak ada kontak mata

7) Tampak sedih, apatis, afek tumpul

Isolasi social merupakan keadaan subjektif. Meskipun demikian , perawat harus


memvalidasi inferensi atau dugaan yang berkonsentrasi pada perasaan kesendirian karena
penyebab beragam dan setiap klien menunjukkan kesendirian mereka dalam cara yang
berbeda. Menurut Carpenito-Moyet (2009) karakteristik isolasi terbagi menjadi 2 , yaitu
karakter utama (mayor) dan karakter tambahan (minor) :

a. Karakter Utama

Karakter yang harus hadir (satu atau lebih karakter)ini meliputi mengekspresikan
perasaan kesendirian atau penolakkan; hasrat untuk melakukan kontak dengan orang
lain ; memberitahukan adanya rasa ketidakaman dalam situasi social; dan
mendeskripsikan kurangnya hubungan bermakna.

b. Karakter Tambahan

- Waktu berjalan lambat

- Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi dan membuat keputusan

- Merasa tidak berguna

Menarik diri

- Sedih, afek tumpul

- Rendahnya kontak mata

16
- Diasyikkan oleh pikiran dan kenangan

- Tampak depresi cemas atau marah

- Gagal untuk berinteraksi dengan orang-orang dekat

d. Sumber Koping

Menurut Yosep (2011) mengungkapkan bahwa sumber koping dibagi menjadi 4 , yaitu
sebagai berikut :

1) Personal Ability meliputi : kemampuan untuk mencari informasi terkait masalah,


kemampuan mengidentifikasi masalah, pertimbangan alternative, kemampuan
mengungkapkan / konfrontasi perasaan marah, tidak semangat untuk menyelesaikan
masalah, kemampuan mempertahankan hubungan interpersonal mempunyai pengetahuan
dalam pemecahan masalah secara asertif , intelegensi kurang dalam menghadapi stressor ,
identitas ego tidak adekuat.

2) Sosial Support meliputi: dukungan dari keluarga dan masyarakat, keterlibatan atau
perkumpulan di masyarakat dan pertentangan nilai budaya.

3) Material Assets meliputi : penghasilan yang layak, tidak ada benda atau baarang yang
biasa dijadikan asset tidak mempunyai tabungan untuk mengantisipasi hidup, tidak
mampu menjangkau pelayanan kesehatan.

4) Positive Beliefe meliputi : distress spiritual, adanya motivasi , penilaian terhadap


pelayanan kesehatan.

e. Mekanisme Koping

Menurut Stuart (2007, hlm. 281) Individu yang mengalami respon sosial
maladaptif menggunakan berbagai mekanisme dalam upaya mengatasi ansietas.

17
Mekanisme tersebut berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik yaitu
sebagai berikut:

1) Proyeksi merupakan Keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi kepada
orang lain karena kesalahan sendiri.

2) Isolasi merupakan perilaku yang menunjukan pengasingan diri dari lingkungan dan orang
lain.

3) Spiliting atau memisah merupakan kegagalan individu dalam menginterpretasikan dirinya


dalam menilai baik buruk.

9. Diagnosa Keperawatan Isolasi Sosial


DATA FOKUS

DATA OBJEKTIF DATA SUBJEKTIF

1. Klien malas mandi 1. Klien tidak mau keluar kamar


2. Gigi klien kotor dan nafasnya bau
3. Tidak ada kontak mata 2. Klien jarang berbicara dengan orang
4. Klien tidak komunikatif lain
5. Klien menarik diri 3. Klien lebih senang sendiri dan
6. Klien tersenyum sendiri melamun
4. Riwayat gangguan jiwa 1 tahun yang
lalu
5. Riwayat anggota keluarga (ayah)
gangguan jiwa

ANALISA DATA
No Analisa data Masalah Keperawatan
1. DO : Isolasi Sosial
1. Klien males mandi
2. Gigi klien kotor dan nafasnya bau
3. Tidak ada kontak mata
4. Klien tidak komunikatif
5. Klien menarik diri
6. Klien tersenyum sendiri
18
DS :
1. Klien tidak mau keluar kamar
2. Klien jarang berbicar dengan orang lain
3. Klien lebih senang sendiri dan melamun
4. Riwayat gangguan jiwa 1 tahun yang lalu
5. Riwayat anggota keluarga (ayah) gangguan
jiwa

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Isolasi sosial: menarik diri

10. Pohon Masalah Isolasi Sosial

Risiko perubahan persepsi


sensori: halusinasi

Isolasi sosial

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

11. Intervensi Keperawatan Isolasi Sosial Dalam Individu, Keluarga, Dan


Kelompok/TAK
A. Tindakan Keperawatan untuk Pasien

 SP I

1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien

2. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain

3. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain

4. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang

19
5. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan
orang

lain dalam kegiatan harian

 SP II

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan


satu orang

3. Membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain


sebagai

salah satu kegiatan harian

 SP III

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Memberikan kesempatan kepada berkenalan dengan dua orang atau lebih

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

B. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga

 SP I

1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien

2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami pasien beserta
proses terjadinya

3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien isolasi sosial

 SP II

1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan isolasi sosial

2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien isolasi sosial

 SP III

1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat


(discharge planning)

2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang


20
C. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS)
1. Pengertian

TAK sosialisasi dilaksanakan dengan membantu klien melakukan sosialisasi dengan individu
yang ada disekitar klien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal (satu
dan satu), kelompok, dan massa. Aktivitas dapat berupa latihan mengorientasikan diri dan regresi
pada klien menarik diri realitas dalam berinteraksi atau sosialisasi dalam kelompok remotivasi
atau kelompok mengingvatkan dengan melakukan latihan berfokus pada mengingat.

2. Tujuan
a. Tujuan umum TAKS, yaitu klien dapat meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok
secara bertahap.
b. Tujuan khusus, diantaranya :
 Klien mampu memperkenalkan diri
 Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok
 Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok
 Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik pembicaraan
 Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada orang lain
 Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok
 Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAKS yang
telah dilakukan.

3. Aktivitas dan Indikasi


Aktivitas TAKS dilaksanakan dalam 7 sesi yang bertujuan untuk melatih kemampuan
sosialisasi klien. Klien yang diindikasikan mendapat TAKS adalah klien yang mengalami
gangguan hubungan sosial berikut :
- Klien yang mengalami isolasi sosial yang telah mulai melakukan interaksi
interpersonal
- Klien yang mengalami kerusakan komunikasi verbal yang telah berespons sesuai
dengan stimulus

4. Sesi TAKS
a. Sesi 1 : TAKS

a) Tujuan
Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap,
nama panggilan, asal, dan hobi
b) Setting

21
Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkungan dan ruangan nyaman dan
tenang
c) Alat
1) Tape recorder/CD player
2) Kaset/CD lagu : “Marilah Kemari” (Titiek Puspa). Jika tidak ada lagu jenis ini,
dapat diganti dengan lagu sejenis yang berirama riang.
3) Bola tenis
4) Buku catatan dan pulpen
5) Jadwal kegiatan harian klien

d) Metode
1) Dinamika kelompok
2) Diskusi dan tanya jawab
3) Bermain peran/stimulasi

e) Langkah Kegiatan
1. Persiapan
- Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu : isolasi sosial
- Membuat kontrak dengan klien
- Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi
- Memberi salamterapeutik : salam dari terapis
- Evaluasi/validasi : menanyakan perasaan klien saat ini
- Kontrak :
1). Menjelaskan tujuan kegiatan kegiatan, yaitu memperkenalkan diri
2). Menjelskan aturan main berikut :
a. Klien yang akan meninggalkan kelompom harus meminta izin kepada
terapis
b. Lama kegiatan 45 menit
c. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

3. Tahap kerja
a. Jelaskan kegiatan, yaitu kaset/CD pada tape recorder/CD player akan
dihidupkan serta bola diedarkan berlawanan dengan arah jarum jam (yaitu
kearah kanan yang sedang memegang bola) dan pada saat music dihentikn
maka anggota kelompok yang memegang bola memperkenalkan dirinya.
b. Hidupkan kembali music dan edarkan bola tenis berlawanan dengan arah
jarum jam

22
c. Pada saat music dihentikan, anggota kelompok yang memegang bola
mendapat giliran untuk menyebutkan : salam, nama lengkap, nama
panggilan, hobi, da nasal, dimulai oleh terapis sebagai contoh.
d. Tulis nama panggilan pada kertas/papan nama dan temple/pakai
e. Ulangi b,c, dan d sampai semua anggota kelompok mendapat giliran
f. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi
tepuk tangan

4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
- Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
- Memberi pujian atas keberhasilan kelompok

b. RTL
- Menganjurkan tiap anggota kelompok melatih memperkenalkan diri
kepada orang lain di kehidupan sehari-hari
- Memasukkan kegiatan memperkenalkan diri pada jadwal harian klien

c. Kontrak yang akan datang


- Menyepakati kegiatan berikut, yaitu berkenalan dengan anggota kelompok
- Menyepakati waktu dan tempat

5. Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAKS berlangsung, khususnya pada saat
tahap kerja untuk menilai kemampuan klien melakukan TAKS. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAKS. Untuk
TAKS sesi 1, dievaluasi kemampuan klien memperkenalkan diri secara verbal
(menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi) dan nonverbal
(kontak mata, duduk tegak, menggunakan Bahasa tubuh yang sesuai,
mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.

Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika mengikuti TAKS
pada catatan proses keperawatan tiap klien. Pada TAKS sesi1 klien mampu
memperkenalkan diri secara verbal dan nonverbal, dianjurkan klien
memperkenalkan diri pada klien lain diruang rawat (buat jadwal)

b. Sesi 2 : TAKS
23
 Tujuan
- Klien mampu memperkenalkan identitas diri sendiri : nama lengkap, nama
panggilan, asal, hobi
- Menanyakan identitas diri anggota kelompok lain : nama lengkap, nama
panggilan, asal, dan hobi
 Setting
Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkungan dan ruangan nyaman dan
tenang
 Alat
1) Tape recorder/CD player
2) Kaset/CD lagu : “Marilah Kemari” (Titiek Puspa). Jika tidak ada lagu
jenis ini, dapat diganti dengan lagu sejenis yang berirama riang.
3) Bola tenis
4) Buku catatan dan pulpen
5) Jadwal kegiatan harian klien

 Metode
1) Dinamika kelompok
2) Diskusi dan tanya jawab
3) Bermain peran/stimulasi

 Langkah Kegiatan
1) Persiapan
- Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok (seperti yang sudah
disepakati pada terminasi sesi 1 TASK)
- Membuat kontrak dengan klien
- Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2) Orientasi
- Memberi salamterapeutik : salam dari terapis
- Evaluasi/validasi : menanyakan perasaan klien saat ini
- Kontrak :
1). Menjelaskan tujuan kegiatan kegiatan, yaitu memperkenalkan diri
2). Menjelskan aturan main berikut :
d. Klien yang akan meninggalkan kelompom harus meminta izin kepada
terapis
e. Lama kegiatan 45 menit
f. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

3) Tahap kerja
24
 Hidupkan kaset/CD pada tape recorder/CD player akan dihidupkan serta
bola diedarkan berlawanan dengan arah jarum jam (yaitu kearah kanan
yang sedang memegang bola) dan pada saat music dihentikan maka
anggota kelompok yang memegang bola memperkenalkan dirinya.
 Pada saat music dihentikan, anggota kelompok yang memegang bola
mendapat giliran untuk berkenalan dengan anggota kelompok yang ada
disebelah kanan dengan cara :
- Memberi salam
- Menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal, hobi
- Menanyakan nama lengkap, nama panggilan, hobi, asal lawan bicara
- Dimulai oleh terapis sebagai contoh
 Ulangi a dan sampai semua anggota kelompok mendapat giliran
 Hidupkan music dan minta klien mengedarkan bola. Pada saat music
dihentikan, minta pada anggota kelompok yang memegang bola untuk
memperkenalkan anggota kelompok yang ada disebelah kanannya kepada
kelompok, yaitu : nama lengkap, nama panggilan, asal , dan hobi. Dimulai
terapis sebagai contoh. Dan ulangi sampai semua anggota mendapat
giliran
 Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi
tepuk tangan

4) Tahap Terminasi
 Evaluasi
- Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
- Memberi pujian atas keberhasilan kelompok

 RTL
- Menganjurkan tiap anggota kelompok latihan berkenalan
- Memasukkan kegiatan memperkenalkan diri pada jadwal harian klien

 Kontrak yang akan datang


- Menyepakati kegiatan berikut, yaitu dengan bercakap-cakap tentang
kehidupan pribadi
- Menyepakati waktu dan tempat

5) Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAKS berlangsung, khususnya pada saat
tahap kerja untuk menilai kemampuan klien melakukan TAKS. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAKS. Untuk
25
TAKS sesi 2, dievaluasi kemampuan klien dalam berkenalan secara verbal
(menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal, hobi, menanyakan nama
lengkap, menanyakan nama panggilan, menanyakan hobi, menanyakan asal)
dan secara nonverbal (kontak mata, duduk tegang, menggunakan bahasa tubuh
yang sesuai, mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir)
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika mengikuti TAKS
pada catatan proses keperawatan tiap klien. Pada TAKS sesi1 klien mampu
berkenalan secara verbal dan nonverbal, anjurkan klien berkenalan dengan
klien lain, dan buat jadwal.

c. Sesi 3 : TAKS
 Tujuan
- Menanyakan kehidupan pribadi kepada satu orang anggota kelompok
- Menjawab tentang kehidupan pribadi (Kehidupan pribadi yang dimaksud
adalah hal-hal yang menyangkut kehidupan klien sebagai pribadi,
misalnya cerita tentang keluarga, pekerjaan/sekolah, atau profesi.
Sebaiknya, terapis menentukan topik kehidupan pribadi yang akan
diceritakan kepada anggota kelompok lain.
 Setting
Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkungan dan ruangan nyaman dan
tenang
 Alat
- Tape recorder/CD player
- Kaset/CD lagu : “Marilah Kemari” (Titiek Puspa). Jika tidak ada lagu
jenis ini, dapat diganti dengan lagu sejenis yang berirama riang.
- Bola tenis
- Buku catatan dan pulpen
- Jadwal kegiatan harian klien

 Metode
- Dinamika kelompok
- Diskusi dan tanya jawab
- Bermain peran/stimulasi

 Langkah Kegiatan

1). Persiapan

26
- Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok (seperti yang sudah
disepakati pada terminasi sesi 2 TASK)
- Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2). Orientasi

- Memberi salam terapeutik, peserta dan terapis dapat memakai papan nama
- Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini dan menanyakan apakah klien telah
mencoba berkenalan dengan orang lain
- Kontrak :
Menjelaskan tujuan kegiatan kegiatan, yaitu bertanya dan menjawab
tentang kehidupan pribadi
Menjelskan aturan main berikut :
 Klien yang akan meninggalkan kelompom harus meminta izin
kepada terapis
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

3). Tahap kerja

a. Hidupkan kaset/CD pada tape recorder/CD player akan dihidupkan serta bola diedarkan
berlawanan dengan arah jarum jam (yaitu kearah kanan yang sedang memegang bola)
b. Pada saat music dihentikan, anggota kelompok yang memegang bola mendapat giliran
untuk bertanya tentang kehidupan pribadi anggota kelompok yang ada disebelah kanan
dengan cara :
- Memberi salam
- Memanggil panggilan
- Menanyakan kehidupan pribadi : keluarga, sekolah atau pekerjaan
- Dimulai oleh terapis sebagai contoh
c. Ulangi a dan b sampai semua anggota kelompok mendapat giliran
d. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk tangan

4). Tahap Terminasi

 Evaluasi
- Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
- Memberi pujian atas keberhasilan kelompok

27
 RTL
- Menganjurkan tiap anggota kelompok bercakap-cakap tentang kehidupan
pribadi dengan orang lain pada kehidupan sehari-hari
- Memasukkan kegiatan bercakap-cakap pada jadwal harian klien

 Kontrak yang akan datang


- Menyepakati kegiatan berikut, yaitu menyampaikan dan membicarakan
topik pembicaraan tertentu
- Menyepakati waktu dan tempat

5). Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAKS berlangsung, khususnya pada saat
tahap kerja untuk menilai kemampuan klien melakukan TAKS. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAKS. Untuk
TAKS sesi 3, dievaluasi kemampuan verbal bertanya (mengajukan pertanyaan
yang jelas, mengajukan pertanyaan yang ringkas, mengajukan pertanyaan
yang relevan
Mengajukan pertanyaan dengan spontan), secara verbal menjawab
(menjawab secara jelas, menjawab secara ringkas, menjawab secara relevan,
menjawab secara spontan) dan nonverbal (kontak mata, duduk tegang,
menggunakan bahasa tubuh yang sesuai, mengikuti kegiatan dari awal sampai
akhir)
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika mengikuti TAKS
pada catatan proses keperawatan tiap klien. Pada TAKS sesi 3 klien mampu
bercakap-cakap secara verbal dan nonverbal, anjurkan klien berkenalan
dengan klien lain, dan buat jadwal.

d. Sesi 4 : TAKS
 Tujuan

Klien mampu menyampaikan topik pembicaraan tertentu dengan anggota kelompok :

- Menyampaikan topik yang ingin dibicarakan


- Memilih topik yang ingin dibicarakan
- Memberi pendapat tentang topik yang dipilih
 Setting

28
Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkungan dan ruangan nyaman dan
tenang
 Alat
- Tape recorder/CD player
- Kaset/CD lagu : “Marilah Kemari” (Titiek Puspa). Jika tidak ada lagu
jenis ini, dapat diganti dengan lagu sejenis yang berirama riang.
- Bola tenis
- Buku catatan dan pulpen
- Jadwal kegiatan harian klien
- Flipchart/whiteboard dan spidol

 Metode
- Dinamika kelompok
- Diskusi dan tanya jawab
- Bermain peran/stimulasi

 Langkah Kegiatan

1). Persiapan

- Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok (seperti yang sudah


disepakati pada terminasi sesi 3 TASK)
- Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2). Orientasi

- Terapis memberikan salam terapeutik, peserta dan terapis dapat memakai


papan nama
- Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini dan menanyakan apakah klien telah
berlatih bercakap-cakap dengan orang lain.
- Kontrak :
Menjelaskan tujuan kegiatan kegiatan, yaitu menyampaikan, memilih, dan
memberi pendapat tentang topik percakapan
Menjelaskan aturan main berikut :
 Klien yang akan meninggalkan kelompom harus meminta izin
kepada terapis
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

29
3). Tahap kerja

a. Hidupkan kaset/CD pada tape recorder/CD player akan dihidupkan serta bola
diedarkan berlawanan dengan arah jarum jam (yaitu kearah kanan yang sedang
memegang bola)
b. Pada saat music dihentikan, anggota kelompok yang memegang bola mendapat
giliran untuk menyampaikan satu topik yang ingin dibicarakan. Dimulai oleh terapis
sebagai contoh. (Terapis dapat mestimulasi anggota kelompok tentang topik yang
dipilih terkait dengan masalah interaksi dengan orang lain, misalnya : cara mencari
teman, cara berbicara yang baik, cara menanggapi pembicaraan orang lain, cara
menyampaikan ketidaksetujuan, cara memikat yang baik, dan sebagainya)
c. Tuliskan pada flipchart/whiteboard , topik yang disampaikan secara berurutan
d. Ulangi a,b,c sampai semua anggota kelompok menyampaikan topik yang ingin
dibicarakan
e. Hidupkan lagi music dan edarkan bola tenis. Pada saat dimatikan, anggota yang
memegang bola memilih topik yang disukai untuk dibicarakan dari daftar yang ada
f. Ulangi e sampai semua anggota kelompok memilih topik
g. Terapis membantu menentukan topik yang paling banyak dipilih
h. Hidupkan lagi music dan edarkan bola tenis. Pada saat dimatikan anggota yang
memegang bola menyampaikan pendapat tentang topik yang dipilih
i. Ulangi h sampai semua anggota menyampaikan pendapat
j. Buat rangkuman pendapat dari anggota
k. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk tangan

4). Tahap Terminasi

 Evaluasi
- Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
- Memberi pujian atas keberhasilan kelompok

 RTL
- Menganjurkan tiap anggota kelompok bercakap-cakap tentang topik
tertentu dengan orang lain pada kehidupan sehari-hari
- Memasukkan kegiatan bercakap-cakap pada jadwal harian klien

 Kontrak yang akan datang


- Menyepakati kegiatan berikut, yaitu menyampaikan dan membicarakan
masalah pribadi
- Menyepakati waktu dan tempat

30
5). Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAKS berlangsung, khususnya pada saat
tahap kerja untuk menilai kemampuan klien melakukan TAKS. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAKS. Untuk
TAKS sesi 4, dievaluasi kemampuan verbal : menyampaikan topik
(menyampaikan topik secara jelas, ringkas, relevan dan spontan), kemampuan
secara verbal : memilih topik (memilih topik secara jelas, ringkas, relevan dan
spontan), kemampuan verbal : memberi pendapat (memberi pendapat secara
jelas, ringkas, releva dan spontan) dan nonverbal (kontak mata, duduk tegang,
menggunakan bahasa tubuh yang sesuai, mengikuti kegiatan dari awal sampai
akhir)
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika mengikuti TAKS
pada catatan proses keperawatan tiap klien. Pada TAKS sesi 4 klien mampu
bercakap-cakap secara verbal dan nonverbal, anjurkan klien berkenalan
dengan klien lain, dan buat jadwal.

e. Sesi 5 : TAKS
 Tujuan

Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi dengan orang lain :

- Menyampaikan masalah pribadi


- Memilih satu masalah untuk dibicarakan
- Memberi pendapat tentang masalah pribadi yang dipilih
 Setting
Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkungan dan ruangan nyaman dan
tenang
 Alat
- Tape recorder/CD player
- Kaset/CD lagu : “Marilah Kemari” (Titiek Puspa). Jika tidak ada lagu
jenis ini, dapat diganti dengan lagu sejenis yang berirama riang.
- Bola tenis
- Buku catatan dan pulpen
- Jadwal kegiatan harian klien
- Flipchart/whiteboard dan spidol

 Metode
31
- Dinamika kelompok
- Diskusi dan tanya jawab
- Bermain peran/stimulasi

 Langkah Kegiatan

1). Persiapan

- Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok (seperti yang sudah


disepakati pada terminasi sesi 4 TASK)
- Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2). Orientasi

- Terapis memberikan salam terapeutik, peserta dan terapis dapat memakai


papan nama
- Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini dan menanyakan apakah klien telah
berlatih bercakap-cakap tentang topik/hal tertentu dengan orang lain.
- Kontrak :
Menjelaskan tujuan kegiatan kegiatan, yaitu menyampaikan, memilih, dan
memberi pendapat tentang masalah pribadi.
Menjelaskan aturan main berikut :
 Klien yang akan meninggalkan kelompom harus meminta izin
kepada terapis
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

3). Tahap kerja

a. Hidupkan kaset/CD pada tape recorder/CD player akan dihidupkan serta bola
diedarkan berlawanan dengan arah jarum jam (yaitu kearah kanan yang sedang
memegang bola)
b. Pada saat music dihentikan, anggota kelompok yang memegang bola mendapat
giliran untuk menyampaikan satu masalah pribadi yang ingin dibicarakan.
Dimulai oleh terapis sebagai contoh. (Terapis membri contoh masalah pribadi
yang dialami. Contoh sebaiknya dikaitkan dengan masalah interaksi dengan orang
lain, misalnya “sulit bercerita” atau tidak diperhatikan ayah/ibu.kakak/teman)
c. Tuliskan pada flipchart/whiteboard , masalah yang disampaikan

32
d. Ulangi a,b,c sampai semua anggota kelompok menyampaikan masalah yang ingin
dibicarakan
e. Hidupkan lagi music dan edarkan bola tenis. Pada saat dimatikan, anggota yang
memegang bola memilih masalah yang disukai untuk dibicarakan
f. Ulangi e sampai semua anggota kelompok memilih masalah yang ingin
dibicarakan
g. Terapis membantu menentukan topik yang paling banyak dipilih
h. Hidupkan lagi music dan edarkan bola tenis. Pada saat dimatikan anggota yang
memegang bola menyampaikan pendapat tentang masalah yang dipilih
i. Ulangi h sampai semua anggota menyampaikan pendapat
j. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk
tangan

4). Tahap Terminasi

 Evaluasi
- Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
- Memberi pujian atas keberhasilan kelompok

 RTL
- Menganjurkan tiap anggota kelompok bercakap-cakap tentang masalah
pribadi dengan orang lain pada kehidupan sehari-hari
- Memasukkan kegiatan bercakap-cakap tentang masalah pribadi pada
jadwal harian klien

 Kontrak yang akan datang


- Menyepakati kegiatan berikut, yaitu bekerjasama dalam kelompok
- Menyepakati waktu dan tempat

5). Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan pada saat proses TAKS berlangsung, khususnya pada saat
tahap kerja untuk menilai kemampuan klien melakukan TAKS. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAKS. Untuk TAKS
sesi 5, dievaluasi kemampuan .Dievaluasi kemampuan verbal klien
menyampaikan, memilih, dan memberi pendapat tentang percakapan mengenai
masalah pribadi, serta kemampuan non verbal.
33
Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika mengikuti TAKS pada


catatan proses keperawatan tiap klien. Untuk itu catatan keperawatannya adalah
klien mengikuti TASK 5, klien mampu menyampaikan masalah pribadi yang
ingin dibicarakan, belum mampu memilih dan memberi pendapat, tetapi
nonverbalnya baik. Anjurkan/latih untuk bercakap-cakap tentang masalah pribadi
dengan perawat dank lien lain diruang rawat (buat jadwal)

f. Sesi 6 : TAKS
 Tujuan

Klien mampu bekerjasama dalam permainan sosialisasi kelompok :

- Bertanya dan meminta sesuai dengan kebutuhan pada orang lain


- Menjawab dan memberi pada orang lain sesuai dengan permintaan
 Setting
Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkungan dan ruangan nyaman dan
tenang
 Alat
- Tape recorder/CD player
- Kaset/CD lagu : “Marilah Kemari” (Titiek Puspa). Jika tidak ada lagu
jenis ini, dapat diganti dengan lagu sejenis yang berirama riang.
- Bola tenis
- Buku catatan dan pulpen
- Jadwal kegiatan harian klien
- Kartu kwartet
 Metode
- Dinamika kelompok
- Diskusi dan tanya jawab
- Bermain peran/stimulasi

 Langkah Kegiatan

1). Persiapan

34
- Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok (seperti yang sudah
disepakati pada terminasi sesi 5 TASK)
- Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2). Orientasi

- Terapis memberikan salam terapeutik, peserta dan terapis dapat memakai


papan nama
- Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini dan menanyakan apakah klien telah
berlatih bercakap-cakap tentang masalah pribadi dengan orang lain.
- Kontrak :
Menjelaskan tujuan kegiatan kegiatan, yaitu menyampaikan, memilih, dan
memberi pendapat tentang masalah pribadi.
Menjelaskan aturan main berikut :
 Klien yang akan meninggalkan kelompom harus meminta izin
kepada terapis
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

3). Tahap kerja

a. Terapis membagi empat buah kartu kwartet untuk setiap anggota kelompok.
Sisanya diletakkan diatas meja
b. Terapis meminta tiap anggota kelompok untuk menyusun kartu sesuai dengan
seri (satu seri mempunyai 4 kartu)
c. Hidupkan kaset/CD pada tape recorder/CD player akan dihidupkan serta bola
diedarkan berlawanan dengan arah jarum jam (yaitu kearah kanan yang
sedang memegang bola)
d. Pada saat music dihentikan, anggota kelompok yang memegang bola memulai
permainan berikut :
 Meminta kartu yang dibutuhkan (seri yang belum lengkap) kepada
anggota kelompok di sebelah kanannya
 Jika kartu yang dipegang serinya lengkap, diumumkan pada kelompok
dengan membaca judul dan subjudul
 Jika kartu yang dipegang serinya tidak lengkap diperkenankan
mengambil satu kartu dari tumpukan kartu diatas meja
 Jika anggota kelompok memberikan kartu yang dipegang pada yang
meminta, ia berhak mengambil satu kartu dari tumpukan kartu diatas
meja
35
 Setiap menerima kartu, diminta mengucapkan terimakasih
e. Ulangi2 atau c dan d jika d2 atau d3 terjadi
f. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk
tangan

4). Tahap Terminasi

 Evaluasi
- Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
- Memberi pujian atas keberhasilan kelompok

 RTL
- Menganjurkan tiap anggota kelompok latihan bertanya, meminta,
menjawab dan memberi pada kehidupan sehari-hari dengan orang lain
pada kehidupan sehari-hari (kerjasama)
- Memasukkan kegiatan bekerjasama pada jadwal harian klien

 Kontrak yang akan datang


- Menyepakati kegiatan berikut, yaitu mengevaluasi kegiatan TASK
- Menyepakati waktu dan tempat

5). Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan pada saat proses TAKS berlangsung, khususnya pada saat
tahap kerja untuk menilai kemampuan klien melakukan TAKS. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAKS. Untuk TAKS
sesi 6, dievaluasi kemampuan verbal klien dalam bertanya, meminta, menjawab
dan memberi serta kemampuan nonverbal..

Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika mengikuti TAKS pada


catatan proses keperawatan tiap klien. Untuk itu catatan keperawatannya adalah
klien mengikuti TASK 5, klien mampu bekerjasama dengan baik. Anjurkan/latih
untuk bekerjasama dengan perawat dan klien lain diruang rawat (buat jadwal)

36
g. Sesi 7 : TAKS
 Tujuan

Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan kelompok yang telah
dilakukan

 Setting
Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkungan dan ruangan nyaman dan
tenang
 Alat
- Tape recorder/CD player
- Kaset/CD lagu : “Marilah Kemari” (Titiek Puspa). Jika tidak ada lagu
jenis ini, dapat diganti dengan lagu sejenis yang berirama riang.
- Bola tenis
- Buku catatan dan pulpen
- Jadwal kegiatan harian klien
 Metode
- Dinamika kelompok
- Diskusi dan tanya jawab

 Langkah Kegiatan

1). Persiapan

- Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok (seperti yang sudah


disepakati pada terminasi sesi 6 TASK)
- Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2). Orientasi

- Terapis memberikan salam terapeutik, peserta dan terapis dapat memakai


papan nama
- Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini dan menanyakan apakah klien telah
berlatih bekerjasama dengan orang lain.
- Kontrak :
Menjelaskan tujuan kegiatan kegiatan, yaitu menyampaikan, memilih, dan
memberi pendapat tentang masalah pribadi.
Menjelaskan aturan main berikut :
 Klien yang akan meninggalkan kelompom harus meminta izin
kepada terapis

37
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

3). Tahap kerja

a. Hidupkan kaset/CD pada tape recorder/CD player dan edarkan bola tenis
berlawanan dengan arah jarum jam
b. Pada saat music dihentikan, anggota kelompok yang memegang bola
mendapat kesempatan menyampaikan pendapat tentang manfaat dari 6
kali pertemuan yang berlalu
c. Ulangi a dan b sampai semua anggota kelompok menyampaikan pendapat
d. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi
tepuk tangan

4). Tahap Terminasi

 Evaluasi
- Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
- Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
- Menyimpulkan 6 kemampuan pada 6 kali pertemuan yang lalu

 RTL
- Menganjurkan tiap anggota kelompok tetap melatih diri untuk 6
kemampuan yang telah dimiliki, baik di RS maupun dirumah.
- Melakukan pendidikan kesehatan pada keluarga untuk memberikan
dukungan pada klien dalam menjalankan kegiatan hidup sehari-hari
 Kontrak yang akan datang
- Menyepakati rencana evaluasi kemampuan secara periodik

5). Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan pada saat proses TAKS berlangsung, khususnya pada saat
tahap kerja untuk menilai kemampuan klien melakukan TAKS. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAKS. Untuk TAKS
sesi 7, dievaluasi kemampuan klien menyampaikan manfaat TAKS yang telah
berlangsung selama 6 sesi secara verbal dan disetai kemampuan nonverbal..

Dokumentasi

38
Dokumentasikan kemampuan yang telah dapat diterapkan oleh klien sehari-hari.
Untuk klien yang telah mampu dianjurkan dan dievaluasi pada kegiatan sehari-
hari (melalui jadwal kegiatan harian). Jika klien belum mampu, klien dapat
disertakan pada kelopok TASK yang baru

12. Hasil - Hasil Penelitian Askep Pada Pasien Yang Mengalami Gangguan Isolasi
Sosial

Jurnal 1

 Judul : Pengaruh Latihan Keterampilan Sosialisasi Terhadap Kemampuan


Berinteraksi Klien Isolasi Sosial Di Rsj Prof. Dr. V. L.
Ratumbuysang Manado
 Penulis : Eyvin Berhimpong, Sefty Rompas, Michael Karundeng
 Tahun : Februari 2016

Kemunduran fungsi sosial dialami seseorang di dalam diagnosa keperawatan jiwa disebut isolasi
sosial. Isolasi sosial merupakan keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya (Yosep,Sutini,
2014).

Dalam mengatasi masalah gangguan interaksi pada pasien gangguan jiwa khususnya pasien
isolasi sosial dapat dilakukan upaya – upaya tindakan keperawatan bertujuan untuk melatih klien
melakukan interkasi sosial sehingga klien merasa nyaman ketika berhubungan dengan orang lain.
Salah satu tidakan keperawatan tersebut yang termasuk kelompok terapi psikososial adalah
social skills training(SST). Latihan ketrampilan sosial atau yang sering disebut dengan
SST(Social SkillTraining)diberikan pada pasien dengan gangguan isolasi sosial untuk melatih
keterampilan dalam menjalin hubungan dengan orang lain dan lingkungannya secara optimal
bertujuan untuk mengajarkan kemampuan berinteraksi seseorang dengan orang lain.

Hasil :

39
Latihan keterampilan sosial secara luas memberikan keuntungan dengan meningkatkan interaksi,
ikatan aktivitas sosial, mengekspresikan perasaan kepada orang lain dan perbaikan kualitas kerja.
Pasien mulai berpartisipasi dalam aktivitas sosial seperti interaksi dengan teman dan perawat.

Simpulan :

 Klien isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado sebelum
dilakukan latihan keterampilan sosialisasi klien paling banyak tidak mampu berinteraksi
 Klien isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado setelah
dilakukan latihan keterampilan sosialisasi banyak klien dinyatakan mampu berinteraksi.

40
 Terdapat pengaruh penerapan latihan keterampilan sosialisasi terhadap kemampuan
berinteraksi klien isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado.

Jurnal 2

 Judul : Pengaruh Pemberian Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi


Terhadap Perubahan Perilaku Klien Isolasi Sosial
 Penulis : Surya Efendi, Atih Rahayuningsih, Wan Muharyati
 Tahun : Desember 2012

TAK adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai
masalah keperawatan yang sama. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi, dan kelompok
digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling
bergantung, saling membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru
yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif. Stuart and Sundeen (2006)
menambahkan bahwa TAK dilakukan untuk meningkatkan kematangan emosional dan
psikologis pada klien yang mengidap gangguan jiwa pada waktu yang lama. TAK dapat
menstimulus interaksi diantara anggota yang berfokus pada tujuan kelompok. TAK Sosialisasi
juga membantu klien berinteraksi/berorientasi dengan orang lain. Terapi Aktivitas Kelompok :
Sosialisasi (TAKS) merupakan suatu rangkaian kegiatan yang sangat penting dilakukan untuk
membantu dan memfasilitasi klien isolasi sosial untuk mampu bersosialisasi secara bertahap
melalui tujuh sesi untuk melatih kemampuan sosialisasi klien. Ketujuh sesi tersebut diarahkan
pada tujuan khusus TAKS, yaitu : kemampuan memperkenalkan diri, kemampuan berkenalan,
kemampuan bercakap-cakap, kemampuan menyampaikan dan membicarakan topik tertentu,
kemampuan menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi, kemampuan bekerja sama,
kemampuan menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAKS yang telah dilakukan.
Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan dalam TAKS yaitu tahap persiapan, orientasi, tahap
kerja dan tahap terminasi dengan menggunakan metode dinamika kelompok, diskusi atau tanya
jawab serta bermain peran atau stimulasi.

Hasil :

41
42
Tabel 2. di atas memperlihatkan bahwa semua responden (100%) mengalami perubahan perilaku
isolasi sosial, yang berarti bahwa terjadi penurunan perilaku isolasi sosial dari sebelum dan
sesudah perlakuan dalam rentang 6 sampai 11 dengan nilai ratarata pretest 31,5 dan nilai rata-
rata posttest 40,1.

Simpulan :
Penelitian ini menyimpulkan bahwa seluruh responden mengalami penurunan perilaku isolasi
sosial setelah diberikan TAKS. Selain itu, terdapat pengaruh yang bermakna pada pemberian
TAKS terhadap perubahan perilaku klien isolasi sosial.

BAB III
TINJAUAN KASUS
Kasus Asuhan Keperawatan Pasien dengan Isolasi sosial

Seorang laki-laki berusia 30 tahun dibawa keluarga kepoli psikiatri dengan keluhan pasien
tidak mau keluar kamar, jarang berbicara dengan orang lain, lebih senang sendiri dan suka
melamun. Hasil pengkajian klien pernah mengalami gangguan jiwa 1 tahun yang lalu dan di
rawat di RSJ, terdapat riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa yaitu ayahnya,
tidak teratur minum obat sejak 2 bulan yang lalu. Klien malas mandi, gigi kotor dan nafasnya
bau.

1. Rentang Respon
Berdasarkan kasus di atas, rentang respon yang sesuai dengan kasus yaitu:

Respon transisi
Menarik diri : Perilaku menghindar dari orang lain.

43
Respon maladaptif
Isolasi sosial : Suatu keadaan kesepian yang dialami seseorang karena orang lain
menyatakan sikap yang negatif dan mengancam.

2. Pengkajian
a. Faktor Predisposisi
Faktor biologis : Pasien pernah mengalami gangguan jiwa 1 tahun yang lalu dan
dirawat di RSJ, terdapat riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa yaitu
ayahnya.

b. Faktor Presipitasi
Pasien tidak teratur minum obat sejak 2 bulan yang lalu.
c. Tanda dan Gejala
1) Pasien tidak mau keluar kamar.
2) Pasien jarang berbicara dengan orang lain.
3) Pasien lebih senang sendiri.
4) Pasien sering melamun.
5) Pasien malas mandi.
6) Gigi pasien kotor dan napasnya bau.
d. Sumber Koping
Sumber koping pasien dalam kasus ini adalah keluarga. Klien memiliki anggota
keluarga yang peduli terhadap dirinya, dan keluarga masih mengkhawatirkan keadaan
pasien.
e. Mekanisme koping

Isolasi : Pasien tidak mau keluar kamar dan jarang berinteraksi dengan orang lain

3. Analisa data dan Diagnosa


DATA OBJEKTIF DATA SUBJEKTIF

1. Klien tidak mau keluar kamar 1. Data Tambahan :


2. Klien jarang bicara dengan orang lain
3. Klien terlihat lebih senang sendiri a. Klien mengatakan perasaan
4. Klien sering melamun kesepian atau ditolak oleh
5. klien pernah mengalami gangguan orang lain
jiwa 1 tahun yang lalu dan di rawat di b. Klien mengungkapkan
RSJ perasaan tidak berguna
6. terdapat riwayat anggota keluarga c. Klien merasa tidak aman
yang mengalami gangguan jiwa yaitu berada dengan orang lain
ayahnya
7. Klien tampak malas mandi
8. Gigi klien terlihat kotor dan nafasnya
bau
9. Tidak teratur minum obat sejak 2
bulan yang lalu
44
Data Tambahan :

1. Tidak ada kontak mata


2. Tampak tidak komunikatif
3. Tampak menarik diri
4. Istri dan anak pasien meninggalkan
setahun yang lalu
5. Klien tampak tersenyum sendiri

No Analisa data Masalah Keperawatan


1 DO : Isolasi Sosial b.d ketidakmampuan
1. Klien tidak mau keluar kamar menjalin hubungan yang memuaskan,
2. Klien jarang bicara dengan orang lain sumber personal tidak adekuat
3. Klien terlihat lebih senang sendiri (pengendalian diri buruk) dan menarik
4. Klien sering melamun diri (00053)
5. klien pernah mengalami gangguan jiwa 1
tahun yang lalu dan di rawat di RSJ
DT :
1. Tidak ada kontak mata
2. Tampak tidak komunikatif
3. Tampak menarik diri
4. Istri meninggalkan pasien setahun yang lalu

DS : Klien mengatakan perasaan kesepian atau


ditolak oleh orang lain

2 DO : Harga diri rendah situasional b.d


1. Klien jarang bicara dengan orang lain gangguang fungsi tubuh, riwayat
2. Klien terlihat lebih senang sendiri kehilangan (00120)
3. Klien sering melamun
DT :
1. Tampak menarik diri
2. Istri dan anak pasien meninggalkan setahun
yang lalu
DS :
1. Klien mengatakan perasaan kesepian atau
ditolak oleh orang lain
2. Klien mengungkapkan perasaan tidak
berguna

3 DO : Defisit perawatan diri : mandi b.d


1. Klien tampak malas mandi gangguan fungsi kognitif, penurunan
2. Gigi klien terlihat kotor dan nafasnya bau motivasi
(00108)
DS : Klien mengungkapkan perasaan tidak berguna
45
4. Pohon Masalah Kasus

Risiko perubahan persepsi


sensori: halusinasi

Isolasi sosial Gangguan Citra Tubuh

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

5. Intervensi
No DX Intervensi
1 A. Intervensi Individu
1. Membina hubungan saling percaya.
 Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
 Berkenalan dengan pasien, seperti perkenalkan nama dan nama panggilan
yang Anda sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan pasien.
 Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi
 Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini.
 Buat kontrak asuhan, misalnya apa yang Anda akan lakukan bersama
pasien, berapa lama akan dikerjakan, dan tempatnya di mana.
 Dengarkan dengan penuh perhatian
 Jelaskan bahwa Anda akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk
kepentingan terapi.
 Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien.
Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan
2. Tanyakan pada klien tentang :
 Orang yang tinggal serumah atau teman sekamar klien
 Orang yang paling dekat dengan klien dirumah atau diruang perawatan

46
 Apa yang membuat klien tidak dekat dengan orang tersebut
 Upaya yang sudah dilakukan agar dekat dengan orang lain
3. Diskusikan dengan klien penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul dengan
orang lain
4. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
5. Membantu pasien menyadari perilaku isolasi sosial.
 Tanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang
lain.
 Tanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin berinteraksi dengan
orang lain.
 Diskusikan keuntungan bila pasien memiliki banyak teman dan bergaul
akrab dengan mereka.
 Diskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan tidak
bergaul dengan orang lain.
 Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik pasien.
6. Melatih pasien berinteraksi dengan orang lain secara bertahap.
 Jelaskan kepada pasien cara berinteraksi dengan orang lain.
 Berikan contoh cara berbicara dengan orang lain.
 Beri kesempatan pasien mempraktikkan cara berinteraksi dengan orang
lain yang dilakukan di hadapan Anda.
 Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang teman/anggota
keluarga.
 Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi
dengan dua, tiga, empat orang, dan seterusnya.
 Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh
pasien.
 Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi
dengan orang lain. Mungkin pasien akan mengungkapkan keberhasilan
atau kegagalannya. Beri dorongan terus-menerus agar pasien tetap
semangat meningkatkan interaksinya.

B. Intervensi Keluarga

- Menjelaskan tentang hal berikut.


1) Masalah isolasi sosial dan dampaknya pada pasien.
2) Penyebab isolasi sosial.
3) Sikap keluarga untuk membantu pasien mengatasi isolasi sosialnya.
4) Pengobatan yang berkelanjutan dan mencegah putus obat.
5) Tempat rujukan bertanya dan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi
pasien.
- Memperagakan cara berkomunikasi dengan pasien
- Memberi kesempatan kepada keluarga untuk mempraktikkan
47
cara berkomunikasi dengan pasien

C. Intervensi TAKS
 TAKS Sesi 1
Tujuannya klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap,
nama panggilan, asal, dan hobi dengan kegiatan menggunakan bola tenis yang diputar
lalu diiringi lagu

 TAKS Sesi 2

Tujuannya klien mampu memperkenalkan identitas diri sendiri : nama lengkap, nama
panggilan, asal, hobi dan mampu menanyakan identitas diri anggota kelompok lain :
nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi dengan kegiatan menggunakan bola tenis
yang diputar lalu diiringi lagu

 TAKS Sesi 3

Klien mampu menanyakan kehidupan pribadi kepada satu orang anggota kelompok
Menjawab tentang kehidupan pribadi (Kehidupan pribadi yang dimaksud adalah hal-hal
yang menyangkut kehidupan klien sebagai pribadi, misalnya cerita tentang keluarga,
pekerjaan/sekolah, atau profesi. Sebaiknya, terapis menentukan topik kehidupan pribadi
yang akan diceritakan kepada anggota kelompok lain), menggunakan bola tenis yang
diputar lalu diiringi lagu

 TAKS Sesi 4
Klien mampu menyampaikan topik pembicaraan tertentu dengan anggota kelompok ,
yaitu menyampaikan topik yang ingin dibicarakan, dan memilih topik yang ingin
dibicarakan, serta memberi pendapat tentang topik yang dipilih. Menggunakan bola
tenis yang diputar lalu diiringi lagu dan whiteboard

 TAKS Sesi 5
Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi dengan orang lain,
seperti mampu menyampaikan masalah pribadi, mampu memilih satu masalah untuk
dibicarakan, dan memberi pendapat tentang masalah pribadi yang dipilih menggunakan
bola tenis yang diputar lalu diiringi lagu dan whiteboard

 TAKS Sesi 6
Klien mampu bekerjasama dalam permainan sosialisasi kelompok seperti bertanya dan
meminta sesuai dengan kebutuhan pada orang lain, serta menjawab dan memberi pada

48
orang lain sesuai dengan permintaan menggunakan bola tenis yang diputar lalu diiringi
lagu dan menggunakan kartu kwartet

 TAKS Sesi 7
Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan kelompok yang telah
dilakukan

49
BAB IV
PENUTUP
Simpulan

Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Isolasi sosial merupakan
keadaan ketika individu atau kelompok memiliki kebutuhan atau hasrat untuk memiliki
keterlibatan kontak dengan orang, tetapi tidak mampu membuat kontak tersebut (Carpenito-
Moyet, 2009).

Terdapat rentang respon isolasi sosial meliputi 3, yaitu Respon adaptif (Pikiran logis,
Persepsi akurat, Emosi konsisten dengan pengalaman, Perilaku sesuai, Hubungan sosial ),
Respon transisi (Distorsi pikiran, Ilusi , Reaksi emosi berlebihan atau berkurang, Perilaku aneh
dan tidak biasa, Menarik diri ), Respon maladaptif ( Gangguan pikiran atau delusi, Halusinasi,
Sulit berespon emosi, Perilaku kacau , Isolasi sosial ).

Pengkajian isolasi sosial meliputi, yaitu 1). Faktor Predisposisi (Faktor perkembangan,
Faktor Biologis, Faktor social budaya), 2). Faktor Presipitasi (Stresor sosiokultural, Stresor
psikologik, Stresor Intelektual, Stresor fisik).

Intervensi yang dapat dilakukan pada pasien isolasi sosial ada tiga jenis yaitu intervensi kepada
individu, intervensi kepada keluarga dan intervensi terapi aktivitas kelompok (TAK)

50
DAFTAR PUSTAKA

Gail W, Stuart. 2016. Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart. Buku 1 Edisi
Indonesia. Singapore : Elseivier

Keliat, Budi Anna. Pawirowiyono, Akemat. 2016. Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas
Kelompok. Jakarta :EGC

Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

51

Anda mungkin juga menyukai