Anda di halaman 1dari 2

Prosedur pemeriksaan antemortem

1. Pemeriksaan dilakukan dalam 24 jam selama pemotongan dengan posisi hewan berdiri.
Pemeriksaan yang diperhaikan adalah jenis kelamin,umur, abnormalitas atau gejala penyakit,
tingkah laku dan kebersihan hewan
2. Pemeriksaan dilakukan dengan sistematis dengan metode inspeksi, palpasi. Pemeriksaan yang
dilakukan adalah status gizi, kelainan saat hewan berdiri, reaksi terhadap lingkungan, keadaan
rambut dan kulit, pemeriksaan alat pernapasan (hidung, frekuensi napas), keadaan alat
pencernaan (dari mulut, anus, feses), pemeriksaan organ reproduksi, suhu tubuh.
3. Keputusan pemeriksaan a) Hewan diizinkan untuk disembelih tanpa syarat, b) Hewan
diizinkan disembelih dengan syarat, c) Hewan ditunda untuk disembelih dan d) hewan ditolak
untuk disembelih
4. Alasan hewan ditunda: a) Suhu diatas 40oC (normal 38,5-39,5) dicurigai adanya anthrax. b)
ditemukannya 5 D (Dead, dying, dissease, dissable, drugs)

Letak limfoglandula
Kepala : Ln parotidea, submaxillaris, rertropharyngealis,
Thorax : Ln bifucartio sinistra, medius, dextra,Ln mediastinalis cranial dan caudal, Ln
tracheobrochilais cranialis
Karkas : Ln Cervicalis superficialis, Ln axillaris propius, Ln primae costae, Ln. cravialis,
Ln costocervicalis, Ln. popliteus, Ln Subiliacus, Ln ischiadius, Ln illiacus medial et lateral,
Ln illeofemoralis, Ln lumbales aortici, Ln inguinalis superficialis
Prosedur Pemeriksaan postmortem
1. Pemeriksaan dilakukan secara sisematis, dengan metode inspeksi, palpasi, insisi dimulai dari
kepala, organ, karkas
2. Keputusan pemeriksaan a) Dapat dikonsumsi, b) Dimusnahkan seluruhnya, c) Dimusnahkan
sebagian dan d) bersyarat

Dasar Hukum RPH adalah Undang Undang No 18 tahun 2009, Permentan no 13 tahun 2010
tentang persyaratan RPH dan Unit Penanganan Daging, Karantina Permentan no 61 tahun
2015 tentang Pemberantasan penyakit hewan dan PP no 47 tahun 2014 tentang
pengendalian dan pemberantasan penyakit hewan. Permentan no 48 tahun 2016 tentang
Upaya khushs percepatan peningkatan populasi kerbau dan sapi bunting yang mengatur
tentang pengawasan pemotongan betina produktif di RPH

Prosedur pelaporan PHMS menurut PP no 47 tahun 2014 tentang Pengendalian dan


pemberantasan penyakit hewan. Peternak melaporkan kepada dinas terkait kemudian dinas
akan melakukan pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter hewan berwenang atau petugas
kesehatan hewan pemeriksaan meliputi pengambilan sampel dll. Kemudian dilakukan pengujian.
Hasil pengujian disampaikan kepada pejabat otoritas veteriner daerah untuk dilakukan kajian
epidemiologis. Hasil kajian epidemiologis disampaikan kepada pejabat otoritas veteriner
nasional untuk selanjutnya disampaikan kepada menteri sebagai landasan penetapan status
kesehatan hewan secara nasional

Anda mungkin juga menyukai