Anda di halaman 1dari 22

PEMERIKSAAN HEWAN EKSOTIK

Kelompok 3
Andi Ahmad Fadhil Ruslan¹ (C031191037), Ardillah² (C031191029), Jannatin Adnin³
(C031191036) dan Lutfiah⁴ (C031191034)
Asisten: Ega Maudya Tasya
¹Bagian Bedah dan Radiologi, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi Program Studi
Kedokteran Hewan (PSKH), Universitas Hasanuddin (UNHAS)
ABSTRAK
Praktikum unit ini dilaksanakan secara luring di ruang perkuliahan dengan tujuan memahami
anatomi dan fisiologi hewan-hewan eksotik serta pemeriksaan klinik dasar terhadap hewan
eksotik. Hewan eksotik yang dipelajari pada praktikum ini antara lain sugar glider, kura-kura,
burung, hamster, iguana, dan ular. Pemeriksaan fisik meliputi metode inspeksi, auskultasi,
palpasi, dan perkusi. Teknik pemeriksaan pada tiap hewan eksotik sangat bervariasi karena
anatomi dan fisiologi yang sangat jauh berbeda. Sugar glider memiliki sifat nokturnal, pemalu,
dan bertubuh kecil sehingga penanganannya lebih baik ditemani pemilik. Kura-kura memiliki
cangkang keras dan karakter pemalu, sehingga penanganan harus lebih tenang. Burung memiliki
sayap sehingga penanganannya perlu handling yang tepat. Hamster memiliki tubuh yang kecil
sehingga berhati-hati dalam penanganannya. Iguana memiliki sifat tidak agresif tetapi dapat
bergerak dengan cepat sehingga perlu diawasi. Ular memiliki sifat yang bergantung dari
pemeliharaan dan jenisnya, sehingga penanganan dapat disesuaikan.
Kata kunci: burung, diagnosa, hamster, hewan eksotik, iguana, kura-kura, pemeriksaan fisik,
sugar glider, ular
1. PENDAHULUAN pemeriksaaan dibagian anus. (Widodo et al.
Kedokteran hewan merupakan profesi 2011).
yang sanagat penting dimana merupakan Spesies eksotik adalah suatu spesies
salah satu profesi penyeimbangan ekosistem yang sengaja atau tidak sengaja diangkut
dimana berfokus pada ruang lingkup dan dilepaskan oleh manusia ke lingkungan
objeknya merupakan hewan. Kesehatan dan di luar dari daerah asalnya. Spesies ini
keamanan dari berbagai spesies hewan terdiri dari tanaman dan hewan yang
merupakan salah satu tanggungjawab yang dianggap menjadi salah satu agen yang
besar dari seorang dokter hewan. paling parah dalam hal perubahan habitat
Pengetahuan dan keterampilan perlu di dan degradasi spesies eksotik dianggap
kembangkan agar tidak salah dalam sebagai salah satu penyebab utama
mendiagnosis (Widodo et al. 2011). hilangnya keanekaragaman hayati di dunia.
Tujuan umum pemeriksaan fisik Banyak spesies yang dilepaskan ke
Pemeriksaan dilakukan dengan tujuan lingkungan baru tanpa memperhatikan
mengidentifikasi pasien terhadap dampaknya. Pelepasan hewan peliharaan
keabnormalitasan maupun kelainan yang akuarium ke alam liar telah banyak
terjadi, sehingga dapat dijadikan landasan dilakukan oleh pemiliknya. Walaupun
sebagai langkah pengambilan keputusan demikian, pemilik tersebut tidak bermaksud
selanjutnya. Pemeriksaan fisik dilakukan membuat populasi baru tersebut di alam
terhadap beberpa bagian tubuh pada pasien (Girling, 2013).
seperti pada kepala, leher, alat gerak 2.1. Burung
maupun bagian dada serta perut. Sedangkan 2.1.1. Data Fisiologis Normal
untuk metode klinis sendiri biasanya Suhu tubuh normal pada burung
dilakukan di beberpa bagian seperti mata, berkisar antara 40,5-41,5ºC (Tamzil, 2014).
hidung, mulut yang mencakup bibir lidah Denyut jantung normal pada burung
maupun gigi, bagian urogenital serta juga umumnya dapat mencapai 7 kali lebih cepat
dari manusia. Denyut jantung pada burung
yaitu bisa mencapai hingga 50-90 kali/menit warna lunak di bagian pangkal paruh (gape)
(Fitriani, 2014). kuning, memiliki bulu-bulu yang masih
2.1.2. Penentuan Sexing berbentuk jarum, bulu sangat halus,bentuk
Menurut Aspinall dan Melanie (2020), ujung bulu ekor meruncing, terdapat bulu
ada beberapa metode untuk menentukan jarum pada penutup sayap primer sedangkan
jenis kelamin jantan dan betina pada burung, untuk burung dewasa adalah warna bulu
yakni sebagai berikut: lebih mengkilap, warna kuning pada pangkal
a. Dimorfisme seksual yakni kedua jenis paruh sudah hilang, ujung bulu ekor
kelamin menunjukkan warna yang berbeda membulat dan pada bagian dagu berwarna
bulu. hitam (Dewi et al. 2013).
b. Menentukan jenis kelamin dengan cara 2.1.4. Anatomi dan Habitat
pembedahan dimana ini bertujuan untuk 2.1.4.1. Anatomi Tubuh
melihat gonad di dalam rongga tubuh Anatomi pada burung atau struktur
dengan cara memasukkan endoskopi dan fisiologi tubuh burung menunjukkan bentuk
memberikan anestesi umum. Teknologi ini adaptasi yang unik, yaitu secara khusus
unik bersifat invasif dan membutuhkan mendukung aktivitas terbang. Burung
pengalaman dan anaestesi yang baik. memiliki kerangka yang ringan namun
c. Tes DNA menggunakan sampel darah dengan sistem otot yang kuat, bersama
atau sel yang diambil dari tempat tumbuh dengan sistem sirkulasi dan respirasi yang
bulu. Namun, tes DNA ini lebih jarang mampu mendukung metabolisme tinggi
dilakukan. dengan suplai oksigen ekstra. Secara
2.1.3. Penentuan Umur anatomi, karakteristik tersebut khusus hanya
Umur burung dibagi menjadi dua dimiliki oleh kelas aves di antara filum
kategori yaitu anak dan dewasa. Dimana vertebrata (Kurniawan, dan Adityas, 2017).
untuk ciri-ciri untuk umur anakan adalah

Gambar 1. Anatomi burung (Aspinall dan Melanie, 2020)


Kerangka burung sangat teradaptasi 2.1.4.2. Sistem Respirasi
untuk terbang, memiliki massa yang ringan Sistem respirasi burung terdiri dari
tapi cukup kuat untuk menopang tekanan paru-paru yang sangat vaskularisasi dan
saat lepas landas, terbang, dan pendaratan. kantung udara avaskular, yang merupakan
Salah satu kunci adaptasi di antaranya struktur membran yang mempengaruhi
adalah menyatunya tulang menjadi osilikasi ventilasi dan, pada beberapa spesies,
tunggal yang disebut pygostyle. Oleh karena menjalar di antara otot dan bahkan
itu, burung memiliki jumlah tulang paling memasuki tulang (Cieri et al. 2014). Pada
sedikit jika dibandingkan dengan vertebrata burung, tempat berdifusinya gas respirasi
darat lainnya. Burung tidak memiliki mulut hanya terjadi di paruparu. Paru-paru burung
bergigi dan digantikan oleh paru yang berjumlah sepasang dan terletak dalam
dilapisi keratin dimana memiliki massa yang rongga dada yang dilindungi oleh tulang
lebih ringan. Burung memiliki banyak rusuk. Jalur respirasi pada burung berawal di
tulang yang berongga dengan struktur saling lubang hidung. Pada tempat ini, udara
silang di dalamnya, dimana jumlah tulang masuk kemudian diteruskan pada celah
yang berongga bervariasi untuk tiap jenis tekak yang terdapat pada dasar faring yang
(Kurniawan, dan Adityas, 2017). menghubungkan trakea (Purnamasari dan
Dwi, 2017).
Trakeanya panjang berupa pipa merupakan bronkus sekunder dan dapat
bertulang rawan yang berbentuk cincin, dibedakan menjadi ventrobronkus (di bagian
danbagian akhir trakea bercabang menjadi ventral) dan dorsobronkus (di bagian
dua bagian, yaitu bronkus kanan dan dorsal). Ventrobronkus dihubungkan dengan
bronkus kiri. Dalam bronkus pada pangkal dorsobronkus, oleh banyak parabronkus
trakea terdapat syrinc yang pada bagian (100 atau lebih). Parabronkus berupa tabung
dalamnya terdapat lipatan-lipatan berupa tabung kecil. Di parabronkus bermuara
selaput yang dapat bergetar. Bergetarnya banyak kapiler sehingga memungkinkan
selaput itu menimbulkan suara. Bronkus udara berdifusi (Purnamasari dan Dwi,
bercabang lagi menjadi mesobronkus yang 2017).

Gambar 2. Sistem respirasi burung (Purnamasari dan Dwi, 2017)


Selain paru-paru, burung memiliki 8 2.1.4.3. Sistem Pencernaan
atau 9 perluasan paru-paru atau pundi-pundi Burung tidak memiliki gigi, sehingga
udara (saccus pneumaticus) yang menyebar sistem pencernaan mereka harus mampu
sampai ke perut, leher, dan sayap. Pundi- mengolah makanan tanpa dikunyah. Burung
pundi udara berhubungan dengan paru-paru telah mengembangkan berbagai jenis paruh
dan berselaput tipis. Di pundi-pundi hawa yang sesuai untuk berbagai jenis makanan
tidak terjadi difusi gas respirasi, pundi-pundi mereka, mulai dari benih, daging, serangga
udara hanya berfungsi sebagai penyimpan hingga buah-buahan dan kacang-kacangan.
cadangan oksigen dan meringankan tubuh. Paruh pada burung terdiri dari kerangka
Adanya pundi-pundi udara membuat tulang yang ditutupi oleh lapisan keras dari
respirasi pada burung menjadi efisien. keratin (bahan yang sama serperti pada
Pundi-pundi udara terdapat di pangkal leher rambut dan kuku). Lapisan keratin terus
(cervical), ruang dada bagian depan (thorax diganti sepanjang hidup burung karena terus
anterior), antara tulang selangka (coracoid), aus akibat gesekan dari aktivitas makan dan
ruang dada bagian belakang (thorax memegang benda-benda keras (Kurniawan
posterior), dan di rongga perut (abdominal) dan Adityas, 2017).
(Purnamasari dan Dwi, 2017).

Gambar 3. Sistem pencernaan burung (Aspinall dan Melanie, 2020)


Paruh memegang peran penting dalam ordo Columbiformes seperti merpati, mampu
perolehan makanan, sehingga morfologi menghasilkan crop milk yang dapat
paruh bervariasi tergantung kebiasaan dimuntahkan dan disuapkan pada anak
makanan. Burung memiliki ciri khas dalam burung. Burung juga memiliki ventriculus
sistem pencernaan, yaitu keberadaan atau ampela yang terdiri dari empat lembar
tembolok pada esofagus yang memiliki otot melingkar yang berfungsi
fungsi melunakkan, menyimpan, dan menghancurkan makanan. Pada beberapa
mengatur regulasi makanan yang telah spesies pemakan biji, ventriculus
ditelan. Ukuran dan bentuk tembolok mengandung butiran kerikil yang sengaja
bervariasi di antara jenis burung. Anggota ditelan untuk membantu proses dalam
melembutkan makanan menggantikan fungsi efisien (Aspinall dan Melanie, 2020). Darah
gigi (Kurniawan dan Adityas, 2017). terus mengalir ke seluruh tubuh hewan dan
2.1.4.4. Sistem Sirkulasi melalui jantung dalam sirkuit yang didorong
Sistem peredaran darah pada burung oleh detak (memompa) jantung. Arteri
hampir sama dengan mamalia. Untuk membawa darah menjauh dari jantung
menyediakan tingkat metabolisme tinggi sedangkan vena membawa darah ke jantung
dari burung, jantung khususnya harus dapat dan kapiler membentuk transisi diantara
memompa darah untuk memberikan oksigen arteri dan vena (Colville dan Joanna, 2016).
dan nutrisi ke jaringan dengan cepat dan

Gambar 4. Sistem sirkulasi burung (Aspinall dan Melanie, 2020)


2.1.4.5. Sistem Indera informasi sensorik untuk menghasilkan
Sistem indera adalah sarana dimana refleks gerakan (misalnya, kedipan mata saat
sistem saraf menerima informasi tentang itu tersentuh, penarikan anggota tubuh dari
lingkungan eksternal (exteroception), panas permukaan, kontraksi usus saat itu
lingkungan internal (interoception), dan menggeliat) tanpa melibatkan bagian sadar
posisi dan pergerakan dari tubuh dari otak (Fails dan Christianne, 2018).
(proprioception). Tubuh menggunakan

Gambar 5. Otak sebagai pusat sistem indera burung (Colville dan Joanna, 2016)
Pusat kontrol di dalam otak burung Famili : Corvidae
yang menerima rangsangan saraf dari indera Ciri morfologi : Ukuran besar (35 cm - 40
pada umumnya sama dengan mamalia. Pada cm), warna hitam tidak mengkilap diseluruh
burung, pusat kontrol untuk penglihatan dan tubuh.
pendengaran relatif besar, sedangkan untuk Suara : teriakan “kaak-kaak”.
rasa atau pengecapan serta sentuhan, dan c. Cinenen Jawa (Orthotomus sepium)
bau relatif kecil (Colville dan Joanna, 2016). Famili : Silviidae
2.1.5. Ras-ras Ciri morfologi : kecil (11 cm), warna abu-
Menurut Arif et al. (2016), berbagai abu; kepala merah karat; perut putih tersapu
macam ras burung adalah sebagai berikut: kuning; iris cokelat kemerahan; paruh
a. Cekakak Jawa (Halcyon cyanoventris) cokelat; kaki merah jambu.
Family: Alcedinidae Suara :suara bervariasi, termasuk suara
Ciri morfologi : Ukuran sedang (25 cm). monoton berulang.
Kepala coklat tua. Tenggorokan dan kerah 2.1.6. Perilaku Khusus
coklat. Perut dan punggung biru ungu. Salah satu spesies burung yang
Penutup sayap hitam. Bulu terbang biru dijadikan hewan kesayangan eksotik adalah
terang. Bercak putih sayap saat terbang burung elang. Burung elang merupakan
paruh merah muda. hewan berdarah panas, mempunyai sayap
Suara :jernih berdering “criicrii-crii” atau dan tubuh yang diselubungi bulu pelepah.
“cii-rii-riirii”. Perkembang biakan dengan cara bertelur
b. Gagak (Corvus sp.) yang mempunyai cangkang keras di dalam
sarang yang dibuatnya. Burung menjaga bulu pada lovebird disebabkan oleh virus
anaknya sampai mampu terbang. Karena kelompok circoviridael. Virus yang
merupakan hewan pemangsa, makanan menyebabkan PBFD juga dapat menyerang
utamanya hewan mamalia kecil seperti tikus, fungsi hati, otak, dan sistem kekeba|an
tupai dan ayam. Terdapat sebagian elang tubuh. Akibatnya, lovebird bisa terserang
yang menangkap ikan sebagai makanan penyakit lain karena terjadi infeksi sekunder
utama mereka (biasanya elang tersebut seperti bakteri, jamur, parasit, atau virus
tinggal di wilayah perairan). Paruh elang lain. Hal ini bisa menyebabkan kematian
tidak bergigi tetapi melengkung dan kuat dini pada lovebird (Yudiantoro dan
untuk mengoyak daging mangsanya Maloedyn, 2011).
(Winarno dan Sugeng, 2013). 2.1.8.2. Sinusitis
2.1.7. Cara Pengambilan Sampel Sinusitis merupakan ancaman
Sampel darah diambil untuk berbagai berbahaya bagi lovebird karena seperti
tujuan diagnostik. Pada burung, darah dapat burung lainnya, lovebird memiliki sistem
diambil dari bagian paling mudah dari salah sinus yang sangat rumit sehingga ideal bagi
satu dari tiga bagian pembuluh darah yaitu penyakit untuk tumbuh dan menyebar.
vena jugularis, vena brachialis, dan vena Bakteri merupakan penyebab sinusitis yang
metatarsal medial. Darah dapat diambil dari paling utama. Bakteri menyebabkan
vena ulnaris yang terletak di antara os tumbuhnya daging keras yang menumpuk di
radius dan os ulna, vena basilica atau vena sinus. Kadang-kadang bakteri ini bisa sangat
brachialis menggunakan syringe 3 ml dan resisten terhadap antibiotik sehingga
jarum 24G. Vena brachialis menjadi lokasi pengobatannya menjadi sangat sulit. Bakteri
pilihan terakhir ketika pengambilan darah yang umumnya menjadi penyebab sinusitis
tidak bisa dilakukan pada kedua vena yang adalah chlamydia. Infeksi yang parah pada
lain. Lokasi pengambilan darah terletak di lovebird akan menyebabkan kematian
sisi ventral sayap yang kemudian (Yudiantoro dan Maloedyn, 2011).
didisinfeksi dengan alkohol. Sebelum 2.2. Sugar glider
memulai prosedur, plunger pada syringe 3 2.2.1. Data Fisiologis Normal
ml yang telah dirangkai dengan jarum 24 G Menurut Johnson (2011), data
ditarik hingga memberikan ruang udara pada fisiologis normal sugar glider adalah
badan spuit kurang lebih 0,5 ml. Jarum sebagai berikut:
ditusukkan ke dalam vena dengan lubang a. Suhu tubuh normal: 36.3ºC (97.3F)
jarum menghadap ke atas dan ujung runcing b. Pulsus: 200-300 kali/menit
berada di sisi bawah. Ketika darah sudah c. Frekuensi napas: 16-40 kali/menit
mulai terlihat masuk ke dalam sambungan 2.2.2. Penentuan Sexing
jarum dan syringe, sedot darah perlahan Sugar glider jantan memiliki bobot
dengan menarik plunger hingga skala 3 ml tubuh lebih berat dari betina. Berat tubuh
(Colville dan Joanna, 2016). sugar glider jantan dewasa berkisar di antara
2.1.8. Penyakit 115-160 g dan sugar glider betina dewasa di
2.1.8.1. Psittacine Beak and Feather antara 95-135 g. Pejantan memiliki penis
Disease (PBFD) bifurcated dan skrotum pendulous yang
Penyakit paruh dan bulu banyak terletak cranial terhadap penis. Terdapat
menyerang burung paruh bengkok kelenjar bau pada frontal dan urogenital.
(psittacines) sehingga secara khas penyakit Kelenjar di atas kepala sangat jelas terlihat,
ini disebut Psittacine Beak and Feather Betina memiliki kantung di ventral yang
Disease (PBFD). Jenis burung paruh terbuka menghadap cranial (Varga et al.,
bengkok lainnya, seperti betet, macaws 2012). Kelenjar di atas kepala sangat jelas
african grey, ringneck parakeets, dan terlihat pada jantan dan tidak ada pada
eclectus parrots juga sangat rentan terhadap betina. Kelenjar di dada jantan terlihat
serangan penyakit ini. Penyakit paruh dan kekuningan (Judah dan Kathy, 2017).
Gambar 6. Penentuan sexing sugar glider jantan dan betina (Graham, 2011)
2.2.3. Penentuan Umur usia 12-14 bulan pada jantan dan 8-12 bulan
Joey yang baru keluar dari kantung pada betina (Varga et al., 2012). Sugar
induknya berusia 70 hari dan dapat hidup glider meninggalkan sarang induknya saat
mandiri pada usia 17 minggu. Sugar glider mencapai usia 1 tahun (Judah dan Kathy,
mencapai usia dewasa seksual saat mencapai 2017).

Gambar 7. Sugar glider dewasa dan joey (Judah dan Kathy, 2017)
2.2.4. Anatomi dan Habitat nektar, suplemen vitamin dan mineral, serta
2.2.4.1. Anatomi Tubuh air bersih (Varga et al., 2012). Sugar glider
Terdapat 5 digit di setiap kakinya, memiliki caecum yang berfungsi dalam
digit ke-2 dan 3 pada kaki belakang fermentasi mikroba untuk mencerna
terhubung sebagian untuk membantu polisakarida yang ada di dalam getah.
memanjat (Varga et al., 2012). Bulu sugar Saluran gastrointestinal mirip dengan hewan
glider lembut seperti beludru dan berwarna karnivora lainnya. Terdapat 40 gigi pada
bervariasi. Hewan marsupial seperti sugar sugar glider dewasa (Quesenberry et al.,
glider dikenal dengan adanya kantung yang 2021).
berfungsi untuk membesarkan anak dan 2.2.4.4. Sistem Sirkulasi
hanya dimiliki oleh betina. Tidak terdapat Sistem sirkulasi sugar glider sama
ossa marsupialia yang merupakan tulang dengan mamalia pada umumnya. Kecepatan
panggul yang berfungsi sebagai pertautan metabolisme 45% di bawah perkiraan untuk
untuk otot penyangga kantung. Sugar glider mamalia placental (eutherian) dengan
memiliki patagium (membran) yang ukuran tubuh yang mirip. Oleh karena itu,
membentang antara kaki depan dan belakang frekuensi detak jantung sekitar setengah dari
(Quesenberry et al., 2021). eutherian dengan volume darah di dalam
2.2.4.2. Sistem Respirasi jantungnya lebih 30% (Johnson, 2011).
Sugar glider memiliki sistem respirasi 2.2.4.5. Sistem Indera
yang sama seperti mamalia pada umumnya. Sugar glider merupakan hewan
Radiografi dapat dilakukan untuk diagnosa nokturnal, sehingga matanya besar, fokus,
kelainan respirasi berupa visualisasi gambar dan lebar. Meskipun membran telinga cukup
seperti fraktur pada rusuk, diaphragmatic tipis, sugar glider memiliki telinga yang
hernia, pneumonia, keberadaan cairan, dan mendengar dengan baik. Begitu pula dengan
lesi pada ruang respirasi (Johnson, 2011). hidup yang mirip dengan hewan insektivora
2.2.4.3. Sistem Pencernaan lain (Quesenberry et al., 2021).
Sugar glider memiliki kloaka yang 2.2.5. Ras-ras
terhubung dengan saluran gastrointestinal, Sugar glider termasuk ke dalam
urogenital, dan reproduksi. Sugar glider spesies Petaurus breviceps. Hewan ini
membutuhkan pakan harian sekitar 15-20% merupakan hewan asli Australia dan
berat badannya. Pakan sebaiknya terdiri atas Selandia Baru (Varga et al., 2012). Terdapat
buah-buahan, invertebrata (serangga), tujuh subspesies yang telah dikenal. Variasi
bulu didapatkan dari perkembangbiakan sekresi dari kelenjar baud an urin. Sugar
selektif. Variasi mutasi yang diakui adalah glider sering mengeluarkan suara
garis abu-abu alami termasuk white face, (Quesenberry et al., 2021).
white tip, leucistic dan mosaic. Terdapat 2.2.7. Cara Pengambilan Sampel
juga variasi merah termasuk red cinnamon, Dapat dilakukan venipuncture pada
lion, butter cream dan chocolate vena cava cranialis tetapi berisiko mengenai
(Quesenberry et al., 2021). jantung karena posisi jantung pada sugar
2.2.6. Perilaku Khusus glider lebih ke arah cranial. Perhatian lebih
Sugar glider merupakan hewan sosial sangat diperlukan karena bila tidak
yang hidup berkelompok hingga 12 ekor per dilakukan dengan hati-hati, pengambilan
kelompok di alam liar. Hewan ini bersifat sampel dapat membahayakan vena, jantung,
nokturnal dan arboreal sehingga dan struktur lain yang berada di dalam
membutuhkan banyak ranting untuk rongga thorax. Risiko lainnya termasuk
memanjat (Varga et al., 2012). Baik jantan pneumothorax, hemothorax, dan cardiac
maupun betina menandai daerahnya dengan puncture (Johnson, 2011).

Gambar 8. Pengambilan sampel pada sugar glider (vena cava dan vena femoralis) (Heatley dan
Karen, 2020)
Karena ukuran pembuluh perifer Staphylococci, dan Streptococci (Johnson,
sangat kecil, sampel darah hingga 1 mL 2011).
biasanya diambil dari vena jugularis dan Secara umum, infeksi saluran respirasi
vena cava cranialis. Bila sampel yang atas oleh bakter jarang ditemukan pada
dibutuhkan lebih sedikit (0.1-0.25 mL), sugar glider. Namun, pneumonia bakterial
darah dapat diambil dari vena saphena lebih umum ditemukan. Joey (anakan sugar
lateralis, vena cephalica, vena femoralis, glider) juga rentan karena suhu tubuh belum
dan vena coccygeal ventralis. Apabila optimal dan refleks menelan lambat.
sampel diambil dari arteri, pembuluh ditekan Malnutrisi dan udara dingin yang disertai
1-3 menit hingga terjadi hemostasis. menggigil dapat menjadi faktor predisposisi
Anastesi dapat diberikan untuk melakukan terhadap infeksi sekunder, termasuk
prosedur dengan lebih aman (Graham, pneumonia bakterial (Johnson, 2011).
2021). Semua rentang usia dan jenis kelamin dapat
2.2.8. Penyakit mengidap penyakit ini (Graham, 2021).
2.2.8.1. Dyspnea Gejala klinis dapat bervariasi
Penyakit pada respirasi primer jarang tergantung dari lokasi dan tingkat keparahan
terjadi pada hewan berkantung. Kondisi infeksi. Gejala dapat berupa bersin, cairan
respirasi sering dikaitkan dengan penyakit hidung bilateral, bening atau mucopurulent,
yang sedang berproses atau disebabkan oleh faringitis, pembesaran limfonodus, batuk,
patogen oportunistik (Graham, 2021). napas berisik, serta anoreksia (Johnson,
Infeksi saluran respirasi umum disebabkan 2011). Napas berat dan seringkali kepala
oleh bakteri Pasteurella, Escherichia coli, sugar glider mengadah ke atas (Graham,
Klebsiella spp., Pseudomonas spp., 2021).
Gambar 9. Gejala klinis dyspnea (Graham, 2021)
Diagnosa penyakit respirasi dapat klinis dapat beragam. Gejala yang umum
dilakukan berdasarkan analisis spesimen terlihat di antaranya sugar glider melemah,
yang didapat dari berbagai metode. Swab kurang aktif, penurunan berat badan, dan
nasal dapat dilakukan pada saluran respirasi feses abnormal atau jumlah feses berkurang.
atas, tetapi karena ukuran sugar glider yang Sugar glider yang dipelihara di dalam
kecil, swab nasal yang dalam tidak penangkaran atau sebagai hewan
memungkinkan untuk dilakukan. Flushing kesayangan seharusnya diberi pakan ideal.
dapat menjadi alternatif yang lebih mudah Pakan ideal termasuk pengganti nektar,
dilakukan. Radiografi dengan posisi serangga atau sumber protein lainnya, getah
ventrodorsal dapat dilakukan untuk nabati, dan buah-buahan atau sayuran.
menghindari penggunaan alat yang Konsumsi pakan sebaiknya memenuhi 15-
berpotensi membahayakan dan mendapatkan 20% dari berat badan per hari (Graham,
hasil visual. Pada pasien dengan penyakit 2021).
respirasi yang lebih parah, swab tracheal Diagnosa dilakukan dengan
lebih dianjurkan. Metode mikrobiologi dan pengidentifikasian melalui histori.
sitologi standar dapat dilakukan. Kultur Pengamatan feses berupa jumlah, tekstur,
bakteri, aerobik, anaerobik, dan fungal dan hal abnormal lainnya. Pemeriksaan fisik
dianjurkan untuk dilakukan pada suspek seperti standar berat badan. Dapat dilakukan
kasus infeksi (Johnson, 2011). Dapat pemeriksaan feses, Complete Blood Count
dilakukan radiografi dan CBC (Graham, (CBC) dan kimiawi, serta radiografi.
2021). Prosedur-prosedur tersebut dilakukan untuk
Pengobatan pneumonia bakterial mengidentifikasi hal abnormal yang terjadi.
dilakukan dengan pemberian antibiotik Dapat juga dilakukan diagnosa total dengan
bakteriosida yang lebih efektif terhadap ultrasound (Graham, 2021).
bakteri gram negatif. Meski sugar glider Stabilisasi kondisi dapat dilakukan
memiliki caecum yang berkembang dengan dengan pemberian nutrisi yang cukup dan
baik, terapi antibiotik dapat diterima dengan perawatan yang ditingkatkan. Beri makan
baik. Pengobatan tambahan berupa sugar glider dengan spuit yang terisi
nebulisasi, bronchodilatator, mukolitik, formula khusus omnivora atau karnivora
perawatan suportif, dan pemberian oksigen. komersil (Emeraid, Critical Care Omnivore,
Pengobatan pada joey dapat berupa Ensure Plus) dan buah atau sayur yang
kortikosteroid atau antiinflamasi non-steroid dihaluskan. Dehidrasi dapat diatasi dengan
namun terbatas pada tahap awal infeksi pemberian cairan melalui rute oral atau
untuk membatasi inflamasi (Johnson, 2011). subkutan (SC) (Graham, 2021).
Dilakukan pemulihan kondisi dengan 2.3. Hamster
pemberian suplai oksigen, dan nutrisi 2.3.1. Data Fisiologis Normal
(Graham, 2021). Menurut Girling (2013), data fisiologis
2.2.8.2. Anoreksia normal hamster adalah sebagai berikut:
. Hal ini dapat terjadi karena pemilik a. Suhu tubuh normal: 36-38ºC
yang masih baru atau kurang b. Pulsus: 90-150 kali/menit
berpengalaman. Nafsu makan sugar glider c. Frekuensi nafas: 30-70 kali/menit
menurun sehingga terjadi penurunan berat
badan. Penurunan berat badan dapat
mengarah ke gangguan lainnya. Gejala 2.3.2. Penentuan Sexing
Secara fisik, hamster jantan dan seksual, hamster jantan memiliki garis luar
hamster betina dapat dibedakan dengan cara yang runcing di bagian belakang karena
melihat area sekitar perut dan belakang testis yang turun, sedangkan hamster betina
tubuhnya. Tubuh bagian belakang hamster memiliki penampilan yang lebih bulat. Pada
jantan berbentuk panjang atau runcing keduanya, relatif mudah untuk menentukan
sedangkan pada betina bentuknya membulat. jenis kelamin setelah dewasa jika individu
Pada hamster jantan, jarak antara lubang tersebut didukung dalam posisi vertikal
anus dan lubang penis agak jauh. Sementara dengan kepala paling atas. Dalam posisi ini,
betina jarak antara lubanga anus dan lubang testis akan turun ke kantung skrotum di
vagina lebih dekat (Sadgala, 2010). mana mereka terlihat jelas (Girling, 2013).
2.3.3. Penentuan Umur 2.3.4. Anatomi dan Habitat
Cara yang baik untuk memeriksa usia 2.3.4.1. Anatomi Tubuh
hamster adalah dengan melihat giginya. Hamster ini memiliki kepala
Bukan tergantung ukuran saja. Seekor berbentuk segitiga. Hal ini disebabkan
hamster muda harus memiliki gigi putih tulang pipinya yang melebar ke samping.
bersih. Hamster tua mungkin memiliki gigi Jarak antara telinga hidung dan mata cukup
yang berwarna kuning dari pewarnaan seimbang.Telinganya sedikit lebih lebar dan
(Sadgala, 2010). Pada hewan gerbil dan tinggi. Semua kakinya berbulu, tulang
hamster, perbedaan ditentukan oleh jarak punggung hamster cenderung agak ceper
anogenital. Pada hamster dewasa secara (Sadgala, 2010).

Gambar 10. Anatomi tubuh hamster (Muhammad dan Pratiwi, 2013)


Hamster memiliki bentuk tubuh bulat langit mulut hanya sampai ke gigi incisivus
dan kompak, kerangkanya sangat fleksibel rahang atas. Organ ini bertanggung jawab
namun rapuh sehingga mudah melewati untuk mendeteksi feromon yang
tempat sempit. Warna rambut hamster disekresikan oleh orang lain. Paru kanan
sangat beragam. Misalnya, hitam, abu-abu, tikus dibagi menjadi tiga lobus yang
krem, putih, cokelat, kuning, merah atau berbeda, sedangkan paru kiri tidak terbagi.
campuran. Hamster memiliki telinga dengan Rongga dada itu sendiri lebih kecil
kemampuan pendengaran yang sangat baik sebanding dengan rongga perut berbeda
dan mampu berkomunikasi dalam pada kucing dan anjing, yang berarti
gelombang suara ultrasonik. Mata hamster terdapat cadangan pernafasan kecil (Girling,
memiliki kemampuan kurang baik dan buta 2013).
warna. Namun, mata hamster menjadi salah 2.3.4.3. Sistem Pencernaan
satu indikator kesehatannya. Kumisnya Hewan ini yang dilengkapi mulut
berfungsi sebagai alat sensor (Muhammad, berkantung elastis di bagian pipinya yang
2014). berguna untuk menyimpan makanan
2.3.4.2. Sistem Respirasi sebelum diletakkan di tempat hamster yang
Hamster memiliki hidung yang sangat biasa menyimpan makanan biasanya
sensitif terhadap bau-bauan. Organ hamster membawa makanan ke bagian
vomeronasal di lantai saluran hidung, sudut kandang tempatnya di bawah
diakses melalui dua stoma kecil di langit- tumpukan atas kandang pada saat
melakukan aksi ini pipi hamster ini Hati kedua spesies dibagi menjadi
menjadi tampak bengkak dengan empat lobus. Pada kedua hamster dan gerbil,
melihatnya (Sadgala, 2011). ada kantong empedu. Saluran empedu
Hamter termasuk hewan pengerat bermuara ke duodenum disertai ductus
yang dimana pada bagian mulut hamster pancreas (Girling, 2013). Pankreas
memiliki sepasang gigi yang besar di ditemukan berdekatan dengan duodenum
bagian rahang atas maupun bawa. Gigi- turun. Bagian memiliki struktur dan fungsi
gigi ini berfungsi memecahkan biji-bijian yang serupa dengan yang terlihat pada tikus.
atau kacang-kacangan yang merupakan Pankreas terletak di sepanjang aspek
makanan favorit hamster. Sepasang gigi ini proksimal loop duodenum. Pada kedua
sangat kuat sehingga dapat dengan mudah spesies, ia bermuara melalui serangkaian
memecahkan makannya dengan cara saluran ke dalam saluran empedu. Fungsinya
mengerat sedikit demi sedikit makanan tampaknya sama seperti pada kucing dan
yang keras seperti kacang maupun biji. anjing, yaitu memproduksi insulin dan
Metode ini sangat efektif terhadap glukagon untuk homeostasis glukosa dan
mekanisme penceranaan pada hamster enzim pencernaan amilase, lipase dan
dengan bagian rongga mulutnya sangat tripsinogen (Girling, 2013).
elastis dan sepasang gigi yang kuat hal ini 2.3.4.4. Sistem Sirkulasi
membantu hamster menyimpan makanan Hamster memiliki jantung yang
sementara waktu dan juga menghancurkan bentuknya mirip dengan bentuk jantung.
makanannya dengan mudah (Girling, Jantung tikus memiliki empat bilik, seperti
2013). pada mamalia lainnya. Seperti kelinci,
Perut hamster memiliki dua area kompartemen dada relatif kecil
yang terpisah. Esofagus memasuki bagian dibandingkan dengan perut, dan karena itu
proximal. Bagian ini tidak bersifat kelenjar jantung tampak relatif besar dalam kaitannya
dan memiliki populasi bakteri yang dengan bagian dada lainnya. Jantung
memungkinkan pemecahan makanan menempati ruang rusuk ke empat sampai
mikroba terbatas. Ini dibagi dengan tajam keenam (Girling, 2013).
oleh alur yang dalam dari daerah distal 2.3.4.5. Sistem Indera
lambung, yang berbentuk kelenjar, dengan Sistem indra hamster yaitu mata
lapisan yang lebih merah yang terdiri dari hamster memiliki kemampuan kurang baik
sel-sel yang mengandung asam dan dan buta warna. Namun, mata hamster
pepsinogen yang memulai proses menjadi salah satu indikator kesehatannya.
pencernaan enzimatik. Gerbil memiliki dua Hidung hamster sangat sensitif terhadap
area ke perut tapi kurang jelas batasnya, bau-bauan. Jika membawa bau yang
dan bagian proximal tidak mendukung asing, tangan pemelihara bisa diserang.
populasi mikroba yang signifikan (Girling, Telinga Hamster memiliki telinga dengan
2013). kemamuan pendengaran yang sangat baik
Usus kecil hamster sangat panjang, dan mampu berkomunikasi dalam
tiga sampai empat kali panjang tubuhnya gelombang suara ultrasonik. Kumis hamster
sendiri Gerbil memiliki tata letak yang berfungsi sebagai alat sensor (Muhammad,
mirip dengan tikus. Pada hamster, 2014).
caecum adalah organ sacculated dan 2.3.5. Ras-ras
enlaging yang berada di bagian kiri Di Indonesia, hamster terdiri atas
ventral perut di persimpangan ileocaecal. hamster syrian yang berukuran besar dan
Bagian ini memiliki pembagian halus di hamster mini (dwarf hamster). Beberapa
dalamnya, yang dapat berfungsi untuk jenis dwarf hamster yang ada di Indonesia
meningkatkan luas permukaan dan yaitu Campbell, winter white, roborovski,
membantu fermentasi serat (Girling, dan hamster cina. Keberadaan hamster yang
2013). masih menjadi polemik, yakni hamster
hibrida (Muhammad dan Pratiwi, 2013).
2.3.6. Perilaku Khusus
Hamster adalah hewan yang aktif adanya infeksi kapang Aspergillus
pada malam hari dan beristirahat pada atau infeksi ginjal atau kandung
siang hari (nokturnal). Hewan ini sangat kemih.
tidak tahan panas. Hamster akan mati jika b. Diare akibat gangguan usus dan
terpapar matahari apalagi dalam waktu infeksi kapang Aspergillus.
yang panjang. Pada saat gelap, hamster c. Sulit bernapas karena flu & influenza
akan mencari makan dan mencari atau adanya infeksi kapang
pasangan dan bermain. Ketika menjelang Aspergillus.
pagi, aktivitasnya akan berhenti. Hamster d. Mata sering menutup dan berair,
akan kembali ke dalam lubang untuk tidur tersebut dapat disebabkan karena flu,
sepanjang hari sampai malam hari penyumbatan kantong pipi, iritasi
(Sadgala, 2011). mata dan alergi.
Kebiasaan ini terbawa hingga hamster e. Rambut rontok dapat terjadi karena
dipelihara di dalam kandang umumnya infeksi jamur ringworm, serangan
hamster berdiam diri atau tidur saat siang ektoparasit dan kekurangan nutrisi.
hari, meski demikian banyak hamster yang 2.4. Ular
cukup aktif di dalam kandang saat siang 2.4.1. Data Fisiologis Normal
hari. Hal ini disebabkan adaptasi hamster Pada ular, individu dewasa memiliki
dan keturunannya. Setelah sekian lama laju metabolisme yang lebih lambat
dipelihara manusia hamster senang menjaga dibanding individu muda. Frekuensi nafas
kebersihan di habitat aslinya hamster pada pagi hari berkisar 5-48 x/menit, rata-
merupakan hewan yang sangat disiplin rata 20 x/menit dan pada sore hari berkisar
dalam menjaga kebersihan hal ini tercermin 7-49 x/menit, rata-rata 24 x/menit. Frekuensi
dari desain lubang tempat tinggalnya yang pulsus pada pagi hari berkisar 21- 68
memiliki beberapa lubang khusus di x/menit, rata-rata 45,5 x/menit dan pada sore
dalamnya misalnya lubang khusus untuk hari berkisar 40-82 x/menit, rata-rata 56
menyimpan makanan lubang untuk tidur dan x/menit (Raharjo et al., 2019). Suhu dan
lubang untuk tempat membuang kotoran. kelembaban di habitat aslinya yaitu (26.5-
Kebiasaan seperti ini jarang dimiliki hewan 28.6ºC) dan dan 79% (Kameswari, 2019).
lain. Hal ini juga dilakukan ketika hamster 2.4.2. Penentuan Sexing
dipelihara dalam kandang hamster yang Cara Untuk membedakan jenis
diberi (Sadgala, 2010). kelamin ular digunakan uji Cloacal Probing
2.3.7. Cara Pengambilan Sampel Technique dengan menggunakan probing
Hamster memiliki pembuluh darah berukuran 20 cm dengan diameter 2 mm.
eksternal yang sangat sedikit untuk Probing dimasukkan ke dalam lubang
pengambilan sampel darah. Terutama kloaka. Apabila probing masuk lebih dari
disebabkan oleh panjang ekor yang sangat enam sisik ekor, ular tersebut berjenis
pendek, yang memberikan akses vaskular kelamin jantan. Untuk ular betina probing
utama pada tikus. Ekor gerbil mudah lepas, biasanya masuk kurang dari lima sisik ekor
penggunaannya untuk pengambilan sampel (Widhiantara dan Rosiana, 2015).
darah sangat terbatas. Tempat yang 2.4.3. Penentuan Umur
digunakan untuk mengambil sampel darah Ular dimanfaatkan tidak hanya sebagai
termasuk vena jugularis dan vena femoralis, sumber bahan baku kerajinan kulit tetapi
keduanya membutuhkan perlakukan anastesi telah telah dimanfaatkan sebagai hewan
terhadap hamster atau gerbil. Sampel kapiler peliharaan. Pemeliharaan dan manajemen
dapat diambil dari sinus orbital (Girling, kesehatan menjadi penting untuk
2013). dikembangkan dalam rangka menunjang
2.3.8. Penyakit hobi dalam budidaya ular (Katmono et al.
Adapun penyakit yang biasa 2019). Penentuan umur pada ular secara
menyerang hamster yaitu menurut umum biasanya dilihat dari ukuran ular
Muhammad (2013), yaitu: tersebut (Graham et al., 2021).
a. Terdapat darah pada urin akibat
anechoic dengan ukuran dan posisi organ
ditentukan berdasarkan jumlah dan nomor
2.4.4. Anatomi dan Habitat sisik ventral (Lestari et al., 2017).
2.4.4.1. Anatomi Tubuh 2.4.4.4. Sistem Sirkulasi
Ular merupakan kelompok hewan Sistem peredaran darah ular
reptil melata yang tidak mempunyai tungkai, mempunyai tiga ruang jantung dengan sekat
memiliki sisik di seluruh tubuhnya, dan pemisah ruang atrium yang telah sempurna
memiliki tubuh yang ramping memanjang. dan sebuah saluran interventrikuler.
Ular termasuk salah satu satwa yang Meskipun terdapat hubungan antara
berperan penting dalam rangkaian alur rantai ventrikel yang terbagi dua, terdapat fungsi
makanan. Jumlah jenis ular di seluruh dunia pemisah yang jelas antara darah
mencapai 2.700 jenis, 250 jenis diantaranya mengandung banyak oksigen dan
terdapat di Indonesia, dan 154 jenis dari 10 mengandung sedikit oksigen. Terdapat dua
famili sudah ditemukan di Pulau Kalimantan aorta, dengan aorta dexter keluar dari
(Rambosius et al., 2019). ventrikel dan aorta sinister keluar dari
2.4.4.2. Sistem Respirasi bagian kanan ventrikel kiri kemudian kedua
Sistem respirasi pada ular, paru-paru aorta tersebut akan menyatu pada sebelah
bagian kiri mengalami atropi, dengan ukuran caudal dari jantung dan membentuk aorta
tidak lebih dari 85% panjang paru kanan abdominal. Sepasang arteri carotis dan
atau bahkan menghilang. Paru-paru kanan vena jugularis terletak dekat dengan trakea.
terletak memanjang dari dekat jantung Posisi jantung elastis di dalam rongga yang
sampai cranial ginjal. Bagian anterior dari dibatasi tulang rusuk tanpa sternum, untuk
paru-paru dilalui pembuluh darah dan memudahkan saat menelan mangsa dengan
berfungsi dalam pertukaran gas, sementara ukuran besar (Raharjo et al., 2019).
bagian posterior-nya tidak aktif berfungsi 2.4.4.5. Sistem Indera
dalam pertukaran gas tetapi lebih berfungsi Mata dari ular berbentuk dari bola,
sebagai kantong udara. Trakea ular dengan sisik yang jelas seperti kacamata di
mempunyai cincin kartilago yang tidak atasnya. Fungsi kacamata pada ular yaitu
sempurna, bagian ventral nya kaku untuk melindungi kornea. Pada mata ular
sementara bagian seperempat dorsalnya antara kacamata dan kornea adalah ruang
elastis (membranous). Glottis terletak di subspektakular. Ruang subspektakular
dasar mulut sebelah posterior dari lidah dan berisi lembaran air mata yang berfungsi
dapat terlihat jelas, selama proses menelan untuk membasahi kornea mata (Graham et
mangsa, glottis dapat bergeser ke arah al., 2021).
lateral sehingga pernafasan tidak terganggu 2.4.5. Ras-ras
(Raharjo et al., 2019). Sepuluh jenis ular yang ditemukan di
2.4.4.3. Sistem Pencernaan sekitar kawasan Kampus Universitas
Organ hepatobiliari tersusun atas hati Tanjungpura Pontianak terdiri atas 7 ular
dan kelenjar empedu yang berfungsi untuk tidak berbisa yang meliputi C. flavolineatus,
membuang produk sisa dari hati menuju ke C. ruffus, H. buccata, M. reticulatus, P.
duodenum dan membantu proses pencernaan korros, R. braminus (ular yang lepas), dan X.
lemak dengan pelepasan empedu. Status Unicolor. Tiga jenis ular berbisa yang
kesehatan organ hepatobiliari dapat ditemukan di kawasan UNTAN meliputi
dipantau secara ultrasonografi untuk Ahaetulla prasina, Dendrelaphis pictus, dan
mengevaluasi struktur parenkima hati, Naja sputatrix (Rambosius et al., 2019).
penegakkan diagnosis ikterus, kolesistitis, 2.4.6. Perilaku Khusus
massa kista dan padatan, serta penyakit fokal Menurut Widhiantara dan Rosiana
dan difusa hati lainnya. Pencitraan (2015), perilaku khusus yang ditunjukkan
ultrasonografi organ hepatobiliari pada ular ular adalah sebagai berikut:
sancadapat dilakukan dengan mudah tanpa a. Perilaku bergerak yaitu aktivitas ular
pembiusan. Ekogenitas organ hati tampak ketika sedang melata di kandang,
hypoechoic sedangkan kantung empedu
menegakkan kepala sambil mengembangkan leher.
b. Perilaku memangsa dan minum yaitu Pengambilan sampel darah dapat
aktivitas ular ketika mulai mendekati dilakukan melalui vena ventral coccygeal,
mangsa, menyerang kemudian menggigit vena palatine dan organ jantung. Lokasi
mangsa dan menelannya. pengambilan darah dibersihkan dan
c. Perilaku kawin yang meliputi beberapa disiapkan secara aseptik sebelum dilakukan
perilaku. Perilaku menarik perhatian yaitu pengambilan darah. Darah selanjutnya
perilaku ular ketika berusaha mendekati disimpan pada tabung (Sunusi et al. 2019).
pasangannya sambil menjulurkan lidah, 2.4.8. Penyakit
mendesis dan menempelkan tubuhnya pada 2.4.8.1. Stomatitis
pasangannya. Biasanya perilaku ini Stomatitis pada ular dapat terjadi
ditunjukkan oleh ular jantan. Perilaku melalui luka trauma pada kulit dan mukosa
percumbuan yaitu perilaku ular ketika saling bibir atas akibat mematok sangkar atau
melilitkan tubuhnya dan saling bergesekan. selama memangsa tikus, yang diikuti infeksi
Penetrasi yaitu perilaku ular ketika sekunder oleh bakteri seperti Aeromonas,
hemipenis ular jantan masuk ke dalam Escherichia coli, Morganella, Proteus,
lubang kloaka ular betina. Ejakulasi yaitu Providencia, Pseudomonas, dan Salmonella.
proses keluarnya cairan sperma dari lubang Stomatitis yang tidak diobati dan menjadi
kloaka dengan ditandai mengejangnya tubuh infeksi kronis dapat mengakibatkan
ular jantan. ginggivitis dan dermatitis serta osteomyiltis
d. Perilaku diam yaitu aktivitas ular yang hingga dapat mengakibatkan deformitas
cenderung pasif, melingkarkan tubuhnya dan tulang maxilla dan mandibula. Aspirasi
cenderung tidak banyak bergerak. debris dari rongga mulut, sering kali
e. Agonistik yaitu aktivitas dalam mengakibatkan pneumonia dan septicemia
mempertahankan diri dari musuh atau dari yang dapat menyebabkan kematian ular.
gangguan hewan lain. Biasanya ditunjukkan Gejala klinis stomatitis atau infeksi pada
oleh ular dengan menegakkan kepala sambil mulut meliputi mulut ular yang berbau
mengembangkan bagian lehernya (hood) busuk. Gejala lainnya terlihat dari ular
dan menyemburkan racunnya ke arah memiliki ketidakmampuan untuk menutup
musuh. mulut. Sehingga, menyenabkan radang gusi
2.4.7. Cara Pengambilan Sampel pada ular (Graham et al., 2021).

Gambar 11. Stomatitis pada ular (Graham et al., 2021)


Gangguan ini dapat bersifat fokal atau ditangani secara agresif, ular dapat
dapat muncul di seluruh rongga mulut. mengalami septikemia sekunder,
Tergantung pada tingkat keparahannya osteomielitis, penyakit respirasi, arau
Biasanya diagnosa dilakukan dengan penyakit mata. Jika sudah terlalu parah akan
mencium aroma mulut pada ular jika berbau menyebabkan kematian pada ular. Diagnosa
busuk ada kemungkinan dia terkena infeksi banding pada stomatitis atau infeksi mukosa
stomatitis. Selajutnya akan diperilsa mulut pada ular biasanya yang paling sering
mengenai suhu pada ular tersebut. Biasanya adalah sitologi lesi oral (Graham et al.,
disertai dengan penyakit pada mata misalnya 2021).
abses subspektakular Diagnosa penunjang Jika tidak ditangani secara agresif, ular
pada penyakit stomatitis pada ular ada dapat mengalami septikemia sekunder,
beberapa. Yang umum biasanya CBC osteomielitis, penyakit respirasi, penyakit
dilakukan dengan bahan kimia. jika tidak mata, atau mati. Kasus stomatitis infeksius
yang parah dengan deformasi yang nyata
pada rongga mulut, keterlibatan tulang dan
adanya satu atau lebih gejala sisa memiliki 2.5.2. Penentuan Sexing
prognosis yang buruk. Pengobatan dilakukan Sexing pada kura-kura diklasifikasikan
dengan cara memberikan terapi cairan, berdasarkan karakteristik kelamin sekunder.
Imobilisasi untuk debridemen bedah Kriteria kematangan seksual pada jantan jika
jaringan yang terinfeksi dan pembuangan menujukkan proses kopulasi. Berdasarkan
puing-puing nekrotik. Kemudian pengobatan ukuran, kematangan seksual untuk jantan
juga bisa dilakukan dengan pemberian yaitu 175 mm dan pada betina adalah 240
antibiotik sistemik berdasarkan hasil kultur mm (Sripratepp et al., 2013).
dam sensitivitasnya, antibiotik topikal Spesies Chelonia dimorfik mempunyai
seperti krim sulfadiazin perak 1%, encerkan perbedaan yang terlihat pada karakterisitik
larutan povidone-iodine atau chlorhexidine luar, contohnya seperti pewarnaan, panjang
dan salep atau krim yang mengandung ekor, ukuran serta bentuk cangkang. Kura-
polimiksin B sulfat, neomisin, dan bacitracin kura jantan mempunyai ekor yang lebih
(Graham et al., 2021). panjang, plastron yang berbentuk cekung
2.4.8.2. Konstipasi, Impaksi dan untuk memungkinkannya bertaut pada
Obstruksi carapace betina yang berbentuk cembung
Pada ular, feses, urat, dan benda asing seperti bentuk kubah, serta sisik ekor betina
dapat membentuk sumbatan penuh atau dapat melengkung ke atas dan akan
sebagian pada usus kecil atau usus besar. mengangkat ekornya saat kawin. (Aspinall
Bahan tinja biasanya terakumulasi di usus dan Melanie, 2015).
besar. Agregat urat juga disimpan di usus 2.5.3. Penentuan Umur
besar karena ular tidak memiliki kandung Penentuan umur kura-kura di
kemih. Ketidakhati-hatian dalam diet dapat diperkirakan dengan menghitung cincin
menyebabkan obstruksi usus. Ketika ular tahunan di bagian scute ada cangkang. Scute
mengalami dehidrasi yang signifikan, bahan annuli dan scute pleura kanan kedua juga
feses dan/atau asam urat dapat menyebabkan terhitung (Sriprateep et al., 2013). Kura-kura
impaksi kolon. Benda asing (seperti kulit yang baru saja menetas memiliki ukuran
kayu, potongan kain) sering tidak sengaja tubuh 2.5 cm, dan setelah setahun ukurannya
tertelan selama periode makan ketika berubah menjadi 5-9 cm. Dewasa kelamin
mereka berada berdekatan atau menempel pada jantan ditandai dengan ukurannya,
pada mangsa yang sedang dikonsumsi. yaitu setelah mencapai 10,5 cm dan betina
Tanda klinis bisa berupa tenesmus, berukuran 13 cm. Kura-kura dewasa dapat
anoreksia, penurunan frekuensi buang air mencapai ukuran 17,8-22,8 cm (Girling dan
besar / urat tidak ada, muntah dan struktur Paul, 2019).
yang sangat kuat hingga keras terdapat di 2.5.4. Anatomi dan Habitat
2/3 bagian ekor tubuh. Pengobatan yang 2.5.4.1. Anatomi Tubuh
dapat dilakukan yaitu dengan diet yang Lidah kura-kura terdiri dari beberapa
benar dan pemberian obat pelunak tinja otot kecil seperti mm. genioglossus et
seperti Laktulosa (0,5 ml/kg PO q24h) hipoglosus. Tengkorak kura-kura berbentuk
(Graham et al., 2021). kubah meruncing dan memiliki
2.5. Kura-kura ventrolateral dan posterodorsal yang relatif
2.5.1. Data Fisiologis Normal kecil. Daerah temporal (bagian crainum
Menurut Girling dan Paul (2019), data posterior) relatif besar dibandingkan dengan
fisiologis normal kura-kura adalah sebagai daerah moncong dan perbedaan strukturnya
berikut: menyebabkan ukurannya menjadi lebih
a. Suhu tubuh normal: 29.4-35ºC di besar. Otot ini berasal dari permukaan
gurun pasir, 23.9-29.4ºC di iklim sedang, ventrolateral, otot kelima ke vertebra
26.7-31.1ºC di iklum tropis ketujuh dan melewati rostrad di sepanjang
b. Pulsus: 26-30 kali/menit sisi leher (Jones et al., 2012).
Gambar 12. Kura-kura Malayemys subtrijuga (Anders et al., 2018)
2.5.4.2. Sistem Respirasi pencampuran darah terdeoksigenasi dan
Pada kura-kura, tulang rusuk dorsal teroksigenasi di jantung tiga bilik bervariasi
dan otot hipaksial berfungsi fungsi ganda tergantung pada spesies dan keadaan
ventilasi paru-paru dan menstabilkan batang fisiologis (Orheruata et al., 2018).
tubuh terhadap gaya torsi yang dihasilkan 2.5.4.5. Sistem Indera
selama bergerak. Kura-kura telah membagi Kura-kura memiliki gen reseptor
fungsi-fungsi ini, dengan tulang rusuk penciuman yang sebanding atau bahkan
punggung hanya menstabilkan batang tubuh lebih tinggi dari mamalia. Indera penciuman
dan otot-otot hipaksial secara eksklusif dan vomeronasal berkembang dengan baik
mempengaruhi ventilasi. Kontraksi M. (Ibanez et al., 2021). Kura-kura mempunyai
transversus dimulai ekspirasi dengan tulang scleral atau ossicles. Ossicles
menekan viscera yang berada di posisi membantu mata mempertahankan bentuknya
ventral terhadap paru-paru yang diposisikan serta memberikan perlindungan dari trauma
secara dorsal yang meningkatkan tekanan (Colville dan Joanna, 2016)
intrapulmonal (Lyson et al., 2014). 2.5.5. Ras-ras
2.5.4.3. Sistem Pencernaan Kura-kura Geochelone elegans dapat
Morfologi saluran pencernaan dibedakan dari yang ras kura-kura yang lain
berhubungan dengan fungsi pencernaan. dengan mengobservasi pola carapace yang
Kerongkongan, perut melengkung ke sisi memiliki warna gabungan antara garis
kiri awalnya membentuk daerah jantung, memancar cahaya pada latar belakang gelap
kemudian kantong besar, daerah fundus, dan dan plastral pola garis memancar gelap pada
akhirnya naik ke kanan, membentuk daerah latar belakang terang. Kura-kura Bintang
pilorus. Perutnya berbentuk seperti huruf J. Burma (Geochelone platynota) dari
Pada semua spesies kura-kura, usus halus Myanmar adalah kerabat terdekat G. elegans
terdiri dari tabung panjang dan berbelit-belit yang masih ada. Keduanya memiliki pola
dengan diameter konstan sepanjang bintang di carapace, tetapi G. elegans
panjangnya. Lingkaran usus pertama berasal berbeda dengan memiliki lebih banyak sinar
dari sfingter pilorus, sebagai daerah yang pada tulang rusuk (delapan atau lebih),
melengkung ke atas dari kiri ke kanan. sementara G. platynota biasanya memiliki
Kemudian, turun sedikit, terdapat sebuah enam atau tujuh sinar pada tulang rusuknya
organ yang terletak di posisi medial dalam (Anders et al, 2018).
rongga coelomic. Areanya lebih pendek, 2.5.6. Perilaku Khusus
setelah sfingter pilorus, dianggap sebagai Kawin tunggal bisa bertahan hingga
usus dua belas jari dan wilayah yang lebih 16 jam. Kisaran suhu perkembangbiakan
panjang dan lebih melingkar yaitu pada untuk jantan lebih luas daripada betina,
organ jejunum/ileum (Magalhães et al., tetapi betina memiliki waktu kawin
2012). kumulatif yang jauh lebih lama, kuantitas
2.5.4.4. Sistem Sirkulasi kawin yang jauh lebih tinggi, dan pasangan
Kebanyakan reptil yang termasuk yang jauh lebih banyak daripada jantan.
juga kura-kura, memiliki jantung tiga bilik Pejantan memiliki proses mating yang mirip
yang terdiri dari dua atrium dan satu dengan kura-kura liar. Kura-kura jantan
ventrikel yang bersekat. Terdapat dua aorta melakukan taktik kompetitif secara
yang mengarah ke sirkulasi sistemik. Derajat bergantian dengan memusatkan perhatian
pada beberapa betina yang reseptif secara 2.6. Iguana
seksual dan mampu secara akurat 2.6.1. Data Fisiologis Normal
menemukan mereka pada siang dan malam Menurut Hernandez et al. (2011), data
hari, menunjukkan bahwa pejantan dapat fisiologis normal iguana adalah sebagai
menemukan pasangan potensial tidak hanya berikut:
dengan tanda visual, tetapi juga berpotensi a. Suhu tubuh normal: 22-31oC
dengan stimulasi penciuman (Ye et al., b. Pulsus: 8-52 kali/menit
2020). c. Frekuensi nafas: 6-28 kali/menit
2.5.7. Cara Pengambilan Sampel 2.6.2. Penentuan Sexing
Dalam pengambilan sampel organ, di Perbedaan antara jenis kelamin
buka shell perut menggunakan gergaji besi seringkali tidak kentara dan hanya menjadi
untuk menghilangkan plastron. Organ utama jelas pada hewan dewasa yang matang
kura-kura dipisahkan (menggunakan gunting secara seksual. Beberapa kriteria yang luas
dan tang), di periksa dengan secara hati dan untuk membedakan antara jenis kelamin
ditimbang menggunakan timbangan meliputi jantan yang tumbuh lebih besar dari
elektronik. Pengambilan sampel darah dapat betina, jantan tidak seberat betina, jantan
dilakukan di vena coccygeal dan organ mengembangkan puncak nuchal dan dorsal
jantung (Tomovic et al., 2020). yang lebih besar daripada betina, sisik yang
2.5.8. Penyakit lebih besar di bawah timpani dibandingkan
2.5.8.1. Herpes betina, dan salah satu karakteristik yang
Virus herpes yang dijelaskan dalam paling jelas dari hewan yang lebih tua,
chelonian termasuk dalam subfamili jantan mengembangkan rahang yang lebih
Alphaherpesvirinae, famili Herpesviridae. besar dan lebih luas daripada betina (Vosjoli
Infeksi virus herpes pada kura-kura sering et al., 2012).
dikaitkan dengan ulkerasi hingga nekrosis 2.6.3. Penentuan Umur
difteri stomatitis, glositis, rinitis, dispnea, Penentuan umur pada iguana dapat
konjungtivitis, edema leher, anoreksia, dan diperkirakan dari ukuran badan dan ekornya.
letargi meningoensefalitis dan hepatitis Iguana berumur 1 tahun memiliki berat
nekrotikans telah dijelaskan. (Kolesnik et badan 1-1.5 kg. Jika berumur 2 tahun
al., 2017). memiliki berat 2-4 kg. Umur 3 tahun
Virus tambahan telah terdeteksi pada memiliki berat 4-5 kg. Umur 4 tahun
kura-kura dan terkait dengan penyakit klinis, memiliki berat 5-8 kg. Umur 5 tahun
termasuk picornavirus dan paramiksovirus. memiliki berat 10-15 kg. Umur 6 tahun
Infeksi dengan picornavirus memiliki telah memiliki berat 14-18 kg. Umur 7 tahun
dikaitkan dengan pelunakan karapas pada memiliki berat 15-20 kg (Nurjunitar, 2016).
usia muda kura-kura dan stomatitis difteri- 2.6.4. Anatomi dan Habitat
nekrotikans, rinitis, pneumonia, 2.6.4.1. Anatomi Tubuh
konjungtivitis, enteritis, dan asites pada Iguana adalah hewan jenis reptil yang
kura-kura dari berbagai usia, tetapi juga tengkoraknya kaku dari pada ular dan
telah terdeteksi secara klinis di hewan sehat memiliki rahang yang kurang fleksibel.
(Kolesnik et al., 2017). Diagnosis dibuat Iguana memiliki empat baris gigi di setiap
dengan melakukan PCR dari usapan faring rahang dan tidak memiliki gigi taring.
dan oral, tetapi kura-kura itu juga Tengkorak berartikulasi dengan vertebra
dikompromikan oleh infeksi bakteri serviks atlantal melalui kondilus oksipital
campuran dan pulih setelah pengobatan tunggal. Vertebrae thoracis et lumbalis
antibiotik, menunjukkan bahwa rana virus umumnya memiliki rusuk berpasangan.
mungkin merupakan faktor infeksi sekunder Ekornya memiliki bidang retak yang
daripada penyebab utama penyakit (Ariel, memungkinnya putus saat terancam
2011). (Girling, 2013).
Gambar 13. Iguana (Anggara et al., 2016)
2.6.4.2. Sistem Respirasi telinga. Banyak spesies jantan yang
Kadal memiliki lubang hidung memiliki ornament di permukaan tubuh
(Nostrill) yang berada tepat di atas rahang untuk memperindah tampilan. Pada iguana
atasnya. Pada iguana lubang hidungnya jantan, memiliki sisik besar berwarna biru
berjumlah sepasang. Lubang ini berfungsi kemilau. Iguana hijau memiliki parietal
untuk mengeluarkan kelebihan natrium mata yang merupakan adaptasi dari
untuk menghemat air di dalam tubuh. tengkorak (Girling, 2013).
Nostrill masuk ke dalam bagian rostral dari 2.6.5. Ras-ras
rongga mulut. Pintu masuk ke trakea Beberapa ras iguana, diantaranya
dilindungi oleh laring rudimenter yang iguana hijau besar (Great green iguana),
seringkali tidak memiliki epiglottis dan pita iguana ekor berduri meksiko (Mexican
suara. Trakea bercabang menjadi dua spiny-tailed iguana), iguana ekor berduri
bronkus utama di dada. Diafragma tidak hitam (black spiny-tailed iguana), iguana
dimiliki oleh spesies ini sehingga tidak ada ekor berduri sonoran (Sonoran spiny-tailed
perbedaan yang jelas antara dada dan perut iguana), dan iguana gurun (Desert iguana)
(Girling, 2013). serta chuckwalla. Iguana hijau dan tiga
2.6.4.3. Sistem Pencernaan iguana berekor adalah spesies besar, jantan
Mayoritas kadal memiliki lidah yang dengan jumlah melebihi 3% kaki (106 cm)
besar dan halus. Iguana memiliki lidah yang di atas hidung ke ekor saat dewasa, meski
lebih segar dan alami dan warnanya yang lebih dari setengah panjangnya ekor.
lebih gelap. Usus besar berkembang pesat Ganggang iguana dan chuckwalla lebih
karena termasuk hewan herbivora. Iguana kecil, jarang mencapai panjang 15 inci (38
memiliki usus besar yang sering berkantung cm) (Girling, 2013).
dan terbagi-bagi menjadi banyak ruang 2.6.6. Perilaku Khusus
seperti daun. Usus besar kemudian bermuara Iguana merupakan reptile yang
di coprodeum yang berlanjut ke kloaka. disebut sebagai hewan arboreal atau
Kloaka pada iguana sama halnya dengan pemanjat pohon. Iguana secara alami
yang ada di burung dan ular (Girling, 2013). memanjat pohon dari dahan ke dahan untuk
2.6.4.4. Sistem Sirkulasi berjemur di bawah sinar matahari. Maka,
Iguana memiliki dua atrium dan satu ketika iguana ditempatkan pada pohon yang
ventrikel. Mayoritas darah yang tidak bercabang akan menyebabkan stress
terdeoksigenasi disalurkan ke arteri (Tully dan Mark, 2012).
pulmonalis dan darah beroksigen memasuki 2.6.7. Cara Pengambilan Sampel
aorta. Memiliki vena abdominalis yang Sampel darah secara rutin diambil dari
mengembalikan darah dari caudal (Girling, vena coccygeal ventral atau vena jugularis.
2013). Vena coccygeal terletak di ventral garis
2.6.4.5. Sistem Indera ekor. Saat melakukan pengambilan sampel
Iguana memiliki krematofor di kulit pada jantan dewasa, hindari menyentuh
yang memungkinkan utnuk berubah warna, hemipenis. Vena jugularis merupakan
namun tidak seperti bunglon yang tempat yang sangat baik untuk pengambilan
perubahannya terbilang cepat. Berbeda dari sampel darah. Vena jugularis biasanya
ular, iguana memilki tympanum yang ditemukan di sepanjang garis imajiner yang
terletak di bagian ventrocaudal mata dan ditarik (Tully and Mark, 2012).
2.6.8. Penyakit Hasil dari pelaksanaan pemeriksaan
Menurut Anggara et al (2016), klinik berdasarkan pada keadaan normal
penyakit yang sering ditemui pada hewan eksotik, anatomi ciri khas serta
pemeliharaan iguana antara lain: penunjukan tempat pengambilan sampel.
a. MBD atau sering disebut sebagai Kondisi normal ditunjukkan oleh probandus
penyakit tulang metabolic dimana hewan eksotik yang tersedia. Penunjukan
iguana tidak memproses makanan struktur anatomi khas dan tempat
dengan baik karena faktor pemberian pengambilan sampel dilakukan pada
makanan yang tidak bervariasi dan masing-masing probandus.
kotor. 4.2. Pembahasan
b. Putusnya ekor akibat kebersihan Data fisiologis normal yang
kandang yang tidak diperhatikan atau dipaparkan di antaranya suhu tubuh normal,
karena gangguan dari hewan lain. frekuensi denyut jantung, dan frekuensi
c. Pembusukan pada mulut iguana akibat nafas. Hal-hal tersebut merupakan indikasi
telah mengalami luka pada dinding dasar adanya kelainan. Dijelaskan juga
mulut yang disebabkan stres. mengenai ciri khas tiap hewan.
d. Terlalu kepanasan mulai dari tingkat 4.2.1. Burung
pencahayaan atau kelembapan suhu, Pada hewan burung suhu tubuh
yang dapat mengakibatkan warna normalnya adalah 40,5-41,5ºC dan denyut
pada reptil iguana menjadi gelap serta jantung 50-90 kali/menit. Burung memiliki
menimbulkan efek berkurangnya paruh sebagai ganti gigi dan bibir serta
nafsu makan. sayap sebagai ganti extremitas cranial. Ciri
e. Jamur pada bagian tubuh iguana yang khas burung adalah terdapat saccus
dapat terjadi karena faktor lingkungan pneumaticus di sistem respirasinya.
seperti kondisi kandang yang kotor. 4.2.2. Sugar glider
Akibat yang ditimbulkan adalah Pada hewan sugar glider suhu tubuh
munculnya bercak-bercak pada kulit normalnya adalah 36.3ºC, frekuensi denyut
hingga kematian. jantung 200-300 kali/menit, dan frekuensi
3. MATERI DAN METODE nafas 16-40 kali/menit. Sugar glider
3.1. Materi memiliki kelenjar bau untuk menandai
Praktikum ini dilakukan dengan tujuan wilayahnya. Ciri khas membran di antara
mengenal dan memahami anatomi dan extremitas cranial et caudalis.
fisiologi normal dari hewan-hewan eksotik. 4.2.3. Hamster
Pengenalan mencakup data fisiologi normal, Pada hewan hamster suhu tubuh
penentuan sexing, tempat pengambilan normalnya 36-38ºC, frekuensi denyut
sampel, ciri khas, perilaku khusus, dan jantung 90-150 kali/menit dan frekuensi
penyakit yang sering menyerang hewan nafas: 30-70 kali/menit. Hamster memiliki
eksotik. Praktikum dilakukan secara luring gigi seri yang terus bertumbuh karena
di RK Kampus Tamalanrea termasuk hewan pengerat. Ciri khas hamster
3.2. Metode adalah tubuh kecil dan ekor pendek.
Metode yang digunakan adalah 4.2.4. Ular
metode deskriptif mengenai data fisiologi Pada hewan ular suhu tubuh
normal, penentuan sexing, tempat normalnya 26.5- 28.6ºC, frekuensi denyut
pengambilan sampel, ciri khas, perilaku jantung 21-82 kali/menit, dan frekuensi
khusus, dan penyakit yang sering menyerang nafas 5-49 kali/menit. Ular memiliki
hewan eksotik. Selain metode deskriptif, anatomi tulang yang unik, yaitu tulang rusuk
dilakukan penunjukan langsung dengan yang fleksibel. Ciri khas ular adalah tidak
penggunaan probandus. Probandus yang adanya kaki dan kulit bersisik yang terganti
digunakan adalah sugar glider, kura-kura, tiap dua bulan sekali.
burung, hamster, iguana dan ular. 4.2.5. Iguana
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada hewan iguana suhu tubuh
4.1. Hasil normalnya 22-31oC, frekuensi denyut
jantung 8-52 kali/menit, dan frekuensi nafas Cieri Robert L., Brent A. Cravenb, Emma R.
6-28 kali/menit. Iguana memiliki gelambir Schachnera, dan C. G. Farmera. 2014.
di bawah rahang dan dua membran timpani New insight into the evolution of the
yang berperan sebagai telinga. Ciri khas vertebrate respiratory system and the
iguana adalah terdapat struktur seperti mata discovery of unidirectional airflow in
ketiga di atas dahinya. iguana lungs. Proceedings of the
5. KESIMPULAN National Academy of Sciences. 11(12)
48.
Berdasarkan praktikum unit hewan
Colville, T dan Joanna M.B. 2016. Clinical
eksotik, praktikan telah mendapatkan
Anatomy and Physiology for
pemahaman dasar mengenai pemeriksaan
Veterinary Technicians. Elsevier :
pada hewan eksotik. Hewan-hewan yang di Canada.
gunakan saat lab yaitu sugar glider, hamster, Dawson, J.E., Flora Ihlow dan Steven G.
ular, burung dan iguana. Kegiatan yang di Platt.. 2020. Mekong Snail-Eating
lakukan saat lab, secara umum adalah Turtle. Chelonian Research
melakukan inspeksi, palpasi, dan auskultasi Monographs. 14(5): 1-24.
sehingga praktikan membawa penlight, Dewi, L.K, Yeni A.M ., Ani M dan
termometer dan stethoscope, serta pengisian Fransisca N.T. 2013. Penggunaan Jala
rekam medik Pada laporan ini, telah dikaji Kabut Untuk Studi Populasi Burung
lebih dalam mengenai komponen-komponen Gereja Erasia (Passer Montanus) Di
pembahasan mengenai setiap hewan eksotik Kampus IPB Dramaga: Variasi Jumlah
tersebut. Bahasan mencakup anatomi dan Tangkapan Dan Bobot Tubuh Pada
fungsi fisiologis hewan, penyakit yang Musim Berbeda. Media Konservasi.
18(3) : 152 – 160.
umum terjadi, cara penentuan umur pada
Fails, Anna Dee dan Christianne Magee.
hewan, proses pelaksanaan sexing, sistem
2018. Anatomy and Physiology of
pencernaan, sirkulasi, sistem indera, jenis
Farm Animals Eighth Edition. Wiley
ras serta perilaku khusus hewan eksotik. Blackwell : USA .
DAFTAR PUSTAKA Fitriani, Y. 2014. Identifikasi Gen CHDZ
Anggara, F. D., Darwin, Y. R. dan Dikha, dan CHDW Berbasis Bulu pada
Y. Y. 2016. Perancangan Buku Burung Parkit (Melopsittacus
Pengenalan Reptil Iguana Hiau undulatus) untuk Menentukan Jenis
Kelamin dengan Metode PCR
Berbasis Fotografi Sebagai Sarana
(Polymerase Chain Reaction).
Informasi Bagi Masyarakat
[Skripsi]. Surabaya: Universitas
Surabaya. Institut Bisnis dan
Airlangga.
Informatika Stikom Surabaya. 5(2): Girling, J.S. dan Paul R. 2019. BSAVA
1-9. Manual of Reptiles: BSAVA: USA
Ariel, E. 2011. Viruses in Girling, Simon J. 2013. Veterinay Nursing
reptiles. Veterinary research. 42(100): of Exotic Pets. Willey-Blackwell:
1-12. USA.
Arif, A.R.E., Ngakan M.S., Rakhmad A dan
Graham, Jennifer E., Grayson A. Doss dan
Endang A. 2016. Diversitas Aves
Hugues Beaufrere. 2021. Exotic
Diurnal di Agroforestry, Hutan
Animal Emergency and Critical Care
Sekunder, dan Pemukiman Masyarakat
sekitar Rowo Bayu, Kecamatan Medicine. Wiley Blackwell:
Songgon, Banyuwangi. Jurnal Hoboken.
Biotropika. 4(2) : 49-56. Heatley, J. Jill dan Karen E. Russell. 2020.
Aspinall, V dan Melanie C. 2015. Exotic Animal Laboratory Diagnosis.
Introduction to Veterinary Anatomy Wiley Blackwell: Hoboken.
And Physiology. Toronto: Elsevier. Hernandez SM., Schumacher J., Lewis SJ.,
Aspinall, V dan Melanie C. 2020. Odoi A., dan Divers S. J. 20. Selected
Introduction to Animal and Veterinary Cardiopulmonary Values And
Anatomy and Physiology. CABI : UK. Baroreceptor Reflex In Conscious
Green Iguanas (Iguana Iguana).
American Journal Of Veterinary Hepatobiliari pada Ular Sanca. ARSHI
Reseaarch. 72 (11): 1519-1526. Veterinary Letters. 1(2) : 29-30.
Ibanez, A., Fritz, U., Auer, M., Martínez- Lyson, T.R., Schachner, E.R., Botha-Brink,
Silvestre, A., Praschag, P., J., Scheyer, T.M., Lambertz, M.,
Załugowicz, E., Podkowa, D. dan Bever, G.S., Rubidge, B.S. dan De
Pabijan, M. 2021. Evolutionary history Queiroz, K. 2014. Origin of the unique
of mental glands in turtles reveals a ventilatory apparatus of turtles. Nature
single origin in an aquatic ancestor and communications. 5(1): 1-11.
recurrent losses independent of Magalhães, Marcela dos S., Armando J.
macrohabitat. Scientific Reports. Barsante Santos, Naisandra B. da
11(1): 1-15. Silva, dan Carlos EB de Moura. 2012.
Johnson, Dan H. 2011. Hedgehogs and Anatomy of the digestive tube of sea
Sugar gliders: Respiratory Anatomy, turtles (Reptilia: Testudines). Zoologia
Physiology, and Disease. Veterinary (Curitiba). (29): 70-76.
Clinic of North America: Exotic Muhammad, Kanda Y dan Pratiwi
Animal Practice. 14(2): 267-285. Kusumaningtyas. 2013. Hewan
Jones, M.E., Werneburg, I., Curtis, N., kesayangan. Penebar Swadaya:
Penrose, R., O’Higgins, P., Fagan, Jakarta.
M.J. dan Evans, S.E. 2012. The head Nurjunitar, AF. 2016. Analisis Perubahan
and neck anatomy of sea turtles Struktur Anatomi dan Histologi
(Cryptodira: Chelonioidea) and skull Ginjal Iguana Hijau (Iguana iguana)
shape in Testudines. Plos one. 7(11): Setelah Pemberian Pakan Bayam
1-28 Merah (Amaranthus tricolor L.).
Judah, Vicki dan Kathy Nuttall. 2017. [Skripsi]. Makassar: Universitas
Exotic Animal Care and Hasanuddin.
Management. Cengage Learning: Orheruata, R.A., Om’iniaboh, F.A. dan
Boston. Ejeguo, A. 2018. Comparative studies
Kameswari, Dita. 2019. Analisis Biologi on the cardiovascular system in the
Reproduksi dan Konsumsi Pakan wistar rat (Rattus norvegicus) and
Ular Sanca Sawah Putih (Python Agama Lizard (Agama
Morulus Albino) di Penangkaran agama). Journal of Applied Sciences
Taman Margasatwa Ragunan. Faktor and Environmental Management.
Exacta. 12 (1): 9-19. 22(4): 605-608.
Katmono, W. D., Prayoga, S. F., Oktaviana, Purnamasari, R dan Dwi R.S. 2017.
Fisiologi Hewan. UIN Sunan Ampel :
V., dan Fikri, F. 2019. Laporan
Surabaya.
Kasus: Amblyomma sp. pada Ular
Quesenberry, Katherine E., Connie J.
Sanca Kembang (Python reticulatus)
Orcuit, Christoph Mans dan James
di Banyuwangi Reptile Community.
W. Carpenter. 2021. Ferrets, Rabbits,
Jurnal Medik Veteriner. 2(2) : 140-
and Rodents: Clinical Medicine and
144.
Surgery. Elsevier: Missouri.
Kolesnik, E., Obiegala, A. dan Marschang,
Raharjo, S., S. Hartati, S. Indarjulianto, dan
R.E. 2017. Detection of Mycoplasma
R. Widayanti. 2019. Frekuensi Nafas
spp., herpesviruses, topiviruses, and
ferlaviruses in samples from dan Pulsus Ular Sanca Batik
chelonians in Europe. Journal of (Malayopython reticulatus) Lokalitas
Veterinary Diagnostic Jawa. Jurnal Sain Veteriner. 3(4) : 1
Investigation. 29(6): 820-832. -10.
Kurniawan, N dan Adityas A. 2017. Rambosius, T.R. Setyawati dan Riyandi.
Ornitologi: Sejarah, Biologi, dan 2019. Inventarisasi Jenis-Jenis Ular
Konservasi. UB Press : Malang. (Serpenthes) di Kawasan Universitas
Lestari, N.A.A., A.P. Pertiwi, M.P. Kombo, Tanjungpura Pontianak. Jurnal
L.I. Tumbelaka, dan M.F. Ulum. 2017. Protobiont. 8 (2): 35-46.
Pencitraan Ultrasonografi Organ
Sadgala, Y. 2010. Merawat hamster Si and mating behavior of captive green
Imut yang Menggemaskan. PT turtles (chelonia mydas).
AgroMedia Pustaka: Jakarta. Herpetological conservation and
Sriprateep, K., V. Aranyavalai, A. Aowphol biology. 15(2): 284-292.
dan K. Thirakhupt. 2013. Population Yudiantoro dan Maloedyn S. 2011.
structure and reproduction of the Lovebird Si Cantik Bersuara Merdu.
elongated tortoise Indotestudo PT AgroMediapustaka : Jakarta.
elongata (Blyth, 1853) at BangKok
Village, Northeastern
Thailand.Tropical Natural History.
13(1): 21-37.
Sunusi, Sulham., Ida Bagus Komang Ardana
dan Putu Suastika. 2019. Gambaran
Darah Ular Sanca Batik (Python
reticulatus) di Pulau Bali. Indonesia
Medicus Veterinus. 8(3): 298-302.
Tamzil, H.M. 2014. Stres Panas pada
Unggas: Metabolisme, Akibat dan
Upaya Penanggulangannya.
WARTAZOA. 24(2) : 57-66.
Tilley, Larry P dan Smith Francis WK.
2013. Blackwell’s Five-Minute
Veterinary Consult. India. Wiley
Blackwell.
Tomović, L., D Arsovski, A Golubović dan
X Bonnet. 2020. Inside the shell: body
composition of free-ranging tortoises
(Testudo hermani). Zoology. 142: 1-7.
Tully, J. T. M. dan A. M. Mark. 2012. A
Veterinary Technicians Guide to
Exotic Animal Care. AHAA Press:
Canada
Varga, Molly., Rachel Lumbis dan Lucy
Gott. 2012. Exotic Pet and Wildlife
Nursing. BSAVA: Gloucester.
Wariss, M., V.J. Isaac dan J. C. Brito
Pezzuti. 2012. Habitat use, size
structure and sex ratio of the spot-
legged turtle, Rhinoclemmys
punctularia punctularia (Testudines:
Geoemydidae), in Algodoal-
Maiandeua Island, Pará, Brazil.
Revista de biologia tropical. 60(1):
413-424.
Widhiantara, I G. dan I Wayan R. A. 2015.
Perilaku Harian Ular Kobra (Naja
Sputatrix Boie) Dalam Kandang
Penangkaran. Jurnal Virgin. 1 (2) :
154-161
Winarno, G. D. dan Sugeng P. H.
2013.Perilaku Satwa Liar (Ethology).
AURA : Bandar Lampung.
Ye, M., H. Chen, M. Li, J. Duan dan P. Li.
2020. Observations on the courtship
PEMBAGIAN
a. Andi Ahmad Fadhil Ruslan : 2.5, 5
b. Ardillah : 1, 2.3, 2.6
c. Jannatin Adnin : 2.2, 3, 4, menyusun
d. Lutfiah : abstrak, 2.1, 2.4

Anda mungkin juga menyukai