Kelompok 3
Andi Ahmad Fadhil Ruslan¹ (C031191037), Ardillah² (C031191029), Jannatin Adnin³
(C031191036) dan Lutfiah⁴ (C031191034)
Asisten: Ega Maudya Tasya
¹Bagian Bedah dan Radiologi, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi Program Studi
Kedokteran Hewan (PSKH), Universitas Hasanuddin (UNHAS)
ABSTRAK
Praktikum unit ini dilaksanakan secara luring di ruang perkuliahan dengan tujuan memahami
anatomi dan fisiologi hewan-hewan eksotik serta pemeriksaan klinik dasar terhadap hewan
eksotik. Hewan eksotik yang dipelajari pada praktikum ini antara lain sugar glider, kura-kura,
burung, hamster, iguana, dan ular. Pemeriksaan fisik meliputi metode inspeksi, auskultasi,
palpasi, dan perkusi. Teknik pemeriksaan pada tiap hewan eksotik sangat bervariasi karena
anatomi dan fisiologi yang sangat jauh berbeda. Sugar glider memiliki sifat nokturnal, pemalu,
dan bertubuh kecil sehingga penanganannya lebih baik ditemani pemilik. Kura-kura memiliki
cangkang keras dan karakter pemalu, sehingga penanganan harus lebih tenang. Burung memiliki
sayap sehingga penanganannya perlu handling yang tepat. Hamster memiliki tubuh yang kecil
sehingga berhati-hati dalam penanganannya. Iguana memiliki sifat tidak agresif tetapi dapat
bergerak dengan cepat sehingga perlu diawasi. Ular memiliki sifat yang bergantung dari
pemeliharaan dan jenisnya, sehingga penanganan dapat disesuaikan.
Kata kunci: burung, diagnosa, hamster, hewan eksotik, iguana, kura-kura, pemeriksaan fisik,
sugar glider, ular
1. PENDAHULUAN pemeriksaaan dibagian anus. (Widodo et al.
Kedokteran hewan merupakan profesi 2011).
yang sanagat penting dimana merupakan Spesies eksotik adalah suatu spesies
salah satu profesi penyeimbangan ekosistem yang sengaja atau tidak sengaja diangkut
dimana berfokus pada ruang lingkup dan dilepaskan oleh manusia ke lingkungan
objeknya merupakan hewan. Kesehatan dan di luar dari daerah asalnya. Spesies ini
keamanan dari berbagai spesies hewan terdiri dari tanaman dan hewan yang
merupakan salah satu tanggungjawab yang dianggap menjadi salah satu agen yang
besar dari seorang dokter hewan. paling parah dalam hal perubahan habitat
Pengetahuan dan keterampilan perlu di dan degradasi spesies eksotik dianggap
kembangkan agar tidak salah dalam sebagai salah satu penyebab utama
mendiagnosis (Widodo et al. 2011). hilangnya keanekaragaman hayati di dunia.
Tujuan umum pemeriksaan fisik Banyak spesies yang dilepaskan ke
Pemeriksaan dilakukan dengan tujuan lingkungan baru tanpa memperhatikan
mengidentifikasi pasien terhadap dampaknya. Pelepasan hewan peliharaan
keabnormalitasan maupun kelainan yang akuarium ke alam liar telah banyak
terjadi, sehingga dapat dijadikan landasan dilakukan oleh pemiliknya. Walaupun
sebagai langkah pengambilan keputusan demikian, pemilik tersebut tidak bermaksud
selanjutnya. Pemeriksaan fisik dilakukan membuat populasi baru tersebut di alam
terhadap beberpa bagian tubuh pada pasien (Girling, 2013).
seperti pada kepala, leher, alat gerak 2.1. Burung
maupun bagian dada serta perut. Sedangkan 2.1.1. Data Fisiologis Normal
untuk metode klinis sendiri biasanya Suhu tubuh normal pada burung
dilakukan di beberpa bagian seperti mata, berkisar antara 40,5-41,5ºC (Tamzil, 2014).
hidung, mulut yang mencakup bibir lidah Denyut jantung normal pada burung
maupun gigi, bagian urogenital serta juga umumnya dapat mencapai 7 kali lebih cepat
dari manusia. Denyut jantung pada burung
yaitu bisa mencapai hingga 50-90 kali/menit warna lunak di bagian pangkal paruh (gape)
(Fitriani, 2014). kuning, memiliki bulu-bulu yang masih
2.1.2. Penentuan Sexing berbentuk jarum, bulu sangat halus,bentuk
Menurut Aspinall dan Melanie (2020), ujung bulu ekor meruncing, terdapat bulu
ada beberapa metode untuk menentukan jarum pada penutup sayap primer sedangkan
jenis kelamin jantan dan betina pada burung, untuk burung dewasa adalah warna bulu
yakni sebagai berikut: lebih mengkilap, warna kuning pada pangkal
a. Dimorfisme seksual yakni kedua jenis paruh sudah hilang, ujung bulu ekor
kelamin menunjukkan warna yang berbeda membulat dan pada bagian dagu berwarna
bulu. hitam (Dewi et al. 2013).
b. Menentukan jenis kelamin dengan cara 2.1.4. Anatomi dan Habitat
pembedahan dimana ini bertujuan untuk 2.1.4.1. Anatomi Tubuh
melihat gonad di dalam rongga tubuh Anatomi pada burung atau struktur
dengan cara memasukkan endoskopi dan fisiologi tubuh burung menunjukkan bentuk
memberikan anestesi umum. Teknologi ini adaptasi yang unik, yaitu secara khusus
unik bersifat invasif dan membutuhkan mendukung aktivitas terbang. Burung
pengalaman dan anaestesi yang baik. memiliki kerangka yang ringan namun
c. Tes DNA menggunakan sampel darah dengan sistem otot yang kuat, bersama
atau sel yang diambil dari tempat tumbuh dengan sistem sirkulasi dan respirasi yang
bulu. Namun, tes DNA ini lebih jarang mampu mendukung metabolisme tinggi
dilakukan. dengan suplai oksigen ekstra. Secara
2.1.3. Penentuan Umur anatomi, karakteristik tersebut khusus hanya
Umur burung dibagi menjadi dua dimiliki oleh kelas aves di antara filum
kategori yaitu anak dan dewasa. Dimana vertebrata (Kurniawan, dan Adityas, 2017).
untuk ciri-ciri untuk umur anakan adalah
Gambar 5. Otak sebagai pusat sistem indera burung (Colville dan Joanna, 2016)
Pusat kontrol di dalam otak burung Famili : Corvidae
yang menerima rangsangan saraf dari indera Ciri morfologi : Ukuran besar (35 cm - 40
pada umumnya sama dengan mamalia. Pada cm), warna hitam tidak mengkilap diseluruh
burung, pusat kontrol untuk penglihatan dan tubuh.
pendengaran relatif besar, sedangkan untuk Suara : teriakan “kaak-kaak”.
rasa atau pengecapan serta sentuhan, dan c. Cinenen Jawa (Orthotomus sepium)
bau relatif kecil (Colville dan Joanna, 2016). Famili : Silviidae
2.1.5. Ras-ras Ciri morfologi : kecil (11 cm), warna abu-
Menurut Arif et al. (2016), berbagai abu; kepala merah karat; perut putih tersapu
macam ras burung adalah sebagai berikut: kuning; iris cokelat kemerahan; paruh
a. Cekakak Jawa (Halcyon cyanoventris) cokelat; kaki merah jambu.
Family: Alcedinidae Suara :suara bervariasi, termasuk suara
Ciri morfologi : Ukuran sedang (25 cm). monoton berulang.
Kepala coklat tua. Tenggorokan dan kerah 2.1.6. Perilaku Khusus
coklat. Perut dan punggung biru ungu. Salah satu spesies burung yang
Penutup sayap hitam. Bulu terbang biru dijadikan hewan kesayangan eksotik adalah
terang. Bercak putih sayap saat terbang burung elang. Burung elang merupakan
paruh merah muda. hewan berdarah panas, mempunyai sayap
Suara :jernih berdering “criicrii-crii” atau dan tubuh yang diselubungi bulu pelepah.
“cii-rii-riirii”. Perkembang biakan dengan cara bertelur
b. Gagak (Corvus sp.) yang mempunyai cangkang keras di dalam
sarang yang dibuatnya. Burung menjaga bulu pada lovebird disebabkan oleh virus
anaknya sampai mampu terbang. Karena kelompok circoviridael. Virus yang
merupakan hewan pemangsa, makanan menyebabkan PBFD juga dapat menyerang
utamanya hewan mamalia kecil seperti tikus, fungsi hati, otak, dan sistem kekeba|an
tupai dan ayam. Terdapat sebagian elang tubuh. Akibatnya, lovebird bisa terserang
yang menangkap ikan sebagai makanan penyakit lain karena terjadi infeksi sekunder
utama mereka (biasanya elang tersebut seperti bakteri, jamur, parasit, atau virus
tinggal di wilayah perairan). Paruh elang lain. Hal ini bisa menyebabkan kematian
tidak bergigi tetapi melengkung dan kuat dini pada lovebird (Yudiantoro dan
untuk mengoyak daging mangsanya Maloedyn, 2011).
(Winarno dan Sugeng, 2013). 2.1.8.2. Sinusitis
2.1.7. Cara Pengambilan Sampel Sinusitis merupakan ancaman
Sampel darah diambil untuk berbagai berbahaya bagi lovebird karena seperti
tujuan diagnostik. Pada burung, darah dapat burung lainnya, lovebird memiliki sistem
diambil dari bagian paling mudah dari salah sinus yang sangat rumit sehingga ideal bagi
satu dari tiga bagian pembuluh darah yaitu penyakit untuk tumbuh dan menyebar.
vena jugularis, vena brachialis, dan vena Bakteri merupakan penyebab sinusitis yang
metatarsal medial. Darah dapat diambil dari paling utama. Bakteri menyebabkan
vena ulnaris yang terletak di antara os tumbuhnya daging keras yang menumpuk di
radius dan os ulna, vena basilica atau vena sinus. Kadang-kadang bakteri ini bisa sangat
brachialis menggunakan syringe 3 ml dan resisten terhadap antibiotik sehingga
jarum 24G. Vena brachialis menjadi lokasi pengobatannya menjadi sangat sulit. Bakteri
pilihan terakhir ketika pengambilan darah yang umumnya menjadi penyebab sinusitis
tidak bisa dilakukan pada kedua vena yang adalah chlamydia. Infeksi yang parah pada
lain. Lokasi pengambilan darah terletak di lovebird akan menyebabkan kematian
sisi ventral sayap yang kemudian (Yudiantoro dan Maloedyn, 2011).
didisinfeksi dengan alkohol. Sebelum 2.2. Sugar glider
memulai prosedur, plunger pada syringe 3 2.2.1. Data Fisiologis Normal
ml yang telah dirangkai dengan jarum 24 G Menurut Johnson (2011), data
ditarik hingga memberikan ruang udara pada fisiologis normal sugar glider adalah
badan spuit kurang lebih 0,5 ml. Jarum sebagai berikut:
ditusukkan ke dalam vena dengan lubang a. Suhu tubuh normal: 36.3ºC (97.3F)
jarum menghadap ke atas dan ujung runcing b. Pulsus: 200-300 kali/menit
berada di sisi bawah. Ketika darah sudah c. Frekuensi napas: 16-40 kali/menit
mulai terlihat masuk ke dalam sambungan 2.2.2. Penentuan Sexing
jarum dan syringe, sedot darah perlahan Sugar glider jantan memiliki bobot
dengan menarik plunger hingga skala 3 ml tubuh lebih berat dari betina. Berat tubuh
(Colville dan Joanna, 2016). sugar glider jantan dewasa berkisar di antara
2.1.8. Penyakit 115-160 g dan sugar glider betina dewasa di
2.1.8.1. Psittacine Beak and Feather antara 95-135 g. Pejantan memiliki penis
Disease (PBFD) bifurcated dan skrotum pendulous yang
Penyakit paruh dan bulu banyak terletak cranial terhadap penis. Terdapat
menyerang burung paruh bengkok kelenjar bau pada frontal dan urogenital.
(psittacines) sehingga secara khas penyakit Kelenjar di atas kepala sangat jelas terlihat,
ini disebut Psittacine Beak and Feather Betina memiliki kantung di ventral yang
Disease (PBFD). Jenis burung paruh terbuka menghadap cranial (Varga et al.,
bengkok lainnya, seperti betet, macaws 2012). Kelenjar di atas kepala sangat jelas
african grey, ringneck parakeets, dan terlihat pada jantan dan tidak ada pada
eclectus parrots juga sangat rentan terhadap betina. Kelenjar di dada jantan terlihat
serangan penyakit ini. Penyakit paruh dan kekuningan (Judah dan Kathy, 2017).
Gambar 6. Penentuan sexing sugar glider jantan dan betina (Graham, 2011)
2.2.3. Penentuan Umur usia 12-14 bulan pada jantan dan 8-12 bulan
Joey yang baru keluar dari kantung pada betina (Varga et al., 2012). Sugar
induknya berusia 70 hari dan dapat hidup glider meninggalkan sarang induknya saat
mandiri pada usia 17 minggu. Sugar glider mencapai usia 1 tahun (Judah dan Kathy,
mencapai usia dewasa seksual saat mencapai 2017).
Gambar 7. Sugar glider dewasa dan joey (Judah dan Kathy, 2017)
2.2.4. Anatomi dan Habitat nektar, suplemen vitamin dan mineral, serta
2.2.4.1. Anatomi Tubuh air bersih (Varga et al., 2012). Sugar glider
Terdapat 5 digit di setiap kakinya, memiliki caecum yang berfungsi dalam
digit ke-2 dan 3 pada kaki belakang fermentasi mikroba untuk mencerna
terhubung sebagian untuk membantu polisakarida yang ada di dalam getah.
memanjat (Varga et al., 2012). Bulu sugar Saluran gastrointestinal mirip dengan hewan
glider lembut seperti beludru dan berwarna karnivora lainnya. Terdapat 40 gigi pada
bervariasi. Hewan marsupial seperti sugar sugar glider dewasa (Quesenberry et al.,
glider dikenal dengan adanya kantung yang 2021).
berfungsi untuk membesarkan anak dan 2.2.4.4. Sistem Sirkulasi
hanya dimiliki oleh betina. Tidak terdapat Sistem sirkulasi sugar glider sama
ossa marsupialia yang merupakan tulang dengan mamalia pada umumnya. Kecepatan
panggul yang berfungsi sebagai pertautan metabolisme 45% di bawah perkiraan untuk
untuk otot penyangga kantung. Sugar glider mamalia placental (eutherian) dengan
memiliki patagium (membran) yang ukuran tubuh yang mirip. Oleh karena itu,
membentang antara kaki depan dan belakang frekuensi detak jantung sekitar setengah dari
(Quesenberry et al., 2021). eutherian dengan volume darah di dalam
2.2.4.2. Sistem Respirasi jantungnya lebih 30% (Johnson, 2011).
Sugar glider memiliki sistem respirasi 2.2.4.5. Sistem Indera
yang sama seperti mamalia pada umumnya. Sugar glider merupakan hewan
Radiografi dapat dilakukan untuk diagnosa nokturnal, sehingga matanya besar, fokus,
kelainan respirasi berupa visualisasi gambar dan lebar. Meskipun membran telinga cukup
seperti fraktur pada rusuk, diaphragmatic tipis, sugar glider memiliki telinga yang
hernia, pneumonia, keberadaan cairan, dan mendengar dengan baik. Begitu pula dengan
lesi pada ruang respirasi (Johnson, 2011). hidup yang mirip dengan hewan insektivora
2.2.4.3. Sistem Pencernaan lain (Quesenberry et al., 2021).
Sugar glider memiliki kloaka yang 2.2.5. Ras-ras
terhubung dengan saluran gastrointestinal, Sugar glider termasuk ke dalam
urogenital, dan reproduksi. Sugar glider spesies Petaurus breviceps. Hewan ini
membutuhkan pakan harian sekitar 15-20% merupakan hewan asli Australia dan
berat badannya. Pakan sebaiknya terdiri atas Selandia Baru (Varga et al., 2012). Terdapat
buah-buahan, invertebrata (serangga), tujuh subspesies yang telah dikenal. Variasi
bulu didapatkan dari perkembangbiakan sekresi dari kelenjar baud an urin. Sugar
selektif. Variasi mutasi yang diakui adalah glider sering mengeluarkan suara
garis abu-abu alami termasuk white face, (Quesenberry et al., 2021).
white tip, leucistic dan mosaic. Terdapat 2.2.7. Cara Pengambilan Sampel
juga variasi merah termasuk red cinnamon, Dapat dilakukan venipuncture pada
lion, butter cream dan chocolate vena cava cranialis tetapi berisiko mengenai
(Quesenberry et al., 2021). jantung karena posisi jantung pada sugar
2.2.6. Perilaku Khusus glider lebih ke arah cranial. Perhatian lebih
Sugar glider merupakan hewan sosial sangat diperlukan karena bila tidak
yang hidup berkelompok hingga 12 ekor per dilakukan dengan hati-hati, pengambilan
kelompok di alam liar. Hewan ini bersifat sampel dapat membahayakan vena, jantung,
nokturnal dan arboreal sehingga dan struktur lain yang berada di dalam
membutuhkan banyak ranting untuk rongga thorax. Risiko lainnya termasuk
memanjat (Varga et al., 2012). Baik jantan pneumothorax, hemothorax, dan cardiac
maupun betina menandai daerahnya dengan puncture (Johnson, 2011).
Gambar 8. Pengambilan sampel pada sugar glider (vena cava dan vena femoralis) (Heatley dan
Karen, 2020)
Karena ukuran pembuluh perifer Staphylococci, dan Streptococci (Johnson,
sangat kecil, sampel darah hingga 1 mL 2011).
biasanya diambil dari vena jugularis dan Secara umum, infeksi saluran respirasi
vena cava cranialis. Bila sampel yang atas oleh bakter jarang ditemukan pada
dibutuhkan lebih sedikit (0.1-0.25 mL), sugar glider. Namun, pneumonia bakterial
darah dapat diambil dari vena saphena lebih umum ditemukan. Joey (anakan sugar
lateralis, vena cephalica, vena femoralis, glider) juga rentan karena suhu tubuh belum
dan vena coccygeal ventralis. Apabila optimal dan refleks menelan lambat.
sampel diambil dari arteri, pembuluh ditekan Malnutrisi dan udara dingin yang disertai
1-3 menit hingga terjadi hemostasis. menggigil dapat menjadi faktor predisposisi
Anastesi dapat diberikan untuk melakukan terhadap infeksi sekunder, termasuk
prosedur dengan lebih aman (Graham, pneumonia bakterial (Johnson, 2011).
2021). Semua rentang usia dan jenis kelamin dapat
2.2.8. Penyakit mengidap penyakit ini (Graham, 2021).
2.2.8.1. Dyspnea Gejala klinis dapat bervariasi
Penyakit pada respirasi primer jarang tergantung dari lokasi dan tingkat keparahan
terjadi pada hewan berkantung. Kondisi infeksi. Gejala dapat berupa bersin, cairan
respirasi sering dikaitkan dengan penyakit hidung bilateral, bening atau mucopurulent,
yang sedang berproses atau disebabkan oleh faringitis, pembesaran limfonodus, batuk,
patogen oportunistik (Graham, 2021). napas berisik, serta anoreksia (Johnson,
Infeksi saluran respirasi umum disebabkan 2011). Napas berat dan seringkali kepala
oleh bakteri Pasteurella, Escherichia coli, sugar glider mengadah ke atas (Graham,
Klebsiella spp., Pseudomonas spp., 2021).
Gambar 9. Gejala klinis dyspnea (Graham, 2021)
Diagnosa penyakit respirasi dapat klinis dapat beragam. Gejala yang umum
dilakukan berdasarkan analisis spesimen terlihat di antaranya sugar glider melemah,
yang didapat dari berbagai metode. Swab kurang aktif, penurunan berat badan, dan
nasal dapat dilakukan pada saluran respirasi feses abnormal atau jumlah feses berkurang.
atas, tetapi karena ukuran sugar glider yang Sugar glider yang dipelihara di dalam
kecil, swab nasal yang dalam tidak penangkaran atau sebagai hewan
memungkinkan untuk dilakukan. Flushing kesayangan seharusnya diberi pakan ideal.
dapat menjadi alternatif yang lebih mudah Pakan ideal termasuk pengganti nektar,
dilakukan. Radiografi dengan posisi serangga atau sumber protein lainnya, getah
ventrodorsal dapat dilakukan untuk nabati, dan buah-buahan atau sayuran.
menghindari penggunaan alat yang Konsumsi pakan sebaiknya memenuhi 15-
berpotensi membahayakan dan mendapatkan 20% dari berat badan per hari (Graham,
hasil visual. Pada pasien dengan penyakit 2021).
respirasi yang lebih parah, swab tracheal Diagnosa dilakukan dengan
lebih dianjurkan. Metode mikrobiologi dan pengidentifikasian melalui histori.
sitologi standar dapat dilakukan. Kultur Pengamatan feses berupa jumlah, tekstur,
bakteri, aerobik, anaerobik, dan fungal dan hal abnormal lainnya. Pemeriksaan fisik
dianjurkan untuk dilakukan pada suspek seperti standar berat badan. Dapat dilakukan
kasus infeksi (Johnson, 2011). Dapat pemeriksaan feses, Complete Blood Count
dilakukan radiografi dan CBC (Graham, (CBC) dan kimiawi, serta radiografi.
2021). Prosedur-prosedur tersebut dilakukan untuk
Pengobatan pneumonia bakterial mengidentifikasi hal abnormal yang terjadi.
dilakukan dengan pemberian antibiotik Dapat juga dilakukan diagnosa total dengan
bakteriosida yang lebih efektif terhadap ultrasound (Graham, 2021).
bakteri gram negatif. Meski sugar glider Stabilisasi kondisi dapat dilakukan
memiliki caecum yang berkembang dengan dengan pemberian nutrisi yang cukup dan
baik, terapi antibiotik dapat diterima dengan perawatan yang ditingkatkan. Beri makan
baik. Pengobatan tambahan berupa sugar glider dengan spuit yang terisi
nebulisasi, bronchodilatator, mukolitik, formula khusus omnivora atau karnivora
perawatan suportif, dan pemberian oksigen. komersil (Emeraid, Critical Care Omnivore,
Pengobatan pada joey dapat berupa Ensure Plus) dan buah atau sayur yang
kortikosteroid atau antiinflamasi non-steroid dihaluskan. Dehidrasi dapat diatasi dengan
namun terbatas pada tahap awal infeksi pemberian cairan melalui rute oral atau
untuk membatasi inflamasi (Johnson, 2011). subkutan (SC) (Graham, 2021).
Dilakukan pemulihan kondisi dengan 2.3. Hamster
pemberian suplai oksigen, dan nutrisi 2.3.1. Data Fisiologis Normal
(Graham, 2021). Menurut Girling (2013), data fisiologis
2.2.8.2. Anoreksia normal hamster adalah sebagai berikut:
. Hal ini dapat terjadi karena pemilik a. Suhu tubuh normal: 36-38ºC
yang masih baru atau kurang b. Pulsus: 90-150 kali/menit
berpengalaman. Nafsu makan sugar glider c. Frekuensi nafas: 30-70 kali/menit
menurun sehingga terjadi penurunan berat
badan. Penurunan berat badan dapat
mengarah ke gangguan lainnya. Gejala 2.3.2. Penentuan Sexing
Secara fisik, hamster jantan dan seksual, hamster jantan memiliki garis luar
hamster betina dapat dibedakan dengan cara yang runcing di bagian belakang karena
melihat area sekitar perut dan belakang testis yang turun, sedangkan hamster betina
tubuhnya. Tubuh bagian belakang hamster memiliki penampilan yang lebih bulat. Pada
jantan berbentuk panjang atau runcing keduanya, relatif mudah untuk menentukan
sedangkan pada betina bentuknya membulat. jenis kelamin setelah dewasa jika individu
Pada hamster jantan, jarak antara lubang tersebut didukung dalam posisi vertikal
anus dan lubang penis agak jauh. Sementara dengan kepala paling atas. Dalam posisi ini,
betina jarak antara lubanga anus dan lubang testis akan turun ke kantung skrotum di
vagina lebih dekat (Sadgala, 2010). mana mereka terlihat jelas (Girling, 2013).
2.3.3. Penentuan Umur 2.3.4. Anatomi dan Habitat
Cara yang baik untuk memeriksa usia 2.3.4.1. Anatomi Tubuh
hamster adalah dengan melihat giginya. Hamster ini memiliki kepala
Bukan tergantung ukuran saja. Seekor berbentuk segitiga. Hal ini disebabkan
hamster muda harus memiliki gigi putih tulang pipinya yang melebar ke samping.
bersih. Hamster tua mungkin memiliki gigi Jarak antara telinga hidung dan mata cukup
yang berwarna kuning dari pewarnaan seimbang.Telinganya sedikit lebih lebar dan
(Sadgala, 2010). Pada hewan gerbil dan tinggi. Semua kakinya berbulu, tulang
hamster, perbedaan ditentukan oleh jarak punggung hamster cenderung agak ceper
anogenital. Pada hamster dewasa secara (Sadgala, 2010).