Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN AKHIR KEGIATAN PPDH

ROTASI INDUSTRI PERUNGGASAN

ROTASI INDUSTRI PERUNGGASAN YANG


DILAKSANAKANDI PT. JAPFA COMFEED INDONESIA
DIVISI BREEDING FARM NAGRAK 2, SUKABUMI,
JAWA BARAT

13 Juni – 28 Juni 2022

Oleh:

Raisi Putri Jorecio, S.KH


210130100111062

Gelombang 10 Kelompok 6

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022

i
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR KEGIATAN PPDH


ROTASI INDUSTRI PERUNGGASAN

13 Juni – 28 Juni 2022

Oleh :

Raisi Putri Jorecio, S.KH


210130100111062

Disetujui pada Oktober 2022

Menyetujui,

Koordinator
Rotasi Industri Perunggasan Pembimbing Kelompok

drh. Dodik Prasetyo, M.Vet drh. Dodik Prasetyo, M.Vet


NIK. 201208 871030 2 001 NIK. 201208 871030 2 001

Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Brawijaya

drh. Nofan Rickyawan, M.Sc


NIP. 198511162018031001

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan laporan kegiatan Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH) Rotasi
Industri Perunggasan di PT Japfa Comfeed Indonesia Divisi Breeding Nagrak 2
Sukabumi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada segenap pihak secara
langsung maupun tidak langsung yang telah membantu dalam penyusunan laporan
ini. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih terutama kepada :
1. drh. Dyah Ayu Oktavianie A.P., M.Biotech selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Brawijaya.
2. drh. Nofan Rickyawan selaku Ketua Program Studi Profesi Dokter Hewan
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya.
3. drh. Dodik Prasetyo, M.Vet selaku Koordinator Rotasi Industri Perunggasan
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya
4. Pimpinan dan seluruh pegawai di PT JCI Poultry Breeding Farm Nagrak 2, Sukabumi
atas kesempatan, fasilitas, pengalaman, saran, motivasi, bimbingan yang telah
diberikan.
5. Keluarga besar penulis yang selalu memberikan dukungan, semangat, bimbingan
untuk penulis.
6. Teman-teman yang selalu memberi semangat dan membantu menyelesaikan
penulisan proposal ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih jauh dari
sempurna olehkarena itu penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik yang
membangun.

Malang, juni 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................3
1.3 Tujuan........................................................................................................3
1.4 Manfaat......................................................................................................3
BAB II ANALISA SITUASI..................................................................................5
2.1 Profil Perusahaan.......................................................................................5
2.2 Visi dan Misi Perusahaan...........................................................................8
2.3 Struktur Organisasi..................................................................................10
2.4 Tugas dan Fungsi Dokter Hewan.............................................................10
BAB III METODE KEGIATAN........................................................................12
3.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan.....................................................................12
3.2 Metode Pelaksanaan Kegiatan.................................................................13
3.3 Peserta......................................................................................................18
3.4 Jadwal Kegiatan.......................................................................................14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................16
4.1 Sistem Operasional.................................................................................16
4.2 Manajemen Kesehatan............................................................................23
4.3 Proses Produksi.......................................................................................28
4.4 proses Distribusi.....................................................................................35
4.5 Faktor yang Menpengaruhi Proses Produksi..........................................36
4.6 Pengendalian produk Tidak Sesuai.........................................................38
BAB V PENUTUP................................................................................................39
5.1 Kesimpulan.............................................................................................39
5.2 Saran.......................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

i
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jadwal Kegiatan PPDH.........................................................................14


Tabel 4.1 Program Vaksinasi.................................................................................23

v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Organisasi...........................................................................10
Gambar 4.1 Sistem Kandang Tertutup.................................................................16
Gambar 4.2 Inlet dan Outlet.................................................................................18
Gambar 4.3 Denah PT JCI Poultry Breeding Farm Nagrak 2, Sukabumi............18
Gambar 4.4 Pan Feeder.........................................................................................20
Gambar 4.5 Nipple Drinker..................................................................................20
Gambar 4.6 Desinfeksi Kendaraan.......................................................................22
Gambar 4.7 kegiatan Nekropsi.............................................................................26
Gambar 4.8 proses Grading Telur........................................................................35
Gambar 4.9 Box Fumigasi dan Pengangkutan Telur HE.....................................36

v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
FAO (2008) menyatakan bahwa populasi ternak ayam di Indonesia
menduduki urutan ketiga dunia yaitu sekitar 1,2 milyar ekor. Berdasarkan data
jumlah penduduk yang meningkat dan perbaikan taraf hidup masyarakat
menyebabkan konsumsi terhadap berbagai kebutuhan bahan pangan terus
meningkat. Pernyataan ini diperkuat dengan hasil proyeksi konsumsi daging ayam
tahun 2017-2020 yang diproyeksikan akan meningkat dengan pertumbuhan rata-
rata sebesar 0,52% per tahun (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, 2016).
Menurut Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (2015), bahwa Indonesia
mulai tahun 2010 sudah berswasembada daging ayam. Dengan kata lain
bahwa kebutuhan daging ayam dapat dicukupi dari produksi dalam negeri.
Kesehatan hewan ternak merupakan faktor paling penting dalam suatu usaha
peternakan baik itu peternakan rakyat maupun peternakan skala besar.
Kesehatan hewan ternak berpengaruh terhadap produksi dan
reproduksi hewan yang turut berpengaruh dalam usaha
pengembangan ternak sebagai penghasil bahanpangan hewani. Umumnya
penyakit hewan dapat dikategorikan sebagai penyakit non-infeksius dan penyakit
infeksius (penyakit yang disebabkan oleh virus, bakterial, parasit dan jamur)
(Sendow, 2013). Peningkatan populasi ayam pedaging sangat dipengaruhi oleh
manajemen pemeliharaan broiler parent stock yang tepat. Hal ini dikarenakan
broiler parent stock sebagai penghasil final stock atau yang biasa disebut
dengan broiler yang dimanfaatkan sebagai penghasil daging. Pembibitan ayam
ras yang saat ini di Indonesia dimulai dari Great Grand Parent Stock, Grand
parents stock, Parents stock, dan Final stock. Great Grand parents stock adalah
jenis ayam hasil persilangan dan seleksi dari berbagai kelas, bangsa, atau
varietas yang dilakukan oleh pembibit untuk membentuk Grand parents stock
yang dihasilkan dari persilangan galur murni (pure line). Grand parents stock
adalah jenis ayam yang digunakan untuk menghasilkan Parents stock. Parent
stock adalah ayam penghasil ayam komersil final stock yang merupakan hasil
persilangan dengan sifat atau karakteristik unggul tertentu sesuai dengan tujuan
pemeliharaan. Produksi sebuah perusahaan peternakan sangat berhubungan

1
dengan kualitas dan kuantitas bibit

2
ayam yang digunakan. Bibit yang baik dapat diperoleh dari perusahaan
pembibitan (breeder farm) yang memiliki prinsip manajemen pembibitan yang
benar (Ardana, 2011).

Produk hasil ternak ayam baik berupa daging maupun telur ayam yang
berkualitas dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya kualitas bibit dan sistem
pemeliharaan ternak ayam serta didukung oleh manajemen biosekuriti berupa
vaksinasi, medikasi, dan monitoring. Berkembangnya industri peternakan di
Indonesia tidak lepas dari permasalahan kesehatan ternak unggas yang dipelihara.
Beberapa wabah penyakit yang sering menyerang ternak unggas sangat
meresahkan peternak dan masyarakat, karena selain menyebabkan kerugian yang
sangat besar, penyakit tersebut juga bersifat zoonosis sehingga masyarakat
khawatir dengan kejadian wabah tersebut. Oleh karena itu, pakar kesehatan
khususnya dokter hewan memiliki tanggung jawab yang sangat besar terhadap
strategi pemberantasan serta strategi pengendalian kasus tersebut. Perananan
dokter hewan sebagai medis veteriner sangat penting sebagai garda terdepan
dalam pemberantasan penyakit hewan, baik zoonosis seperti flu burung maupun
penyakit bukan zoonosis.

Salah satu sarana penunjang bagi mahasiswa kedokteran hewan untuk dapat
meluaskan kemampuan serta keterampilan yaitu dengan memberi kesempatan
magang di PT Japfa Comfeed Indonesia Divisi Breeding Nagrak 2 Sukabumi.
Melalui proposal ini diajukan permohonan kegiatan magang di PT Japfa Comfeed
Indonesia Divisi Breeding Nagrak 2, Sukabumi. Diharapkan dengan mengikuti
kegiatan magang ini, mahasiswa akan mendapatkan wawasan dan pengalaman
yang tidak didapatkan di bangku kuliah. Dengan mengikuti kegiatan magang ini
pula, diharapkan mahasiswa kedokteran hewan akan lebih siap dalam menghadapi
dunia kerja.
Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH) Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Brawijaya merupakan proses pendidikan untuk menghasikan dokter
hewan yang memiliki intelektual tinggi, profesional, dan memiliki kualitas untuk
bersaing. Hal tersebut dapat tercapai melalui pendalaman pengetahuan, wawasan,
dan pengalaman. Oleh karena itu, adanya kegiatan rotasi yang dilakukan di PT
3
Japfa

4
Comfeed Indonesia Divisi Breeding Farm Nagrak 2, Sukabumi, Jawa Barat
merupakan kesempatan untuk mencapai kualifikasi sebagai dokter hewan yang
professional dan memiliki kualitas yang mampu bersaing secara global.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat diuraikan berdasarkan latar belakang tersebut
adalah :
1. Bagaimana sistem manajemen operasional di PT JCI Poultry Breeding Farm
Nagrak 2, Sukabumi?
2. Bagaimana proses produksi di PT JCI Poultry Breeding Farm Nagrak 2,
Sukabumi?
3. Bagaimana proses distribusi di PT JCI Poultry Breeding Farm Nagrak
2, Sukabumi?
4. Faktor apa saja yang berpengaruh terhadap proses produksi di PT JCI
Poultry Breeding Farm Nagrak 2, Sukabumi?
5. Bagaimana pengendalian terhadap produk yang tidak sesuai di PT JCI
Poultry Breeding Farm Nagrak 2, Sukabumi?
1.3 Tujuan
Kegiatan rotasi PPDH industri perunggasan ini bertujuan untuk :
1. Meningkatkan hubungan kerjasama yang baik antara perguruan tinggi Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya dengan berbagai instansi, khususnya
Japfa Comfeed Divisi Breeding Nagrak 2, Sukabumi.
2. Mengetahui dan mampu melakukan tata laksana manajemen sarana prasarana
dan biosecurity pada unggas yang dijumpai di PT JCI Poultry Breeding Farm
Nagrak 2, Sukabumi.
3. Mengetahui dan mampu melakukan tata laksana vaksinasi, pengendalian dan
pengobatan penyakit pada unggas yang dijumpai di PT JCI Poultry Breeding
Farm Nagrak 2, Sukabumi.
4. Memberi gambaran yang nyata mengenai profesi yang akan digeluti seorang
dokter hewan serta menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dibidang
peternakan.

5
1.4 Manfaat
Mahasiswa diharapkan dapat memahami tugas pokok dan fungsi dokter
hewan dalam suatu instansi perusahaan khususnya dalam manajemen sarana
prasarana, biosecurity, vaksinasi maupun pengendalian atau pengobatan penyakit
pada unggas. Mahasiswa juga diharapkan mendapat pengetahuan, pengalaman,
wawasan, dan keterampilan baik softskill maupun hardskill di PT JCI Poultry
Breeding Farm Nagrak 2, Sukabumi guna mencapai kompetensi professional
medik veteriner

6
BAB II ANALISA SITUASI
2.1 Profil Perusahaan
Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) didirikan tanggal 18 Januari 1971
dengan nama PT. Java Pelletizing Factory, Ltd dan memulai kegiatan usaha
komersialnya pada tahun 1971. Kantor pusat Japfa di Wisma Millenia, Lt. 7, Jl.
MT. Haryono Kav. 16 Jakarta 12810, dengan pabrik berlokasi di Sidoarjo – Jawa
Timur, Tangerang – Banten, Cirebon – Jawa Barat, Makassar – Sulawesi Selatan,
Lampung, Padang – Sumatera Barat dan Bati-bati – Kalimantan Selatan. Japfa
terus melakukan pengembangan perusahaan dengan melakukan kerjasama
kemitraan dengan beberapa perusahaan lainnya. Japfa melakukan akuisisi strategis
dengan empat perusahaan yang bergerak dalam bidang pakan ternak. Perusahaan
tersebut antara lain PT. Comfeed Indonesia, PT. Ometraco Satwafeed, PT Indopell
Raya serta PT Suri Tani Pemuka. Di samping itu, Japfa juga melakukan proses
akuisisi tahap kedua pada tahun 1992 dengan mengambil alih PT Multibreeder
Adirama Indonesia dengan bisnis utama pembibitan ayam. Tak hanya itu, pada
tahun yang sama Japfa juga melakukan pengambilalihan terhadap PT Ciomas
Adisatwa yang bergerak dalam pengolahan unggas dan Suri Tani Pemuka dengan
budidaya udang. Japfa beroperasi dengan didukung oleh beberapa divisi antara
lain Divisi Unggas, Divisi Daging, Divisi Aquaculture dan beberapa divisi bisnis
lainnya. Dalam divisi Unggas, Japfa berperan sebagai salah satu produsen unggas
ter-integrasi secara global. Divisi ini memproduksi pakan unggas, DOC
pembibitan dan pengolahan ayam. Tiap tahunnya divisi ini memberikan kontribusi
keuangan sebesar 83% dari penjualan bersih perusahaan. Dalam divisi Daging,
perusahaan beroperasi dalam 3 tahap produksi utama yakni pembibitan,
perawatan, serta pengolahan sapi potong. Divisi ini beroperasi dengan merek
"Santori" yang merupakan peternakan terbesar di Asia. Divisi ini terbagi dalam
dua nama, yakni PT Santosa Agrindo dan PT Austasia Stockfeed. Sedangkan
untuk divisi Aquaculture, Japfa berkembang dengan budidaya udang lokal yang
tumbuh untuk komoditas ekspor. Hingga saat ini Japfa terus menyebar melalui
anak-anak perusahaan serta jaringan produksi yang tersebar di beberapa kota-kota
besar di Indonesia. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan Japfa meliputi bidang pengolahan segala

7
macam bahan untuk pembuatan/produksi bahan makanan hewan, kopra dan bahan
lain yang mengandung minyak nabati, gaplek dan lain-lain; mengusahakan
pembibitan, peternakan ayam dan usaha peternakan lainnya, meliputi budi daya
seluruh jenis peternakan, perunggasan, perikanan dan usaha lain yang terkait, dan
menjalankan perdagangan dalam dan luar negeri dari bahan serta hasil produksi.
Adapun divisi yang bergerak di bidang poultry terdiri dari:
1. Pakan Ternak Ayam
Dengan tuntutan efisiensi pemeliharaan ayam yang semakin meningkat,
penyempurnaan spesifikasi pakan ternak yang berkesinambungan yang disertai
dengan program pemberian pakan yang sesuai, semakin tidak terelakan. Untuk
itu Japfa secara konsisten terus melakukan penelitian dan pengembangan
teknologi nutrisi dan pakan yang sesuai dengan iklim tropis di Indonesia, demi
menghasilkan performa terbaik dan terpercaya bagi para pelanggan dan mitra
peternak.
2. DOC Ayam PS Broiler
Japfa adalah penghasil domestik DOC ayam broiler, DOC ayam PS
Broiler, dan pullet terkemuka di Indonesia, yang memiliki jaringan lebih dari
80 fasilitas pembibitan dan penetasan DOC yang tersebar di wilayah tanah air.
Kualitas merupakan prioritas utama. Di seluruh proses produksi, menggunakan
teknologi pembibitan dan penetasan berbasis penelitian terkini, yaitu di dalam
fasilitas dengan biosecurity yang ketat dan yang bertaraf internasional. Demi
mengedepankan transparansi dan keseragaman flock yang tinggi, seluruh
seleksi DOC berasal dari flock yang sama dan memiliki keseragaman tinggi.
Selain itu, dalam hal pullet, dilakukan seleksi berdasarkan tingkat maturitas
yang sesuai dengan target mitra peternak. Pemesanan DOC dapat dilengkapi
dengan vaksinasi langsung yang dilakukan sebelum pengiriman di dalam
fasilitas hatchery sesuai dengan permintaan mitra pelanggan. Pengiriman DOC
ke lokasi mitra pelanggan dilakukan dengan menggunakan kendaraan khusus
DOC yang tersanitasi dan memiliki suhu udara yang terjaga. Semua dilengkapi
dengan tim technical service yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

8
3. Pencegahan Penyakit
Vaksindo adalah pabrik vaksin pertama yang berdiri sejak 1983,
merupakan salah satu mata rantai strategis bisnis unit Japfa. Vaksindo
menghasilkan vaksin untuk berbagai segment, dari unggas sampai ternak besar,
hatchery, breeding dan komersial farm. Yang akan menjaga visi untuk menjadi
partner yang tepat untuk pasar Asia & Afrika yang sedang berkembang.
Dengan tenaga dan ketrampilan para dokter hewan berpengalaman, penelitian
dan produksi vaksin dengan pengawasan ketat sesuai standart GMP dan ISO
9001:2008. Semua vaksin melalui pengujian QC ketat dengan pengawasan tim
QA pada setiap tahapan, sehingga terjamin mutunya sampai ke tangan
konsumen. Vaksindo juga berkontribusi pada dunia perunggasan dengan
mengembangkan berbagai penelitian terkait penyakit-penyakit endemi di Asia
& Afrika seperti ND, IB, dan AI.
4. Ayam Broiler Komersial
Japfa memiliki jaringan produksi dan distribusi komersiil ayam broiler
(pedaging) terbesar di Indonesia. Ayam broiler Japfa menguasai pangsa pasar
yang tinggi karena terkenal memiliki kualitas berat dan ukuran yang seragam,
hasil karkas yang berkualitas tinggi serta terjamin kesehatannya – hasil
kumulatif dari jaringan infrastruktur, produksi, dan distribusi yang teruji serta
pemeliharaannya yang ditangani oleh para ahli perunggasan yang
berpengalaman. DOC ayam dihasilkan dari pembibitan milik sendiri, ayam
broiler komersiil diperlihara dengan tingkat perhatian yang tinggi serta
menggunakan pakan individu yang teruji guna menghasilkan tingkat
pertumbuhan yang optimum. Japfa bekerja sama dengan ribuan peternak
plasma diseluruh Indonesia demi menghasilkan ayam broiler yang segar,
berkualitas, dan tersedia di manapun konsumen berada. Berhubung setiap
daerah memiliki preferensi berat ayam yang berbeda-beda, maka ayam broiler
dapat dipesan dan dipanen sesuai dengan kelayakan berat dan ukuran yang
diinginkan.
5. Produk Karkas Ayam
Melalui PT Ciomas Adisatwa, Japfa hadir untuk mempersembahkan
produk-produk olahan protein hewani dan memberikan solusi atas kebutuhan

9
pengusaha dan penyedia pangan modern. Japfa hadir dengan mengedepankan
komitmen serta menggunakan totalitas sumber daya perusahaan dan
kemampuan dalam menghasilkan kualitas produk yang terbaik, terjaga, dan
terpercaya. Dalam usaha untuk mencapai konsistensi dan rekam jejak
(Traceability) atas persediaan dan pemasaran karkas ayam yang segar, higienis,
dan terjamin kualitasnya di seluruh wilayah nusantara. Ciomas memiliki dan
mengoperasikan jaringan peternakan penggemukan ayam serta Rumah Potong
Ayam Type A yang tersebar secara strategis di semua area metropolitan
Indonesia. Ciomas menghasilkan lebih dari 100 jenis produk dalam bentuk
mentah maupun olahan. Banyak diantara produk-produk yang dapat dipesan
dan diproses secara khusus, untuk memenuhi kebutuhan perusahaan-
perusahaan berskala global maupun domestik yang mengharuskan standar
kualitas, rasa, dan konsistensi yang terjaga. Pengiriman dapat dilakukan
dengan menggunakan kendaraan milik Ciomas yang higienis dan memiliki
suhu penyimpanan yang terkontrol.
Merek utama dari produk-produk Japfa Comfeed, antara lain: pakan ternak
(Comfeed dan Benefeed), produk daging ayam segar (Best Chicken dan Tora-
Tora), daging (Tokusen Wagyu Beef) dan produk vaksin (Vaksimune).
2.2 Visi dan Misi Perusahaan
Menjadi penyedia terkemuka dan terpercaya di bidang produk pangan
berprotein terjangkau di Indonesia, berlandaskan kerjasama dan pengalaman
teruji, dalam upaya memberikan manfaat bagi seluruh pihak terkait.
1. Terkemuka
a. Menjadi yang utama dan selalu diingat
b. Menjadi panutan bagi industri sejenis
c. Berkembang melalui proses berkesinambungan
d. Selangkah lebih maju dalam persaingan
2. Terpercaya
a. Dapat diandalkan oleh segenap pemasok, pelanggan dan karyawan
b. Konsisten, dapat dipercaya, aman, berkualitas baik, produk higienis
c. Bertanggung jawab kepada masyarakat dan lingkungan sekitar

1
3. Terjangkau
a. Mengutamakan masyarakat luas
b. Kualitas baik dengan harga terjangkau
c. Berperan aktif dalam menanggulangi keterbatasan pangan
d. Penyedia protein yang efisien; mengarah pada tingkat keuntungan
jangka panjang yang mendukung kelangsungan usaha.
4. Produk Pangan Berprotein
a. Mengembangkan usaha di bidang protein dari hewan ternak termasuk
unggas dan hewan laut
b. Termasuk usaha utama di bidang pakan, pembiakan & pemeliharaan
ternak, vaksin, dan lain-lain
c. Berujung pada produksi makanan olahan untuk konsumsi manusia
5. Kerja Sama
a. Bekerja sama dan saling membantu satu sama lain tanpa diminta
b. Koordinasi yang sempurna
c. Beroperasi sebagai satu kesatuan
d. Berbeda pendapat tetapi tetap bergerak sebagai satu tim
6. Pengalaman Teruji
a. Memiliki pengalaman teruji di bidang peternakan dan di kawasan
berkembang Asia
7. Pihak Terkait, meliputi :
a. Karyawan
b. Pelanggan
c. Pemasok
d. Peternak Mitra
e. Pemegang Saham
f. Masyarakat

1
2.3 Struktur Perusahaan
Struktur organisasi PT JCI Poultry Breeding Farm Nagrak 2, Sukabumi sebagai
berikut :

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT JCI Poultry Breeding Farm Nagrak 2,


Sukabumi
2.4 Tugas dan Fungsi Dokter Hewan
Tugas dari dokter hewan dalam bidang industri sebagai berikut :
1. Veterinary medicine
Dalam bidang perunggasan, dokter hewan memiliki tanggung jawab terhadap
kesehatan hewan terutama ternak unggas. Hal tersebut sesuai dengan UU No.
41 Tahun 2014 mengenai Peternakan dan Kesehatan Hewan pada pasal 1 ayat
2 menyatakan kesehatan hewan adalah segala urusan yang berkaitan dengan
perlindungan sumberdaya hewan, kesehatan masyarakat, dan lingkungan serta
penjaminan keamanan produk hewan, kesejahteraan hewan dan peningkatan
akses pasar untuk mendukung kedaulatan, kemandirian, dan ketahanan
pangan asal hewan. Salah satu contoh kegiatan yang menjadi kegiatan rutin
adalah vaksinasi. Vaksinasi merupakan tindakan pencegahan penyebaran
penyakit yang nantinya akan berdampak pada kesehatan masyarakat.

1
2. Zoonosis
Tugas dari dokter hewan dalam bidang zoonosis yaitu memastikan bahwa
lokasi, lingkungan, kebutuhan seperti alat dan bahan, pakan yangtelah
memenuhi dari standar persyaratan yang sudah ditetapkan sehinggadapat
meminimalkan potensi dari penularan penyakit.
3. Nutrisi
Dokter hewan mengawasi dan memperhatikan dari pemberian pakan yang
bernutrisi serta cukup guna peningkatan produksi ternak unggas.
4. Kesejahteraan Hewan
Dokter hewan juga perlu memperhatikan kesejahteraan hewan juga agar
produksi optimal. Menurut Nuruddin dkk (2020) Kesejahteraan hewan meliputi
5 hewan bebas dari rasa takut dan ketakutan, hewan terbebas dari rasa sakit dan
kesakitan, hewan bebas mengekspresikan tingkah laku, hewan bebas dari rasa
hausa dan lapar, dan hewan harus bebas dari tekanan atau tertekan.
5. Biosecurity
Biosecurity adalah cara untuk mencegah dari penyebaran penyakit luar maupun
dalam kandang. Prinsip yang diaplikasikan di industri perunggasan dalam
melaksanakan biosecurity antara lain isolasi, kontrol lalu lintas, sanitasi dan
kontrol hama.
6. Distribusi Ternak
Menjaminya hewan ternak yang aman maka harus memperhatikan proses
distribusi yang benar karena dengan distribusi yang tidak standar akan
menyebabkan hewan mati. Selain itu dalam UU No.41 tahun 2014 di industri
perunggasan juga memiliki kewajiban melaksanakan pengawasan,
pemeriksaan, standarisasi, sertifikasi dan registrasi produk hewan tersebut.

1
BAB III METODE KEGIATAN
3.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan
Kegiatan Koasistensi Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH) Rotasi
Industri Perunggasan dilaksanakan dilingkungan operasional PT JCI Poultry
Breeding Farm Nagrak 2, Sukabumi pada tanggal 13 Juni - 28 Juni 2022.
3.2 Metode Pelaksanaan Kegiatan
Metode yang digunakan dalam PPDH rotasi industri ini adalah dengan
survei melalui pengumpulan data primer dan data sekunder. Kegiatan ini
dilaksanakan sesuai dengan jadwal pelaksanaan kegiatan. Pengumpulan data
sebagai bahan kajian dilakukan dengan cara:
a) Observasi Partisipatori
Kegiatan observasi dilakukan dengan terlibat langsung di lapang. Observasi
parameter dilakukan selama berlangsungnya kegiatan Koasistensi dengan cara
mengamati prosedur pencegahan dan penanganan penyakit secara langsung
kondisi yang terjadi di PT JCI Poultry Breeding Farm Nagrak 2, Sukabumi.
b) Wawancara
Data diperoleh dengan mengajukan pertanyaan yang terkait parameter.
Kegiatan ini dilakukan dengan cara diskusi dengan pihak- pihak terkait, baik
pegawai lapangan, dokter hewan maupun paramedis di PT JCI Poultry Breeding
Farm Nagrak 2, Sukabumi.
c) Studi Dokumentasi
Pengumpulan data dan informasi pendukung juga dilakukan dengan studi
dokumentasi yang dilakukan oleh mahasiswa selama koasistensi meliputi
dokumen elektronik maupun tulisan.
Data sekunder diperoleh dari data yang dimilik oleh PT JCI Poultry
Breeding Farm Nagrak 2, Sukabumi dan melakukan studi pustaka dari beberapa
literatur, seperti buku, jurnal serta penelusuran lainnya

1
3.3 Peserta
Peserta yang melaksanakan kegiatan Pendidikan Profesi Dokter Hewan
(PPDH) Industri Perunggasan di PT JCI Poultry Breeding Farm Nagrak 2,
Sukabumi adalah :
Nama : Amalia Nadila Faradillah
TTL : Samarinda, 20 Februari 1998
Alamat : Jalan Rotan Semambu No.20, Samarinda, Kalimantan Timur
No. HP 081347522400
E-mail : amalianf@student.ub.ac.id

Nama :Rizqi Amalia Sari


TTL : Jombang, 02 Januari 1998
Alamat : Jalan Apokat RT/RW 01/04 Desa Kalikejambon Kecamatan
Tembelang Kabupaten Jombang
No. HP 085708044250
E-mail : rizqiamalia@student.ub.ac.id

Nama : Nurul Insyirah Rahim


TTL : Makassar, 24 Agustus 1997
Alamat : Jl. Muh. Yamin Lr.2/No. 10, Makassar, Sulawesi Selatan
No. HP 088242748430
E-mail : nurulinsyirah@student.ub.ac.id

Nama : Serlly Kuswandari, S.KH.


TTL : Situbondo, 26 November 1994
Alamat : Kp. Timur RT/RW 001/005, Desa Trigonco, Kec. Asembagus,
Situbondo, Jawa Timur
No. HP 081332802860
E-mail : serlly_k@student.ub.ac.id

Nama : Raisi Putri Jorecio

1
TTL : Batam, 24 Maret 1997
Alamat : Alam Dieng Residence A14, Malang
No. HP 081212602670
E-mail : raisijorecio@student.ub.ac.id

3.4 Jadwal Kegiatan


Jadwal kegiatan rotasi PPDH Industri Perunggasan yang akan dilaksanakan
di PT JCI Poultry Breeding Farm Nagrak 2, Sukabumi seperti yang tertera pada
Tabel 3.1 dibawah ini.
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan PPDH Industri di PT JCI Poultry Breeding PT JCI
Poultry Breeding Farm Nagrak 2, Sukabumi , Sukabumi .
No Hari/Tanggal Kegiatan

 Penerimaan mahasiswa, pengenalan


1. Senin, 13 Juni 2022 dengan dokter, staf, dan lingkungan
 Briefing penempatan farm
Selasa, 14 Juni 2022  Pengenalan Biosecurity
2.  Pengenalan fasilitas farm
 Monitoring management kandang Bersama
3. Rabu, 15 Juni 2022 Manager Farm dan SPV kandang
 Kunjugan ke terminal hasil produk Hatching Egg
(HE)

4. Kamis, 16 Juni 2022  Monitoring management IPAL


 Kunjungan ke Produk pakan
 Kunjungan dan praktek kegiatan post mortem
 Kunjungan pembuatan serut kayu
5. Jum’at, 17 Juni 2022  Praktek kegiatan post mortem

6. Sabtu, 18 Juni 2022  Monitoring management kandang Bersama SPV


kandang

1
 Monitoring pemberian medikasi melalui air
minum
7. Senin, 20 Juni 2022  Diskusi dengan spv dan manager farm

8. Selasa, 21 Juni 2022  Mengikuti kegiatan feeding time


 Mengikuti kegiatan penimbangan Body Weight
ayam di kandang 1
9. Rabu, 22 Juni 2022  Mengikuti kegiatan penimbangan Body Weight
ayam di kandang 5
10. Kamis, 23 Juni 2022  Diskusi dan revisi laporan kegiatan dengan spv

11. Jumat, 24 Juni 2022  Diskusi dan revisi laporan kegiatan dengan
manager farm

1
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Sistem Operasional
4.1.1 Sistem Perkandangan
Sistem perkandangan yang diterapkan di PT JCI Poultry Breeding Farm
Nagrak 2, Sukabumi, yaitu sistem tertutup (closed house). PT JCI Poultry
Breeding Farm Nagrak 2, Sukabumi menggunakan sistem kandang tertutup pada
semua umur ayam seperti fase brooder, grower, maupun breeder. Tipe kandang
closed house milik Japfa Comfeed Breeding Division merupakan tipe automatic
closed house solid wall karena memiliki panel kontrol yang berfungsi untuk
mengatur suhu, kelembaban (humidity), kecepatan aliran udara, pencahayaan,
ketersediaan air minum dan penyebaran pakan. Closed house adalah tipe kandang
dengan dinding tertutup yang bisa mengeluarkan keadaan panas yang berlebih,
uap air, mengeluarkan gas (CO, CO2, dan NH3) yang berbahaya bagi ayam karena
memiliki beberapa fan untuk sirkulasi udara. Kelebihan tipe kandang Closed
house memiliki kapasitas populasi banyak, ayam tidak terpengaruh oleh kondisi
alam diluar kandang, resiko terserang penyakit lebih kecil, keseragaman ayam
lebih bagus, dan pakan lebih efisien. Kelemahan tipe kandang Closed house
membutuhkan investasi dan beban operasional yang cukup tinggi untuk

A B
pembangunannya.
Gambar 4.1 Sistem Kandang Tertutup Tampak Luar (A) dan Tampak Dalam
(B) (Dokumentasi Pribadi, 2022).
PT JCI Poultry Breeding Farm Nagrak 2, Sukabumi memiliki 12 kandang
dimana setiap kandang terdiri dari dua lantai setiap kandang (double deck).
Ukuran kandang setiap deck yaitu 138m x 14m. Sistem yang digunakan adalah
all in-all out dengan tujuan untuk memudahkan dalam manajemen
pemeliharaan ayam dan kesehatan ayam. Setiap kandang dibagi menjadi 7 pen

1
dengan panjang masing-masing sekitar 18-24 m yang berfungsi untuk
mengontrol density ayam di setiap kandang. Dalam setiap lantai kandang
dilengkapi dengan ruang control area. Jarak antar kandang yaitu sekitar 12,6
m, dalam 1 kandang diperuntukkan untuk total ayam sekitar 24.000 ekor.
Kandang berfungsi untuk melindungi ayam dari perubahan cuaca dan untuk
menghindari dari vektor. Selain itu, kandang juga dapat memudahkan tatalaksana
pemeliharan seperti pemberian pakan pemeliharaan dalam pemberian pakan dan
minum, pengawasan terhadap ayam yang sehat dan ayam yang sakit (Anshori,
2017).
Atap dan dinding yang digunakan pada tiap kandang di PT JCI Poultry
Breeding Farm Nagrak 2, Sukabumi umumnya menggunakan bahan PU
(Polyurethane). Bahan PU berfungsi sebagai peredam suara dan panas dari luar
kandang. Atap kandang berfungsi untuk melindungi ayam dari perubahan cuaca
dan mempengaruhi suhu dan kelembapan. Menurut pendapat Dermawan (2018),
PU (Polyurethane) merupakan polimer campuran antara plastik dan karet yang
memiliki sifat mirip dengan karet yang dapat mengurangi udara panas dalam
kandang.
Setiap kandang dilengkapi fasilitas ventilasi berupa inlet dan outlet. Inlet
merupakan tempat mengalirnya udara segar yang dibutuhkan kandang dan outlet
merupakan tempat keluarnya udara yang kotor dari kandang menggunakan modul
kontrol. Komponen utama inlet yaitu cell deck, sedangkan komponen utama outlet
yaitu exhaust fan. Ventilasi memiliki peranan penting dalam menjaga kesehatan
ayam, yaitu menghilangkan panas yang berlebihan, kelembapan, mengurangi
debu, menyediakan oksigen untuk pernafasan, mengurangi gas beracun seperti
amonia,

karbon dioksida, dan karbon a (Anggraeny,

A B

1
Gambar 4.2 Inlet (A) dan outlet (B) (Dokumentasi Pribadi, 2022).
PT Japfa Comfeed Indonesia (JCI) Divisi Breeding Nagrak 2 Sukabumi
menggunakan lantai kandang terbuat dari semen, 2/3 bagian menggunakan slat
plastik dan 1/3 bagian berupa alas (litter) yang terbuat dari serutan kayu dengan
ketinggian minimal 10 cm. Litter merupakan hamparan alas pada kandang yang
berguna sebagai thermoregulator (pengatur suhu) pada ayam. Pengelolaan litter
sangat berpengaruh terhadap fertilitas dan kesehatan ayam. Bahan litter untuk alas
kandang dipilih yang menyerap air, cepat kering, tidak berdebu, mudah didapat,
dan mudah disanitasi. Litter ini setiap harinya dibalik untuk mengurangi
kandungan amoniak yang ada, dan setiap minggu ditambah dengan serutan kayu
yang baru. Kondisi litter akan mempunyai efek terhadap kelembaban, temperatur
di dalam kandang, dan kadar amoniak dalam kandang.

Gambar 4.3 Denah PT JCI Poultry Breeding Farm Nagrak 2, Sukabumi


(Dokumentasi Pribadi, 2022)

4.1.2 Manajemen Pakan dan Minum


Manajemen peternakan ayam harus mencakup 3point utama yaitu udara, air,
pakan. Ternak unggas dapat tumbuh cepat, sehat, dan bertelur secara optimal
membutuhkan pakan yang mengandung 6 macam gizi yaitu protein, karbohidrat,
lemak, vitamin, mineral dan air. Asam amino pada protein dibutuhkan ternak

2
unggas untuk pembentukan sel, menggantikan sel mati, membentuk jaringan
tubuh seperti daging, kulit, telur, embrio dan bulu. Karbohidrat yang dapat dicerna
oleh unggas akan dihidrolisis enzim amilase dan glukosidase menjadi glukosa
yang diserap dari saluran pencernaan uanggas sebagai sumber utama energi
ternak. Lemak pada pakan akan dicerna menjadi asam-asam lemak yang
dibutuhkan untuk produksi telur, lapisan lemak diantara daging dan sebagai
sumber energi kebutuhan aktivitas unggas. Vitamin dibutuhkan unggas untuk
menjaga kesehatan secara umum, kesehatan mata dan untuk membantu
pembekuan darah, untuk kesehatan otot, fertilitas dan daya tetas telur. Mineral
secara umum berperan penting dalam pertumbuhan tulang, pembentukan kerabang
telur, keseimbangan dalam tubuh dan fertilitas.
PT JCI Poultry Breeding Farm Nagrak 2, Sukabumi memelihara ayam mulai
dari DOC hingga usia 60 minggu atau afkir. Pakan yang digunakan yaitu produk
pakan Japfa Comfeed dengan bentuk crumble. Pemberian pakan berbeda
berdasarkan jenis kelamin dan usia ayam. Ayam jantan diberikan tiga tipe pakan
yaitu Par S untuk usia 1-3 minggu, Par G untuk usia 4-25 minggu, dan Par J untuk
usia 26-60 minggu atau afkir. Ayam betina diberikan 7 tipe pakan yaitu Par S
pada usia 1-3 minggu, Par G untuk usia 4-14 minggu, Par D untuk usia 15-23
minggu, Par L0 untuk usia 24/25 minggu, Par L1 untuk usia 26-34 minggu, Par
L2 untuk usia 35-44 minggu, dan Par L3 untuk usia 45 minggu – afkir. Pemberian
jenis pakan yang berbeda berdasarkan tambahan kadar nutrisi kalsium untuk
pembentukan kerabang telur ayam. Mekanisme pemberian pakan pada ayam
dimulai dari gudang pakan menuju silo kandang, kemudian menuju hopper dan
dapat didistribusikan ke pan feeder.

A 19B
Gambar 4.4 Hopper (A) dan Pan Feeder (B) (Dokumentasi Pribadi, 2022).
Konsumsi air minum pada ayam petelur membantu sistem pencernaan,
mensekresikan Hormon dan enzym, pemeliharaan jaringan tubuh dan pengaturan
suhu tubuh ayam, serta produksi telur. Sistem pemberian minum pada ayam PT
JCI Poultry Breeding Farm Nagrak 2, Sukabumi dengan menggunakan tempat
minum automatic nipple drinker. Nipple drinker dipasang dengan ketinggian yang
mudah dijangkau oleh ayam. Penggunaan tempat minum jenis ini dapat
mengurangi resiko terjangkit campylobacter dan organisme lain yang berpotensi
berbahaya bagi kesehatan ayam yang didapatkan dari genangan air yang telah
terkontaminasi. Dalam alat nipple drinker dilengkapi dengan cup nipple yang
berfungsi agar air minum tidak jatuh tercecer ke lantai kandang. Mekanisme
pemberian air minum pada ayam di PT JCI Poultry Breeding Farm Nagrak 2,
Sukabumi dimulai dari pengambilan air dari sumur ke water treatment, kemudian
menuju tandon utama. Air dari tandon utama mengalir ke kandang dan luar
kandang. Air yang menuju luar kandang tidak diberikan klorin dikarenakan air
yang air yang mengandung klorin tidak dapat diserap oleh cell deck sedangkan air
yang menuju kandang diberi klorin sebelum didistribusikan ke tandon masing-
masing kandang. Air dari tandon kandang diberi klorin yang selanjutnya
didistribusikan ke nipple drinker. Kadar klorin pada air minum ayam di PT JCI
Poultry Breeding Farm Nagrak 2, Sukabumi adalah 750 mv. Penambahan klorin
bertujuan untuk mengurangi kontaminasi bakteri.

2
Gambar 4.5 Nipple Drinker (Dokumentasi Pribadi, 2022).
4.1.3 Manajemen Biosecurity
Pusat pembibitan ayam harus bebas dari penyakit menular agar dapat
menghasilkan telur tetas yang sehat. Sanitasi adalah upaya yang dapat dilakukan
untuk menjaga kesehatan ternak dan manusia. Desinfeksi adalah tindakan
pensucihamaan dengan menggunakan bahan desinfektan yang bertujuan untuk
mengurangi atau menghilangkan mikroorganisme. Biosekuriti adalah upaya untuk
mencegah masuknya agen penyakit ke induk semang dan untuk menjaga agen
penyakit yang disimpan dan diisolasi dalam suatu laboratorium tidak
mengkontaminasi atau tidak disalahgunakan (Kepmentan, 2001).
Menurut Muharsini (2012), biosecurity merupakan suatu tindakan atau
program yang dirancang untuk mengurangi penyebaran penyakit yang disebabkan
oleh organisme dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Terdapat tiga perlakuan utama
dalam biosecurity yaitu isolasi, kontrol lalu lintas (zonasi) dan desinfeksi. Isolasi
dan kontrol lalu lintas merupakan metoda yang efektif untuk mengendalikan
manajemen resiko suatu penyakit pada satu flock. Lokasi farm yang jauh dari
pemukiman termasuk dalam poin isolasi. Pada industri peternakan unggas yang
besar, penerapan sistem all-in/all-out merupakan manajemen yang baik karena
memungkinkan depopulasi serentak terhadap fasilitas antar flock, memungkinkan
waktu periodik bersih-bersih dan desinfeksi yang serentak untuk memutus rantai
siklus penyakit. Kontrol jalur lalu lintas adalah termasuk meminimalisir lalu lintas
keluar masuk farm dan antar kandang. Desinfeksi merupakan pembersihan semua
peralatan dan bahan yang masuk maupun yang ada di peternakan, termasuk
kebersihan petugas kandangnya.
PT JCI Poultry Breeding Farm Nagrak 2, Sukabumi menerapkan program
biosecurity sebagai program pencegahan dan sebagai pertahanan terdepan dalam
menghalangi penyakit masuk ke dalam farm. PT JCI Poultry Breeding Farm
Nagrak 2, Sukabumi terbagi menjadi 4 zona, yaitu area luar terkontrol terdiri dari
area parkir, pos satpam, mess karyawan, genset, musholla, ruang B3, workshop.
Area bersih 1 terdiri dari pre-shower dan shower 1. Selanjutnya area bersih 2
(area

2
intermediate) yang terdiri dari area kantor, gudang umum, gudang ovk, ruang
steril, kantin, egg room dan depo unit, laundry, tempat absensi dan shower 2.
Selanjutnya area bersih 3 (area dalam) yang terdiri dari bangunan kandang,
gudang pakan, gudang serutan, post mortem, dan sentral sanitasi, IPAL.
1. Sanitasi Karyawan/Visitor
Semua karyawan atau visitor yang akan masuk ke area luar
terkontrol harus melalui ruangan foot dipping. Setelah memasuki area luar
terkontrol semua karyawan atau visitor mengganti pakaian berwarna
kuning dan alas kaki di ruangan pre-shower. Prosedur dari area bersih 1 ke
area bersih 2 adalah dengan berganti pakaian berwarna orange dan mandi
di shower 1. Shower 1 dilengkapi dengan ruangan ganti, ruang mandi, dan
lorong body spray, dan ruang ganti dalam. Prosedur dari area bersih 2 ke
area bersih 3 adalah dengan mandi di shower 2, ganti baju berwarna hijau,
dan ganti sepatu boot kuning. Shower 2 dilengkapi dengan ruang ganti,
bak body diving, ruangan mandi, dan ganti dalam. Prosedur masuk
kandang harus melalui shower kandang, mandi, ganti pakaian abu-abu, dan
ganti alas kaki. Shower kandang dilengkapi dengan ruangan ganti dan
mandi luar, Lorong spray, dan ruangan mandi dan ganti dalam. Komposisi
body spray karyawan atau visitor menggunakan Synergize® dengan dosis
2 ml/l air. Synergize® mengandung alkyl dimethyl benzyl ammonium
chloride 26%, glutaraldehyde 7%, dan bahan lain 67%.
2. Desinfeksi Kendaraan
Semua kendaraan yang masuk area luar terkontrol farm harus
dilakukam spraying dengan larutan desinfektan di pintu gerbang. Mobil
pakan, egg van, dan mobil pengangkut kayu harus melalui car dipp untuk
dipping ban dan spray larutan desinfektan. Komposisi spray kendaraan
menggunakan Desgrin dengan dosis 4 ml/l air. Pencampuran larutan
spraying menggunakan medikator dosatron.

2
Gambar 4.6 Desinfeksi Kendaraan (Dokumentasi Pribadi, 2022)
3. Desinfeksi Barang
Barang yang akan dibawa ke area farm harus dilakukan fumigasi
dengan paraformaldehyde dosis 10g/m3 yang dipanaskan menggunakan
kompor. Semua peralatan dan barang dari luar ke area bersih 2 seperti nest
box, tempat pakan, tempat minum, harus dilakukan dipping. Barang yang
tidak dapat dilakukan dipping seperti laptop, handphone, dan kacamata
dapat dilakukan fumigasi. Barang dan peralatan yang berpindah-pindah
antar kandang harus didesinfeksi di sentral sanitasi sebelum dikirim ke
kandang contohnya nest pad, sepatu vaksin, sekat vaksin, dan karung
serutan.
4.2 Manajemen Kesehatan
Peran dokter hewan dalam operasional di PT JCI Poultry Breeding Farm
Nagrak 2, Sukabumi yaitu melakukan program pengawasan terhadap kesehatan
ayam. Program kesehatan ayam meliputi perencanaan program vaksinasi, program
pencegahan penyakit, melakukan monitoring kesehatan ayam, program pemberian
vitamin, menegakkan diagnosa penyakit, pemilihan medikasi pada ayam. Dalam
penegakan diagnosa terhadap kasus-kasus yang terjadi, dokter hewan melakukan
pemeriksaan nekropsi untuk mengamati perubahan patologi anatomi pada ayam
mati. Dalam pelaksanaan program kesehatan ayam, dokter hewan berkoordinasi
dengan manager farm, spv kandang, serta bagian gudang obat agar program

2
kesehatan ayam dapat terlaksana dengan baik. Hal lain yang perlu diperhatikan
dokter hewan dalam farm adalah pemilihan desinfektan untuk biosecurity dan
sanitasi farm. Peran dokter hewan dijelaskan sebagai berikut:
1. Vaksinasi
Vaksinasi adalah suatu tindakan dimana hewan dengan sengaja diberi agen penyakit
(antigen) yang telah dilemahkan atau diinaktifkan dengan tujuan untuk merangsang
pembentukan antibodi atau kekebalan tubuh khusus terhadap suatu penyakit tertentu
yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau protozoa sehingga tidak menimbulkan penyakit
tertentu (Akoso, 1998). Program Vaksinasi tergantung pada epidemiologi penyakit,
sumberdaya yang ada di farm dan pertimbangan efisiensi dan efektifitas kerja. Metode
dan dosis menjadi hal yang sangat diperhatikan dalam program vaksinasi.Tujuan utama
vaksinasi adalah mencegah penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus, maupun
protozoa yang belum terisolasi. Vaksinasi tidak menimbulkan residu antibakteri dan
tidak menyebabkan reistensi bakteri (Soeripto, 2002).
Vaksin dibedakan menjadi dua jenis yaitu vaksin hidup (lived vaccine) artinya
mikroorganisme dalam vaksin masih hidup dan dilemahkan keganasannya vaksin yang
dimatikan. Yang kedua yaitu vaksin yang dimatikan (killed vaccine) yaitu
mikroorganisme yang telah dimatikan dan biasanya ditambahkan adjuvant (Fadilah,
2013).
Program vaksinasi pada PT. JCI Nagrak 2 merupakan hal terprogram dan sangat
diperhatikan sesuai kebijakan manajemen perusahaan untuk pencegahan penyakit.
Vaksin harus disimpan pada suhu 2-80 C. Vaksin harus dilakukan thawing terlebih
dahulu sebelum diberikan pada unggas dengan cara dibiarkan berada dalam suhu ruang
selama 1 jam agar mendekati suhu tubuh ayam setelah itu dibawa ke kandang
menggunakan Cooler. Aplikasi vaksinasi melalui suntikan (intra muscular, web wings),
tetes mata (intra orbita), cekok (per oral), spray, tetes hidung, serta Subcutan. Vaksinasi
melalui suntikan menggunakan alat yaitu soccorex yang sebelumnya telah dilakukan
sterilisasi terlebih dahulu. Sterilisasi dilakukan dengan cara merebus alat soccorex pada
air hingga mendidih. Vaksin dibiarkan tetap berada di dalam cooler saat diakukan
penyuntikan agar vaksin tidak rusak karena suhu kandang yang hangat. Kesejahteraan
hewan juga harus diperhatikan saat melalukan penyuntikan agar sebisa mungkin tidak
menyakiti hewan.

2
2. Monitoring Kondisi Ayam
Monitoring merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memantau atau
mengevaluasi keberhasilan vaksinasi atau suatu pemberian terapi. Evaluasi
program vaksinasi adalah dengan melakukan uji titer antibodi (Ab) terhadap
vaksin penyakit yang diberikan. Pengambilan sampel darah dilakukan pada
usia 1 hari, 5 minggu, dan kemudian dilakukan pengecekan rutin setiap bulan
baik untuk mengecek titer antibody menggunakan HI test (ND dan AI) dan uji
ELISA (MG, CAV, AE, IB, IBD, dan Reo Virus).
Monitoring kesehatan ayam dalam penanggulangan parasit dilakukan
dengan pengambilan sampel feses secara rutin yaitu pada usia 14 hari, 21, 28
hari, 35 hari, setelah usia 8 minggu dilakukan pengecekan rutin setiap
bulannya hingga usia afkir. Sampel feses yang diambil pada usia 14 hari
hingga 24 minggu digunakan untuk pemeriksaan oocyt (coccidiosis), usia 8
minggu – afkir digunakan untuk pemeriksaan egg worm. Pengambilan sampel
feses dilakukan secara diagonal dari pen 1 ke pen 7.
Kegiatan monitoring lainnya yaitu dengan melaksanakan nekropsi atau
bedah bangkai, sebagai upaya penentuan penyebab penyakit pada ayam.
Tindakan nekropsi dilakukan dengan mengambil ayam lemah maupun yang
sudah mati. Menurut Thamzil dkk. (2014), nekropsi digunakan untuk
menentukan kemungkinan kausa penyakit dengan melakukan deskripsi pada
lesi secara makroskopis dan mikroskopis dari jaringan, selain itu juga dengan
melakukan pemeriksaan serologis dan mikrobiologis. Kegiatan nekropsi di
nagrak 2 dilakukan setiap hari. Ayam-ayam yang diduga sakit akan diculing.
Nekropsi dilakukan pada ayam-ayam yang mati dan culing untuk mengetahui
penyebab penyakit. Beberapa kasus yang ditemukan dari hasil bedah bangkai
diantaranya yaitu pecah telur (egg yolk peritonitis), infeksi penafasan yang
ditandai dengan adanya lendir dan hemoragi pada trakea, enteritis, FLS (fatty
liver syndrome), FHN (femoral head necrosis) dan helminthiasis (cacing yang

2
ditemukan yaitu cacing Ascaridia galli).

Gambar 4.7 Kegiatan Nekropsi (dokumentasi Pribadi, 2022).


3. Medikasi
Selama kegiatan koasistensi, PT JCI Poultry Breeding Farm Nagrak 2,
Sukabumi memiliki subdivisi Poultry Health yang terdiri dari dokter hewan.
Poultry health memiliki peran dalam monitoring kesehatan hewan. Kegiatan
yang dilakukan yaitu melihat recording anamnesa dari populasi ayam.
Selanjutnya dilakukan pengamatan gejala klinis yang terlihat seperti ayam
lemah dan wet dipping. Hasil dari anamnesa dan pengamatan gejala klinis
dapat diperteguh dengan melakukan post mortum. Post mortum dilakukan
untuk melihat perubahan patologi anatomi pada organ ayam, seperti yang
ditemukan yaitu air sacculitis, fatty liver syndrome, enteritis, egg peritonitis,
helminthiasis (ascaridia galli).
Medikasi yang dilakukan di PT JCI Poultry Breeding Farm Nagrak 2,
Sukabumi diberikan berdasarkan anamnesa, gejala klinis serta hasil dari post
mortum. Pemberian medikasi yang dilakukan selama kegiatan koasistensi
adalah pemebrian antibiotik berupa Tylvalosin 625 g (per kg) pada minum
dengan dosis 25 mg/kg bb. Tylvalosin adalah antibiotik golongan macrolide
yang bekerja dengan cara mempengaruhi sintesis protein berikatan dengan
sub unit 50S ribosom bakteri, sehingga menghambat translokasi peptide, aktif
terhadap bakteri gram positif, namun juga dapat menghambat beberapa
Enterococcus dan basil gram positif. Selanjutnya dilakukan pemberian vitamin
yaitu vitamin c, astresvit, vitakur L.

2
Untuk memutus mata rantai bibit penyakit yang masuk ke dalam
peternakan maka program biosekuriti harus diterapkan secara konsisten.
Program ini meliputi pengawasan ketat terhadap lalu lintas ternak, produk
ternak, pekerja, peralatan dan kendaraan yang masuk ke dalam kawasan
peternak. Program dekontaminasi terhadap kandang, peralatan, pakaian
pekerja, kendaraan serta orang yang masuk ke dalam wilayah peternakan harus
diterapkan dengan ketat. Fumigasi terhadap kandang-kandang yang habis
dipakai harus dilakukan dan dibiarkan selama 4 - 6 minggu sebelum digunakan
kembali. Pembakaran dan penguburan terhadap bangkai ayam, telur, kotoran
ternak serta pakan yang terkontaminasi agen infeksi harus dilakukan.
4.3 Proses Produksi
JCI Poultry Breeding Farm Nagrak 2, Sukabumi, merupakan perusahaan
peternakan di bidang ayam PS broiler. Proses produksi di perusaan ini dimulai
dari tahapan pemeliharaan fase brooder (0-3 minggu), fase grower (4-24 minggu)
dan fase bredeer (25-60 minggu). Tahapan proses produksi di PT JCI Poultry
Breeding Farm Nagrak 2, Sukabumi , Sukabumi sebagai berikut :
4.3.1 Persiapan Kandang
Faktor utama yang harus diperhatikan adalah kebersihan kandang.
Kandang harus melewati proses biosekuriti dan sanitasi terlebih dahulu
sehingga ketika ayam dimasukkan ke dalam kandang terbebas dari penyakit
flock sebelumnya.
proses persiapan kandang sebagai berikut :
- Ayam (afkir) dan sisa pakan dikeluarkan dari kandang.
- Dilakukan pemberian insektisida, menggunakan Vetancid (dosis 5
gram/m2) kemudian didiamkan selama 48 jam.
- Kotoran ayam dikeluarkan.
- Prosedur sanitasi karyawan pada saat mengeluarkan kotoran sampai
dengan desinfeksi kedua hanya menggunakan shower pertama (tanpa body
diving). Body diving dipergunakan kembali setelah desinfeksi kedua.
- Pasang racun tikus, menggunakan Temix yang dicampur dengan pakan
yang diletakkan kedalam tray plastik atau menggunakan racun tikus lain.

2
- Pemasangan racun tikus dilakukan sampai chick in.
- Pemberian insektisida, menggunakan delstar (dosis 20cc/liter air) spray
dengan alat Sunchin pada tempat yang kemungkinan ada darkling
beetlenya saja pada bagian dalam dan luar kandang. Spray insektisida
dengan menggunakan alat spray gendong (manual) sampai darkling beetle
habis. Spray manual dilakukan sebanyak 3 kali setiap kandangnya dengan
interval 5-7 hari.
- Peralatan kandang dicuci dengan air dan detergen menggunakan pompa
bertekanan tinggi 40 – 100 bar.
- Lampu dibersihkan dengan sikat botol, lap kain atau busa dan kompresor
dengan menggunakan larutan desinfektan atau alcohol.
- Motor kipas dilepas dan dikirim ke workshop. Kipas dibersihkan dengan
kompresor.
- Nestpad dicuci dengan pompa bertekanan tinggi, kotoran dan bulu yang
menempel pada nestpad harus dibersihkan secara manual.
- Lakukan pembakaran bulu atau kotoran yang masih menempel pada kawat
dengan menggunakan alat burner.
- Garam ditabur dilantai dengan dosis 250 gram/ m 2. Sebelum lantai diberi
garam disiram dengan air terlebih dahulu. Garam didiamkan minimal
selama 1 malam, kemudian dilakukan pembilasan.
- Setiap kandang yang selesai dicuci langsung dilakukan desinfeksi I yang
menggunakan peroxx liquid 5cc/liter air dan di spray ke seluruh
permukaan kandang dan untuk peralatan dilakukan proses dipping
menggunakan peroxx liquid 5cc/liter air.
- Desinfeksi air minum menggunakan intra hydrocare 20cc/liter air dan
didiamkan selama 24 jam kemudian dibilas dengan bersih.
- Dibersihkan gording dan pipa instalasi kabel pada kandang bagian atas dan
bawah.
- Dilakukan perawatan pada kandang dan peralatan yang mengalami
kerusakan seperti menambal lantai yang berlubang.
- Dilakukan instalasi slat, pemasangan layar dan peralatan kandang yang

2
sudah didesinfeksi.
- Masukkan kayu untuk bahan serutan ke lokasi farm setelah desinfeksi.
- Dilakukan desinfeksi kandang II seperti desinfeksi sebelumnya.
- Dilakukan test sanitasi kandang seperti swab test untuk lantai, dinding, dan
peralatan (16 sampel/ kandang). Pengambilan sampel air minum 2 minggu
sebelum chick-in (sampel sebanyak 20% dari jumlah kandang)
- Masukkan dan tebar serutan yang bersih dan kering dengan ketebalan 5
inchi.
- Dimasukkan peralatan chick-in.
- Dilakukan fumigasi kandang menggunakan paraformaldehyde 96% yang
dibaka pada saat 3-5 hari sebelum chick-in.
4.3.2 Chickin atau Pemasukan DOC
Proses Chick in atau pemasukan DOC di PT JCI Poultry Breeding
Farm Nagrak 2, Sukabumi, diawali dengan pengangkutan DOC dari Chick
Van GP ke Truk bak tertutup Farm di cardip I. Kemudian box DOC
dimasukkan ke dalam kandang dan didistribusikan ke masing-masing
brooder. Sampel DOC 2% diambil secara acak sebelum disebar, timbang,
hitung berat rata-rata, uniformity untuk data recording. Dilihat penyebaran
DOC didalam brooder, jika DOC bergerombol maka suhu didalam kandang
dingin dan sebaliknya jika DOC menyebar maka suhu didalam kandang
hangat kemudian dilakukan pemeriksaan crop fill. Pada DOC yang mati dan
culling dilakukan bedah post mortem, jika perlu sampel dapat dikirim ke
Laboratorium.
4.3.3 Pemeliharaan
Proses pemeliharaan ini meliputi dari pemberian pakan dan minum,
pengaturan suhu ditiap umurnya, pengaturan angin, pemberian obat yang
diperlukan, pelebaran sekat tiap kandang, pemeliharaan kandang dan
recording. Proses pemeliharan di PT JCI Poultry Breeding Farm Nagrak 2,
Sukabumi, dibagi menjadi 3 fase, yakni fase brooder (0-3 minggu), fase
grower (4-24 minggu) dan fase bredeer (25-60 minggu). dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Fase brooder (0-3minggu)

2
Manajemen brooder dilakukan untuk menyediakan lingkungan
optimal bagi anak ayam agar sejak awal mampu mengembangkan nafsu
makan yang baik, pertumbuhan bulu, perkembangan rangka awal, sistem
kekebalan dan kardiovaskular optimal untuk mencapai body weight dan
uniformity yang tinggi serta deplesi yang rendah. Manajemen brooder
meliputi pakan, air minum, ventilasi, temperatur dan kelembapan,
density, lighting dan litter.
Periode brooder dilakukan sejak penerimaan DOC dengan
pengosongan kandang 20% kemudian dibedakan posisi berdasarkan usia
induk. Pemberian pakan di PT JCI Poultry Breeding Farm Nagrak 2,
Sukabumi, untuk fase brooder diberikan sesuai kebutuhan. Pakan
diletakkan pada dua tempat yaitu di baby feeder dan ditabur diatas koran.
Jenis pakan pada betina menggunakan pakan Par S betina selama 3
minggu sedangkan untuk jantan diberikan selama 4 minggu. Pemberian
air minum pada fase brooder menggunakan baby drinker dan nipple.
Pada kandang fase brooder exhaust fan dinyalakan 1 atau 2 fan (sesuai
kebutuhan). Ventilasi berguna untuk menyediakan udara segar dan kadar
oksigen cukup dan mengeluarkan gas-gas yang berbahaya tanpa membuat
ayam kedinginan. Didepan exhaust fan dipasang light trap yang berfungsi
untuk menghalangi cahaya dari luar masuk kedalam kandang. Pengaturan
suhu merupakan hal penting dalam manajemen ayam PS Broiler. Lampu
dipasang agar memudahkan anak ayam dalam melihat pakan dan air
minum serta membantu aktivitas ayam. Pemadaman pada lampu
dilakukan untuk memberikan waktu ayam untuk beristirahat,
pembentukan antibodi, sistem metabolisme dan kerja enzim. Pada PT JCI
Poultry Breeding Farm Nagrak 2, Sukabumi, menggunakan litter kering
dari serutan kayu yang bersih dengan tebal minimum 10 cm. Litter tidak
boleh basah karena dapat membuat ayam kedinginan. Pemeliharaan pada
masa brooder menggunakan alas koran yang diletakkan diatas litter.
Pelepasan alas koran dilakukan pada saat usia ayam 3 hari secara
bertahap.
Data Recording dilakukan sejak awal DOC masuk. Data Recording

3
meliputi jumlah deplesi ayam, pemberian pakan, vaksin, vitamin, dan
pertambahan berat badan. Pengontrolan berat badan serta keseragaman
pada ayam dilakukan rutin tiap minggunya. Penimbangan berat badan
bertujuan untuk pemantauan pertumbuhan ayam agar optimal. Pelebaran
brooder dilakukan secara bertahap. Pelebaran ini bertujuan untuk
memberikan ruang yang nyaman untuk ayam agar tidak berdesakan dan
agar ayam tidak stres (Cazaban, 2005).
2. Fase grower (4-24 minggu)
Fase grower dimulai setelah 22 hari sejak DOC parent stock datang
dan akan dilakukan sampai pada umur 24 minggu. Program yang
dilakukan untuk pemeliharaan fase grower yang pertama adalah
pembagian sekat atau pen dalam setiap deck. Setiap deck akan dibagi
menjadi 18 pen, dengan pembagian 12 pen depan untuk ayam betina dan
6 pen paling belakang dekat exhaust system untuk ayam jantan. Dalam
satu deck diisi kurang lebih 12.000 ayam dengan perbandingan rasio
betina dan jantan sebanyak 15%. Sistem pemberian pakan pada fase
grower menggunakan pan feeder roxell untuk betina dan through manual
pada jantan. Sedangkan untuk pemberian minum dengan menggunakan
nipple drinking system.
Pada pemeliharaan fase grower di PT JCI Poultry Breeding Farm
Nagrak 2, Sukabumi pemberian pakan dilakukan sekali sehari, setiap
pagi. Jumlah pemberian pakan dilakukan berdasarkan body weight ayam
pada umur tertentu. Feed intake merupakan kebutuhan pakan pada setiap
ayam dalam satu hari berdasarkan umurnya untuk mencapai body weight
yang optimal. Pakan yang digunakan pada ayam betina adalah jenis
pakan par G untuk usia 4-14 minggu dan par D untuk usia 15-23 minggu,
sedangkan pakan yang digunakan pada ayam jantan adalah jenis pakan
par G dimulai pada usia 4/5 minggu sampai usia 25 minggu. Kegiatan
vaksinasi dilakukan setelah pemberian pakan. Vaksin dilakukan sesuai
jadwal yang sudah ditentukan pada program vaksinasi. Selain selama
kegiatan vaksinasi pada fase grower juga rutin diberi vitamin C 0,2-0,3
gram/L air

3
dan Astresvit dosis 0.5 gram/L air selama 3 hari.
Pada siang hari dilakukan proses penimbangan body weight untuk
melihat apakah feed intake yang diberikan sudah sesuai. Hal tersebut
dilakukan untuk mencapai berat badan ayam yang optimum sesuai
standar yang telah ditentukan (tidak over weight atau under weight)
untuk mendukung proses breeder nantinya. Selain itu dilakukan proses
grading body weight pada ayam betina dan ayam jantan secara rutin
untuk membuat ayam menjadi seragam (uniformity) sehingga nantinya
proses produksi dapat berjalan maksimal. Proses grading terbagi menjadi
beberapa grade yaitu grade besar, normal besar, normal, normal kecil,
kecil, ekstra kecil. Ayam yang memiliki grade besar akan diletakkan
pada pen satu, dimana pada pen 1 dan seterusnya sesuai grade. Hal
tersebut dimaksudkan untuk membuat ayam tidak terlalu overweight
karena pada suhu yang lebih rendah energi dari makanan yang
dikonsumsi oleh ayam akan dipakai untuk menghangatkan tubuh terlebih
dahulu. Sebaliknya ayam yang memiliki grade yang lebih kecil akan
diletakkan pada pen 2, pen 3, dan pen 4 secara berurutan. Hal tersebut
dimaksud supaya ayam mendapat suhu yang optimal sehingga energi
yang diperoleh dari pakan bisa digunakan untuk pertumbuhan. Selain itu,
hal tersebut dilakukan untuk menghindari adanya persaingan pakan yang
tidak seimbang.
3. Fase breeder (25-60 minggu)
Pemberian pakan PT JCI Poultry Breeding Farm Nagrak 2,
Sukabumi untuk fase breeder menggunakan pakan yang diformulasikan
sendiri oleh perusahaan. Jenis pakan yang diberikan pada ayam betina
yaitu par L0 pada usia 24-25 minggu, par L1 untuk diberikan pada usia
26- 34 minggu, pakan par L2 diberikan pada usia 35-44 minggu dan par
L3 diberikan pada usia 45 minggu – afkir. Sedangkan pada ayam jantan
diberikan pakan par J dimulai dari usia 26 minggu sampai afkir.
Pemberian ransum per ekor per harinya yang sesuai dengan umur ayam.
Rata-rata pemberian pakan ayam jantan pada usia 47 minggu adalah 120
gram/ekor, sedangkan pakan ayam betina yaitu 163 gram/ekor. Pada
fase breeder
3
ayam betina sudah mulai bertelur dan puncak produksi dimulai pada usia
29 minggu. Pemberian pakan ayam betina pada fase breeder usia 47
minggu di lakukan satu kali dalam sehari yaitu pagi jam 07.30 hingga
selesai. Pemberian pakan menggunakan alat pan feeder Roxell.
Manajemen kesehatan ayam breeder yang dilakukan setiap hari
yaitu selalu mengadakan kontrol terhadap kandang. Pengontrolan
kandang dilakukan dengan cara memeriksa aktivitas ayam pada semua
pen. Ayam yang culling dan mati langsung dibawa ke bagian post
mortem. Feses ayam di cek setiap 4 minggu dilakukan sebagai salah satu
bagian dari manajemen kesehatan. Sample feses ayam dikoleksi dengan
cara mengambil feses secara diagonal dimulai dari pen 1 hingga pen 7.
Pemberian vaksin pada fase breeder dilakukan pada usia 34
minggu, 44 minggu dan 54 minggu. Vaksin yang diberikan yaitu vaksin
ND multi inaktif dan AI multi H5-H9. Salah satu kegiatan rutin yang
dilakukan untuk mengontrol Feed Intake dan kesehatan pada ayam
dengan cara menimbang body weight yang dilakukan setiap minggu.
Pelengkapan alat yang digunakan untuk penimbangan body weight yaitu
timbangan digital Bat Veit, sekat penggiring, bandul tera 1kg, dan besi
penggantung. Penimbangan body weight dilakukan dengan cara
menggiring ayam menggunakan sekat penggiring. Jumlah sampling ayam
betina yang ditimbang sebanyak 3% dari populasi pen sedangkan jumlah
sampling ayam jantan yang ditimbang sebanyak 10% dari populasi pen.
Hasil penimbangan ayam akan tersimpan didalam memori timbangan
tersebut kemudian direkap ke komputer.
Kandang ayam fase breeder yang berada di PT JCI Poultry
Breeding Farm Nagrak 2, Sukabumi merupakan kandang tipe automatic
close house solid wall yang dilengkapi dengan tempat pakan
menggunakan pan feeder, tempat minum menggunakan nipple, modul
kontrol skov dan dilengkapi dengan 9 exhaust fan. Pengambilan telur
dilakukan 5 kali sehari yakni 3 kali sebelum jam istirahat dan 2 kali
setelah jam istirahat. Telur yang terkumpul langsung dilakukan proses
grading. Grading telur berdasarkan

3
berat, tebal, tipis kerabang dan warna telur. Grading telur HE dilakukan
dengan cara memisahkan telur jumbo, abnormal, retak, kerabang tipis,
dan kotor. Kriteria telur HE (Hatching Egg) yaitu memiliki berat standart
(≥48 gram), berbentuk oval, tidak retak, dan memiliki permukaan halus.
Hasil grading telur yang tidak sesuai dengan standar telur HE akan
menjadi telur konsumsi. Telur HE dipindahkan ke egg tray hatchery dan
diikat menggunakan tali raffia kemudian diletakkan di box HE,
difumigasi dan siap untuk dikirim ke cooling room.

Gambar 4.8 Proses Grading Telur (Dokumentasi Pribadi, 2022).


4.4 Proses Distribusi
Pengambilan telur di PT JCI Poultry Breeding Farm Nagrak 2, Sukabumi
dilakukan secara manual oleh operator kandang setiap hari sebanyak 5 kali (3 kali
sebelum pukul 12:00 dan 2 kali setelah pukul 13:00). Telur dikumpulkan mulai
dari belakang yaitu pen 7 dan terus ke depan sampai pen 1. Telur yang dikoleksi
oleh operator diletakkan pada lori telur yang terletak di bagian tengah kandang.
Lori telur berfungsi untuk memudahkan operator membawa telur dari pen 7
hingga pen
1. Telur yang telah dikumpulkan dilakukan proses grading. Grading telur
berdasarkan ukuran, bentuk, tebal dan tipis kerabang, dan keretakan.
Setelah grading, telur diletakkan pada egg tray berwarna kuning. Dalam
satu egg tray dapat memuat 36 butir telur, dimana kemudian akan diikat menjadi
satu yang terdiri atas 5 tray. Telur akan dimasukkan kedalam box telur berwarna
kuning yang berisi 2 ikat egg tray. Box HE yang akan dikeluarkan dari kandang
akan difumigasi terlebih dahulu menggunakan formalin dan reactor dengan dosis

3
formalin (formac) 30 cc dan reactor (fumigan) 15 gram/m3 selama 20 menit. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Wirapartha (2017), yang menyatakan bahwa
waktu fumigasi telur HE sekitar 15-20 menit. Box HE yang telah difumigasi akan
diangkut menggunakan egg van yang kemudian menuju ke cooling room. Telur
yang akan didistribusikan kemudian diangkut dari cooling room ke hatchery
menggunakan egg van dari hatchery. Hasil produksi HE dari PT JCI Poultry
Breeding Farm Nagrak 2, Sukabumi akan didistribusikan ke hatchery di beberapa
wilayah jawa barat dan jawa tengah.

A B

Gambar 4.9 Box Fumigasi (A) Pengangkutan Telur HE ke Egg Van (B)
4.5 Faktor yang Mempengaruhi Proses Produksi
1. Jenis Ayam Pembibit
Ayam yang dipelihara di PT JCI Poultry Breeding Farm Nagrak 2, Sukabumi
yaitu Strain Lohmann Indian River. Strain Lohman Indian River berasal dari
negara Amerika strain jenis ini merupakan ayam tipe jenis sedang atau medium
memiliki ciri ukuran daya hidup tinggi, konversi pakan rendah dan konformasi
otot dada dan kaki yang baik (Tantalo, 2010).
2. Umur Pemeliharaan
Umur ayam yang dipelihara dapat mempengaruhi produksi karena semakin tua
umur ayam jumlah produksi telur akan menurun. Ayam priode chick in sampai
grower merupakan fase yang harus diperhatikan karena akan mempengaruhi
terhadap produksi telur. Pemeliharaan ditujukan untuk mencapai beberapa
sasaran yaitu tingkat kematian serendah mungkin, kesehatan ternak baik,
keseragaman bobot badan merata (Fadilah, 2007).

3
3. Suhu dan kelembaban
Wilayah sukabumi merupakan daerah dengan intensitas hujan tinggi sehingga
berpengaruh pada kelembaban lingkungan yang tinggi. Suhu ruangan yang
ideal bagi ayam berkisar antara 27⁰C – 29⁰C dengan kelembaban sekitar 84%.
Peralatan yang digunakan di kandang umumnya terdiri dari pemanas (brooder),
rangkaian kipas (exhaust fan) dan atau kombinasi rangkaian kipas dengan
rangkaian pendingin (cooling pad). Temperatur tinggi dan kelembaban tinggi
mengakibatkan ayam kepanasan (Wiharto, 2007).
4. Cahaya
Respon ayam terhadap rangsangan cahaya tergantung pada kondisi, bobot
badan dan umur ayam. Selama periode produksi, lama pemberian lighting
kurang lebih 15 jam perhari dengan intensitas 60-80 lux. Mekanisme cahaya
mempengaruhi kematangan organ reproduksi adalah, cahaya yang menembus
ke otak unggas akan merangsang hipotalamus untuk menghasilkan hormon
Gonadotropin dan merangsang kelenjar pituitari untuk menghasilkan Follicle
Stimulating Hormone (FSH) dan Leutinizing Hormone (LH) yang menstimulasi
dan mempertahankan fungsi reproduksi. Cahaya merangsang pelepasan dan
peningkatan suplai FSH. Hormon ini melalui aktivitas ovari mengakibatkan
terjadinya ovulasi dan keluarnya telur (Achmanu dan Muhaerlin, 2011).

5. Pakan
Pemberian pakan pada fase breeder dilakukan sekali dalam sehari, yaitu pada
pagi hari jam 07.30 WIB. Feed finish ayam jantan akan yaitu 1 jam, sedangkan
pada ayam betina sekitar 3 Jam. Bila pakan habis melebihi waktu tersebut
menunjukkan bahwa ada masalah pada tingkat palatabilitas dan nafsu makan
pada ayam tersebut. Pemberian pakan dilakukan secara semi otomatis,
sehingga pakan dapat terdistribusi secara serentak (Achmanu dan Muhaerlin,
2011).
6. Kepadatan Kandang (Densitas)
Kepadatan kandang sangat ditentukan oleh umur ayam yang bersangkutan,
suhu lingkungan daerah, ventilasi dan kandungan karbondioksida. Kepadatan
kandang yang berlebih akan menyebabkan pertumbuhan terhambat karena

3
terjadi persaingan. Kepadatan kandang tergantung pada jumlah populasi ayam
dan ukuran pen dalam kandang. Berikut rumus yang digunakan untuk
menghitung densitas dalam suatu kandang (Permana, 2020):
j𝑢𝑚𝑙𝑎& 𝑎𝑦𝑎𝑚
Densitas: 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑎𝑛𝑑𝑎𝑛g

4.6 Penanganan Produk Tidak Sesuai


Penanganan telur di PT JCI Poultry Breeding Farm Nagrak 2, Sukabumi
yang tidak sesuai dengan kriteria bobot dan bentuk telur, seperti ukuran terlalu
kecil atau terlalu besar, kerabang retak, tekstur telur yang kasar, dan kerabang telur
lunak, dipisahkan terlebih dahulu dan diletakkan di egg tray berbeda yang
selanjutnya dibawa ke dalam gudang telur (DEPO). Grading merupakan
pengelompokan telur berdasarkan ukuran, bentuk, dan faktor lain yang
menentukan kualitas telur. Telur yang tidak memenuhi kriteria mutu grading
untuk diberi label menggunakan kemasan khusus akan dijual secara komersil.
Telur dengan ukuran kecil, jumbo, abnormal dan retak akan diserahkan ke depo
sentral.

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan pengamatan dan kegiatan
selama kegiatan koasistensi industri di PT JCI Poultry Breeding Farm Nagrak
2, Sukabumi, yaitu:
1. Sistem operasional di PT JCI Poultry Breeding PT JCI Poultry Breeding
Farm Nagrak 2, Sukabumi, meliputi 7 kunci utama dalam manajemen
meliputi pakan, minum, suhu dan kelembaban, ventilasi, densitas, lighting,
dan litter.
2. Manajemen produksi dan distribusi HE, dimulai dari koleksi telur, grading
telur, fumigasi dan proses pengiriman telur. Semuanya harus mengikuti

3
SOP yang telah ditetapkan agar telur yang dihasilkan merupakan telur
berkualitas.
3. Biosekuriti dan sanitasi merupakan faktor penting yang dapat
mempengaruhi proses produksi dan distribusi, sehingga diperlukan SOP
yang sangat ketat dan teliti untuk menjamin kelancaran proses produksi
dan distribusi agar tidak menimbulkan kerugian.
4. Penanganan produk tidak sesuai seperti telur abnormalitas atau tidak layak
akan dipisahkan dengan telur HE pada saat grading telur.
5. Peran dokter hewan dalam dunia perunggasan mencakup semua faktor
yang mempengaruhi keberhasilan suatu peternakan dimulai dari
manajemen kesehatan, manajemen pemeliharaan, perkandangan, nutrisi
hingga sanitasi dan biosekuriti.
5.2 Saran
Berdasarkan kegiatan koasistensi yang dilaksakan di PT. JCI Poultry
Breeding Farm Nagrak 2, Sukabumi saran yang dapat diberikan adalah
monitoring pengendalian vektor dapat dilakukan lebih teratur untuk
meminimalisir vektor yang masuk ke dalam farm.

DAFTAR PUSTAKA
Achmanu dan Muhaerlin. 2011. Ilmu Ternak Unggas. Malang: UB Press.
Anshori, Syaikhu. 2017. Perbandingan Hasil Produksi Telur Dengan
Penggunaan
Kandang Open House Dan Close House Semi Otomatis Di Prayogo
Farm Kecamatan Kandat Kediri. Fakultas Peternakan Universitas
Nusantara Pgri Kediri.
Arumsari, G. P., Tri, K., Bambang, W. 2017. Perilaku Penggunaan Formalin Pada
Pedagang dan Produsen Mie Basah dan Tahu di Provinsi DKI Jakarta.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Anadalas. Vol 11 (1): 39-48.
Cazaban, Christophe. 2015. Day-Old Chick Quality. Ceva Animal Health Asia
Pacific Issue, No 1.

3
Fadilah, Roni. 2007. Sukses Beternak Ayam Broiler. Jakarta : Agromedia Pustaka.
Japfa Comfeed. www.japfacomfeed.co.id (Diakses pada tanggal 15 Mei 2022).
Muharsini. 2012. Biosecurity Budidaya Peternakan Ayam. Agroinovasi Edisi 6-12:
2-10.
Permana, Danar Arif, dkk. 2020. Dampak Kepadatan (Density) Kandang
Terhadap Tingkat Deplesi pada Ayam Broiler Parent Stock Fase Grower.
J. Anim. Res App. Sci. Volume 2. No 1. 2020.
Sendow, I. 2013. Bovine Ephimeral Fever, Penyakit Hewan Menular yang Terkait
Dengan Perubahan Lingkungan. Wartazoa. Vol 23(2): 76-83.
Statistik Peternakan Dan Kesehatan Hewan. 2014. Livestock And Animal Health
Statistics 2014. Direktorat Jenderal Peternakan Dan Kesehatan Hewan
Kememterian Pertanian RI.
Tantalo, Syahrio. 2010. Perbandingan Performans Dua Strain Broiler yang
Mengonsumsi Air Kunyit. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. Vol.10
(3): 200-206.
Wiharto. 2007. Ilmu Dasar Teknik Unggas. Malang: Universitas Brawijaya.
Wirapartha, Made. 2017. Bahan Ajar Manajemen Penetasan. Denpasar:
Universitas Brawijaya.

Anda mungkin juga menyukai