Oleh:
Jeffrys Salsabila, S.KH. (210130100111091)
Archangela Grethania, S.KH. (210130100111064)
David Christian, S.KH. (210130100111083)
Raisi Putri Jorecio, S.KH. (210130100111062)
Oleh:
Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Dokter Hewan
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Brawijaya
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan “Laporan Kegiatan
Program Pendidikan Dokter Hewan Rotasi Kesehatan Masyarakat Veteriner yang
Dilaksanakan di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu”, dengan lancar tanpa ada
hambatan yang berarti. Laporan ini menjadi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Dokter
Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya.
Dengan penuh hormat dan ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada beberapa
pihak, yaitu:
1. drh. Dyah Ayu Oktavianie A.P., M. Biotech, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Brawijaya yang kesempatan, bimbingan, nasehat dan arahan yang tiada hentinya
kepada penulis.
2. drh. Nofan Rickyawan, M.Sc, selaku ketua prodi PPDH, atas segala kesempatan, bimbingan,
nasehat dan arahan yang tiada hentinya kepada penulis.
3. drh. Ajeng Erika P.H., M.Si, selaku dosen koordinator rotasi kesehatan masyarakat veteriner
atas segala kesempatan, bimbingan, nasehat dan arahan yang tiada hentinya kepada penulis.
4. drh. Lisa Dyah Andriyani selaku dokter pembimbing lapang yang telah memberikan
bimbingan serta ilmu yang bermanfaat kepada penulis.
5. Pimpinan dan seluruh pegawai Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu atas
kesempatan, fasilitas, pengalaman, saran, motivasi, bimbingan yang telah diberikan.
6. Keluarga besar dan teman teman penulis yang selalu memberikan dukungan, semangat,
bimbingan untuk penulis. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini tidak
lepas dari kekurangan karena kerterbatasan waktu, tenaga, materi, dan pengetahuan penulis.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Daftar Kegiatan PPDH di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu..................3
Tabel 3.1 Syarat susu segar sesuai SNI 3141 Tahun 2011.................................................................27
Tabel 3.2 Keputusan Antemortem Pada Sapi.....................................................................................29
Tabel 3.3 Hasil Pemeriksaan Postmortem..........................................................................................30
vi
BAB I PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran dokter hewan dalam Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu
dalam menjaga kesehatan dan kesejahteraan hewan?
2. Bagaimana peran dokter hewan dalam menyediakan produk pangan asal hewan yang ASUH
dan bebas dari penyakit di Kota Batu?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui peran dokter hewan dalam Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu
dalam menjaga kesehatan dan kesejahteraan hewan.
2. Mengetahui peran dokter hewan dalam menyediakan produk pangan asal hewan yang
ASUH dan bebas dari penyakit di Kota Batu.
1.4 Manfaat
Manfaat yang didapatkan Mahasiswa PPDH pada Rotasi Kesehatan Masyarakat Veteriner
pada Dinas dan RPH yaitu, dapat mengetahui serta memahami peran, fungsi, serta tugas pokok
dokter hewan dalam Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu dalam bidang kesehatan
hewan, kesehatan masyarakat veteriner, dan kesejahteraan hewan.
2
BAB II METODE
Tabel 2.1 Daftar Kegiatan PPDH di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu.
- Pemeriksaan postmortem di
22 April 2022
RPH Kota Batu
- Presentasi Laporan
Kegiatan dan diskusi
Pengumpulan laporan kegiatan
23 April 2022
Dinas
3
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Dinas Pertanian Kota Batu.
2.3 Studi Pustaka tentang Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Dokter Hewan di Bidang
Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner
2.3.1 Tugas Pokok dan Fungsi Dokter Hewan di Bidang Keswan dan Kesmavet
Menurut Undang-Undang No 18 Tahun 2009 tentang peternakan dan kesehatan
hewan, Dokter hewan memiliki tugas pokok dan fungsi di bidang Kesehatan hewan dan
kesejahteraan hewan. Kesehatan masyarakat veteriner merupakan segala aspek yang
berhubungan dengan hewan dan produk asal hewan yang secara langsung atau tidak
langsung memengaruhi kesehatan manusia. Sedangkan kesehatan hewan merupakan
segala hal yang berkaitan dengan pengendalian, perawatan, pengobatan, kontrol
kesehatan, reproduksi, penyakit, serta pakan untuk hewan. Dokter Hewan di dalam
bidang keswan dan kesmavet berwenang melaksanakan tugas pokok dalam bidang
keswan dan kesmavet yang diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia
Nomor 08 Tahun 2019 Tentang Pejabat Otoritas Veteriner dan Dokter Hewan
Berwenang.
Fungsi Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner dimuat dalam Peraturan Menteri
Pertanian No.61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementrian Pertanian, sebagai berikut:
4
pengujian dan sertifikasi produk hewan.
Tugas Seksi Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner termuat dalam
Peraturan Walikota Batu Nomor 84 Thun 2016, antara lain:
5
12. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang
Rekomendasi
Pemohon Kabupaten / Kota
Dinas Provinsi
(max 30 hari) Penilaian Tim Auditor
(maks. 21 hari kerja)
Persyaratan
Lengkap
Rekomendasi
Tim Auditor
Pemberitahuan ke
Pemohon (maks.
7 hari)
Sertifikat NKV
Terbit/Ditunda/Ditolak
(maks. 14 hari kerja)
Masa berlaku NKV dibatasi selama 5 (Lima) tahun semenjak ditetapkan sesuai
dengan ketentuan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 11 Tahun 2020 tentang Sertifikasi
Nomor Kontrol Veteriner.
2.3.4 Administrasi dan Lalu Lintas
1. Berhubungan dengan administrasi, terdapat dua kantor :
- Pelaksana teknis : pusat kesehatan hewan, rumah potong hewan
- Secara kedinasan/surat menyurat : Balai kota among tani/block office terletak di
8
lantai tiga gedung B dinas pertanian dan Ketahanan pangan.
10
Daging yang baik layak dikonsumsi oleh masyarakat akan ditandai dengan stampel
dengan zat warna yang tidak membahayakan kesehatan manusia. Stempel ini diberikan
oleh keurmaster yang bertugas sebelum dijual. Stampel wajib diberikan pada daging
setelah pemeriksaan postmortem di RPH. Stempel memiliki bentuk yang berbeda untuk
setiap hewan, pada stampel terdapat tulisan pada bagian atas yaitu nama RPH; pada bagian
tengah terdapat tulisan “baik”, “baik bersyarat”, “baik diawasi”, atau “afkir”, kemudian
pada bagian bawah terdapat Nomor Kontrol Veteriner (Kementan, 1992).
Manfaat dari sistem ini adalah kecepatan informasi dan kegiatan ini terkoneksi
dengan lintas instansi tentunya yang menangani fungsi peternakan dan Kesehatan Hewan
sebagai contoh misalkan di suatu daerah terjadi kasus (Rabies) setelah ditangai petugas
kesehatan hewan maka petugas melaporkan ke atasan, lanjut melaporkan ke ISIKHNAS.
Apabila mengambil sampel otak hewan, laboratorium BBVET yang termasuk areal
kerjanya sudah siap menerima dan memeriksa sampel otak tersebut dan
menginformasikan balik hasil pemeriksanya kepada petugas yang mengirim sample,
untuk dapat melakukan tidak lanjut dari hasil yang diperoleh.
12
2.4 Standar Operasional Prosedur
2.4.1 Pemeriksaan Susu
Sampel Susu
Dibeli susu sebanyak 24 sampel dari peternak yang menyetorkan susu ke tempat
penampungan sementara (TPS) Desa Tlekung
Diperiksa susu secara organoleptik meliputi perubahan warna, bau dan kekentalan pada
susu
Diperiksa kebersihan susu secara langsung dengan indera penglihatan, uji kebersihan
terhadap susu segar dilakukan untuk melihat adanya kotoran yang terdapat dalam susu
Diperiksa susu dengan uji alkohol dan uji didih. Uii alkohol dilakukan dengan
memasukkan 5 ml susu segar ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan alkohol 70%
dengan perbandingan 1:1, sedangkan uji didih dilakukan dengan menmemasukan sampel
susu kedalam tabung reaksi dan didihkan dengan di atas Bunsen. JIka di temukan
gumpalan menandakan susu berkualitas kurang bagus
Diperiksa kualitas susu menggunakan milk analyzer, dituang sampel susu ke dalam gelas
milk analyzer, sampel susu disedot masuk, kemudian ditekan enter dan dipilih “cow” untuk
sampel air susu
Hasil Pemeriksaan
Sapi
Pengusaha/jagal membawa ternak yang akan dipotong ke RPH Kota Batu disertai
dengan dokumen penunjang yang disyaratkan
Melakukan pendaftaran dan pembayaran retribusi pada petugas loket
Ternak diistirahatkan di kandang istirahat minimal 12 jam sebelum dilakukan
pemotongan
Dilakukan pemeriksaan antemortem dan pengisian form antemortem oleh dokter
hewan yang bertugas
Hasil pemeriksaan antemortem terdapat 3 keputusan, 1) ternak sehat, hewan boleh
dipotong 2) Ternak dicurigai mengidap penyakit tertentu, hewan ditangguhkan untuk
dipotong menunggu hasil uji laboratorium dan pemeriksaan penujang lainnya 3)
Ternak di tolak untuk dipotong jika betina produktif atau bunting, ternak
dikembalikan ke peternak
Dilakukan pemotongan ternak pukul 23.00-04.00 WIB
Pemeriksaan postmortem oleh dokter hewan atau keurmaster
Daging dan jeroan baik langsung dibawa ke petugas penimbang daging dan
pendistribusian, dan keluarlah surat pemeriksaan postmortem, jika daging dan jeroan
jelek dapat dimusnahkan atau diafkir Sebagian atau seluruhnya dan tidak boleh
diperjualbelikan sebagai bahan pangan manusia
13
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Implementasi Tugas Pokok dan Fungsi Dokter Hewan di Bidang Kesehatan Hewan
Terdapat beberapa tugas dokter hewan dalam bidang kesehatan hewan, pertama dalam
pelayanan kesehatan hewan seperti dalam meningkatkan produksi ternak dengan melakukan
inseminasi buatan, pemeriksaan rutin kebuntingan, lalu pemberian vaksinasi, pengobatan,
hingga edukasi kepada ternak. Lalu lintas hewan masuk dalam pelayanan administrasi yang
dilakukan oleh dokter hewan, dimana dokter hewan yang akan mengeluarkan Surat keterangan
Kesehatan Hewan (SKKH) untuk hewan hidup dan Surat Keterangan Bahan Hasil Hewan
(SKBAH) untuk produk hewan, drh. Lisa sebagai penanggung jawab hal tersebut yang berada
di Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) Kota Batu. Kedua, pelaporan iSIKHNAS (Sistem
Informasi Kesehatan Hewan Nasional) yang memiliki fungsi untuk menghimpun dan
mengelola data-data kesehatan hewan dan lainnya yang terkait dalam satu sistem yang mudah
diakses. Selain itu dapat menghubungkan data laboratorium dengan laporan penyakit, peta
dengan data lalu lintas hewan atau laporan wabah, data rumah potong dengan data produksi dan
populasi. Hal ini sangat membantu para pengambil kebijakan di berbagai tingkat, terutama bagi
yang bekerja dalam bidang kesehatan hewan. Sosialisasi AUTS/K (Asuransi Usaha Ternak
Sapi/Kerbau), dikeluarkan oleh Kementrian Pertanian melalui Direktorat jenderal Prasarana
dan Sarana Pertanian yaitu Kepmentan Nomor 56/Kpts/SR.230/B/06/2016 berisi pedoman
alokasi kegiatan berupa fasilitasi model asuransi yaitu AUTS/K. AUTS/K sendiri merupakan
bentuk perlindungan terhadap kemungkinan terjadinya risiko akibta sapi/kerbau mengalami
kematian, yaitu dengan cara pemerintah memberikan pembayaran premi AUTS/K dalam
pembibitan dan atau pembiakan (Anam, 2018).
3.2 Implementasi Tugas Pokok dan Fungsi Dokter Hewan di Bidang Kesmavet
Tugas pokok dan fungsi dokter hewan dalam bidang kesmavet pada dinas Kota Batu adalah
Tugas pokok dan fungsi dokter hewan dalam bidang Kesehatan Masyarakat Veteriner di Dinas
Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Batu antara lain melakukan pengawasan keamanan
produk asal hewan. Produk hewan yang dikonsumsi masyarakat harus memenuhi kriteria Aman,
Sehat, Utuh dan Halal (ASUH) oleh sebab itu untuk menjamin penyediaan produk hewan yang
ASUH perlu dilakukan pengawasan terhadap produk dengan pemeriksaan rutin setiap satu bulan
sekali. Sampel produk yang diambil meliputi daging sapi, daging ayam, telur ayam dan cecek di
pasar kota Batu dan susu segar di Tempat Penampungan Susu (TPS) yang tersebar di kota Batu.
Upaya pengawasan keamanan produk asal hewan ditempuh dengan sistem standarisasi
pada setiap pelaku usaha pangan asal hewan (PAH). Kebijakan yang diterapkan untuk
14
meningkatkan jaminan keamanan dan mutu pangan dengan pemberian Nomor Kontrol Veteriner
(NKV). Nomor Kontrol Veteriner sebagai bukti tertulis yang sah telah dipenuhinya persyaratan
hygiene sanitasi sebagai kelayakan dasar jaminan keamanan. Di kota Batu tercatat pemegang
NKV level 1 tingkat ekspor-impor yaitu KUD Batu, PT. Dairy Pro dan Hypermart Lipoplaza
Batu. NKV level 2 diperuntukan untuk unit usaha tingkat nasional dan level 3 sebagai tingkat
regional yaitu PT. Jatim Park Group.
Setiap hewan yang akan dipotong di Rumah Potong Hewan Kota Batu dilakukan
pemeriksaan antemortem dan postmortem oleh dokter hewan dan paramedik yang berwenang.
Pemeriksaan antemortem bertujuan untuk mencegah pemotongan hewan yang menunjukkan
gejala penyakit hewan menular dan zoonosis, menentukan keputusan hewan dapat dipotong,
ditunda atau tidak boleh dipotong, serta pengawasan pemotongan sapi betina produktif.
Pemeriksaan postmortem bertujuan untuk menjamin karkas, daging dan jeroan aman dan layak
beredar dan dikonsumsi, mencegah peredaran organ abnormal seperti kasus fasciolosis,
brucellosis dan cacing jantung.
16
d. Kedalaman Rongga Udara
Hasil penelitian kedalaman rongga udara dari telur yang beredar di Kota Manokwari,
pada pengamatan periode 1 terlihat bahwa kedalaman rongga udara telur bervariasi dari 0,35
cm (pada peternak lokal) hingga 0,78 cm (pada kios/warung yang ada di kompleks Amban).
Demikian juga pada periode 2 pengamatan, telur yang memiliki kedalaman rongga udara paling
bagus adalah yang dikumpulkan dari peternak lokal (0,20 cm) dan yang paling besar rongga
udaranya diamati pada telur yang dikumpulkan dari Kompleks Jalan Baru (0,70 cm).
Secara statistik kedalaman rongga udara yang diamati pada telur-telur dari peternak lokal
berbeda sangat nyata (t hit < t tabel) dengan kedalaman rongga udara telur-telur yang berasal
dari lokasi lain baik pada periode 1 dan periode 2 pengamatan. Hal ini menunjukkan bahwa
telur dari peternak lokal memiliki rongga udara lebih bagus dibandingkan dengan telur-telur
yang dikumpulkan dari lokasi lain. Ini disebabkan karena telur dari peternak lokal relatif
baru/segar, artinya telur-telur tersebut belum mengalami penyimpanan yang mempengaruhi
kualitas rongga udara seperti pada telur-telur yang didatangkan dari luar Kota Manokwari.
Menurut Yawanta (2004) bahwa telur akan mengalami perubahan kualitas seiring dengan
lamanya waktu penyimpanan. Menurut Rumanoff dan Rumanof (1963) bahwa telur yang
normal memiliki kedalaman rongga udara sekitar 0,3 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
telur yang beredar di Kota Manokwari yang memiliki kedalaman rongga udara di atas 0,3 cm.
adalah telur yang bukan berasal dari peternak lokal (telur impor).
e. Indeks Albumin
Rata-rata indeks albumen telur yang beredar di Kota Manokwari bervariasi. Hal ini
mengindikasikan bahwa telur yang diamati memiliki kandungan putih telur yang bervariasi dari
encer hingga kental. Menurut Buckle et al (1985), telur yang baik kualitasnya memiliki indeks
albumen kecil, sebaliknya telur dengan indeks albumen besar tergolong kualitas rendah. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa telur-telur yang memiliki indeks albumen lebih baik adalah
telur yang dikumpulkan dari peternak lokal. Artinya, telur lokal memiliki kualitas lebih baik
dibandingkan dengan telur impor
f. Intensitas Warna Yolk
Kecerahan kuning telur merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk
menentukan kualitas telur. Telur yang beredar di Kota Manokwari memiliki intensitas warna
kuning yang bervariasi dari warna kuning telur cerah hingga kuning tua. Menurut Umar et al
(2001), telur dengna intensitas warna kuning telur 6-8 tergolong kualitas sedang, sedangkan
warna kuning telur >8 tergolong kualitas tinggi (warna yolk orange/kuning tua) Warna kuning
telur dengan intensitas >8 didapatkan pada telur dari peternak lokal pada pengamatan periode
17
2. Warna kuning telur ditentukan oleh pigmen xantofil. Faktor lain yang menentukan warna
kuning telur adalah jumlah produksi telur yang dihasilkan oleh induk. Telur yang berasal dari
induk dengan produksi telur tinggi meiliki warna kuning telur lebih muda dibandingkan dengan
telur yang berasal dari ayam berproduksi rendah. Pigmen yang diperoleh dari ransum dibagikan
merata pada sejumlah telur yang dihasilkan
g. Haugh Unit
Studelman dan Conterill (1995), telur dengan nilai haugh unit ≤ 30 termasuk kelas C
(rendah atau jelek), 31-54 termasuk kelas B (sedang), 55-78 termasuk kelas A (baik) dan ≥ 79
termasuk kelas AA (baik sekali). Hasil penelitian rata-rata haugh unit dari telur yang dijual di
Kota Manokwari ditampilkan pada Tabel 9. Telur dengan kualitas baik sekali (HU 75,95)
hanya ditemukan pada telur yang berasal dari peternak lokal pada periode 2. Hal ini
dikarenakan telur yang diamati tersebut baru beberapa jam ditelurkan langsung dilakukan
pengamatan. Berbeda dengan telur dari peternak lokal pada periode 1 yang sudah disimpan
beberapa hari pada saat pengumpulan telur sehingga nilai haugh unit sudah menurun (nilai HU
73,16) Kualitas telur C (rendah/jelek) diamati pada periode 1 pada telur yang berasal dari salah
satu supermarket.
Bagi sebagian masyarakat, cecek merupakan bahan pangan yang disukai sebagai
makanan khas tradisional. Bahan pangan ini dibuat dari kulit sapi yang dikeringkan terlebih
dahulu. Pemeriksaan cecek tak luput dari pemeriksaan bahan pangan antara lain pemeriksaan
organoleptik dan pemeriksaan formalin. Pemeriksaan organoleptik pada cecek diamati bau,
warna dan konsistensi menggunakan pancaindera dilanjutkan dengan pemeriksaan pH dan uji
formalin (Refwalu etal., 2016). Tingkat keasaman (pH) merupakan indikator untuk menentukan
intensitas keasaman atau kebasaan dari cecek dan uji formalin bertujuan untuk menganalisis
formalin pada cecek di kota Batu yang berbahaya apabila tertelan (Merthayasa et al., 2015)
21
3.7 Pemeriksaan Susu
Pemeriksaan susu Pemeriksaan susu yang dilakukan pada tanggal 21 April 2022 oleh
petugas kesehatan masyaratan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu, doperoleh dari
20 peternak susu di KUD Tlekung, Kota Batu. Sampel susu yang telah dikoleksi dapat diperiksa
dengan pemeriksaan fisik (organoleptic), uji alcohol, uji didih dan uji kualitas susu.
24
5. Uji kualitas susu
Pemeriksaan kualitas susu dapat dilakukan dengan menggunakan milk analyzer. Sebelum
dilakukan pemeriksaan, bahan-bahan yang akan digunakan nanti dapat dipersiapkan terlebih
dahulu seperti sampel susu, milk analyzer , alat tulis dan spuit). Sampel susu dituang kedalam
gelas milk analyzer, lalu sampel susu akan disedot masuk kedalam milk analyzer , kemudian
tekan enter dan dipilih “cow” untuk sampel susu, kemudian tunggu beberapat saat dan akan
muncul hasil pada layar milk analyzer , akan telrihat hasil yang meliputi F (lemak), D (Berat
Jenis), L (Laktosa), S (bahan kering tanpa lemak), P (protein), W (tambahan air) (Kementrian
Pertanian, 2016).
Hasil pemeriksaan susu dengan milk analyzer , dari ke-20 sampel susu memiliki rata pH
yaitu 6, lemak 3.5, laktosa 4.5 , bahan kering tanpa lemak 8.5 , dan protein 3. Susu segar yang
baik menurut SNI 3141 Tahun 2022, yaitu memiliki syarat kadar lemak minimum 3%, kadar
bahan kering tanpa lemak minimum 7.8%, protein minimum 2.8%, pH 6,3-6,8. Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi adanya peningkatan kadar lemak antara lain faktor genetic, pakan ,
cara pemeliharaan , iklim, masa laktasi , dan kesehatan hewan (Widyawati dkk, 2020).
Tabel 3.1 Syarat susu segar sesuai SNI 3141 Tahun 2011
25
3.8 Analisa Kelayakan Desain di Rumah Potong Hewan (RPH)
Berdasarkan jenis kegiatan usaha tempat pemotongan, Rumah Potong Hewan terbagi
menjadi 3 katagori yaitu :
Katagori I yaitu kegiatan pemotongan hewan milik sendiri di RPH milik sendiri
Katagori II yaitu kegiatan menjual jasa pemotongan hewan, melaksanakan pemotongan
hewan milik orang lain
Katagori III yaitu kegiatan pelaksanaan pemotongan hewan milik orang lain
RPH Kota Batu termasuk dalam katagori ke II yaitu berdasarkan jenis usaha tempat
pemotongan yang melaksanakan pemotongan hewan milik orang lain sekaligus menjual jasa
pemotongan hewan.
Berdasarkan pengamatan dilapangan, lokasi Rumah Potong Hewan Kota Batu telah
sesuai dengan syarat pendirian RPH yaitu terletak di wilayah yang tidak padat penduduk
sehingga tidak menimbulkan gangguan pencemaran, tidak berada di daerah industri bahan
kimia dan logam, tidak rawan banjir, memiliki akses air bersih yang memadai serta lahan
yang cukup luas. Bangunan dari Rumah Potong Hewan Kota Batu terdiri dari bangunan
utama, lokasi perununan hewan serta adanya kendang peristirahatan dan penampungan hewan
sementara, kendang khusus untuk karantina (isolasi), kemudian di bangunan utama ada ruang
pelayuan berpendingin serta area loading daging dan karkas. Dibangunan lain terdapat kantor
dokter hewan, kantor administrasi, kantin, musholla, ruang istirahat karyawan, kamar mandi,
toilet, dan bangunan security di gerbang pintu masuk, sarana penanganan limbah dan rumah
jaga. Namun yang belum ada adalah fasilitas pemusnahan bangkai atau produk yang tidak
dapat dimanfaatkan atau incinerator. Kemudian pada beberapa sudut yang seharusnya
pertemuan antara dinding dengan lantai dan dinding dengan dinding berbentuk lengkung,
namun masih membentuk sudut siku-siku, Ventilasi pintu dan jendela yang seharusnnya
dilengkapi dengan kawat kasa namun masih ada yang terbuka tanpa pelindung kasa. Untuk
bahan dinding, kontruksi dan langit – langit sudah sesuai.
Gambar 3. 5 Tempat pemotongan hewan sebagai ruang kotor di RPH Kota Batu
26
Gambar 3. 6 Tempat pemotongan hewan sebagai ruang bersih di RPH Kota Batu
Desain tata ruang dan konstruksi RPH Kota Batu sudah sesuai sehingga alur proses
berjalan searah dan meminimalisisr kontaminasi serta memenuhi persyaratan teknis dan
hygiene. Kandang istirahat berada di sebelah timur dari bangunan utama RPH dan dapat
menampung hingga 10 – 15 sapi. Kandang ini terhubung dengan jalur unloading atau
penurunan hewan dari truk pengangkut. Kandang didesain terbuka, sehingga pertukaran udara
baik dan dinaungi oleh atap berbahan asbes yang melindungi hewan dari paparan panas dan
hujan. Bagian dalamnya terdiri dari lantai semen yang dilapisi dengan karpet rubber yang
bertujuan untuk mencegah hewan terpeleset, mudah dibersihkan, dan landai ke arah saluran
pembuangan. Setiap baris dilengkapi dengan bak air minum untuk hewan selama masa
sebelum pemotongan. Pada proses penggiringan menuju tempat pemotongan, hewan melewati
jalur (gangway) yang dilengkapi pagar kuat di kedua sisinya. Kandang istirahat RPH Kota
Batu telah memenuhi standar minimum sesuai dengan SNI 01- 6159:1999 tentang Rumah
Pemotongan Hewan.
3.8.1 Implementasi Tugas Pokok dan Fungsi Dokter Hewan di Penerapan Kesejahteraan
Hewan
Dokter hewan bertanggung jawab dalam melakukan pengawasan terhadap proses yang
dilakukan di RPH. Dokter hewan memperhatikan terkain kesmavet dan kesrawan. Aspek
kesrawan meliputi five freedom berupa bebas dari rasa lapar danlhaus, bebas dari rasalsakit,
cedera, dan penyakit, bebasldari ketidaknyamanan, penganiayaan, dan penyalahgunaan,
bebas dari rasa takut dan tertekan, dan bebas untuk mengkespresikan perilaku alaminya. Pada
RPH Kota Batu, Penerapan kesrawan dilakukan mulai dari penurunan hewan di area
penurunan hewan dengan lantai landai dan tidak menjorok, kemudian hewan dibawa ke
27
kandang peristirahatan sementara selama minimal 24 jam dan dilakukan pengecekan
antemortem, hewan diberikan minum dan berpuasa, lokasi hewan yang disembelih tidak
terlihat oleh hewan yang belum disembelih, penggiringan hewan dilakukan sesuai dengan
alur yang disediakan untuk masuk kedalam bangunan penyembelihan, perlakuan dalam
penyembelihan dilakukan dengan teknik tali 1 kali dijatuhkan untuk meminimalkan hewan
stress.
3.8.2 Implementasi Tugas Pokok dan Fungsi Dokter Hewan pada Pemeriksaan Antemortem
Pemeriksaan antemortem dilakukan dua jam sebelum pemotongan hewan di Rumah
Potong Hewan Kota Batu. Pemeriksaan dimulai dengan mengamati terlebih dahulu terhadap
jenis kelamin ternak. Hal ini menghindari pemotongan hewan betina produktif atau bunting
dengan melakukan eksplorasi rektal pada sapi betina. Sapi betina diperbolehkan dipotong
ketika telah mengalami penurunan produksi atau telah berumur tua. Pemeriksaan umum yang
dilakukan yaitu pemeriksaan gigi untuk mengetahui umur, pengecekan suhu, pulsus,
respirasi, kondisi rambut, serta lubang-lubang tubuh (telinga, mulut, hidung, anus). Menurut
peraturan pemerintah no. 95 tahun 2012 tentang kesehatan masyarakat veteriner dan
kesejahteraan hewan (PP No. 95 Tahun 2012) hewan yang layak untuk di potong harus
memenuhi persyaratan diantaranya yaitu:
1. Tidak memperlihatkan gejala penyakit hewan menular dan atau zoonosis
2. Bukan ruminansia besar betina anakan atau dan betina produktif,
3. Tidak dalam keadaan bunting, dan
4. Bukan hewan yang dilindungi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pada saat pemeriksaan antemortem di RPH Kota Batu terdapat 6 ekor sapi yang akan
dipotong. Hasil pemeriksaan di RPH Kota Batu terdapat pada Tabel 3.1 yang semuanya
layak untuk dilakukan pemotongan.
28
Gambar 3. 1 Pemeriksaan Antemortem
3.8.3 Implementasi Tugas Pokok dan Fungsi Dokter Hewan pada Pemeriksaan Postmortem
Pemeriksaan kesehatan ternak setelah dipotong postmortem mengacu pada Surat
Keputusan Menteri Pertanian No. 413/Kpts/TN.3l5/7/1992 tentang Pemotongan Hewan
Potong dan Penanganan Daging serta Hasil Ikutannya. Dalam SK Menteri Pertanian tersebut
diatur tentang Pemeriksaan post-mortem dilakukan :
Di ruangan dalam Rumah Pemotongan Hewan (RPH) atau tempat pemotongan hewan
yang terang dan khusus disediakan untuk itu
Dengan menggunakan pisau tajam dan alat-alat lain yang bersih serta tidak berkarat, yang
kemudian harus dibersihkan setelah dipergunakan
29
Peran dokter hewan dalam menjaga mutu dan keamanan daging yang dipotong di RPH
ialah melalui pemeriksaan antemortem dan postmortem. Pemeriksaan posmortem merupakan
pemeriksaan kesehatan hewan yang dilakukan setelah hewan disembelih. Tujuan dari
pemeriksaan post-mortem ini adalah menjamin karkas, daging, dan jeroan yang dihasilkan
aman dan layak dikonsumsi, mencegah beredarnya bagian hewan yang abnormal yang dapat
berasal dari pemotongan hewan yang sakit. Petugas yang melakukan pemeriksaan post-
mortem adalah dilakukan oleh dokter hewan dan kaeurmaster atau juru uji daging yang telah
ditunjuk dan di bawah pengawasan oleh dokter hewan yang berwenang.
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu mempunyai tugas melaksanakan bidang
30
Kesehatan Hewan (Keswan), Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) dan Epidemiologi.
Kegiatan pelaksanaan kesehatan hewan berhubungan dengan hewan hidup meliputi pengawasan
lalu lintas hewan sebagai bentuk preventif pencegahan, penyidikan dan pemetaan hewan yang
sakit, pelaporan iSIKHNAS dan sosialiasi AUTS/K (Asuransi Usaha Ternak Sapi / Kerbau.
Pelayanan kesehatan masyarakat veteriner berhubungan dengan produk asal hewan seperti daging,
susu dan telur untuk mencapai produk yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH) dengan
mengambil sampel produk untuk pengujian di laboratorium memastikan bahwa bahan pangan
tidak mengandung bahan berbahaya maupun cemaran mikroba. Tujuan pemeriksaan tersebut
untuk menjamin keamanan bahan asal hewan. Kegiatan pelaksanaan epidemiologik dengan
melakukan surveilans dan pemetaan penyakit hewan di wilayah Batu, pemeriksaan spesimen
dalam rangka peneguhan diagnosa penyakit hewan menular (PHM) untuk dilaporkan ke
laboratorium. Secara garis besar tujuan akhir dari berbagai kegiatan tersebut guna meningkatkan
ketahanan pangan dan kesehatan melalui status kesehatan hewan.
4.2 Saran
Saran yang dapat diberikan adalah Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu agar
meningkatkan sosialisasi dan promosi ke masyarakat terkait pentingnya kesadaran pelaporan
terkait bahaya penyakit hewan dan produk asal hewan sehingga prevalensi penyakit menular asal
hewan di wilayah Batu semakin berkurang dari tahun ke tahun.
31
DAFTAR PUSTAKA
Anam, Dzikri S. 2018. Evaluasi pelaksanaan program asuransi usaha ternak sapi/kerbau
(AUTS/K). Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Airlangga. Surabaya.
Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2008. SNI 3932:2008. Mutu Karkas Dan Daging Sapi. Badan
Standarisasi Nasional, Jakarta.
Badan Standar Nasional Indonesia (BSN). 2008. Standar Nasional Indonesia. Telur Ayam Konsumsi.
BSN. Jakarta.
Buckle, K.A., A.R. Edwards, H.G. Fleet dan M. Wooton. 1985. Ilmu Pangan.UI Press. Jakarta.
Cameron, A. (2011). Pedoman Surveilans Penyakit Hewan Tingkat Dasar. ISIKHNAS. Uni Afrika,
Biro Inter-Afrika untuk Sumber Daya Hewan.
Gunawan, Lia. 2016. Analisa Perbandingan Kualitas Fisik Daging Sapi Impor Dan Daging Sapi
Lokal. Universitas Kristen Petra. Surabaya.
Heaser, G.F., G.O Hall, and T. Bruckner. 1992. Poultry Management.3th Ed. R. W. Grebory J. B.
Lippicont.
Kementerian Pertanian. 2016. Standar Operasional Prosedur (SOP). Baturraden: Balai Besar
Pembibitan Ternak Unggul Dan Hijauan Pakan Ternak
Keputusan Menteri Pertanian. 2016. Pedoman Bantuan Premi Asuransi Usaha Ternak Sapi/Kerbau.
Kepmentan Nomor 56/Kpts/SR.230/B/06/2016.
Kurniawan, N.P., Septinova, D., And Adhianto, K. 2014. ‘Kualitas Fisik Daging Sapi Dari Tempat
Pemotongan Hewan Di Bandar Lampung’. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu 2 (3): 5 Bali.
Lubis, I., Soesilo, T.E.B. and Soemantojo, R.W., 2018. Pengelolaan Air Limbah Rumah Potong
Hewan Di Rph X, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat (Wastewater Management of
Slaughterhouse in Slaughterhouse X, Bogor City, West Java Province). Jurnal Manusia
dan Lingkungan, 25(1), pp.33-44.
32
Merthayasa, J. D., Suada, I. K., & Agustina, K. K. (2015). WATER HOLDING CAPACITY, PH,
COLOR, ODOR AND TEXTURE OF BALI BEEF AND WAGYU BEEF. Indonesia
Medicus Veterinus, 9.
Pudjiatmoko. 2014. Manual Penyakit hewan Mamalia. Kementrian Pertanian. Direktorat Jenderal
Peternakan Dan Kesehatan Hewan. Jakarta.
Refwalu, M. H., Rorong, J. A., & Sudewi, S. (2016). ANALISIS KANDUNGAN FORMALIN
PADA BERBAGAI JENIS DAGING DI PASAR SWALAYAN KOTA MANADO. 5(4),
6.
Romanoff A.L and A.J. Romanoff. 1963. The Avian Egg. John Willey and Sons Inc, New York.
Salawati dan andi Auliyah W. 2019. Analisis Kandungan Formalin Pada Bakso Yang
Diperjualbelikan Di Sekitar Jalan Abd.Kadir Kota Makassar. Jurnal Media Laboran. Vol 9:
nomor 1.
Setiangningrum, A., Mira F., Aulia F., Dahliatul Q., Fidi N. A. E P D., Wahyu I., Utami K., dan
Lisa D. Seroprevalensi Brucellosis Dan Tingkat Gangguan Reproduksi Pada Sapi Perah Di
Kota Batu. Jurnal Ilmu Peternakan Terapan. 4(1):14-19.
Swacita, I.B.N. (2017). Bahan Ajar Kesehatan Masyarakat Veteriner. Universitas Udayana:
Denpasar-Bali.
Wibisono, Freshinta jellia. 2014. Pengujian Kualitas Daging Sapi Dan Daging Ayam Di Pasar
Dukuh Kupang Barat Kota Surabaya. Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Surabaya
Widyawati, Ratna., Mussa, Olan Rahayu Puji Astuti., Pratama, M Dzaki Wiranda., Roeswandono.
2020. Perbandingan Kadar Lemak Dan Berat Jenis Susu Sapi Perah FH Di Bendul Merisi,
Surabaya Dan Nongkojajar, Pasuruan. Jurnal Vitek Bidang Kedokteran Hewan Vol. 10
Winarno F. G. dan S. Kaswara (2002). Telur: Komposisi, Pengamatan dan Pengolahannya. M-Brio
Press, Bogor.
33
LAMPIRAN
34
Lampiran 1. Surat Keterangan Status Reproduksi
35
Lampiran 02. Surat Keterangan Pemeriksaan AnteMortem
36
37
38
39
40
Lampiran 03. Dokumentasi Kegiatan
Dokumentasi Kegiatan Selama Rotasi Kesmavet di Rumah Potong Hewan Kota Batu
53