KELOMPOK B3 :
KELOMPOK B3 :
Awalnya kucing berasal dari alam liar, lalu perlahan-lahan mengalami prose
domestikasi. Kini, kucing menjadi hewan peliharaan yang sangat dekat dengan manusia.
Bahkan di negara maju kucing sudah banyak dipertandingkan dalam ajang cat show (Suwed
dan Rodame, 2011). Kucing termasuk salah satu hewan peliharaan terpopuler di dunia.
Kucing yang garis keturunannya tercatat secara resmi sebagai kucing trah atau galur murni
(pure breed), seperti persia, siam, manx, sphinx. Kucing seperti ini biasanya dibiakkan di
tempat pemeliharaan hewan resmi. Jumlah kucing ras hanyalah 1% dari seluruh kucing di
dunia, sisanya adalah kucing dengan keturunan campuran seperti kucing liar atau kucing
kampung. Kucing mengalami domestikasi begitu sempurna dan mampu berhubungan erat
dengan manusia. Secara umum jenis kucing dikelompokkan berdasarkan bulunya, yaitu short
hair, medium hair, dan long hair (Suwed dan Rodame, 2011).
Yang termasuk dalam golongan kucing domestik ialah kucing hasil evolusi kucing
liar yang beradaptasi dengan lingkungan dekat manusia sepanjang ribuan tahun usia
kehidupan. Proses adaptasi ini menghasilkan jenis kucing yang berbeda di berbagai wilayah.
Untuk menyatakan perbedaan berbagai kucing domestik, maka muncul lah nama ilmiah
spesifik pada tingkat penjenjangan subspecies berdasarkan ciri dominan khas yang terdapat
pada golongannya, seperti (Sulaiman, 2011) :
b. Anamnesa :
Anamnesis atau history atau sejarah hewan adalah berita atau keterangan atau lebih
tepatnya keluhan dari pemilik hewan mengenai keadaan hewannya ketika dibawa dating
berkonsultasi untuk pertama kalinya, namun dapat pula berupa keterangan tentang sejarah
perjalanan penyakit hewannya jika pemilik telah sering dating berkonsultasi (Widodo, 2011).
c. Status Praesens :
Ritme dan intensitas penapasan kucing yaitu halus, dan tak terkendali. Napas cepat
disebabkan oleh rasa sakit, stres, demam, atau over heating. Kondisi lain yang perlu
dipertimbangkan adalah shock, dehidrasi, anemia, paru-paru penyakit, penyakit jantung,
dan penumpukan zat asam atau beracun di darah (diabetes, gagal ginjal, atau keracunan)
(Eldredge et al, 2008).
Berikut data fisiologis kucing menurut Eldredge (2007) :
a. Suhu
• Kucing dewasa: 37.7°C-39.4°C
• Average: 38.6°C
• Neonatus: 35°C-37.2°C
b. Tingkat pernapasan
• Kucing dewasa: 20-24 kali per menit.
• Average: 22 kali per menit saat istirahat
• Neonatus: 15-35 kali per menit
d. Pulsus
Frekuensi pulsus normal kucing antara 110–130 kali/menit
3. Pemeriksaan kulit dan rambut
Turgor kulit, disebut pula elastisitas kulitatau kepegasan atau kelenturan kulit dipengaruhi
oleh kandungan air di dalam kulit.Turgor kulit diperiksa dengan cara menarik kulit ke luar
(terangkat) atau mencubit kulit (leher dorsal, punggung atau dada) keatas sebentar dan
setelah itu melepaskannya Turgor kulit pada hewan sehat sangat baik dalam hitungan detik
(kurang lebih 2-3 detik) setelah cubitan kulit telah kembali ke posisi datar semula (Pratiwi
Rezky A, Dkk. 2015).
4. Pemeriksaan selaput lendir
Kelopak mata ketiga, yang dikenal dengan nama membrane nictitanes, dari luar terlihat
sebagai jaringan kecil berwarna merah muda atau berpigmen terletak di sudut dalam mata.
Tampak menjadi lebih menonjol ketika kucing tertidur atau sakit. Seekor kucing dengan
infeksi saluran pernapasan konjungtiva atasnya akan bengkak, merah dan dapat menutupi
sebagian dari kornea (Anonim, 2011).
Jika penampakan conjunctiva pada kucing tampak pucat. Membran mukosa tampak
anemia (warna pucat) dan lembek menandakan indikasi anemia.Intensitas warna
conjunctiva dapat menunjukkan kondisi peradangan akut seperti enteritis, encephalonitis
dan kongesti pulmo akut. Cyanosis (warna abu- abu kebiruan) dikarenakan kekurangan
oksigen dalam darah, kasusnya berhubungan dengan pulmo atau sistem respirasi. Jaundice
(warna kuning) karena terdapatnya pigmen bilirubin yang menandakan terdapatnya
gangguan pada hepar. Hiperemi (warna pink terang) adanya hemoragi petechial
menyebabkan hemoragi purpura (Eldredge et. al., 2008).
Gusi umumnya bewarna merah mudah. Warna putih, lavender, abu-abu atau biru
menunjukkan bahwa peredaran darah hewan peliharaan tidak dalam kondisi baik
(Eldredge et al, 2008).
5. Pemeriksaan kelenjar limfe
Tubuh kucing domestik sebagian besar berisi organ internal. Di dalam rongga dada dan
dilindungi oleh tulang rusuk, tempat jantung dan paru-paru. Rongga perut berisi lambung,
usus kecil, usus besar, hati, kantong empedu, limpa, ginjal, kelenjar adrenal, pankreas dan
kandung kemih (Anonim, 2011).
6. Pemeriksaan pernafasan
a. Tipe Pernapasan
Tulang rusuk dan otot dada, bersama dengan diafragma, bertindak sebagai embusan
sebuah udara yang bergerak ke dalam dan keluar dariparu-paru.
8. Pemeriksaan pencernaan
Abdomen dan Organ Pencernaan yang Berkaitan Inspeksi, dilakukan untuk melihat besar dan
bentuknya. Hasilnya, tidak ada perubahan karena sesuai dengan bentuk dan bobot pasien.
Begitupun dengan legok lapar tidak ada perubahan (tidak terlihat karena pasien tidak dalam
kondisi kurus). Untuk suara peristaltik lambung juga tidak ada perubahan. Palpasi, dilakukan
untuk merasakan epigastricus, mesogastricus, hypogastricus, isi usus halus, dan isi usus
besar. Hasil yang ditunjukkan tidak ada perubahan. Bunyi peristaltic usus normalnya adalah
35 kali dalam 5 menit. Anus.
Alat perkemihan dan kelamin (urogenitalis) jantan. Inspeksi dan palpasi, diakukan untuk
melihat kondisi preputium, penis, glands penis (bentuk, besar, sensitivitas, warna dan
kebersihan), scrotum, dan uretrha menunjukkan keadaan normal(Susanty,Yulian. 2004).
9. Pemeriksaan kelamin dan perkencingan
Inspeksi dan palpasi, diakukan untuk melihat kondisi preputium, penis, glands penis (bentuk,
besar, sensitivitas, warna dan kebersihan), scrotum, dan uretrha menunjukkan keadaan
normal.
(Widodo, Setyo. 2011)
10. Pemeriksaan syaraf
Sistem sensibilitas terdiri atas (Gorrel, Gena K. 2009):
1. Sensibilitas permukaan (exteroceptif) : rasa raba, halus, nyeri, suhu
2. Sensibilitas dlm (proprioceptif) : rasa sikap, getar nyeri dalam (dari struktur otot, lig, fasia &
tulang)
3. Fungsi kortikal u/ sensibilitas : stereognosis, pengenalan 2 titik, pengenalan bentuk rabaan.
11. Pemeriksaan anggota gerak
Alat Gerak Inspeksi, perototan kaki depan tidak ada perubahan (sesuai dengan kondisi normal seperti
biasa yaitu tegap dan kokoh). Perototan kaki belakang juga menunjukkan tidak ada perubahan (tapi
disini kondisinya tidak tegap. Dikatakan normal dan tidak ada perubahan karena merupakan kondisi
bawaan lahir). Spasmus otot normal atau tidak ada perubahan (tidak adanya kontraksi otot yang
berlebihan), tremor juga tidak ada perubahan (normal), sudut persendian tidak ada perubahan. Cara
bergerak – berjalan dan cara bergerak – berlari keduanya koordinatif, artinya saat berjalan dan berlari
antarah kaki kanan dan kaki kiri seirama. Palpasi. Struktur pertulangan tidak ada perubahan, kaki kiri
depan, kaki kiri belakang, kaki kanan belakang dan kaki kanan depan menunjukkan tidak adanya
perubahan yang terjadi. Konsistensi pertulangan memberikan hasil berupa tidak ada perubahan, reaksi
saat palpasi tidak ada perubahan, letak reaksi sakit tidak terdapat rasa sakit. Panjang kaki depan kanan
dan kiri dan panjang kaki belakang kiri dan kanan juga memberikan hasil tidak ada perubahan.
Palpasi lymphonodus popliteus. Ukurannya normal, konsistensi juga tidak menunjukkan tidak ada
perubahan, lobulasi dan perlekatan/pertautan juga memberikan hasil yang sama, tidak panas,
kesimetrisan antar limfonodus kiri dan kanan tidak ada perubahan. Kestabilan pelvis, konfirmasi, dan
kesimetrisan juga menunjukkan hasil tidak ada perubahan. Untuk pasien (kucing) tuber ischii dan
tuber coxen.(Budiana. 2012 )
12. Diagnosa
Secara umum sistem yang akan dibangun ini digunakan untuk melakukan diagnosis penyakit kulit
pada kucing dengan menggunakan metode Modified K-Nearest Neighbor, yang mana data yang akan
diolah oleh sistem terdiri dari 5 jenis penyakit kulit pada kucing yaitu scabies, dermatitis, abses, pinjal
(cat flea) dan jamur. (Septianto, R.H., 2015)
13. Prognosa
Ramalan atau gambaran jalannya penyakit (Susanty, 2004):
1. fausta ; kearah baik/sehat/nilai kesembuhan > 50%
Keberhasilan tindakan kuratif bergantung pada temperatur, nutrisi, terapi cairan dan kondisi kandang,
perawatan penyakit secara higienis, serta pengobatan dengan dosis dan jenis obat yang spesifik.
(Saputra, Eko. 2014)
V. PEMBAHASAN
A Registrasi
Nama Pemilik : Albert
Nama Hewan : Al
B Anamnesa
Makan teratur, feses konsistensi tidak keras dan tidak lembek, tidak ada masalah
saat urinasi maupun defekasi, adanya investasi kutu, hewan grooming terakhir 2
bulan lalu, belum vaksin dan rambut cukup rontok
C Status Praesens
: Kondisi tubuh : sedang
Ekspresi muka : Biasa
Ekspresi mnginterpretasikan tingkat
kesadaran kucing dengan
1. Keadaan Umum memperhatikan reaksinya terhadap
lingkungan. Berupa siaga, responsif,
dan tertekan. Misalnya: Ekpresi
hewan yang normal adalah wajah
cerah, santai, waspada dan responsif.
Seekor anak kucing yang sehat dapat
digambarkan seperti "aktif dan
mainmain," sementara kucing sakit
mungkin "cukup tertekan dan tidak
aktif" (Rodan et Sarah, 2016).
2. Frekuensi
Pernafasan :
64 kali / menit
Menurut Eldredge (2007) frekuensi
pernapasan kucing Adult cat: 20
sampai 24 napas per menit. Rata-rata:
22 napas per menit saat istirahat
Newborn kitten: 15 sampai 35 napas
per menit, hingga 2 minggu usia.
: 80 kali / menit
Pulsus Menurut Eldredge (2007) frekuensi
pulsus normal kucing antara 110–130
kali/menit.
: 38,3 °C
Temperatur Menurut Eldredge (2007) suhu
normal kucing 37.7°C-39.4°C
3. Pemeriksaan
Saraf :
5. Prognosa : Fausta
VI. KESIMPULAN
Kucing Al mengalami kondisi yang baik secara keseluruhan namun terdapat investasi
kutu dan rambut rontok. Perlu diberi obat kutu dan menjaga kebersihan hewan.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Alang, S., M., H.,(2015). Urgensi Diagnosis dalam Mengatasi Kesulitan Belajar. Jurnal
Bimbingan Penyuluhan Islam, 2 (1). 1-14.
Putri, P., B., M., Santoso, E., Marji.,(2017). Diagnosis Penyakit Kulit Pada Kucing
Menggunakan Metode Modified KNearest Neighbor. Jurnal Pengembangan
Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer. 1 (12). 1797-1803.
Sulaiman dan Tim Redaksi Cemerlang. 2011. Berbisnis Pembibitan Kucing.
Yogyakarta : Lily Publisher
Suwed, M.A dan N.S. Budiana. 2012. Panduan Lengkap Kucing. Jakarta : Penebar
Swadaya
Suwed, M.A dan Rodame M.Napitulu. 2011. Panduan Lengkap Kucing. Jakarta :
Penebar Swadaya
Susanty, Yulian. 2004. Memilih dan Merawat Kucing kesayangan. Jakarta:
Agromedia.
Widodo, Setyo. 2011. Diagnostik Klinik Hewan Kecil. Bogor : IPB Press
Anonim. 2011. Feline Basic Education USA : Internasional Boarding & Pet Service
Association.
Eldredge, Debra M. 2007. Cat's Owner, Home Veterinary Handbook (3rd edition). Woley
Publishing, inc., Hoboken, New Jersey.
N adriana lola, Milasari M, Massale R, Riswulan. Pemeriksaan Klinis Pada Kucing.
Universitas Hasanuddin
Widodo, Setyo. 2011. Diagnotik Klinik Hewan Kecil. Bogor : IPB Press.
LAPORAN TOTAL PRATIKUM DIAGNOSA KLINIK VETERINER
KELOMPOK B3 :
Diagnosa klinis merupakan rangkaian pemeriksaan medis terhadap kondisi fisik suatu
hewan atau struktur lain yang terdapat pada tubuh suatu hewan hewan untuk mendapatkan
kesimpulan berupa diagnosis sekaligus pemeriksaan dengan menggunakan alat bantu
diagnostika sebagai pelengkap untuk mendapatkan peneguhan diagnosis (Widodo, 2011).
Diagnosis merupakan istilah teknis (terminology) yang diadopsi dari bidang medis. Diagnosis
dapat diartikan sebagai:
1) Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness,disease) apa
yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama
mengenai gejala-gejalanya (symptoms).
2) Studi yang seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan
karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial.
3) Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang seksama atas gejala-
gejala atau fakta tentang suatu hal
Dari ketiga pengertian tersebut diatas, dapat disimpulkan bawa didalam konsep diagnosis,
secara emplisit terdapat pula konsep prognosisnya. Dengan demikian, didalam pekerjaan
diagnosis bukan hanya sekedar mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya serta latar
belakang dari suatu kelemahan atau penyakit tetentu, melainkan juga mengimplikasikan suatu
upaya untuk meramalkan (predicting) kemungkinan dan menyarankan tindakan
pemecahannya. Untuk menentukan diagnosis penyakit suatu hewan perlu diketahui terlebih
dahulu rekam medik dan ciri-ciri fisik normalnya, sebelum kemudian dilakukan pemeriksaan
fisik yang memerlukan instrumen penunjang.
Tata cara pemeriksaan fisik hewan dapat dilakukan dengan catur indera pemeriksa,
yakni dengan penglihatan, perabaan, pendengaran, serta penciuman (pembauan) antara lain
dengan cara inspeksi, palpasi atau perabaan, perkusi atau mengetuk, auskultasi atau
mendengar, mencium atau membaui, mengukur dan menghitung, pungsi pembuktian, tes
alergi, pemeriksaaan laboratorium klinik serta pemeriksaan dengan alat diagnostik lain
(Widodo, 2011).
2) Pengertian mengenai antara lain :
a. Regristrasi (nama pemilik, macam hewan, signalemen, dan perlengkapan)
Signalmen selalu dimuat di dalam pembuatan surat laksana jalan atau surat jalan bagi
hewan yang akan dibawa dari satu tempat ke tempat lain (pindah provinsi atau antar pulau
atau ke luar negeri) dan menerangkan sebenar-benarnya bahwa hewan dengan ciri-ciri yang
tertuamg dalam dokumen tersebut berasal dari tempat yang tertuang pada surat jalan hewan.
Fungsi lain dari sinyalemen hewan adalah pencantuman status kesehatan hewan di surat
keterangan sehat atau surat status vaksinansi yang telah dijalaninya sesuai dengan ciri-ciri
hewan dimaksud dalam surat tersebut (Pratiwi Rezky A, Dkk. 2015).
b. Anamnesa :
Anamnesis atau history atau sejarah hewan adalah berita atau keterangan atau lebih
tepatnya keluhan dari pemilik hewan mengenai keadaan hewannya ketika dibawa dating
berkonsultasi untuk pertama kalinya, namun dapat pula berupa keterangan tentang sejarah
perjalanan penyakit hewannya jika pemilik telah sering dating berkonsultasi (Widodo, 2011).
c. Status Praesens :
Pemeriksaan fisik yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan pemeriksaan
kondisi fisik dari pasien. Pemeriksaan fisik meliputi :
Keberhasilan tindakan kuratif bergantung pada temperatur, nutrisi, terapi cairan dan kondisi
kandang, perawatan penyakit secara higienis, serta pengobatan dengan dosis dan jenis obat
yang spesifik. (Saputra, Eko. 2014)
V. PEMBAHASAN
A Registrasi
Nama Pemilik : Victor
Belum vaksinnn, sudah pernah suntik ivermectin, urinasi dan defekasi normal,
hewan dipelihara di dalam rumah
C Status Praesens
1. Keadaan Umum :
2. Frekuensi
Pernafasan :
: Temperatur 38,8 °C
Temperatur Suhu normal anjing rata-rata 38.5-39.5oC
(Eldredge, dkk 2007).
3. Pemeriksaan
: Turgor normal
Turgor kulit, disebut pula elastisitas kulit atau
kepegasan atau kelenturan kulit dipengaruhi
oleh kandungan air di dalam kulit.Turgor kulit
diperiksa dengan cara menarik kulit ke luar
(terangkat) atau mencubit kulit (leher dorsal,
punggung atau dada) keatas sebentar dan setelah
itu melepaskannya Turgor kulit pada hewan
sehat sangat baik dalam hitungan detik (kurang
lebih 2-3 detik) setelah cubitan kulit telah
kembali ke posisi datar semula. Anjing yang
berpostur atletis dapat jelas terlihat dengan
Kulit
sedikit timbunan lemak dibawah kulitnya seperti
Dobermann pincher, Mini pincher, Gembala
jerman, Golden retriever dan lain-lain.Turgor
kulit seekor hewan jelek berarti kandungan air
di kulit menurun, lipatan kulit hasil cubitan akan
memerlukan waktu lebih lama untuk kembali
mendatar ke posisi semula. Turgor kulit dapat
berkurang atau menurun disebabkan oleh
penyakit-penyakit kulit kronis seperti ecsema,
scabies atau iritasi tekanan pada kulit untuk
waktu yang lama dan juga pada penyakit-
penyakit yang menyebabkan gangguan umum
seperti pada tuberkulosis (Pathan M. M.2011).
Rambut :
Tidak rontok
:
Kelenjar limfe : pemeriksaan palpasi pada
Kelenjar Limfa mandibulris dan femuralis tidak ditemukan
pembengkakan.
4. Diagnosa : Sehat
5. Prognosa : Fausta
VI. KESIMPULAN
Anjing mocca kondisinya baik, semua fungsi tubuh bekerja dengan normal.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Alang, S., M., H.,(2015). Urgensi Diagnosis dalam Mengatasi Kesulitan Belajar. Jurnal
Bimbingan Penyuluhan Islam, 2 (1). 1-14.
Koler, Janice and Matznick. 2002. The Origin of the Dog Revisited. USA.
Anthrozoös 15(2): 98 – 118.
Himawan, A., Hidayat, N., Ananta, T., M.,(2018). Diagnosis Penyakit Hewan Pada Anjing
Dengan Menggunakan Metode Naive Bayes. Jurnal Pengembangan Teknologi
Informasi dan Ilmu Komputer. 2 (10), 4290-4295
Widodo, Setyo. 2011. Diagnostik Klinik Hewan Kecil. Bogor : IPB Press
Anonim. 2011. Feline Basic Education USA : Internasional Boarding & Pet Service
Association.
Eldredge, Debra M. 2007. Cat's Owner, Home Veterinary Handbook (3rd edition). Woley
Publishing, inc., Hoboken, New Jersey.
N adriana lola, Milasari M, Massale R, Riswulan. Pemeriksaan Klinis Pada Kucing.
Universitas Hasanuddin
Widodo, Setyo. 2011. Diagnotik Klinik Hewan Kecil. Bogor : IPB Press.
LAPORAN TOTAL PRATIKUM DIAGNOSA KLINIK VETERINER
KELOMPOK B3 :
Setelah melakukan praktikum ini, kami dapat mengetahui cara handling, restraint dan
cara pemeriksaan pada hewan liar yang aman, serta mengetahui cara mendiagnosa untuk
menentukan gejala-gejala penyakit yang menyerang hewan liar.
b. Anamnesa :
Anamnesis atau history atau sejarah hewan adalah berita atau keterangan atau lebih
tepatnya keluhan dari pemilik hewan mengenai keadaan hewannya ketika dibawa dating
berkonsultasi untuk pertama kalinya, namun dapat pula berupa keterangan tentang sejarah
perjalanan penyakit hewannya jika pemilik telah sering dating berkonsultasi (Widodo, 2011).
c. Status Praesens :
Pemeriksaan fisik yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan pemeriksaan kondisi
fisik dari pasien. Pemeriksaan fisik meliputi :
• Inspeksi, yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat/memperhatikan
keseluruhan tubuh pasien secara rinci dan sistematis.
• Palpasi, yaitu pemeriksaan fisik dengan cara meraba pada bagian tubuh yang
terlihat tidak normal.
• Perkusi, yaitu pemeriksaan fisik dengan mengetuk daerah tertentu dari bagian
tubuh dengan jari atau alat, guna kemudian mendengar suara resonansinya dan
meneliti resistensinya.
• Auskultasi, yaitu pemeriksaan fisik dengan mendengarkan bunyi-bunyi yang
terjadi karena proses fisiologi atau patoligis di dalam tubuh, biasanya
menggunakan alat bantu stetoskop (Widodo et al., 2011).
1. Keadaan umum
Keadaan umum dari hewan itu sendiri meliputi perawatan, habitus/tingkah laku, gizi,
pertumbuhan badan, sikap berdiri, suhu tubuh, frekuensi nadi dan frekuensi nafas (Pratiwi
Rezky A, Dkk. 2015).
2. Frekuensi nafas, pulsus dan temperatur
Temperatur tubuh ular bersifat ectotherm (Underwood 1970). Kemampuan refleks
homeotermik pada ular kurang berkembang sehingga temperature tubuhnya mengalami
fluktuasi cukup besar mengikuti temperatur lingkungan (hewan poikilotermik). Sebagai satwa
ectotherm maka seluruh fungsi metabolisme ular bergantung temperatur lingkungan
(temperature-dependent) (Ross dan Marzec 1990). Menurut Funk (1996) ular memiliki
Prefered Optimum Temperatur Zone (POTZ); suatu temperatur tertentu di lingkungan yang
dapat mendukung keseluruhan fungsi metabolisme ular secara optimal. POTZ ular umumnya
27°-30°C dan bervariasi untuk beberapa spesies ular lain (Scott 1995). Spesies ular yang
berhabitat di daerah temperatur sedang (temperate spesies) memiliki POTZ pada suhu ± 24°C
sedangkan spesies ular tropis memiliki POTZ pada suhu ± 28°C (O’ Malley 2005).
Secara umum, nilai fisiologi pulsus normal ular berkisar antara 10 hingga 20 kali per
menit.Frekuensi pulsus dan respirasi ular dapat bervariasi tergantung kondisi lingkungan,
usia, spesies, dan status kesehatan (Nugent, 2005).
3. Pemeriksaan kulit dan rambut
Kulit Ular yang tidak sehat cenderung kering dengan turgor yang jelel. Perhatikan adanya
abnormalitas seperti kulit kering, melipat, sisik mengelupas saat ecdysis,luka, bekas luka,
benjolan bawah kulit dan abnormalitas lainnya seperti abses dan tumor. Ektoparasit
berukurankecil seringber sembunyidiantara sisik (Abror, 2012).
4. Pemeriksaan selaput lendir
Mendeteksi dehidrasi pada reptil sangat mirip dengan cara mendeteksi dehidrasi pada anjing
dan kucing. Pemeriksaan yang pertama adalah dengan memeriksa membrane mukosa. Namun
perlu diperhatikan dan diingat bahwa beberapa reptile terutama ular, memiliki membrane
mukosa dengan warna yang lebih pucat dari pada warna mukosa mamalia pada umumnya.
Indikasi lain yang menandakan dehidrasi adalah kulit yang mengkerut atau berkurang
elastisitasnya. (Aswindra, 2015)
1.Keberhasilan tindakan kuratif bergantung pada temperatur, nutrisi, terapi cairan dan kondisi
kandang, perawatan penyakit secara higienis, serta pengobatan dengan dosis dan jenis obat yang
spesifik. (Saputra, Eko. 2014 )
2.Selama masa karantina juga dilakukan pengobatan terhadap adanya penyakit infeksi dan perawatan
trauma.
3.Syarat utama pengobatan pada ular adalah dengan menaikan temperatur lebih hangat sehingga
mencapai maksimum POTZ, menjaga asupan nutrisi, memberikan terapi cairan, serta memperkecil
stress melalui kondisi kandang yang bersih dan tenang. Apabila syarat utama tidak terpenuhi maka
sistem imunitas tidak akan terbentuk dan bekerja secara optimal. Kondisi ini mengakibatkan
pengobatan menjadi tidak efektif, penyakit cenderung bertambah parah dan ular sulit untuk dapat
tertolong. Terapi cairan yang telah digunakan adalah larutan laktat ringer, ringer dekstrose, dan
larutan salin normal. Pemilihan penggunaan cairan tergantung kasus yang dihadapi(Yohana 2007).
A Registrasi
Nama Pemilik : Tio
Kulit kering seperti dehidrasi, weakness, seperti tidak dalam kondisi normal
C Status Praesens
1. Keadaan Umum :
2. Frekuensi
: 22°C
Temperatur tubuh ular bersifat
ectotherm (Underwood 1970).
Kemampuan refleks homeotermik
pada ular kurang berkembang
sehingga temperatur tubuhnya
mengalami fluktuasi cukup besar
mengikuti temperatur lingkungan
Temperatur
(hewan poikilotermik). Sebagai satwa
ectotherm maka seluruh fungsi
metabolisme ular bergantung
temperatur lingkungan (temperature-
dependent) (Ross dan Marzec 1990).
Menurut Funk (1996) ular memiliki
Prefered Optimum Temperatur Zone
(POTZ); suatu temperatur tertentu di
lingkungan yang dapat mendukung
keseluruhan fungsi metabolisme ular
secara optimal. POTZ ular umumnya
27°-30°C dan bervariasi untuk
beberapa spesies ular lain (Scott
1995). Spesies ular yang berhabitat di
daerah temperatur sedang (temperate
spesies) memiliki POTZ pada suhu ±
24°C sedangkan spesies ular tropis
memiliki POTZ pada suhu ± 28°C
(O’ Malley 2005).
3. Pemeriksaan
4. Diagnosa : Dehidrasi
5. Prognosa : Fausta
Menempatkan hewan pada tempat
6. Terapi atau Pengobatan yang teduh, kering dan air untuk
minum
VI. KESIMPULAN
Ular phyto mengalami dehidrasi namun masih dalam taraf normal dan sehat.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Alang, S., M., H.,(2015). Urgensi Diagnosis dalam Mengatasi Kesulitan Belajar. Jurnal
Bimbingan Penyuluhan Islam, 2 (1). 1-14.
Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional [Bappenas].1993. Biodiversity Action Plan
for Indonesia.Ministry of Development Planning / National Development Planning
Agency. Jakarta. 141 hal.
Halliday T and Adler K. 2000. The Encyclopedia of Reptiles and Ampibians. New
SYork;Fcts on Facts file inc..
Mattison C. 1999. Snake. New York, NY: DK publishing, Inc.
Murphy J and Henderson R. 1997. Tales of Giant Snakes. Fl: Krieger publishing company.
Malabar.
Tajalli A, Wiradityo C, dan Wijaya IM. 2012. Reptil Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
dan Pemanfaatannya Secara Tradisional oleh Masyarakat Dayak. Kalimantan Barat.
Program Kreatifitas Mahasiswa. Depertemen Konservasi Sumberdaya Hutan.
Abror, Imam. 2012. Pemeriksaan Umum Pada Reptil : Ular dan Kura-Kura. Banda Aceh.
Universitas Syiah Kuala.
F Ciwi R I Z. 2007. Medik Konservasi Satwa Ular : Studi Kasus Di Taman Margasatwa
Ragunan, Taman Safari Indonesia dan CV Terraria. IPB.