Anda di halaman 1dari 18

PEMERIKSAAN HEWAN LABORATORIUM

Kelompok 3
Andi Ahmad Fadhil Ruslan¹ (C031191037), Ardillah² (C031191029), Jannatin Adnin³
(C031191036) dan Lutfiah⁴ (C031191034)
Asisten: Nova Annas
¹Bagian Bedah dan Radiologi, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi Program Studi
Kedokteran Hewan (PSKH), Universitas Hasanuddin (UNHAS)
ABSTRAK
Praktikum unit ini dilaksanakan secara luring di aula dengan tujuan memahami cara handling,
data fisiologis normal, dan tata cara pengambilan sampel pada hewan laboratorium. Hewan
laboratorium merupakan hewan coba yang digunakan untuk penelitian dengan dasar fisiologi dan
struktur genetik yang mirip dengan manusia. Hewan laboratorium yang dipelajari pada
praktikum ini antara lain mencit, tikus, kelinci dan ikan lele. Pengambilan dan pemeriksaan
sampel meliputi sampel darah dengan uji giemsa dan sampel feses dengan uji natif, uji apung dan
uji sedimentasi. Lokasi pengambilan darah yang dipraktikkan antara lain vena cephalica, vena
coccygeal, vena auricularis, infraorbital, dan intracardiac. Hal atau sifat yang dimiliki hampir
seluruh hewan laboratorium adalah kemampuan reproduksinya yang cepat dan menghasilkan
banyak keturunan. Aspek-aspek kesejahteraan hewan juga baiknya diterapkan pada penanganan
dan penggunaan hewan sebagai objek penelitian.

Kata kunci: hewan laboratorium, kelinci, lele, mencit, prinsip etika, sampel feses, sampel darah,
tikus putih, uji apung, uji natif, uji sedimentasi
1. PENDAHULUAN meningkatkan kesehatan manusia dan
Dalam setiap prosedur pemeriksaan hewan. Pemanfaatan hewan dalam penelitian
klinis, perlu menggunakan beberapa harus seimbang antara ilmu pengetahuan
prosedur yang sesuai agar dapat dengan nilai-nilai etika kesejahteraan hewan.
melaksanakan pemeriksaan dengan aman Hewan banyak dimanfaatkan dalam
dan tanpa membahayakan dokter atau berbagai aspek kehidupan manusia sejak
asistennya. Pemeriksaan klinis umum zaman dahulu sebagai tenaga kerja, alat
melibatkan pertimbangan rinci dari kondisi transportasi, konsumsi, hiburan maupun
tubuh fisik seperti konformasi/bentuk, sebagai hewan kesayangan dan untuk
postur, perilaku abnormal, suhu tubuh, penelitian serta pengujian. Hewan yang
pulsus dan pernapasan masing-masing digunakan dalam penelitian disebut hewan
hewan berbeda. Sedangkan pemeriksaan coba atau hewan model yaitu hewan yang
klinis regional atau sistematis melibatkan sengaja dipelihara untuk kepentingan
penerapan berbagai metode klinis untuk penelitian baik di laboratorium maupun
berbagai daerah atau sistem tubuh. dalam skala yang lebih luas. Penggunaan
Keterampilan tentang teknik pengumpulan hewan dalam penelitian dan pengujian dapat
dan penyerahan sampel laboratorium meningkatkan kualitas hidup hewan itu
merupakan pertimbangan penting untuk sendiri maupun manusia seperti untuk
diagnosis lebih lanjut, pengobatan dan pengembangan vaksin, obat, alat diagnosis,
mengambil tindakan pengendalian dan uji toksisitas, uji coba klinis obat, perbaikan
pencegahan yang praktis pada penyakit yang prosedur bedah dan lain-lainnya
teridentifikasi Banyak dokter memulai (Wahyuwardani et al., 2020).
pemeriksaan mereka dengan: melakukan 2.1. Pemeriksaan Sampel Laboratorium
pemeriksaan umum yang meliputi pencarian 2.1.1. Sampel Darah
luas untuk sebuah kelainan (Duguma, 2016). 2.1.1.1. Cara Pengambilan Darah Pada
Hewan coba memiliki peran penting Hewan
dalam penelitian dan pengujian untuk a. Pengambilan Darah Pada Anjing
Pada anjing pengambilan darah dapat di sekitar pembuluh darah dicukur bila perlu.
di lakukan pada vena cephalica antebrachia Pembuluh darah dibendung pada bagian
anterior. Vena cephalica antibrachii siku. Setelah darah terbendung, daerah
anterior merupakan pembuluh darah yang tersebut diusap dengan kapas yang dibasahi
terletak pada bagian distal anterior kaki alkohol dengan tujuan desinfeksi. Jarum
depan. Tempat penganbilan darah lainnya suntik steril ditusukkan dengan sudut 30° ke
yaitu pada vena saphena magna merupakan arah atas pada pembuluh darah dengan
pembuluh darah yang terletak pada daerah lubang jarum menghadap ke atas. Setelah
lateral kaki belakang dan menyilang dengan jarum masuk, dilakukan aspirasi untuk
arah cranioventral pada sekitar tendo mengambil darah yang dibutuhkan. Jika
achilles. Selain itu dapat dilakukan pada darah tidak terhisap, artinya jarum belum
vena femoralis pembuluh darah ini terletak masuk ke dalam pembuluh darah
pada daerah proksimomedial kaki belakang. (Martoenus dan Djatmikowati, 2015).
Prosedur pengambilan darah adalah rambut

Gambar 1. Pengambilan darah pada anjing (Martoenus dan Djatmikowati, 2015)


b. Pengambilan Darah Pada Hewan darah terbendung, daerah tersebut diusap
Besar dengan kapas yang dibasahi alkohol,
Pada hewan besar seperti sapi, tujuannya adalah untuk desinfeksi. Jarum
kambing, domba dan kuda biasanya suntik steril ditusukkan dengan sudut 30° ke
dilakukan prosedur pengambilan darah pada arah atas pada pembuluh darah dengan
vena jugularis. Vena jugularis merupakan lubang jarum menghadap ke atas. Setelah
pembuluh darah yang terletak pada bagian jarum masuk, dilakukan aspirasi untuk
ventrolateral leher. Prosedur pengambilan mengambil darah yang dibutuhkan. Jika
darahnya yaitu rambut di sekitar ventral darah tidak terhisap, artinya jarum belum
leher dicukur bila perlu. Pembuluh darah masuk ke dalam pembuluh darah
dibendung pada 1/3 distal leher. Setelah (Martoenus dan Djatmikowati, 2015).

Gambar 2. Pengambilan darah pada hewan besar (Martoenus dan Djatmikowati, 2015)
c. Pengambilan Darah Pada Aves menahan kepala aves ke satu sisidan
Vena pectoralis merupakan pembuluh membuka sayap. Bersihkan bagian yang
darah yang terletak pada bagian bawah akan ditusuk dengan kapas yang telah
sayap unggas. Vena pectoralis banyak dibasahi alkohol. Darah diambil dengan cara
mengandung pembuluh darah dan dari luar menusukkan jarum di vena pectoralis yang
pembuluh tersebut terlihat berwarna biru. berada di bawah sayap. Tampung darah
Prosedur pengambilan sampel darah pada menggunakan vacuum tube atau spuit sesuai
unggas yaitu siapkan unggas dalam posisi kebutuhan (Martoenus dan Djatmikowati,
berbaring sambil dipegang praktikan 2015).
Gambar 3. Pengambilan darah pada aves (Martoenus dan Djatmikowati, 2015)
d. Pengambilan Darah Pada Kelinci mengandung pembuluh darah yang tepatnya
Vena auricularis merupakan di vena lateralis dengan mudah dapat
pembuluh darah yang terletak di telinga. terlihat pada bagian telinga kelinci karena
Selain vena auricularis juga dapat dilakukan sifatnya yang tipis dan sedikit transparan
pada vena jugularis. Pengambilan sampel apabila di terawang pada tempat yang cukup
darah pada kelinci dilakukan di bagian cahaya sehingga mudah terjadi hematoma.
telinga atau leher, jarum ditusukkan pada Oleh karena itu, diusahakan kelinci dalam
pembuluh vena yang besar sebelumnya keadaan diam dan senyaman mungkin
diusap terlebih dahulu dengan kapas (Martoenus dan Djatmikowati, 2015).
alkohol. Pada bagian tersebut banyak

Gambar 4. Pengambilan darah pada kelinci (Heatley dan Russell, 2020)


e. Pengambilan Darah Pada Ikan hematokrit dilakukan menggunakan micro
Pada pengambilan darah, dapat hematocritreader. Pada intracardiac ikan
dilakukan pada vena caudal dan diletakkan dengan kepala disebelah kiri,
intracardiac. Mengambil sampel darah ikan sebelumnya spuit sudah dibilas dengan
kerapu dengan menggunakan spuit 1 cc, EDTA 10% sebagai antikoagulan. Sampel
sebanyak ± 1ml. Pengambilan darah melalui darah diambil menggunakan teknik punctie
vena caudalis. Sampel darah kemudian cardiac yaitu pengambilan darah tepat pada
dimasukkan kedalam tabung bagian jantung ikan menggunakan spuit 1
mikrohematokrit hingga mencapai ¾ bagian, ml. Darah yang telah diambil dimasukkan ke
lalu disumbat pada bagian ujung dengan dalam tabung eppendorf untuk segera
menggunakan kretoseal. Sampel darah diamati gambaran darahnya (Samsisko,
tersebut disentrifus dengan kecepatan 6.000 2013).
rpm selama 5 menit. Pengukuran kadar

Gambar 5. Pengambilan darah pada ikan (Lawrence et al., 2020)


2.1.1.2. Prosedur Pemeriksaan Darah darah yang telah diambil dari hewan ke
Menurut Rumlaklak dan Toelle dalam tabung EDTA (tabung dengan
(2015), prosedur pemeriksaan darah yaitu antikoagulan). Setelah ditampung kemudian
dengan menampung terlebih dahulu sampel diperiksa menggunakan alat semi otomatis
yang disebut Diaptron Analizer. Pada 2.1.1.3. Indikasi Pengambilan Darah
pemeriksaan ini yang ingin diuji adalah Pengambilan darah (venesectio)
jumlah sel-sel darah, kadar hemoglobin, merupakan salah satu hal yang terpenting.
nilai hematokrit, indeks eritrosit, dan Pengambilan darah bertujuan untuk
menghitung jenis leukosit. Adapun langkah- mengetahui tingkat kadar dari suatu zat yang
langkahnya, antara lain: terkandung di dalam darah. Selain itu, untuk
a. Sampel darah dihomogenkan kurang kepentingan immunologi ataupun untuk
lebih 5 menit dengan roller mixer. mengidentifikasi adanya kelainan atau
b. Kemudian menekan ikon new penyakit pada hewan (Martoneus dan
sampel, lalu menekan next sampel. Djatmikowati, 2015).
c. Masukkan data sampel dan klik OK. 2.1.2. Sampel Kerokan Kulit
d. Tutup tabung sampel kemudian dibuka 2.1.2.1. Cara Pengambilan Sampel
dan diletakkan di bawah jarum sampel Kerokan Kulit
(Nozzle sampling) sampai ujung jarum a. Metode Superficial Scraping
menyentuh dasar tabung. Superficial skin scraping diperoleh
e. Setelah itu tombol counting ditekan, menggunakan pinggiran scalpel steril,
sehingga jarum sampel akan menyedot kemudian sampel yang terkerok dipindahkan
sampel sampai jarum sampel akan pada slide dan ditutup dengan coverslip
tertarik ke dalam instrument dan (Zorbozan et al., 2020). Kerokan kulit
sampel secara otomatis akan diproses adalah prosedur diagnostik yang melibatkan
oleh alat. Hasil pemeriksaan darah abrasi lesi kulit dengan menggunakan
lengkap dianalisis oleh alat dan scalpel yang telah ditumpulkan dan
hasilnya tercetak secara langsung. penggunaan minyak atau pelumas lain
(Boyle, 2016).

Gambar 6. Metode superficial scraping (Boyle, 2016)


b. Metode Deep Scraping kulit sampai berdarah. Sampel ditempatkan
Deep skin scraping dilakukan dengan pada kaca objek dan diteteskan minyak
menggunakan pisau bedah. Persiapan yang mineral. Sampel kulit diratakan kemudian
dilakukan adalah kulit yang mengalami lesi ditutupi dengan cover glass dan diamati di
dipijat dengan jari sebanyak sepuluh kali bawah mikroskop dengan perbesaran 100X
dan dilanjutkan melakukan kerokan pada dan 400X (Budiartawan dan Batan, 2018).

Gambar 7. Metode deep scraping (Jesse et al., 2016)


2.1.2.2. Prosedur Pemeriksaan Sampel Menurut Boyle (2016), prosedur
Kerokan Kulit pelaksanaan pengambilan dan pemeriksaan
sampel kerokan kulit adalah sebagai berikut:
a. Teteskan satu tetes minyak pada 2.1.2.4. Indikasi Pemeriksaan Sampel
object glass. Kerokan Kulit
b. Lumuri tepi scalpel (pisau bedah) Diagnosis tungau dan jamur biasanya
dengan minyak yang sudah ditetes dilakukan dengan biopsi atau kerokan kulit
tadi, atau bisa juga dengan dan tidak dapat diamati dengan mata
mengaplikasikan minyak langsung telanjang sehingga harus dibantu dengan
pada kulit yang ingin dikerok. mikroskop. Umumnya keberadaan parasit
c. Cubit kulit di sekitar lesi hingga kulit dapat dengan mudah diketahui apabila
terlipat dan kerok permukaannya sudah muncul lesi dan parasit terlihat secara
hingga muncul sedikit darah. makroskopis. Kerokan kulit dapat diperoleh
d. Pindahkan rambut dan epithelial dengan mengerok kulit di sekitar lesi hingga
debris yang didapatkan dari kerokan darah meleleh keluar, kemudian sampel
pada object glass yang telah ditetesi diproses dan diamati di bawah mikroskop
minyak. untuk mengidentifikasi jenis parasit (Jesse et
e. Periksa sampel di bawah mikroskop. al., 2016).
2.1.2.3. Jenis-jenis Pemeriksaan Kerokan 2.1.3. Sampel Swab Telinga
Kulit 2.1.3.1. Cara Pengambilan Swab Telinga
a. Pemeriksaan Parasit Kotoran telinga pada hewan diswab
Sampel kerokan kulit yang diperiksa pada saluran telinga eksternal, lalu di-smear
melalui dermatoskopi merupakan teknik pada object glass dan ditetesi metanol.
diagnostik non invasif yang dapat Setelah itu, diberikan pewarna methylene
memeriksa lesi pada kulit dengan berbagai blue dan ditempel dengan cover glass.
perbesaran. Untuk diagnosis scabies, terlihat Sampel diamati menggunakan mikroskop
struktur segitiga kecil diikuti jejak linear dengan perbesaran 4 atau 10 kali (Bengi et
berupa gelembung udara berwarna putih. al., 2017).
Diagnosis laboratorium scabies melalui 2.1.3.2. Prosedur Pemeriksaan Swab
pemeriksaan mikroskopis dari sampel Telinga
kerokan kulit dari bagian tubuh yang terlihat Pemeriksaan kultur bakteri dilakukan
jejak tungau (Zorbozan et al., 2020). dengan cara pengambilan swab telinga, lalu
Pemeriksaan deep skin scraping dikultur pada media agar yang telah
dilakukan pada empat lapang pandang, per ditentukan. Bakteri yang telah dibiakkan
lapang pandang ditemukan 10-12 Demodex akan dilakukan pewarnaan gram untuk
sp. muda dan dewasa. Metode ini sangat menentukan gram positif dan gram negatif.
baik digunakan untuk diagnostik Kultur bakteri dilakukan untuk mengetahui
menentukan adanya tungau Demodex sp. jenis bakteri (Lubis, 2018).
karena kerokan kulit yang dilakukan hingga 2.1.3.3. Indikasi Pengambilan Sampel
berdarah menandakan kerokan menembus Swab Telinga
lapisan dermis kulit yang menyebabkan Pengambilan swab telinga dilakukan
tungau Demodex sp. terlepas dari jaringan untuk mendeteksi adanya ektoparasit yang
keratin dan folikel rambut (Budiartawan dan ada dalam telinga. Kemudian, dilakukan
Batan, 2018). pengamatan ukuran, warna, elavasi dan
b. Pemeriksaan Sitologi pinggiran dari koloni. Pewarnaan gram ini
Diagnosis dermatomikosis dapat dilakukan untuk memastikan bakteri yang
ditegakkan dengan berdasarkan anamnesis, terdapat dalam kelompok gram negatif dan
pemeriksaan fisik, dan juga pemeriksaan positif (Bengi et al., 2017).
penunjang. Pemeriksaan penunjang untuk 2.1.4. Sampel Urin
dermatomikosis dapat dilakukan secara 2.1.4.1. Cara Pengambilan Sampel Urin
direct yaitu menggunakan kalium hidroksida Metode yang biasa digunakan untuk
(KOH) atau secara indirect yaitu pengambilan urin dalam praktik kedokteran
menggunakan kultur jamur (Ramadhani et hewan adalah free capture, kateterisasi dan
al., 2020). cystocentesis. Cystocentesis membutuhkan
penggunaan jarum dan spuit steril untuk
mengambil urin dari kandung kemih. Proses digunakan, sedangkan indeks bias manusia
kateterisasi mengambil sampel urin dan anjing identik (Yadav et al., 2020).
langsung dari uretra. Free capture 2.1.4.3. Indikasi Pengambilan Sampel
melibatkan pengumpulan sampel urin Urin
langsung dari hasil urinasi. Setiap metode Urinalisis adalah tes screening yang
mempunyai kelebihan dan kekurangannya aman yang dapat mengungkapkan sejumlah
masing-masing. Untuk analisis besar informasi mengenai kesehatan pasien.
mikrobiologi, kateterisasi lebih di sarankan. Urinalisis mungkin penting untuk awal
Cystocentesis, bagaimanapun, adalah identifikasi beberapa kondisi klinis dan
metode yang paling akurat dan praktis. dapat memungkinkan intervensi dini dan
Metode ini menyederhanakan interpretasi tingkat pemulihan yang lebih baik.
hasil dengan menghilangkan kemungkinan Urinalisis adalah indeks yang sangat andal
terjadinya kontaminasi pada urogenital untuk penyakit ginjal bila dilakukan dengan
(Yadav et al., 2020). tepat. Temuan klinisnya secara signifikan
2.1.4.2. Prosedur Pemeriksaan Sampel digunakan dalam pengobatan kondisi
Urin empiris ginjal (Yadav et al., 2020).
Pemeriksaan urin lengkap meliputi 2.1.5. Sampel Feses
pemeriksaan makroskopik dan pemeriksaan 2.1.5.1. Jenis-jenis Pemeriksaan Feses
mikroskopis sampel urin. Pemeriksaan a. Uji Natif
makroskopik memiliki kelebihan yaitu Metode natif dipergunakan untuk
relatif cepat, murah, dan mudah. Ini pemeriksaan secara cepat dan baik untuk
termasuk penilaian subjektif sifat fisik infeksi berat, tetapi untuk infeksi ringan sulit
(warna, bau, kejernihan dan volume) dan ditemukan telur-telurnya. Cara pemeriksaan
berat jenis. Juga termasuk penilaian semi- ini menggunakan larutan lugol atau eosin
kuantitatif bahan kimia sifat urin dengan 2%. Penggunaan eosin dimaksudkan untuk
analisis dipstick. Warna urin ditentukan lebih jelas membedakan telur-telur cacing
dengan mengamati urin dalam tabung reaksi dengan kotoran di sekitarnya. Kelebihan
dengan latar belakang putih di bawah cahaya metode ini adalah mudah dan cepat dalam
atau dalam silinder urinometer. Penggunaan pemeriksaan telur cacing semua spesies,
USG diukur dengan refraktometer. biaya yang diperlukan sedikit, serta
Refraktometer dirancang untuk spesies yang peralatan yang digunakan juga sedikit.
sedang diperiksa dan beberapa jenis yang Sedangkan kekurangan metode ini adalah
dapat digunakan, termasuk refraktometer dilakukannya hanya untuk infeksi berat,
otomatis. Setetes urin diletakkan di bawah infeksi ringan sulit dideteksi. Metode natif
penutup plastik di kaca, dan berpegangan dilakukan dengan cara mencampur feses
pada sumber cahaya saat inspektur menatap dengan sedikit air dan meletakkannya di atas
melalui mata. Urin kucing lebih bias gelas obyek yang ditutup dengan deckglass
daripada urin manusia, jadi USG kucing dan memeriksa di bawah mikroskop
diperkirakan sekitar 0,002-0,005 ketika (Dwinata et al., 2017).
refraktometer yang dirancang manusia

Gambar 8. Uji natif (Helmalia dan Fadhliani, 2019)


b. Uji Sedimentasi lebih rendah dibandingkan dengan BJ telur
Prinsip pengendapan, menggunakan cacing, sehingga telur cacing akan
cairan yang memiliki berat jenis (BJ) yang mengendap. Metode sentrifus dilakukan
dengan cara 2 gram feses yang akan jernih dan endapan. Cairan jernih diatas
diperiksa ditaruh dalam mortir, dan endapan tersebut dibuang dan endapan
ditambahkan sedikit air ke dalamnya diambil, kemudian meletakkannya di atas
kemudian diaduk sampai larut. Larutan ini gelas obyek yang ditutup dengan deckglass
dituangkan ke dalam tabung sampai ¾ dan memeriksa di bawah mikroskop
tabung dan disentrifuse selama 5 menit. (Dwinata et al., 2017).
Hasil dari proses sentrifuse adalah cairan

Gambar 9. Uji sedimentasi (Paramitha et al., 2017)


c. Uji Apung merata atau sampai homogen dan disentrifus
Uji apung dilakukan dengan metode lagi selama 5 menit. Setelah disentrifus,
sentrifus dilakukan dengan cara 2 gram feses tabung tersebut diletakkan diatas rak dengan
yang akan diperiksa ditaruh dalam mortir, posisi tegak dan ditambahkan lagi NaCl
dan ditambahkan sedikit air ke dalamnya jenuh sampai permukaan cairan menjadi
kemudian diaduk sampai larut. Larutan ini cembung. Setelah ditambahkan, diamkan
dituangkan ke dalam tabung sampai ¾ lagi selama 3 menit. Untuk mendapatkan
tabung dan disentrifus selama 5 menit. Hasil telur cacing, object glass diletakkan pada
dari proses sentrifus adalah cairan jernih dan permukaan cairan yang cembung dan dibalik
endapan. Cairan jernih di atas endapan dengan hati-hati, kemudian kaca ditutup
tersebut dibuang dan sebagai gantinya dengan cover glass dan periksa dibawah
dituangkan NaCl jenuh di atas endapan mikroskop dengan perbesaran 10×10
sampai ¾ tabung. Larutan ini diaduk sampai (Dwinata et al., 2017).

Gambar 10. Uji apung (Muthiadin et al., 2018)


2.1.5.2. Indikasi Pengambilan Sampel tenaga kerja dan daya tahan tubuh ternak
Feses terhadap penyakit lain yang tidak terhitung
a. Cacing (Dwinata et al., 2017).
Fasciolisis merupakan penyakit yang b. Larva
disebabkan oleh cacing Fasciola gigantica Larva dapat masuk ke tubuh kucing
dan Fasciola hepatica. Pada umumnya yang melalui dua cara yaitu lewat oral dan kulit.
banyak ditemukan di Indonesia adalah Pada infeksi per oral, larva masuk
Fasciola gigantica. Fasciolosis pada kerbau bersamaan dengan makanan, sedangkan
dan sapi biasanya bersifat kronik, sedangkan pada infeksi melalui kulit larva masuk
pada domba dan kambing dapat bersifat dengan cara menembus kulit ataupun
akut. Kerugian akibat fasciolosis ditaksir 20 membrane mukosa mulut (Oktaviana et al.,
milyar rupiah/tahun yang berupa penurunan 2014). Salah satu contohnya yaitu pada
berat badan serta tertahannya pertumbuhan infeksi T.cati juga bisa melalui
badan, hati yang terbuang dan kematian. transmammary yakni larva cacing pada
Disamping itu kerugian berupa penurunan induk yang terinfeksi akan bermigrasi ke
glandula mammae dan anak kucing akan penyakit sudah mendapat pengobatan
terinfeksi melalui air susu (Nealma et al., atau belum, kalau sudah maka
2013). disebutkan jenis obat yang telah
c. Telur dikonsumsi.
Pada umumnya diagnosa yang g. Nama, alamat pengirim serta tanda
dilakukan berdasarkan gejala klinis yang tangannya.
ditunjukkan dan ditemukannya telur pada 2.1.6.2. Penyimpanan dan Pemindahan
feses. Diagnosa dengan cara pemeriksaan Sampel
tinja adalah yang paling sering dilakukan, Menurut Padoli (2016), tempat
dapat juga diikuti pemeriksaan patologi penampungan spesimen atau pewadahan
anatomi dan klinik. Diagnosa kecacingan harus memenuhi syarat bersih atau steril.
kadang-kadang tidak selalu didasarkan Untuk mendapatkan tempat (wadah) yang
ditemukannya telur atau larva cacing steril sebaiknya menggunakan sterilisasi
didalam pemeriksaan tinja, baik secara fisik (autoklaf), tidak dianjurkan
visual, natif, metode apung atau memakai antiseptik atau desinfektan untuk
pemeriksaan endapan. Berdasarkan gejala mensucihamakan wadah tersebut. Wadah
klinis kucing yang terinfeksi sering dapat dalam pengambilan spesimen yang dipakai
digunakan sebagai pegangan dalam disesuaikan dengan kebutuhan. Kadang
penentuan diagnosis antara lain batuk, pilek, ada satu wadah yang sekaligus dapat
anoreksia, kadang-kadang diare, perut dipergunakan untuk transport
membesar dan menggantung, bahkan (pengiriman). Untuk pemindahan sampel
konvulsi merupakan petunjuk kuat dalam harus diusahakan supaya spesimen yang
menentukan diagnosa. Diagnosa pasca mati dikirim tidak mengalami kerusakan dan
penting untuk menegakkan diagnosis. tetap murni, misalnya tempat harus steril,
Cacing toxocara yang belum dewasa dapat ditutup dengan rapat supaya tidak terjadi
ditemukan di dalam mukosa usus (Nealma kontaminasi dengan mikroorganisme lain
et al., 2013). dan tidak mengalami kerusakan dalam
2.1.6. Perlakuan dan Penyimpanan perjalanan. Untuk menghindari rusaknya
Sampel bahan dalam pengiriman, maka diusahakan
2.1.6.1. Penamaan Sampel beberapa cara , yaitu:
Menurut Padoli (2016), tiap spesimen a. Spesimen feses, beberapa gram tinja
atau bahan pemeriksaan yang dikirim ke (5- 10 gram) ditaruh dalam tempat
laboratorium harus disertai dengan surat steril kemudian ditutup lalu dibungkus
pengantar, surat permintaan pemeriksaan, rapat, setelah itu dikirim ke
dan penamaan sampel yaitu: laboratorium segera.
a. Nama lengkap, jenis kelamin, umur, b. Feses yang pengambilannya dengan
serta alamat. cara rectal swab steril langsung,
b. Tanggal pengambilan spesimen. kemudian swab dan feses dimasukkan
c. Jenis spesimen (darah, urin, pus dan ke dalam tabung steril berisi 10 ml
lain- lain). pepton alkali.
d. Jenis pemeriksaan yang diminta, 2.2. Pemeriksaan Hewan Laboratorium
misalnya bahan: feses, jenis 2.2.1. Kelinci
pemeriksaan: Shigella, Salmonella, 2.2.1.1. Data Fisiologi
Cholera. Kelinci mempunyai suhu rata-rata
e. Asal spesimen adalag hasil rektal yang berkisar antara 39,06-39,44
muntahan, rektum (rectal swab), derajat celcius. Kemudian laju respirasi
tenggorokan. kelinci adalah 32-60 kali per menit
f. Keterangan klinik klien, lebih baik (Nuriyasa et al., 2014). Kelinci mempunyai
ditambahkan sedikit tentang riwayat frekuensi denyut jantung 120-150 per menit
(Nursita et al., 2014).
Gambar 11. Kelinci (Oxley et al., 2019).
2.2.1.2. Tempat dan Cara Pengambilan b. Gejala klinis: Infeksi Pasteurella
Darah multocida adalah sering di
Arteri auricularis medialis telah klasifikasikan sebagai gejala subklinis,
digunakan untuk pengambilan darah arteri tetapi pasteurellosis dapat
untuk analisis hemoglobin tanpa komplikasi menyebabkan demam, batuk, dispnea,
besar pada kelinci. Vena auricularis rhinitis, mukopurulent, bersin, dan
marginalis juga lebih sering digunakan stentor saluran napas atas, neumonia,
untuk penempatan kateter. Memotong bulu otitis, septikemia, meningitis, abses
dan aplikasi anestesi lokal untuk dan kematian.
menghilangkan kepekaan kulit dapat c. Patologi: Temuan patologis spesifik
memfasilitasi prosedur (Eatwell et al., akan bervariasi dengan tempat infeksi,
2013). tetapi host yang mendasarinya respon
2.2.1.3. Penyakit ditandai dengan supuratif akut atau
Pasteurellosis adalah penyakit kronis peradangan dengan infiltrasi
menular yang tersebar luas yang dalam jumlah besar dari neutrophil.
mempengaruhi sejumlah besar spesies d. Diagnosa: Sterile swabs dapat
hewan. Pasteurellosis menyebabkan digunakan untuk mengumpulkan
kerusakan besar pada peternakan yang sampel dari nares atau rongga hidung
terkena karena sering menjadi penyakit kelinci untuk sampel kultur. Nasal
kronis yang terjadi secara berkala. Agen lavage juga dapat digunakan sebagai
penyebab penyakit ini adalah bakteri gram sampel kultur untuk mengisolasi
negatif. Pasteurella multocida, Pasteurella. Isolat P. multocida dapat
mikroorganisme komensal, hidup di saluran diklasifikasikan menjadi lima serogrup
pernafasan hewan. Pada kelinci, penyakit ini berdasarkan antigen kapsuler.
dapat terjadi dengan munculnya pneumonia, e. Prognosis: P. multocida dapat menjadi
middle ear inflammation, pyometra, orchitis, endemik pada kelinci dan dibawa
abscesses, conjunctivitis dan septicemia dalam rongga hidung kelinci.
(Petrova, 2019). Penularannya melalui kontak langsung
Menirut Nowland et al. (2015), antara kelinci. Faktor yang
pasteurollosis adalah sebagai berikut: berhubungan dengan stress yang
a. Etiologi: Pasteurella multocida adalah berhubungan dengan pasteurellosis
bakteri gram negatif coccobacillus termasuk kondisi tempat yang tidak
nonmotile yang menyebabkan sehat, transportasi, dan tinggi
pasteurellosis juga dikenal sebagai konsentrasi amonia di udara.
'snuffles', penyakit pernapasan utama f. Terapi: Vaksin yang diberikan secara
mempengaruhi kelinci domestik. intranasal merangsang kekebalan
terhadap pasteurellosis pneumonia dan
jumlah bakteri di hidung berkurang 2.2.1.4. Cara Handling
secara signifikan. Imunisasi oral Kelinci harus ditangani dengan lembut
kelinci dengan ekstrak P. multocida tetapi kuat. Kelinci cenderung menendang
thiocyanate (PTE) dalam kaki belakang mereka, yang dapat
mikropartikel bersifat imunogenik dan menyebabkan goresan yang dalam pada
signifikan mereduksi unit pembentuk pawang mereka. Seekor kelinci harus
koloni homolog P. multocida sembuh diangkat dengan mencengkeram kulit yang
dari paru-paru dan nasofaring. longgar di atas tengkuk leher dengan satu
Pengobatan antibiotik pada kelinci tangan dan tangan yang lain harus
yang terkena dapat meringankan digunakan untuk menopang bagian belakang
tanda-tanda klinis atau menunda hewan dan membatasi gerakan kaki
perkembangan penyakit tetapi tidak belakang. Jika tungkai belakang tidak
dapat membasmi penyakit. Pengobatan ditopang, kelinci dapat menendang keluar
antibiotik mungkin menekan ekspresi dengan kekuatan sedemikian rupa sehingga
gen virulensi tanpa lengkap eliminasi tulang belakang pinggulnya patah (Colby et
P. multocida. Intern abses mungkin al., 2020).
tidak dapat diobati dengan
menggunakan antibiotik.

Gambar 12. Handling kelinci (Colby et al., 2020)


Untuk menggendong kelinci, teknik diri dan mengalami cedera. Alat restraint
handling seperti ball handling memberikan yang tersedia secara komersial adalah
teknik menahan diri yang aman dan contohnya seperti alat restraint logam atau
mengakomodasi kebutuhannya akan kontak plastik serta tas kain yang fleksibel tetapi
fisik. Cara melakukannya adalah dengan pas, (misalnya tas kucing) memiliki fungsi
meletakkan satu tangan yang ditangkupkan utama untuk membantu handling tubuh saat
di bagian bawah tubuh kelinci digunakan kepala atau telinga dimanipulasi. Perhatian
untuk menggendong kelinci dan harus dilakukan saat menggunakan penahan
menahannya dengan kuat di tubuh pawang karena kelinci yang tidak dikekang dengan
sambil menyembunyikan kepala kelinci di benar dapat meronta dan menyebabkan
lipatan siku. Lengan pawang yang lain cedera serius. Hewan yang ditahan tidak
diletakkan di atas punggung kelinci dan boleh dibiarkan tanpa pengawasan (Colby et
memegang tengkuk leher untuk memberikan al., 2020).
sedikit tekanan sehingga kelinci cenderung 2.2.2. Tikus
tidak meronta. Kelinci bisa saja terpeleset 2.2.2.1. Data Fisiologis
dan meluncur di atas meja pemeriksaan besi Pada tikus data fisiologis normal
tahan karat dan mungkin mencoba melompat seperti suhu normal adalah 37.3 °C.
kabur. Gunakan handuk untuk memerangkap Frekuensi nafas normal adalah 70-150 kali
kelinci atau sebagai pembungkus, ditambah permenit. Denyut jantung normal pada tikis
dengan memposisikan tangan di belakang adalah 300-500 bpm. Masa hidup pada tikus
pantat dan pegangan yang kuat pada tengkuk sekitar 2-3 tahun, tikus betina dapat hidup
memastikan bahwa hewan tidak melarikan lebih lama (Rejeki et al., 2018).
Gambar 13. Tikus (Colby et al., 2020)
2.2.2.2. Tempat dan Cara Pengambilan mencegah darah menyebar ke permukaan
Darah kulit dan merembes ke bulu yang
Sampai sekitar 1 mL darah dapat berdekatan. Sebuah jarum 20-gauge
dikumpulkan dari vena saphena lateral. digunakan untuk menusuk pembuluh dan
Untuk teknik yang umum digunakan ini, darah dikumpulkan. Hemostasis dicapai
bagian cranial dari tikus yang sadar harus dengan memberikan tekanan pada tempat
dikekang. Tekanan manual yang kuat tetapi pengumpulan. Volume darah yang lebih
lembut diterapkan sedikit proksimal dan kecil dapat dikumpulkan dengan cara yang
lateral lutut untuk memperpanjang kaki dan sama dari vena pedal dorsal (Colby et al.,
melebarkan pembuluh darah. Bulu dicukur 2020).
dan salep steril dioleskan ke kulit untuk

Gambar 14. Pengambilan darah di vena saphena pada tikus (Colby et al., 2020)
Pleksus retroorbital adalah tempat teraba, penarikan sedikit dari tabung akan
pengambilan darah dalam jumlah sedang menghasilkan aliran darah ke dalam tabung
pada tikus, meskipun alternatif yang kurang dengan tekanan kapiler. Tangan yang stabil
invasif tersedia dan mungkin lebih disukai. diperlukan karena gerakan tambahan dari
tikus dalam posisi berbaring menyamping. ujung tabung dapat menyebabkan kerusakan
Posisi jari telunjuk dan ibu jari satu tangan parah pada mata dan saraf optik, serta hasil
digunakan untuk memberi tekanan pada yang jelas menimbulkan rasa sakit. Setelah
kelopak mata atas dan bawah satu mata agar mengumpulkan sampel darah, tarik tabung,
mata tetap terbuka dan sedikit miring. tutup kelopak mata, dan berikan sedikit
Sebagai alternatif, tikus dapat dipegang di tekanan dengan kain kasa untuk
bagian tengkuk dan sekaligus memegang meningkatkan hemostasis sehingga
panjang tubuh. Tangan yang lain digunakan pendarahan tidak berlebihan. Mata tidak
untuk menempatkan ujung tabung akan terpengaruh ketika perlakuan yang
mikrokapiler kaca tepat di bagian dorsal diberikan menggunakan teknik yang tepat
canthus medial pada sudut kira-kira 30°–45° saat pipa kapiler melewati sisi dan belakang
ke arah belakang mata. Dengan bola mata (Colby et al., 2020).
menggunakan tekanan yang kuat dan stabil 2.2.2.3. Penyakit
ke depan, tabung diputar antara ibu jari dan Menurut Colby et al. (2020), salah
jari telunjuk yang memungkinkan tabung satu penyakit pada tikus adalah Tyzzer.
bertindak sebagai alat pemotong melalui Penyakit Tyzzer adalah sebagai berikut:
konjungtiva di bagian belakang mata dan a. Etiologi: Clostridium piliforme adalah
memasuki sinus retroorbital. Jika tulang agen penyebab penyakit Tyzzer. Tikus
dewasa yang terinfeksi biasanya dengan metode diagnostik alternatif.
terpengaruh secara subklinis PCR dari feses atau bagian jaringan
sementara penyakit yang jelas mungkin berguna dalam mendeteksi
kemungkinan besar terjadi pada infeksi aktif.
anakan yang disapih. e. Prognosis: Koloni yang terinfeksi
b. Gejala klinis: Penularan melalui harus dihilangkan populasinya dan
penyebaran spora yang sangat resisten diturunkan kembali setelah disinfeksi
di lingkungan dan terhadap beberapa lingkungan yang efektif untuk
disinfektan. Penyakit kadang-kadang memastikan bahwa spora tidak
bermanifestasi menjadi akut ketika bertahan.
stres seperti kondisi lingkungan yang f. Terapi: Pada hewan laboratorium,
buruk atau infeksi bersamaan pencegahan termasuk lingkungan stres
menyebabkan imunosupresi. Tanda- rendah, jumlah pakan nutrisi yang
tanda klinis mungkin termasuk diare, memadai, dan pengukuran sanitasi
dehidrasi, dan anoreksia. Hewan dapat yang tepat. Karena hewan
ditemukan mati tanpa adanya tanda- kemungkinan besar menelan spora
tanda penyakit yang jelas. bakteri dari tempat tidur dan pakan
c. Patologi: Lesi kasar termasuk milier, yang terkontaminasi, pembersihan
fokus pucat di seluruh hati, distensi rutin adalah metode pencegahan yang
abdomen, megaloileitis (ileum distensi berguna. Saat ini, obat antibiotik
dan hiperemik), dan area hemoragi dan seperti pennicilin atau tetracyclin
ulserasi pada saluran usus bagian adalah satu-satunya metode yang
bawah. Jantung juga dapat terpengaruh efektif untuk pengobatan penyakit.
dengan area atau garis berbatas pucat. 2.2.2.4. Cara Handling
d. Diagnosa: Diagnosis pasti mungkin Cara handling tikus dilakukan dengan
sulit ditegakkan dan memerlukan cara tangan kanan memegang ekor tikus dan
identifikasi basil berfilamen pada tangan kiri memegang badan tikus. Operator
jaringan yang terkena dengan membalikkan badan tikus sehingga bagian
pewarnaan perak, Giemsa, atau ventral abdomen berada di atas. Injeksi
methylene blue. Karena kompleksitas peritoneal pada tikus 45 derajat. Operator
organisme, skrining serologi dapat memasukkan obat anestesi 0,2 cc dari
menghasilkan hasil positif palsu dan campuran ketamine dan xylazine (Rejeki et
memerlukan penyelidikan lebih lanjut al., 2018).

Gambar 15. Handling tikus (Colby et al., 2020)


2.2.3. Mencit normal pada mencit sekitar 37,4°C.
2.2.3.1. Data Fisiologis Sedangkan frekuensi respirasi normal pada
Data fisiologis normal mencit meliputi mencit yaitu 163 kali per menit (Listyorini,
suhu dan frekuensi respirasi. Suhu tubuh 2012).
Gambar 16. Mencit (Colby et al., 2020)
2.2.3.2. Tempat dan Cara Pengambilan telunjuk, lalu pindahkan jepitan ekor dari
Darah tangan kanan ke tangan kiri, agak ditarik
Langkah-langkah pengambilan darah sedikit sehingga bagian kulit abdomennya
melalui vena lateral di ekor mencit adalah menegang. Ekor kemudian di potong (0,2-2
ekor mencit dipegang dengan tangan kanan, cm) dari pangkal ekor dengan menggunakan
biarkan kaki depannya mencengkram kawat gunting. Darah yang mengalir diteteskan ke
penutup kandangnya. Jepit tengkuk mencit kaca objek (Nugroho, 2018).
dengan tangan kiri dengan ibu jari dan jari

Gambar 17. Pengambilan darah mencit di vena coccygeal (Nugroho, 2018)


Mencit di handling seperti pada sebelah dalam. Usahakan posisi jarum tidak
gambar. Jarum untuk mentambil darah berubah. Darah kemudian ditampung dan
diinjeksikan di bagian paha belakang dilakukan penelitian (Nugroho, 2018).

Gambar 18. Pengambilan darah di vena saphena (Nugroho, 2018)


2.2.3.3. Penyakit kematian karena ketidakmampuan
Menurut Colby et al. (2020), untuk makan.
pertumbuhan gigi seri berlebihan adalah d. Diagnosa: Pertumbuhan gigi seri
sebagai berikut: berlebihan dapat dengan mudah
a. Etiologi: Pertumbuhan gigi seri yang terlihat melalui inspeksi langsung.
berlebihan dapat terjadi ketika rahang e. Prognosis: Prognosis penyakit ini jika
mengalami malformasi, kehilangan parah dan tidak terdeteksi, gigi seri
gigi yang berlawanan, atau pakan yang yang terlalu besar dapat menyebabkan
terlalu lunak. kekurusan dan kematian pada mencit
b. Gejala klinis: Tanda klinis umum pada atau hewan laboratorium lainnya
tahap selanjutnya adalah air liur yang karena ketidakmampuan untuk makan
berlebihan dengan bulu menggumpal sehingga dapat berdampak sangat fatal
di sekitar dagu dan leher. pada hewan dan harus segera
c. Patologi: Jika parah dan tidak dihilangkan gigi yang berlebih
terdeteksi, gigi seri yang terlalu besar tersebut.
dapat menyebabkan anoreksia dan
f. Terapi: Gigi seri dapat dipangkas permukaannya tidak licin, misal kawat
dengan gunting pelepas jahitan atau penutup kandang, sehingga ketika ditarik,
gunting kuku kaki, tetapi dapat mencit akan mencengkram dan lebih mudah
menyebabkan patahnya gigi. Bor gigi untuk memegang. Kulit tengkuk mencit
adalah alat yang lebih baik tanpa kemudian dijepit dengan telunjuk dan ibu
menyebabkan patah. Penggunaan jari tangan kiri, sementara ekornya tetap
spekulum mulut akan melindungi dipegang dengan tangan kanan. Posisi tubuh
hewan dan operator. mencit dibalikkan, sehingga permukaan
2.2.3.4. Cara Handling perut menghadap ke arah pemegang, ekor
Ujung ekor mencit diangkat dengan dijepitkan antara jari manis dan kelingking
tangan kanan dan ditempatkan pada tangan kiri (Nugroho, 2018).

Gambar 19. Cara handling mencit (Nugroho, 2018)


2.3. Prinsip Etika 2.3.2. Prinsip Five Freedom
2.3.1. Prinsip 3R Menurut Webster (2016), prinsip five
Tujuan dari 3R mengganti hewan freedom yaitu:
(dengan teknologi selain makhluk hidup atau a. Freedom from thirst, hunger and
hewan yang lebih kecil), pengurangan malnutrition: dengan menyiapkan
jumlah hewan yang digunakan, dan akses pada makanan yang bernutrisi
peningkatan kualitas prosedur yang untuk menjaga kesehatan dan kekuatan
melibatkan hewan sehingga lebih sedikit penuh
kerugian yang ditimbulkan pada hewan yang b. Freedom from thermal and physical
digunakan dan tidak menyiksa hewan. discomfort: dengan menyediakan
Reduction adalah metode yang lingkungan yang sesuai termasuk
meminimalkan hewan menggunakan dan tempat berteduh dan tempat istirahat
memungkinkan peneliti untuk memperoleh yang nyaman.
tingkat informasi yang sebanding dari lebih c. Freedom from pain, injury and
sedikit hewan atau untuk memperoleh lebih disease: dengan melakukan
banyak informasi dari jumlah hewan yang pencegahan atau diagnosis dan
sama (Olsson et al., 2012). pengobatan yang cepat
Teknologi replacement sering d. Freedom from fear and distress:
memungkinkan para ilmuwan atau peneliti dengan menyediakan ruang yang
untuk melakukan eksperimen yang tidak cukup, fasilitas yang layak dan pada
mungkin dilakukan pada hewan. umumnya hewan sosial ditemani oleh jenis
dianggap bahwa bahaya bagi setiap hewan hewan itu sendiri.
harus diminimalkan. Oleh karena hal e. Freedom to express normal behaviour:
tersebut, keseimbangan perlu dicapai antara dengan memastikan kondisi yang
usaha meminimalkan total angka tetapi tetap menghindari penderitaan mental serta
mendapatkan hasil yang andal. Refinement fisik.
mencakup teknologi in vivo baru yang 3. MATERI DAN METODE
meminimalkan rasa sakit atau kesusahan 3.1. Materi
yang dialami oleh hewan serta jangkauannya Praktikum dilakukan secara luring
metode yang memberikan peningkatan pada Selasa, 26 Oktober 2021 di Aula Klinik
dalam animal care, perawatan dan handling Hewan Pendidikan Unhas. Praktikum ini
(Clark, 2017). dilakukan dengan tujuan mengenal dan
memahami cara-cara pemngambilan sampel
dan pemeriksaan sampel. Sampel yang
diperiksa adalah sampel feses dari sapi dan menggunakan larutan NaOH. Sampel darah
sampel darah yang sebelumnya diambil dari dibuat dengan metode ulas darah dan
hewan lab. Dijelaskan mengenai uji natif, uji pewarnaan giemsa.
apung dan uji sedimen pada sampel feses 4.2.2. Pemeriksaan Hewan Laboratorium
serta uji pewarnaan giemsa pada sampel Pemeriksaan hewan laboratorium
darah. kurang lebih sama dengan hewan-hewan
3.2. Metode pada unit sebelumnya. Data yang didapatkan
Metode yang digunakan adalah adalah data fisiologis normal yang meliputi
metode deskriptif mengenai tata cara suhu tubuh, frekuensi nadi dan frekuensi
pengambilan sampel, prosedur pemeriksaan nafas. Satu-satunya hewan laboratorium
sampel, dan cara handling hewan lab. Selain yang datanya sangat berbeda dari hewan lain
metode deskriptif, dilakukan demonstrasi adalah ikan lele.
langsung dengan penggunaan probandus. 4.2.3. Prinsip Etika
Probandus yang digunakan adalah mencit, Prinsip etika tetap diterapkan pada
tikus putih, lele, dan kelinci. Setelah hewan laboratorium, utamanya prinsip 3R.
dilakukan pengambilan darah, dilanjutkan Prinsip 3R meliputi reduce, replacement dan
dengan pengamatan sel darah dibawah refinement. Ketiga aspek ini mengutamakan
mikoskop dengan uji natif. penggunaan pengujian lain yang tidak
4. HASIL DAN PEMBAHASAN memerlukan hewan uji apabila tersedia dan
4.1. Hasil penggunaan hewan uji merupakan
Hasil dari pelaksanaan pemeriksaan keharusan. Prinsip five freedom juga tetap
hewan lab berdasarkan pada data fisiologis diterapkan.
normal hewan, tata cara dan letak 5. KESIMPULAN
pengambilan sampel darah, uji pemeriksaan Berdasarkan praktikum unit hewan
feses, uji pemeriksaan darah dan cara laboratorium, praktikan telah mendapatkan
handling. Data fisiologis hewan pemahaman dasar mengenai penanganan
dideskripsikan oleh asisten. Tata cara dan hewan laboratorium serta kepentingannya
letak pengambilan darah didemonstrasikan dalam sebuah penelitian sebagai penyedia
kemudian diulangi oleh praktikan, begitu sampel. Hewan-hewan yang di gunakan saat
pula dengan teknik handling. lab yaitu mencit, tikus putih, kelinci dan
4.2. Pembahasan ikan lele. Kegiatan yang di lakukan saat lab
Data fisiologis normal yang secara umum adalah pengambilan sampel,
dipaparkan di antaranya suhu tubuh normal, tata cara handling, dan membuat preparat
frekuensi denyut jantung, dan frekuensi sampel uji natif dan ulas darah. Pada laporan
nafas. Hal-hal tersebut merupakan indikasi ini, telah dikaji lebih dalam mengenai
dasar adanya kelainan. Dijelaskan juga komponen-komponen pembahasan
mengenai ciri khas tiap hewan. mengenai setiap hewan laboratorium
4.2.1. Pemeriksaan Sampel tersebut. Bahasan mencakup letak
Sampel feses diperiksa dengan uji pengambilan darah dari tiap hewan
natif, uji apung dan uji sedimentasi. Uji natif laboratorium, sampel darah, sampel kerokan
paling sering digunakan karena mudah, kulit, sampel urin, sampel feses, cara
murah dan cepat, namun hanya dapat handling, data fisiologis normal, penyakit
digunakan untuk mengidentifikasi parasit yang sering menyerang, dan prinsip etika.
berukuran besar dan diferensiasi antar Hal-hal tersebut penting untuk dipelajari
komponen dalam feses kurang jelas. Uji agar dapat diterapkan di bidang kedokteran
apung dan uji sedimentasi memanfaatkan hewan.
perbedaan massa jenis antara larutan yang
DAFTAR PUSTAKA
digunakan dan telur cacing. Uji apung dapat
digunakan untuk menguji telur cacing Bengi, WTM, Erina dan Darniati. 2017.
berukuran kecil, sedangkan uji sedimentasi Isolasi dan Identifikasi Pseudomonas
sebaliknya. Pada uji apung digunakan aeruginosa Pada Kasus Ear mites
larutan garam dan uji sedimentasi Kucing Domestik (Felis domesticus)
di Kecamatan Syiah Kuala, Banda E.J, Hasler C.T, Clark T.D dan Cooke
Aceh. Jimvet. 1(2): 161-168. S.J. 2020. Best practices for non-lethal
Boyle, JE. 2016. Manual of Clinical blood sampling of fish via the caudal
Procedures in Dogs, Cats, Rabbits & vasculature. Journal Of Fish Biology.
Rodents. Iowa: Wiley Blackwell. 97(1): 4-15.
Budiartawan, IKA dan I Wayan Batan. Lubis, S.T. 2018. Profil Kuman Pada
2018. Infeksi Demodex canis pada Penderita OMSK dengan Kultur Swab
Anjing Persilangan Pomeranian di RS Haji Medan. [Skripsi]. Medan:
dengan Anjing Lokal. Indonesia Universitas Muhammadiyah Sumatera
Medicus Veterinus. 7(5): 562-575. Utara.
Clark, JM. 2018. The 3Rs in research: a Martoenus, A dan Djatmikowati T.F. 2015.
contemporary approach to Teknik Pengambilan Darah pada
replacement, reduction and Beberapa Hewan. Diagnosa Veteriner.
refinement. British Journal of 14(1): 6-12.
Nutrition. 120(1): 1-7. Muthiadin C, Aziz I.R dan Firdayana. 2018.
Colby, LA, Nowland, Megan H dan Identifikasi dan Prevalensi Telur
Kennedy Lucy H. 2020. Clinical Cacing Parasit Pada Feses Sapi (bos
Laboratory Animal Medicine An sp.) yang Digembalakan di Tempat
Introduction Fifth Edition. Hoboken: Pembuangan Akhir Sampah (tpas)
Wiley Blackwell. Tamangapa Makassar. The Journal of
Duguma, A. 2016. Practical manual on Tropical biology. 2(1): 1-7
veterinary clinical diagnostic Nealma, S., I Made D., dan Ida B. M. O.
approach. J Vet Sci Technol. 7(337) 1- 2013. Prevalensi Infeksi Cacing
5. Toxocara cati pada Kucing Lokal di
Dwinata, I. M, Ida A.P.A, Adi S dan Ida B. Wilayah Denpasar. Indonesia Medicus
M. O. 2017. Modul Identifikasi Veterinus. 2(4) : 428 – 436.
Parasit Cacing. Bali: Universitas Nowland, H., David W. B, Alexis G, dan
Udayana. Howard G. R. 2015. Biology and
Eatwell, K., Mancinelli E, Hedley J, Benato diseases of rabbits. In Laboratory
L, Shaw DJ, Self I dan Meredith A. animal medicine. Academic Press
2013. Use of arterial blood gas Nugroho, Rudy Agung. 2018. Mengenal
analysis as a superior method for mencit sebagai hewan laboratorium.
evaluating respiratory function in pet Samarinda: Mulawarman University
rabbits (Oryctolagus press.
cuniculus). Veterinary Record. 173(7): Nuriyasa, I.M., Roni N.G.K., Puspani E.,
166. Candrawati D.P.M.A., Wirawan I.W.
Heatley J.J dan Russell K.E. 2020. Exotic dan Puger A.W. 2014. Respons
Animal Laboratory Diagnosis. India: fisiologi kelinci lokal yang diberi
Wiley Blackwell. ransum menggunakan ampas tahu
Helmalia F dan Fadhliani. 2019. yang disuplementasi ragi tape pada
Pemeriksaan Feses Untuk Penentuan jenis kandang berbeda. Majalah
Infeksi Parasit Di Rsud Langsa. Jurnal Ilmiah Peternakan. 17(2): 61-65.
Biologica Samudra. 1(2): 16–21. Nursita, I.W., Cholis N. dan Kristianti A.
Jesse, FFA., Idris Umar H, Yusuf A, 2013. Status fisiologi dan pertambahan
Muhammad AS, Asinamai AB, Eric bobot badan kelinci jantan lokal lepas
LTC, Mohd AML, Abdul WH dan sapih pada perkandangan dengan
Abdul AS. 2016. Therapeutic Options bahan atap dan ketinggian kandang
in Management of a Clinical Case of berbeda. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan.
Chorioptic Mange in a Goat. Res. J. 23(1): 1-6.
Vet. Pract. 4(2): 39-41. Oktaviana, P.A, Made D, dan Ida B.M.O.
Lawrence M.J, Raby G.D, Teffer A.M, 2014. Prevalensi Infeksi Cacing
Jeffries K.M, Danylchuk A.J, Eliason Ancylostoma Spp Pada Kucing Lokal
(Felis catus) Di Kota Denpasar. Kedokteran Wijaya Kusuma. 9(2):
Buletin Veteriner Udayana. 6 (2) : 218:228.
161-167. Rumlaklak, Y.Y dan Toelle1 N.N. 2015.
Olsson, I.A.S., Franco, N.H., Weary, D.M. Gambaran Hematologi pada Rusa
dan Sandøe, P., 2012. The 3Rs Timor (Cervus timorensis). Jurnal
principle–mind the ethical Kajian Veteriner. 3(1) : 77-82
gap. Altex. 12 (1): 333-336. Samsisko, R.L.W. 2013. Respon
Oxley, J.A., Ellis C.F., McBride E.A. dan Hematologis Ikan Kerapu Tikus
McCormick W.D. 2019. A survey of (Cromilepte saltivelis) Pada Suhu
rabbit handling methods within the Media Pemeliharaan Yang Berbeda.
United Kingdom and the Republic of Skripsi. Fakultas Perikanan Dan
Ireland. Journal of Applied Animal Kelautan :Universitas Airlangga.
Welfare Science. 22(3): 207-218 Wahyuwardani, S., Noor SM dan Bakrie B.
Padoli. 2016. Mikrobiologi dan Parasitologi 2020. Etika Kesejahteraan Hewan
Keperawatan. Jakarta: Kemenkes. dalam Penelitian dan Pengujian:
Paramitha, R.P., Ernawati R dan Koesdarto Implementasi dan Kendalanya.
S. 2017. Prevalensi Helminthiasis WARTAZOA. 30(4): 211-220.
Saluran Pencernaan melalui Webster, J. 2016. Animal welfare:
Pemeriksaan Feses pada Sapi di Freedoms, dominions and a life worth
Lokasi Pembuangan Akhir (LPA) living. Animals.  6 (6): 1-6.
Kecamatan Benowo Surabaya. Yadav, S.N., Ahmed, N., Nath, A.J.,
Journal of Parasite Science. 1(1): 23- Mahanta, D. dan Kalita, M.K., 2020.
32. Urinalysis in dog and cat: A
Petrova, Y. 2019. Pasteurellosis and review. Veterinary World. 13(10):
eimeriosis–worldwide problems in the 2133-2141.
rabbit farms: a review. Trakia Journal Zorbozan, O., Bengü GT, Ayda A, Göktürk
of Sciences. 17(1): 67-74. O, Ayşegül Ü, Seray T, İdil Ü dan
Ramadhani, FU., Diana TR dan Masfufatun. Nevin T. 2020. Comparison of Skin
2020. Sensitivitas dan Spesifisitas Scraping and Standard Superficial
Metode KOH 20% + Tinta Parker Skin Biopsy in the Laboratory
Blue Black Dibandingkan dengan Diagnosis of Scabies. Turkiye
KOH 20% pada Dermatomikosis Parazitol Derg. 44(3): 164-167.
Superfisialis. Jurnal Ilmiah
PEMBAGIAN
a. Andi Ahmad Fadil Ruslan : 1, 2.1.4, 2.2.1, 2.3
b. Ardillah : 2.1.1, 2.1.5, 2.1.6, 3
c. Jannatin Adnin : abstrak, 2.1.2, 4, menyusun
d. Lutfiah : 2.1.3, 2.2.2, 2.2.3, 5

Anda mungkin juga menyukai