Dosen pengampu :
Disusun Oleh :
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
1
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepada penulis sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Pasien Isolasi Sosial
ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa II.
Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penulis menyampaiakan rasa hormat dan
ucapan terimakasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan bantuan dan
dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
Latar Belakang.........................................................................................................4
Rumusan Masalah....................................................................................................4
Tujuan......................................................................................................................5
BAB II Tinjauan Teori.............................................................................................6
1. Kasus………………………………………………………………………47
2. Rentang Respon……………………………………………………………47
3. Pengkajian…………………………………………………………………47
4. Pohon Masalah…………………………………………………………….48
5. Diagnosa…………………………………………………………………..48
6. Intervensi ………………………………………………………………….50
BAB IV PENUTUP
Simpulan.................................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................55
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
3
Isolasi Sosial atau Menarik diri adalah suatu keadaan pasien yangmengalami ketidak
mampuan untuk mengadakan hubungan dengan oranglain atau dengan lingkungan di sekitarnya
secara wajar. Pada pasien dengan perilaku menarik diri sering melakukan kegiatan yang
ditujukan untuk mencapai pemuasan diri, dimana pasien melakukan usaha untuk melindungidiri
sehingga ia jadi pasif dan berkepribadian kaku, pasien menarik diri juga melakukan pembatasan
(isolasi diri), termasuk juga kehidupanemosionalnya, semakin sering pasien menarik diri,
semakin banyak kesulitanyang dialami dalam mengembangkan hubungan sosial dan emosional
denganorang lain (Stuart dan Sundeen, 1998). Dalam membina hubungan sosial,indivudu berada
dalam rentang respon yan adaptif sampai dengan maladaptif.
Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma&normasosial dan
kebudayaan yang berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang dilakukan
individu dalam menyelesaikan masalahyang kurang dapat diterima oleh norma&norma sosial
dan budaya. Respon sosial dan emosional yang maladaptif sering sekali terjadidalam kehidupan
sehari hari, khususnya sering dialami pada pasien menarik diri sehingga melalui pendekatan
proses keperawatan yang komprehensif.
Dari segi kehidupan sosial kultural, interaksi sosial adalah merupakanhal yang utama
dalam kehidupan bermasyarakat, sebagai dampak adanyakerusakan interaksi sosial : menarik diri
akan menjadi suatu masalah besar dalam fenomen kehidupan, yaitu terganggunya komunikasi
yang merupakansuatu elemen penting dalam mengadakan hubungan dengan orang lain atau
lingkungan sekitarnya. (Carpenito, 1997)
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan isolasi sosial ?
2. Bagaimana etiologi isolasi sosial ?
3. Bagaimana rentang respon isolasi sosial ?
4. Bagaimana pengkajian isolasi sosial ?
5. Bagaimana pohon masalah isolasi sosial ?
6. Apa diagnosa keperawatan isolasi sosial?
7. Apa intervensi keperawatan isolasi sosial dalam individu, keluarga, dan kelompok/TAK?
8. Bagaimana hasil - hasil penelitian askep pada pasien yang mengalami gangguan isolasi
sosial?
4
Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian isolasi sosial
2. Untuk mengetahui etiologi isolasi sosial
3. Untuk mengetahui rentang respon isolasi sosial
4. Untuk mengetahui pengkajian isolasi sosial
5. Untuk mengetahui pohon masalah isolasi sosial
6. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan isolasi sosial
7. Untuk mengetahui intervensi keperawatan isolasi sosial dalam individu, keluarga, dan
kelompok/TAK
8. Untuk mengetahui hasil - hasil penelitian askep pada pasien yang mengalami gangguan
isolasi sosial
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian Isolasi Sosial
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Isolasi
sosial merupakan keadaan ketika individu atau kelompok memiliki kebutuhan atau hasrat
5
untuk memiliki keterlibatan kontak dengan orang, tetapi tidak mampu membuat kontak
tersebut (Carpenito- Moyet, 2009). Gangguan isolasi sosial dapat terjadi karena individu
merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang
berarti dengan orang lain.
Isolasi sosial adalah suatu pengalaman menyendiri dari seseorang dan perasaan segan
terhadap orang lain (NANDA,2012).
Tahap Tugas
perkembangan
d) Faktor biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi gangguan
dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat mempengaruhi gangguan hubungan
sosial adalah otak, misalnya pada klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam
hubungan memiliki struktur yang abnormal pada otak seperti atropi otak, serta
perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbic dan daerah kortikal.
Faktor presipitasi
7
Menurut Herman Ade (2011) terjadinya gangguan hubungan sosial juga dipengaruhi
oleh faktor internal dan eksternal seseorang. Faktor stressor presipitasi dapat
dikelompokan sebagai berikut:
- Faktor eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang
ditimbulkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.
- Faktor internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress yang terjadi akibat kecemasan
atau ansietas yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan
kemampuan individu untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat
tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhi kebutuhan
individu.
8
Gambar . 1 Rentang respon neurobiologis (stuart, 2007).
1) Respon adaptif
- Pikiran logis
Pendapat atau pertimbangan yang dapat diterima akal
- Persepsi akurat
Pandangan dari seseorang tentang suatu peristiwa secara cermat.
- Perilaku sesuai
Kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan dengan individu tersebut
diwujudkan dalam bentuk gerak atau ucapan yang tidak bertentangan dengan
moral.
- Hubungan sosial
Hubungan seseorang dengan orang lain dalam pergaulan ditengah-tengah
masyarakat.
2) Respon transisi
- Distorsi pikiran
Kegagalan dalam mengabstrakan dan mengambil kesimpulan.
- Ilusi
Persepsi atau respon yang salah terhadap stimulus sensori.
- Menarik diri
Perilaku menghindar dari orang lain.
3) Respon maladaptif
- Halusinasi
Persepsi yang salah terhadap rangsangan.
- Perilaku kacau
Ketidak selarasan antara perilaku dan gerakan yang ditimbulkan.
- Isolasi sosial
Suatu keadaan kesepian yang dialami seseorang karena orang lain menyatakan sikap
yang negatif dan mengancam.
Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsang dari luar
(Yosep, 2007).
10
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari suara
sederhana sampai suara yang berbicara mengenai klien sehingga klien berespon terhadap suara
atau bunyi tersebut (Stuart, 2007).
Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai halusinasi di atas,
maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui
panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata. Sedangkan
halusinasi pendengaran adalah kondisi dimana pasien mendengar suara, terutama suara-suara
orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk
melakukan sesuatu hal yang kemudian direalisasikan oleh klien dengan tindakan.
Halusinasi yang dialami oleh klien bila berada intensitasnya dan keparahan (Stuart
membagi halusinasi klien mengendalikan dirinya semakin berat fase halusinasinya). Klien
semakin berat mengalami ansietas dan makin dikendalikan halusinasinya lengkap tercantum
dalam tabel 1.
11
menyenangkan individu mengenal bahwa Sedang asik sendiri
pikiran-pikiran dan
meningkat tanda-tanda sarat otonomi
pengalaman sensor berada
dalam kondisi kesadaran
mungkin
mengalami
pengamalan sensori
dan
12
Ansietas berat menyerah pada
dengan orang lain, rentang perhatian hanya
beberapa detik / menit adanya tandatanda
pengalamn sensorsi halusnasinya menjadi fisik ansietas berat berkeringat, tremor,
menjadi berkuasa menarik, klien mengalami tidak mampu memahami peraturan.
pengalaman kesepian jika
sensori halusinasinya
berhenti psikotik
Conquering panik menjadi mengancam jika klien potensi kuat suicida / nomicide
mengikuti perintah halusinasi aktifitas
Ansietas panik berakhir dari beberapa jam / hari
jika intervensi terapeutif psikoti merefleksikan halusinasi perilaku
pengalaman sensori berat. isi, seperti
menaklukan
kekerasan, agitas menarik diri
merespon terhadap
b. Faktor Presipitasi
Terdapat beberapa faktor presipitasi yang dapat menyebabkan gangguan
isolasi soaial. Faktor-faktor tersebut, antara lain berasal dari stressor-stressor
berikut ini:
- Stresor sosiokultural
Stresor sosial budaya, misalnya menurunnya stabilitas unit keluarga, berpisah dari
orang yang berarti dalam kehidupannya.
- Stresor psikologik
14
Intesitas ansietas yang ekstrim akibat berpisah dengan orang lain, misalnya dan
memanjang disertai dengan terbatasna kemampuan individu untuk mengatasi
masalah akan menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan pada tipe
psikotik.
- Stresor Intelektual
Kurangnya pemahaman diri dalam ketidakampuan untuk berbagai pikiran
dan perasaan yang mengganggu pengembangan hubungan dengan orang lain.
Klien dengan “kegagalan” adalah orang yang kesepian dan kesulitan dalam
menghadapi hidup. Mereka juga akan cenderung sulit untuk berkomunikasi
dengan orang lain.
Ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan dengan orang lain
akan memicu persepsi yang menyimpang dan berakibat pada gangguan
berhubungan dengan orang lain (Isolasi sosial).
- Stresor fisik
Stresor fisik yang memicu isolasi sosial: menarik diri dapat meliputi penyakit kronik
dan keguguran
Adapun tanda dan gejala isolasi social yang ditemukan pada klien pada saat wawancara
biasanya berupa beberapa hal dibawah ini :
Tanda dan gejala isolasi social yang didapat melalui observasi , antara lain:
15
2) Menarik diri
3) Tidak komunikatif
a. Karakter Utama
Karakter yang harus hadir (satu atau lebih karakter)ini meliputi mengekspresikan
perasaan kesendirian atau penolakkan; hasrat untuk melakukan kontak dengan orang
lain ; memberitahukan adanya rasa ketidakaman dalam situasi social; dan
mendeskripsikan kurangnya hubungan bermakna.
b. Karakter Tambahan
Menarik diri
16
- Diasyikkan oleh pikiran dan kenangan
d. Sumber Koping
Menurut Yosep (2011) mengungkapkan bahwa sumber koping dibagi menjadi 4 , yaitu
sebagai berikut :
2) Sosial Support meliputi: dukungan dari keluarga dan masyarakat, keterlibatan atau
perkumpulan di masyarakat dan pertentangan nilai budaya.
3) Material Assets meliputi : penghasilan yang layak, tidak ada benda atau baarang yang
biasa dijadikan asset tidak mempunyai tabungan untuk mengantisipasi hidup, tidak
mampu menjangkau pelayanan kesehatan.
e. Mekanisme Koping
Menurut Stuart (2007, hlm. 281) Individu yang mengalami respon sosial
maladaptif menggunakan berbagai mekanisme dalam upaya mengatasi ansietas.
17
Mekanisme tersebut berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik yaitu
sebagai berikut:
1) Proyeksi merupakan Keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi kepada
orang lain karena kesalahan sendiri.
2) Isolasi merupakan perilaku yang menunjukan pengasingan diri dari lingkungan dan orang
lain.
ANALISA DATA
No Analisa data Masalah Keperawatan
1. DO : Isolasi Sosial
1. Klien males mandi
2. Gigi klien kotor dan nafasnya bau
3. Tidak ada kontak mata
4. Klien tidak komunikatif
5. Klien menarik diri
6. Klien tersenyum sendiri
18
DS :
1. Klien tidak mau keluar kamar
2. Klien jarang berbicar dengan orang lain
3. Klien lebih senang sendiri dan melamun
4. Riwayat gangguan jiwa 1 tahun yang lalu
5. Riwayat anggota keluarga (ayah) gangguan
jiwa
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Isolasi sosial: menarik diri
Isolasi sosial
SP I
3. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
19
5. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan
orang
SP II
SP III
SP I
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami pasien beserta
proses terjadinya
SP II
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien isolasi sosial
SP III
TAK sosialisasi dilaksanakan dengan membantu klien melakukan sosialisasi dengan individu
yang ada disekitar klien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal (satu
dan satu), kelompok, dan massa. Aktivitas dapat berupa latihan mengorientasikan diri dan regresi
pada klien menarik diri realitas dalam berinteraksi atau sosialisasi dalam kelompok remotivasi
atau kelompok mengingvatkan dengan melakukan latihan berfokus pada mengingat.
2. Tujuan
a. Tujuan umum TAKS, yaitu klien dapat meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok
secara bertahap.
b. Tujuan khusus, diantaranya :
Klien mampu memperkenalkan diri
Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok
Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok
Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik pembicaraan
Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada orang lain
Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok
Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAKS yang
telah dilakukan.
4. Sesi TAKS
a. Sesi 1 : TAKS
a) Tujuan
Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap,
nama panggilan, asal, dan hobi
b) Setting
21
Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkungan dan ruangan nyaman dan
tenang
c) Alat
1) Tape recorder/CD player
2) Kaset/CD lagu : “Marilah Kemari” (Titiek Puspa). Jika tidak ada lagu jenis ini,
dapat diganti dengan lagu sejenis yang berirama riang.
3) Bola tenis
4) Buku catatan dan pulpen
5) Jadwal kegiatan harian klien
d) Metode
1) Dinamika kelompok
2) Diskusi dan tanya jawab
3) Bermain peran/stimulasi
e) Langkah Kegiatan
1. Persiapan
- Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu : isolasi sosial
- Membuat kontrak dengan klien
- Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
- Memberi salamterapeutik : salam dari terapis
- Evaluasi/validasi : menanyakan perasaan klien saat ini
- Kontrak :
1). Menjelaskan tujuan kegiatan kegiatan, yaitu memperkenalkan diri
2). Menjelskan aturan main berikut :
a. Klien yang akan meninggalkan kelompom harus meminta izin kepada
terapis
b. Lama kegiatan 45 menit
c. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap kerja
a. Jelaskan kegiatan, yaitu kaset/CD pada tape recorder/CD player akan
dihidupkan serta bola diedarkan berlawanan dengan arah jarum jam (yaitu
kearah kanan yang sedang memegang bola) dan pada saat music dihentikn
maka anggota kelompok yang memegang bola memperkenalkan dirinya.
b. Hidupkan kembali music dan edarkan bola tenis berlawanan dengan arah
jarum jam
22
c. Pada saat music dihentikan, anggota kelompok yang memegang bola
mendapat giliran untuk menyebutkan : salam, nama lengkap, nama
panggilan, hobi, da nasal, dimulai oleh terapis sebagai contoh.
d. Tulis nama panggilan pada kertas/papan nama dan temple/pakai
e. Ulangi b,c, dan d sampai semua anggota kelompok mendapat giliran
f. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi
tepuk tangan
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
- Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
- Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
b. RTL
- Menganjurkan tiap anggota kelompok melatih memperkenalkan diri
kepada orang lain di kehidupan sehari-hari
- Memasukkan kegiatan memperkenalkan diri pada jadwal harian klien
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika mengikuti TAKS
pada catatan proses keperawatan tiap klien. Pada TAKS sesi1 klien mampu
memperkenalkan diri secara verbal dan nonverbal, dianjurkan klien
memperkenalkan diri pada klien lain diruang rawat (buat jadwal)
b. Sesi 2 : TAKS
23
Tujuan
- Klien mampu memperkenalkan identitas diri sendiri : nama lengkap, nama
panggilan, asal, hobi
- Menanyakan identitas diri anggota kelompok lain : nama lengkap, nama
panggilan, asal, dan hobi
Setting
Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkungan dan ruangan nyaman dan
tenang
Alat
1) Tape recorder/CD player
2) Kaset/CD lagu : “Marilah Kemari” (Titiek Puspa). Jika tidak ada lagu
jenis ini, dapat diganti dengan lagu sejenis yang berirama riang.
3) Bola tenis
4) Buku catatan dan pulpen
5) Jadwal kegiatan harian klien
Metode
1) Dinamika kelompok
2) Diskusi dan tanya jawab
3) Bermain peran/stimulasi
Langkah Kegiatan
1) Persiapan
- Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok (seperti yang sudah
disepakati pada terminasi sesi 1 TASK)
- Membuat kontrak dengan klien
- Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2) Orientasi
- Memberi salamterapeutik : salam dari terapis
- Evaluasi/validasi : menanyakan perasaan klien saat ini
- Kontrak :
1). Menjelaskan tujuan kegiatan kegiatan, yaitu memperkenalkan diri
2). Menjelskan aturan main berikut :
d. Klien yang akan meninggalkan kelompom harus meminta izin kepada
terapis
e. Lama kegiatan 45 menit
f. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3) Tahap kerja
24
Hidupkan kaset/CD pada tape recorder/CD player akan dihidupkan serta
bola diedarkan berlawanan dengan arah jarum jam (yaitu kearah kanan
yang sedang memegang bola) dan pada saat music dihentikan maka
anggota kelompok yang memegang bola memperkenalkan dirinya.
Pada saat music dihentikan, anggota kelompok yang memegang bola
mendapat giliran untuk berkenalan dengan anggota kelompok yang ada
disebelah kanan dengan cara :
- Memberi salam
- Menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal, hobi
- Menanyakan nama lengkap, nama panggilan, hobi, asal lawan bicara
- Dimulai oleh terapis sebagai contoh
Ulangi a dan sampai semua anggota kelompok mendapat giliran
Hidupkan music dan minta klien mengedarkan bola. Pada saat music
dihentikan, minta pada anggota kelompok yang memegang bola untuk
memperkenalkan anggota kelompok yang ada disebelah kanannya kepada
kelompok, yaitu : nama lengkap, nama panggilan, asal , dan hobi. Dimulai
terapis sebagai contoh. Dan ulangi sampai semua anggota mendapat
giliran
Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi
tepuk tangan
4) Tahap Terminasi
Evaluasi
- Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
- Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
RTL
- Menganjurkan tiap anggota kelompok latihan berkenalan
- Memasukkan kegiatan memperkenalkan diri pada jadwal harian klien
c. Sesi 3 : TAKS
Tujuan
- Menanyakan kehidupan pribadi kepada satu orang anggota kelompok
- Menjawab tentang kehidupan pribadi (Kehidupan pribadi yang dimaksud
adalah hal-hal yang menyangkut kehidupan klien sebagai pribadi,
misalnya cerita tentang keluarga, pekerjaan/sekolah, atau profesi.
Sebaiknya, terapis menentukan topik kehidupan pribadi yang akan
diceritakan kepada anggota kelompok lain.
Setting
Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkungan dan ruangan nyaman dan
tenang
Alat
- Tape recorder/CD player
- Kaset/CD lagu : “Marilah Kemari” (Titiek Puspa). Jika tidak ada lagu
jenis ini, dapat diganti dengan lagu sejenis yang berirama riang.
- Bola tenis
- Buku catatan dan pulpen
- Jadwal kegiatan harian klien
Metode
- Dinamika kelompok
- Diskusi dan tanya jawab
- Bermain peran/stimulasi
Langkah Kegiatan
1). Persiapan
26
- Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok (seperti yang sudah
disepakati pada terminasi sesi 2 TASK)
- Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2). Orientasi
- Memberi salam terapeutik, peserta dan terapis dapat memakai papan nama
- Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini dan menanyakan apakah klien telah
mencoba berkenalan dengan orang lain
- Kontrak :
Menjelaskan tujuan kegiatan kegiatan, yaitu bertanya dan menjawab
tentang kehidupan pribadi
Menjelskan aturan main berikut :
Klien yang akan meninggalkan kelompom harus meminta izin
kepada terapis
Lama kegiatan 45 menit
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
a. Hidupkan kaset/CD pada tape recorder/CD player akan dihidupkan serta bola diedarkan
berlawanan dengan arah jarum jam (yaitu kearah kanan yang sedang memegang bola)
b. Pada saat music dihentikan, anggota kelompok yang memegang bola mendapat giliran
untuk bertanya tentang kehidupan pribadi anggota kelompok yang ada disebelah kanan
dengan cara :
- Memberi salam
- Memanggil panggilan
- Menanyakan kehidupan pribadi : keluarga, sekolah atau pekerjaan
- Dimulai oleh terapis sebagai contoh
c. Ulangi a dan b sampai semua anggota kelompok mendapat giliran
d. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk tangan
Evaluasi
- Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
- Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
27
RTL
- Menganjurkan tiap anggota kelompok bercakap-cakap tentang kehidupan
pribadi dengan orang lain pada kehidupan sehari-hari
- Memasukkan kegiatan bercakap-cakap pada jadwal harian klien
Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAKS berlangsung, khususnya pada saat
tahap kerja untuk menilai kemampuan klien melakukan TAKS. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAKS. Untuk
TAKS sesi 3, dievaluasi kemampuan verbal bertanya (mengajukan pertanyaan
yang jelas, mengajukan pertanyaan yang ringkas, mengajukan pertanyaan
yang relevan
Mengajukan pertanyaan dengan spontan), secara verbal menjawab
(menjawab secara jelas, menjawab secara ringkas, menjawab secara relevan,
menjawab secara spontan) dan nonverbal (kontak mata, duduk tegang,
menggunakan bahasa tubuh yang sesuai, mengikuti kegiatan dari awal sampai
akhir)
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika mengikuti TAKS
pada catatan proses keperawatan tiap klien. Pada TAKS sesi 3 klien mampu
bercakap-cakap secara verbal dan nonverbal, anjurkan klien berkenalan
dengan klien lain, dan buat jadwal.
d. Sesi 4 : TAKS
Tujuan
28
Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkungan dan ruangan nyaman dan
tenang
Alat
- Tape recorder/CD player
- Kaset/CD lagu : “Marilah Kemari” (Titiek Puspa). Jika tidak ada lagu
jenis ini, dapat diganti dengan lagu sejenis yang berirama riang.
- Bola tenis
- Buku catatan dan pulpen
- Jadwal kegiatan harian klien
- Flipchart/whiteboard dan spidol
Metode
- Dinamika kelompok
- Diskusi dan tanya jawab
- Bermain peran/stimulasi
Langkah Kegiatan
1). Persiapan
2). Orientasi
29
3). Tahap kerja
a. Hidupkan kaset/CD pada tape recorder/CD player akan dihidupkan serta bola
diedarkan berlawanan dengan arah jarum jam (yaitu kearah kanan yang sedang
memegang bola)
b. Pada saat music dihentikan, anggota kelompok yang memegang bola mendapat
giliran untuk menyampaikan satu topik yang ingin dibicarakan. Dimulai oleh terapis
sebagai contoh. (Terapis dapat mestimulasi anggota kelompok tentang topik yang
dipilih terkait dengan masalah interaksi dengan orang lain, misalnya : cara mencari
teman, cara berbicara yang baik, cara menanggapi pembicaraan orang lain, cara
menyampaikan ketidaksetujuan, cara memikat yang baik, dan sebagainya)
c. Tuliskan pada flipchart/whiteboard , topik yang disampaikan secara berurutan
d. Ulangi a,b,c sampai semua anggota kelompok menyampaikan topik yang ingin
dibicarakan
e. Hidupkan lagi music dan edarkan bola tenis. Pada saat dimatikan, anggota yang
memegang bola memilih topik yang disukai untuk dibicarakan dari daftar yang ada
f. Ulangi e sampai semua anggota kelompok memilih topik
g. Terapis membantu menentukan topik yang paling banyak dipilih
h. Hidupkan lagi music dan edarkan bola tenis. Pada saat dimatikan anggota yang
memegang bola menyampaikan pendapat tentang topik yang dipilih
i. Ulangi h sampai semua anggota menyampaikan pendapat
j. Buat rangkuman pendapat dari anggota
k. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk tangan
Evaluasi
- Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
- Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
RTL
- Menganjurkan tiap anggota kelompok bercakap-cakap tentang topik
tertentu dengan orang lain pada kehidupan sehari-hari
- Memasukkan kegiatan bercakap-cakap pada jadwal harian klien
30
5). Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAKS berlangsung, khususnya pada saat
tahap kerja untuk menilai kemampuan klien melakukan TAKS. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAKS. Untuk
TAKS sesi 4, dievaluasi kemampuan verbal : menyampaikan topik
(menyampaikan topik secara jelas, ringkas, relevan dan spontan), kemampuan
secara verbal : memilih topik (memilih topik secara jelas, ringkas, relevan dan
spontan), kemampuan verbal : memberi pendapat (memberi pendapat secara
jelas, ringkas, releva dan spontan) dan nonverbal (kontak mata, duduk tegang,
menggunakan bahasa tubuh yang sesuai, mengikuti kegiatan dari awal sampai
akhir)
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika mengikuti TAKS
pada catatan proses keperawatan tiap klien. Pada TAKS sesi 4 klien mampu
bercakap-cakap secara verbal dan nonverbal, anjurkan klien berkenalan
dengan klien lain, dan buat jadwal.
e. Sesi 5 : TAKS
Tujuan
Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi dengan orang lain :
Metode
31
- Dinamika kelompok
- Diskusi dan tanya jawab
- Bermain peran/stimulasi
Langkah Kegiatan
1). Persiapan
2). Orientasi
a. Hidupkan kaset/CD pada tape recorder/CD player akan dihidupkan serta bola
diedarkan berlawanan dengan arah jarum jam (yaitu kearah kanan yang sedang
memegang bola)
b. Pada saat music dihentikan, anggota kelompok yang memegang bola mendapat
giliran untuk menyampaikan satu masalah pribadi yang ingin dibicarakan.
Dimulai oleh terapis sebagai contoh. (Terapis membri contoh masalah pribadi
yang dialami. Contoh sebaiknya dikaitkan dengan masalah interaksi dengan orang
lain, misalnya “sulit bercerita” atau tidak diperhatikan ayah/ibu.kakak/teman)
c. Tuliskan pada flipchart/whiteboard , masalah yang disampaikan
32
d. Ulangi a,b,c sampai semua anggota kelompok menyampaikan masalah yang ingin
dibicarakan
e. Hidupkan lagi music dan edarkan bola tenis. Pada saat dimatikan, anggota yang
memegang bola memilih masalah yang disukai untuk dibicarakan
f. Ulangi e sampai semua anggota kelompok memilih masalah yang ingin
dibicarakan
g. Terapis membantu menentukan topik yang paling banyak dipilih
h. Hidupkan lagi music dan edarkan bola tenis. Pada saat dimatikan anggota yang
memegang bola menyampaikan pendapat tentang masalah yang dipilih
i. Ulangi h sampai semua anggota menyampaikan pendapat
j. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk
tangan
Evaluasi
- Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
- Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
RTL
- Menganjurkan tiap anggota kelompok bercakap-cakap tentang masalah
pribadi dengan orang lain pada kehidupan sehari-hari
- Memasukkan kegiatan bercakap-cakap tentang masalah pribadi pada
jadwal harian klien
Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAKS berlangsung, khususnya pada saat
tahap kerja untuk menilai kemampuan klien melakukan TAKS. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAKS. Untuk TAKS
sesi 5, dievaluasi kemampuan .Dievaluasi kemampuan verbal klien
menyampaikan, memilih, dan memberi pendapat tentang percakapan mengenai
masalah pribadi, serta kemampuan non verbal.
33
Dokumentasi
f. Sesi 6 : TAKS
Tujuan
Langkah Kegiatan
1). Persiapan
34
- Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok (seperti yang sudah
disepakati pada terminasi sesi 5 TASK)
- Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2). Orientasi
a. Terapis membagi empat buah kartu kwartet untuk setiap anggota kelompok.
Sisanya diletakkan diatas meja
b. Terapis meminta tiap anggota kelompok untuk menyusun kartu sesuai dengan
seri (satu seri mempunyai 4 kartu)
c. Hidupkan kaset/CD pada tape recorder/CD player akan dihidupkan serta bola
diedarkan berlawanan dengan arah jarum jam (yaitu kearah kanan yang
sedang memegang bola)
d. Pada saat music dihentikan, anggota kelompok yang memegang bola memulai
permainan berikut :
Meminta kartu yang dibutuhkan (seri yang belum lengkap) kepada
anggota kelompok di sebelah kanannya
Jika kartu yang dipegang serinya lengkap, diumumkan pada kelompok
dengan membaca judul dan subjudul
Jika kartu yang dipegang serinya tidak lengkap diperkenankan
mengambil satu kartu dari tumpukan kartu diatas meja
Jika anggota kelompok memberikan kartu yang dipegang pada yang
meminta, ia berhak mengambil satu kartu dari tumpukan kartu diatas
meja
35
Setiap menerima kartu, diminta mengucapkan terimakasih
e. Ulangi2 atau c dan d jika d2 atau d3 terjadi
f. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk
tangan
Evaluasi
- Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
- Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
RTL
- Menganjurkan tiap anggota kelompok latihan bertanya, meminta,
menjawab dan memberi pada kehidupan sehari-hari dengan orang lain
pada kehidupan sehari-hari (kerjasama)
- Memasukkan kegiatan bekerjasama pada jadwal harian klien
Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAKS berlangsung, khususnya pada saat
tahap kerja untuk menilai kemampuan klien melakukan TAKS. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAKS. Untuk TAKS
sesi 6, dievaluasi kemampuan verbal klien dalam bertanya, meminta, menjawab
dan memberi serta kemampuan nonverbal..
Dokumentasi
36
g. Sesi 7 : TAKS
Tujuan
Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan kelompok yang telah
dilakukan
Setting
Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkungan dan ruangan nyaman dan
tenang
Alat
- Tape recorder/CD player
- Kaset/CD lagu : “Marilah Kemari” (Titiek Puspa). Jika tidak ada lagu
jenis ini, dapat diganti dengan lagu sejenis yang berirama riang.
- Bola tenis
- Buku catatan dan pulpen
- Jadwal kegiatan harian klien
Metode
- Dinamika kelompok
- Diskusi dan tanya jawab
Langkah Kegiatan
1). Persiapan
2). Orientasi
37
Lama kegiatan 45 menit
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
a. Hidupkan kaset/CD pada tape recorder/CD player dan edarkan bola tenis
berlawanan dengan arah jarum jam
b. Pada saat music dihentikan, anggota kelompok yang memegang bola
mendapat kesempatan menyampaikan pendapat tentang manfaat dari 6
kali pertemuan yang berlalu
c. Ulangi a dan b sampai semua anggota kelompok menyampaikan pendapat
d. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi
tepuk tangan
Evaluasi
- Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
- Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
- Menyimpulkan 6 kemampuan pada 6 kali pertemuan yang lalu
RTL
- Menganjurkan tiap anggota kelompok tetap melatih diri untuk 6
kemampuan yang telah dimiliki, baik di RS maupun dirumah.
- Melakukan pendidikan kesehatan pada keluarga untuk memberikan
dukungan pada klien dalam menjalankan kegiatan hidup sehari-hari
Kontrak yang akan datang
- Menyepakati rencana evaluasi kemampuan secara periodik
Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAKS berlangsung, khususnya pada saat
tahap kerja untuk menilai kemampuan klien melakukan TAKS. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAKS. Untuk TAKS
sesi 7, dievaluasi kemampuan klien menyampaikan manfaat TAKS yang telah
berlangsung selama 6 sesi secara verbal dan disetai kemampuan nonverbal..
Dokumentasi
38
Dokumentasikan kemampuan yang telah dapat diterapkan oleh klien sehari-hari.
Untuk klien yang telah mampu dianjurkan dan dievaluasi pada kegiatan sehari-
hari (melalui jadwal kegiatan harian). Jika klien belum mampu, klien dapat
disertakan pada kelopok TASK yang baru
12. Hasil - Hasil Penelitian Askep Pada Pasien Yang Mengalami Gangguan Isolasi
Sosial
Jurnal 1
Kemunduran fungsi sosial dialami seseorang di dalam diagnosa keperawatan jiwa disebut isolasi
sosial. Isolasi sosial merupakan keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya (Yosep,Sutini,
2014).
Dalam mengatasi masalah gangguan interaksi pada pasien gangguan jiwa khususnya pasien
isolasi sosial dapat dilakukan upaya – upaya tindakan keperawatan bertujuan untuk melatih klien
melakukan interkasi sosial sehingga klien merasa nyaman ketika berhubungan dengan orang lain.
Salah satu tidakan keperawatan tersebut yang termasuk kelompok terapi psikososial adalah
social skills training(SST). Latihan ketrampilan sosial atau yang sering disebut dengan
SST(Social SkillTraining)diberikan pada pasien dengan gangguan isolasi sosial untuk melatih
keterampilan dalam menjalin hubungan dengan orang lain dan lingkungannya secara optimal
bertujuan untuk mengajarkan kemampuan berinteraksi seseorang dengan orang lain.
Hasil :
39
Latihan keterampilan sosial secara luas memberikan keuntungan dengan meningkatkan interaksi,
ikatan aktivitas sosial, mengekspresikan perasaan kepada orang lain dan perbaikan kualitas kerja.
Pasien mulai berpartisipasi dalam aktivitas sosial seperti interaksi dengan teman dan perawat.
Simpulan :
Klien isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado sebelum
dilakukan latihan keterampilan sosialisasi klien paling banyak tidak mampu berinteraksi
Klien isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado setelah
dilakukan latihan keterampilan sosialisasi banyak klien dinyatakan mampu berinteraksi.
40
Terdapat pengaruh penerapan latihan keterampilan sosialisasi terhadap kemampuan
berinteraksi klien isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado.
Jurnal 2
TAK adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai
masalah keperawatan yang sama. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi, dan kelompok
digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling
bergantung, saling membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru
yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif. Stuart and Sundeen (2006)
menambahkan bahwa TAK dilakukan untuk meningkatkan kematangan emosional dan
psikologis pada klien yang mengidap gangguan jiwa pada waktu yang lama. TAK dapat
menstimulus interaksi diantara anggota yang berfokus pada tujuan kelompok. TAK Sosialisasi
juga membantu klien berinteraksi/berorientasi dengan orang lain. Terapi Aktivitas Kelompok :
Sosialisasi (TAKS) merupakan suatu rangkaian kegiatan yang sangat penting dilakukan untuk
membantu dan memfasilitasi klien isolasi sosial untuk mampu bersosialisasi secara bertahap
melalui tujuh sesi untuk melatih kemampuan sosialisasi klien. Ketujuh sesi tersebut diarahkan
pada tujuan khusus TAKS, yaitu : kemampuan memperkenalkan diri, kemampuan berkenalan,
kemampuan bercakap-cakap, kemampuan menyampaikan dan membicarakan topik tertentu,
kemampuan menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi, kemampuan bekerja sama,
kemampuan menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAKS yang telah dilakukan.
Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan dalam TAKS yaitu tahap persiapan, orientasi, tahap
kerja dan tahap terminasi dengan menggunakan metode dinamika kelompok, diskusi atau tanya
jawab serta bermain peran atau stimulasi.
Hasil :
41
42
Tabel 2. di atas memperlihatkan bahwa semua responden (100%) mengalami perubahan perilaku
isolasi sosial, yang berarti bahwa terjadi penurunan perilaku isolasi sosial dari sebelum dan
sesudah perlakuan dalam rentang 6 sampai 11 dengan nilai ratarata pretest 31,5 dan nilai rata-
rata posttest 40,1.
Simpulan :
Penelitian ini menyimpulkan bahwa seluruh responden mengalami penurunan perilaku isolasi
sosial setelah diberikan TAKS. Selain itu, terdapat pengaruh yang bermakna pada pemberian
TAKS terhadap perubahan perilaku klien isolasi sosial.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Kasus Asuhan Keperawatan Pasien dengan Isolasi sosial
Seorang laki-laki berusia 30 tahun dibawa keluarga kepoli psikiatri dengan keluhan pasien
tidak mau keluar kamar, jarang berbicara dengan orang lain, lebih senang sendiri dan suka
melamun. Hasil pengkajian klien pernah mengalami gangguan jiwa 1 tahun yang lalu dan di
rawat di RSJ, terdapat riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa yaitu ayahnya,
tidak teratur minum obat sejak 2 bulan yang lalu. Klien malas mandi, gigi kotor dan nafasnya
bau.
1. Rentang Respon
Berdasarkan kasus di atas, rentang respon yang sesuai dengan kasus yaitu:
Respon transisi
Menarik diri : Perilaku menghindar dari orang lain.
43
Respon maladaptif
Isolasi sosial : Suatu keadaan kesepian yang dialami seseorang karena orang lain
menyatakan sikap yang negatif dan mengancam.
2. Pengkajian
a. Faktor Predisposisi
Faktor biologis : Pasien pernah mengalami gangguan jiwa 1 tahun yang lalu dan
dirawat di RSJ, terdapat riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa yaitu
ayahnya.
b. Faktor Presipitasi
Pasien tidak teratur minum obat sejak 2 bulan yang lalu.
c. Tanda dan Gejala
1) Pasien tidak mau keluar kamar.
2) Pasien jarang berbicara dengan orang lain.
3) Pasien lebih senang sendiri.
4) Pasien sering melamun.
5) Pasien malas mandi.
6) Gigi pasien kotor dan napasnya bau.
d. Sumber Koping
Sumber koping pasien dalam kasus ini adalah keluarga. Klien memiliki anggota
keluarga yang peduli terhadap dirinya, dan keluarga masih mengkhawatirkan keadaan
pasien.
e. Mekanisme koping
Isolasi : Pasien tidak mau keluar kamar dan jarang berinteraksi dengan orang lain
5. Intervensi
No DX Intervensi
1 A. Intervensi Individu
1. Membina hubungan saling percaya.
Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
Berkenalan dengan pasien, seperti perkenalkan nama dan nama panggilan
yang Anda sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan pasien.
Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi
Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini.
Buat kontrak asuhan, misalnya apa yang Anda akan lakukan bersama
pasien, berapa lama akan dikerjakan, dan tempatnya di mana.
Dengarkan dengan penuh perhatian
Jelaskan bahwa Anda akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk
kepentingan terapi.
Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien.
Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan
2. Tanyakan pada klien tentang :
Orang yang tinggal serumah atau teman sekamar klien
Orang yang paling dekat dengan klien dirumah atau diruang perawatan
46
Apa yang membuat klien tidak dekat dengan orang tersebut
Upaya yang sudah dilakukan agar dekat dengan orang lain
3. Diskusikan dengan klien penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul dengan
orang lain
4. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
5. Membantu pasien menyadari perilaku isolasi sosial.
Tanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang
lain.
Tanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin berinteraksi dengan
orang lain.
Diskusikan keuntungan bila pasien memiliki banyak teman dan bergaul
akrab dengan mereka.
Diskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan tidak
bergaul dengan orang lain.
Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik pasien.
6. Melatih pasien berinteraksi dengan orang lain secara bertahap.
Jelaskan kepada pasien cara berinteraksi dengan orang lain.
Berikan contoh cara berbicara dengan orang lain.
Beri kesempatan pasien mempraktikkan cara berinteraksi dengan orang
lain yang dilakukan di hadapan Anda.
Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang teman/anggota
keluarga.
Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi
dengan dua, tiga, empat orang, dan seterusnya.
Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh
pasien.
Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi
dengan orang lain. Mungkin pasien akan mengungkapkan keberhasilan
atau kegagalannya. Beri dorongan terus-menerus agar pasien tetap
semangat meningkatkan interaksinya.
B. Intervensi Keluarga
C. Intervensi TAKS
TAKS Sesi 1
Tujuannya klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap,
nama panggilan, asal, dan hobi dengan kegiatan menggunakan bola tenis yang diputar
lalu diiringi lagu
TAKS Sesi 2
Tujuannya klien mampu memperkenalkan identitas diri sendiri : nama lengkap, nama
panggilan, asal, hobi dan mampu menanyakan identitas diri anggota kelompok lain :
nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi dengan kegiatan menggunakan bola tenis
yang diputar lalu diiringi lagu
TAKS Sesi 3
Klien mampu menanyakan kehidupan pribadi kepada satu orang anggota kelompok
Menjawab tentang kehidupan pribadi (Kehidupan pribadi yang dimaksud adalah hal-hal
yang menyangkut kehidupan klien sebagai pribadi, misalnya cerita tentang keluarga,
pekerjaan/sekolah, atau profesi. Sebaiknya, terapis menentukan topik kehidupan pribadi
yang akan diceritakan kepada anggota kelompok lain), menggunakan bola tenis yang
diputar lalu diiringi lagu
TAKS Sesi 4
Klien mampu menyampaikan topik pembicaraan tertentu dengan anggota kelompok ,
yaitu menyampaikan topik yang ingin dibicarakan, dan memilih topik yang ingin
dibicarakan, serta memberi pendapat tentang topik yang dipilih. Menggunakan bola
tenis yang diputar lalu diiringi lagu dan whiteboard
TAKS Sesi 5
Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi dengan orang lain,
seperti mampu menyampaikan masalah pribadi, mampu memilih satu masalah untuk
dibicarakan, dan memberi pendapat tentang masalah pribadi yang dipilih menggunakan
bola tenis yang diputar lalu diiringi lagu dan whiteboard
TAKS Sesi 6
Klien mampu bekerjasama dalam permainan sosialisasi kelompok seperti bertanya dan
meminta sesuai dengan kebutuhan pada orang lain, serta menjawab dan memberi pada
48
orang lain sesuai dengan permintaan menggunakan bola tenis yang diputar lalu diiringi
lagu dan menggunakan kartu kwartet
TAKS Sesi 7
Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan kelompok yang telah
dilakukan
49
BAB IV
PENUTUP
Simpulan
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Isolasi sosial merupakan
keadaan ketika individu atau kelompok memiliki kebutuhan atau hasrat untuk memiliki
keterlibatan kontak dengan orang, tetapi tidak mampu membuat kontak tersebut (Carpenito-
Moyet, 2009).
Terdapat rentang respon isolasi sosial meliputi 3, yaitu Respon adaptif (Pikiran logis,
Persepsi akurat, Emosi konsisten dengan pengalaman, Perilaku sesuai, Hubungan sosial ),
Respon transisi (Distorsi pikiran, Ilusi , Reaksi emosi berlebihan atau berkurang, Perilaku aneh
dan tidak biasa, Menarik diri ), Respon maladaptif ( Gangguan pikiran atau delusi, Halusinasi,
Sulit berespon emosi, Perilaku kacau , Isolasi sosial ).
Pengkajian isolasi sosial meliputi, yaitu 1). Faktor Predisposisi (Faktor perkembangan,
Faktor Biologis, Faktor social budaya), 2). Faktor Presipitasi (Stresor sosiokultural, Stresor
psikologik, Stresor Intelektual, Stresor fisik).
Intervensi yang dapat dilakukan pada pasien isolasi sosial ada tiga jenis yaitu intervensi kepada
individu, intervensi kepada keluarga dan intervensi terapi aktivitas kelompok (TAK)
50
DAFTAR PUSTAKA
Gail W, Stuart. 2016. Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart. Buku 1 Edisi
Indonesia. Singapore : Elseivier
Keliat, Budi Anna. Pawirowiyono, Akemat. 2016. Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas
Kelompok. Jakarta :EGC
51