Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN TOTAL PRATIKUM

DIAGNOSA KLINIK VETERINER

I. PEMERIKSAAN PADA KUCING AL


II. PEMERIKSAAN PADA ANJING MOCCA
III. PEMERIKSAAN PADA ULAR PHYTO

KELOMPOK B3 :

Martinus Cresentis Marto 17820036

Ferrini Kasy 17820038

Novia Paramitha Rochmawahyu 17820040

L. M. Rakyan Farizi 17820042

I Gede Mardawa B.S 17820045

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM VETERINER


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2019
LAPORAN TOTAL PRATIKUM DIAGNOSA KLINIK VETERINER

I. ACARA PRATIKUM KE-1

PEMERIKSAAN PADA KUCING AL

KELOMPOK B3 :

Martinus Cresentis Marto 17820036

Ferrini Kasy 17820038

Novia Paramitha Rochmawahyu 17820040

L. M. Rakyan Farizi 17820042

I Gede Mardawa B.S 17820045

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM VETERINER


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2019
I. TUJUAN
Untuk Mengetahui tentang cara Pemeriksaan dan mendiagnosa penyakit pada
hewan kesayangan, khususnya hewan kucing, dengan menggunakan prosedur yang telah
dijelaskan
II. PENDAHULUAN
A. Latar belakang diadakan praktikum
Keberadaan kucing dapat membantu mendidik anak, seperti berada di dekat binatang
tersebut untuk melakukan observasi, memberikan perhatian, dan menghargai sifat mandiri.
Kalau melihat dari sejarahnya, manusia memelihara kucing sebenarnya sudah terjadi sejak
dahulu kala. Zaman dahulu, kucing hanya dijadikan sebagai “satpam” gudang / lumbung
gandum dan serangga (Suwed dan Budiana, 2012). Hubungan kucing dan manusia diduga
sejak 8000 SM ketika manusia hidup mengembara (berpindah-pindah), mulai menetap, dan
bertani (Susanty,2004). Tahun 1800-an kembali ditemukan kuburan atau tepatnya situs yang
berisi 300.000 mumi kucing dalam keadaan masih utuh. Hal tersebut menandakan bahwa
dahulu kucing merupakan hewan istimewa. Orang Mesir kuno telah menganggap kucing
sebagai penjelmaan dewi Bast atau Bastet atau Thet, yakni salah satu tokoh dari mitologi
Mesir yang tugasnya menjaga tempat. Pada zaman tersebut, hukuman bagi mereka yang
membunuh kucing adalah hukuman mati (Suwed dan Rodame, 2011).

Awalnya kucing berasal dari alam liar, lalu perlahan-lahan mengalami prose
domestikasi. Kini, kucing menjadi hewan peliharaan yang sangat dekat dengan manusia.
Bahkan di negara maju kucing sudah banyak dipertandingkan dalam ajang cat show (Suwed
dan Rodame, 2011). Kucing termasuk salah satu hewan peliharaan terpopuler di dunia.
Kucing yang garis keturunannya tercatat secara resmi sebagai kucing trah atau galur murni
(pure breed), seperti persia, siam, manx, sphinx. Kucing seperti ini biasanya dibiakkan di
tempat pemeliharaan hewan resmi. Jumlah kucing ras hanyalah 1% dari seluruh kucing di
dunia, sisanya adalah kucing dengan keturunan campuran seperti kucing liar atau kucing
kampung. Kucing mengalami domestikasi begitu sempurna dan mampu berhubungan erat
dengan manusia. Secara umum jenis kucing dikelompokkan berdasarkan bulunya, yaitu short
hair, medium hair, dan long hair (Suwed dan Rodame, 2011).

Yang termasuk dalam golongan kucing domestik ialah kucing hasil evolusi kucing
liar yang beradaptasi dengan lingkungan dekat manusia sepanjang ribuan tahun usia
kehidupan. Proses adaptasi ini menghasilkan jenis kucing yang berbeda di berbagai wilayah.
Untuk menyatakan perbedaan berbagai kucing domestik, maka muncul lah nama ilmiah
spesifik pada tingkat penjenjangan subspecies berdasarkan ciri dominan khas yang terdapat
pada golongannya, seperti (Sulaiman, 2011) :

1. Felis sisvetris catus anura – Manx (dari Isle of Man, Irlandia)


2. Felis sisvetris catus siamensis – Siamese (dari Siam)
3. Felis sivestris catur cartusenensis – Chartreux (dari Perancis)
4. Fekis sivestris catus agrorentis – Turkish Angora (dari Turki)
5. Felis sivestris catur persica – Pesian atau kucing Persia (dari Persia)
B. Manfaat diadakan praktikum
Setelah melakukan praktikum ini, kami dapat mengetahui cara handling, restraint dan
cara pemeriksaan pada hewan kesayangan, serta mengetahui cara mendiagnosa untuk
menentukan gejala-gejala penyakit yang menyerang hewan kesayangan, khususnya kucing.
III. TINJAUAN PUSTAKA
1) Pengertian tentang diagnosa klinik
Diagnosa klinis merupakan rangkaian pemeriksaan medis terhadap kondisi fisik suatu
hewan atau struktur lain yang terdapat pada tubuh suatu hewan hewan untuk mendapatkan
kesimpulan berupa diagnosis sekaligus pemeriksaan dengan menggunakan alat bantu
diagnostika sebagai pelengkap untuk mendapatkan peneguhan diagnosis (Widodo, 2011).
Diagnosis merupakan istilah teknis (terminology) yang diadopsi dari bidang medis. Diagnosis
dapat diartikan sebagai:
1) Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness,disease) apa
yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama
mengenai gejala-gejalanya (symptoms).
2) Studi yang seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan
karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial.
3) Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang seksama atas gejala-
gejala atau fakta tentang suatu hal
Dari ketiga pengertian tersebut diatas, dapat disimpulkan bawa didalam konsep diagnosis,
secara emplisit terdapat pula konsep prognosisnya. Dengan demikian, didalam pekerjaan
diagnosis bukan hanya sekedar mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya serta latar
belakang dari suatu kelemahan atau penyakit tetentu, melainkan juga mengimplikasikan suatu
upaya untuk meramalkan (predicting) kemungkinan dan menyarankan tindakan
pemecahannya. Untuk menentukan diagnosis penyakit suatu hewan perlu diketahui terlebih
dahulu rekam medik dan ciri-ciri fisik normalnya, sebelum kemudian dilakukan pemeriksaan
fisik yang memerlukan instrumen penunjang.
Tata cara pemeriksaan fisik hewan dapat dilakukan dengan catur indera pemeriksa,
yakni dengan penglihatan, perabaan, pendengaran, serta penciuman (pembauan) antara lain
dengan cara inspeksi, palpasi atau perabaan, perkusi atau mengetuk, auskultasi atau
mendengar, mencium atau membaui, mengukur dan menghitung, pungsi pembuktian, tes
alergi, pemeriksaaan laboratorium klinik serta pemeriksaan dengan alat diagnostik lain
(Widodo, 2011).
2) Pengertian mengenai antara lain :
a. Regristrasi (nama pemilik, macam hewan, signalemen, dan perlengkapan)
Signalmen selalu dimuat di dalam pembuatan surat laksana jalan atau surat jalan bagi
hewan yang akan dibawa dari satu tempat ke tempat lain (pindah provinsi atau antar pulau
atau ke luar negeri) dan menerangkan sebenar-benarnya bahwa hewan dengan ciri-ciri yang
tertuamg dalam dokumen tersebut berasal dari tempat yang tertuang pada surat jalan hewan.
Fungsi lain dari sinyalemen hewan adalah pencantuman status kesehatan hewan di surat
keterangan sehat atau surat status vaksinansi yang telah dijalaninya sesuai dengan ciri-ciri
hewan dimaksud dalam surat tersebut (Pratiwi Rezky A, Dkk. 2015).

b. Anamnesa :

Anamnesis atau history atau sejarah hewan adalah berita atau keterangan atau lebih
tepatnya keluhan dari pemilik hewan mengenai keadaan hewannya ketika dibawa dating
berkonsultasi untuk pertama kalinya, namun dapat pula berupa keterangan tentang sejarah
perjalanan penyakit hewannya jika pemilik telah sering dating berkonsultasi (Widodo, 2011).

c. Status Praesens :

Pemeriksaan fisik yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan pemeriksaan


kondisi fisik dari pasien. Pemeriksaan fisik meliputi :

1. Inspeksi, yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat/memperhatikan


keseluruhan tubuh pasien secara rinci dan sistematis.
2. Palpasi, yaitu pemeriksaan fisik dengan cara meraba pada bagian tubuh yang terlihat
tidak normal.
3. Perkusi, yaitu pemeriksaan fisik dengan mengetuk daerah tertentu dari bagian tubuh
dengan jari atau alat, guna kemudian mendengar suara resonansinya dan meneliti
resistensinya.
4. Auskultasi, yaitu pemeriksaan fisik dengan mendengarkan bunyi-bunyi yang terjadi
karena proses fisiologi atau patoligis di dalam tubuh, biasanya menggunakan alat bantu
stetoskop (Widodo et al., 2011).
1. Keadaan umum
Pemeriksaan fisik hewan dapat dilakukan dengan menggunakan catur indra pemeriksa,
yakni dengan penglihatan, perabaan, pendengaran, serta penciuman (pembauan) (Widodo
et al., 2011).
2. Frekuensi nafas, pulsus dan temperatur
Tulang rusuk dan otot dada, bersama dengan diafragma, bertindak sebagai embusan
sebuah udara yang bergerak ke dalam dan keluar dari paruparu (Eldredge et al, 2008).

Ritme dan intensitas penapasan kucing yaitu halus, dan tak terkendali. Napas cepat
disebabkan oleh rasa sakit, stres, demam, atau over heating. Kondisi lain yang perlu
dipertimbangkan adalah shock, dehidrasi, anemia, paru-paru penyakit, penyakit jantung,
dan penumpukan zat asam atau beracun di darah (diabetes, gagal ginjal, atau keracunan)
(Eldredge et al, 2008).
Berikut data fisiologis kucing menurut Eldredge (2007) :
a. Suhu
• Kucing dewasa: 37.7°C-39.4°C
• Average: 38.6°C
• Neonatus: 35°C-37.2°C
b. Tingkat pernapasan
• Kucing dewasa: 20-24 kali per menit.
• Average: 22 kali per menit saat istirahat
• Neonatus: 15-35 kali per menit
d. Pulsus
Frekuensi pulsus normal kucing antara 110–130 kali/menit
3. Pemeriksaan kulit dan rambut
Turgor kulit, disebut pula elastisitas kulitatau kepegasan atau kelenturan kulit dipengaruhi
oleh kandungan air di dalam kulit.Turgor kulit diperiksa dengan cara menarik kulit ke luar
(terangkat) atau mencubit kulit (leher dorsal, punggung atau dada) keatas sebentar dan
setelah itu melepaskannya Turgor kulit pada hewan sehat sangat baik dalam hitungan detik
(kurang lebih 2-3 detik) setelah cubitan kulit telah kembali ke posisi datar semula (Pratiwi
Rezky A, Dkk. 2015).
4. Pemeriksaan selaput lendir
Kelopak mata ketiga, yang dikenal dengan nama membrane nictitanes, dari luar terlihat
sebagai jaringan kecil berwarna merah muda atau berpigmen terletak di sudut dalam mata.
Tampak menjadi lebih menonjol ketika kucing tertidur atau sakit. Seekor kucing dengan
infeksi saluran pernapasan konjungtiva atasnya akan bengkak, merah dan dapat menutupi
sebagian dari kornea (Anonim, 2011).
Jika penampakan conjunctiva pada kucing tampak pucat. Membran mukosa tampak
anemia (warna pucat) dan lembek menandakan indikasi anemia.Intensitas warna
conjunctiva dapat menunjukkan kondisi peradangan akut seperti enteritis, encephalonitis
dan kongesti pulmo akut. Cyanosis (warna abu- abu kebiruan) dikarenakan kekurangan
oksigen dalam darah, kasusnya berhubungan dengan pulmo atau sistem respirasi. Jaundice
(warna kuning) karena terdapatnya pigmen bilirubin yang menandakan terdapatnya
gangguan pada hepar. Hiperemi (warna pink terang) adanya hemoragi petechial
menyebabkan hemoragi purpura (Eldredge et. al., 2008).
Gusi umumnya bewarna merah mudah. Warna putih, lavender, abu-abu atau biru
menunjukkan bahwa peredaran darah hewan peliharaan tidak dalam kondisi baik
(Eldredge et al, 2008).
5. Pemeriksaan kelenjar limfe
Tubuh kucing domestik sebagian besar berisi organ internal. Di dalam rongga dada dan
dilindungi oleh tulang rusuk, tempat jantung dan paru-paru. Rongga perut berisi lambung,
usus kecil, usus besar, hati, kantong empedu, limpa, ginjal, kelenjar adrenal, pankreas dan
kandung kemih (Anonim, 2011).
6. Pemeriksaan pernafasan
a. Tipe Pernapasan
Tulang rusuk dan otot dada, bersama dengan diafragma, bertindak sebagai embusan
sebuah udara yang bergerak ke dalam dan keluar dariparu-paru.

b. Ritme Penapasan dan Intensitas


Pastikan dinding dada hewan peliharaan mengembang dan mengempis, perlahan-lahan
dan mudah. Tanda-tanda gangguan pernapasan termasuk kepala diperpanjang atau
leher, keras atau suara yang tidak biasa saat bernapas, sedikit atau tidak ada pergerakan
dinding thorax saat bernapas, dan frekuensi pernapasan meningkat ( lebih dari 40-50
napas / menit ketika tidak terengah-engah.

7. Pemeriksaan peredaran darah


Ritme dan intensitas penapasan kucing yaitu halus, dan tak terkendali. Napas cepat
disebabkan oleh rasa sakit, stres, demam, atau over heating. Kondisi lain yang perlu
dipertimbangkan adalah shock, dehidrasi, anemia, paru-paru penyakit, penyakit jantung, dan
penumpukan zat asam atau beracun di darah (diabetes, gagal ginjal, atau keracunan)
(Eldredge et al, 2008).

8. Pemeriksaan pencernaan
Abdomen dan Organ Pencernaan yang Berkaitan Inspeksi, dilakukan untuk melihat besar dan
bentuknya. Hasilnya, tidak ada perubahan karena sesuai dengan bentuk dan bobot pasien.
Begitupun dengan legok lapar tidak ada perubahan (tidak terlihat karena pasien tidak dalam
kondisi kurus). Untuk suara peristaltik lambung juga tidak ada perubahan. Palpasi, dilakukan
untuk merasakan epigastricus, mesogastricus, hypogastricus, isi usus halus, dan isi usus
besar. Hasil yang ditunjukkan tidak ada perubahan. Bunyi peristaltic usus normalnya adalah
35 kali dalam 5 menit. Anus.
Alat perkemihan dan kelamin (urogenitalis) jantan. Inspeksi dan palpasi, diakukan untuk
melihat kondisi preputium, penis, glands penis (bentuk, besar, sensitivitas, warna dan
kebersihan), scrotum, dan uretrha menunjukkan keadaan normal(Susanty,Yulian. 2004).
9. Pemeriksaan kelamin dan perkencingan
Inspeksi dan palpasi, diakukan untuk melihat kondisi preputium, penis, glands penis (bentuk,
besar, sensitivitas, warna dan kebersihan), scrotum, dan uretrha menunjukkan keadaan
normal.
(Widodo, Setyo. 2011)
10. Pemeriksaan syaraf
Sistem sensibilitas terdiri atas (Gorrel, Gena K. 2009):
1. Sensibilitas permukaan (exteroceptif) : rasa raba, halus, nyeri, suhu
2. Sensibilitas dlm (proprioceptif) : rasa sikap, getar nyeri dalam (dari struktur otot, lig, fasia &
tulang)
3. Fungsi kortikal u/ sensibilitas : stereognosis, pengenalan 2 titik, pengenalan bentuk rabaan.
11. Pemeriksaan anggota gerak
Alat Gerak Inspeksi, perototan kaki depan tidak ada perubahan (sesuai dengan kondisi normal seperti
biasa yaitu tegap dan kokoh). Perototan kaki belakang juga menunjukkan tidak ada perubahan (tapi
disini kondisinya tidak tegap. Dikatakan normal dan tidak ada perubahan karena merupakan kondisi
bawaan lahir). Spasmus otot normal atau tidak ada perubahan (tidak adanya kontraksi otot yang
berlebihan), tremor juga tidak ada perubahan (normal), sudut persendian tidak ada perubahan. Cara
bergerak – berjalan dan cara bergerak – berlari keduanya koordinatif, artinya saat berjalan dan berlari
antarah kaki kanan dan kaki kiri seirama. Palpasi. Struktur pertulangan tidak ada perubahan, kaki kiri
depan, kaki kiri belakang, kaki kanan belakang dan kaki kanan depan menunjukkan tidak adanya
perubahan yang terjadi. Konsistensi pertulangan memberikan hasil berupa tidak ada perubahan, reaksi
saat palpasi tidak ada perubahan, letak reaksi sakit tidak terdapat rasa sakit. Panjang kaki depan kanan
dan kiri dan panjang kaki belakang kiri dan kanan juga memberikan hasil tidak ada perubahan.
Palpasi lymphonodus popliteus. Ukurannya normal, konsistensi juga tidak menunjukkan tidak ada
perubahan, lobulasi dan perlekatan/pertautan juga memberikan hasil yang sama, tidak panas,
kesimetrisan antar limfonodus kiri dan kanan tidak ada perubahan. Kestabilan pelvis, konfirmasi, dan
kesimetrisan juga menunjukkan hasil tidak ada perubahan. Untuk pasien (kucing) tuber ischii dan
tuber coxen.(Budiana. 2012 )
12. Diagnosa
Secara umum sistem yang akan dibangun ini digunakan untuk melakukan diagnosis penyakit kulit
pada kucing dengan menggunakan metode Modified K-Nearest Neighbor, yang mana data yang akan
diolah oleh sistem terdiri dari 5 jenis penyakit kulit pada kucing yaitu scabies, dermatitis, abses, pinjal
(cat flea) dan jamur. (Septianto, R.H., 2015)

13. Prognosa
Ramalan atau gambaran jalannya penyakit (Susanty, 2004):
1. fausta ; kearah baik/sehat/nilai kesembuhan > 50%

2. dubius ; ragu-ragu/nilai kesembuhan 50%

3. infausta ; kearah jelek/nilai kesembuhan < 50 %

14. Terapi atau pengobatan

Keberhasilan tindakan kuratif bergantung pada temperatur, nutrisi, terapi cairan dan kondisi kandang,
perawatan penyakit secara higienis, serta pengobatan dengan dosis dan jenis obat yang spesifik.
(Saputra, Eko. 2014)

IV. MATERI DAN METODE


A. Materi : Meja periksa, stetoskop, termometer, palu perkusi dan penlight
B. Metode : Inspeksi atau adspeksi, palpasi dan auskultasi

V. PEMBAHASAN
A Registrasi
Nama Pemilik : Albert

Alamat Pemilik : Jl Dukuh Kupang XII No. 12

Macam Hewan : Kucing

Nama Hewan : Al

Signalmen : Betina, warna putih polos

B Anamnesa

Makan teratur, feses konsistensi tidak keras dan tidak lembek, tidak ada masalah
saat urinasi maupun defekasi, adanya investasi kutu, hewan grooming terakhir 2
bulan lalu, belum vaksin dan rambut cukup rontok
C Status Praesens
: Kondisi tubuh : sedang
Ekspresi muka : Biasa
Ekspresi mnginterpretasikan tingkat
kesadaran kucing dengan
1. Keadaan Umum memperhatikan reaksinya terhadap
lingkungan. Berupa siaga, responsif,
dan tertekan. Misalnya: Ekpresi
hewan yang normal adalah wajah
cerah, santai, waspada dan responsif.
Seekor anak kucing yang sehat dapat
digambarkan seperti "aktif dan
mainmain," sementara kucing sakit
mungkin "cukup tertekan dan tidak
aktif" (Rodan et Sarah, 2016).

2. Frekuensi

Pernafasan :

64 kali / menit
Menurut Eldredge (2007) frekuensi
pernapasan kucing Adult cat: 20
sampai 24 napas per menit. Rata-rata:
22 napas per menit saat istirahat
Newborn kitten: 15 sampai 35 napas
per menit, hingga 2 minggu usia.

: 80 kali / menit
Pulsus Menurut Eldredge (2007) frekuensi
pulsus normal kucing antara 110–130
kali/menit.
: 38,3 °C
Temperatur Menurut Eldredge (2007) suhu
normal kucing 37.7°C-39.4°C
3. Pemeriksaan

: Kulit : Turgor kulit Normal


Rambut : Rontok dan ditemukan kutu
Turgor kulit, disebut pula elastisitas
Kulit dan Rambut kulit atau kepegasan atau kelenturan
kulit dipengaruhi oleh kandungan air
di dalam kulit.Turgor kulit diperiksa
dengan cara menarik kulit ke luar
(terangkat) atau mencubit kulit (leher
dorsal, punggung atau dada) keatas
sebentar dan setelah itu
melepaskannya Turgor kulit pada
hewan sehat sangat baik dalam
hitungan detik (kurang lebih 2-3
detik) setelah cubitan kulit telah
kembali ke posisi datar semula
(Pratiwi Rezky A, Dkk. 2015).
Selaput Lendir :

Bau mulut : Normal


konjungtiva : pucat
Gusi umumnya bewarna merah muda.
Warna putih, lavender, abuabu atau
biru menunjukkan bahwa peredaran
darah hewan peliharaan tidak dalam
kondisi baik (Eldredge et al, 2008).
CRT : Normal ( kurang dari sama
dengan 2 detik)
:
Pemeriksaan palpasi pada mandibulris
dan femuralis tidak ditemukan
pembengkakan.Tubuh kucing
domestik sebagian besar berisi
organ internal. Di dalam rongga
dada dan dilindungi oleh tulang
Kelenjar Limfa rusuk, tempat jantung dan paru-
paru. Rongga perut berisi
lambung, usus kecil, usus besar,
hati, kantong empedu, limpa,
ginjal, kelenjar adrenal, pankreas
dan kandung kemih (Anonim,
2011).
: Throcoabdominal (bronchial)
Type pernapasan : Tulang rusuk dan
otot dada, bersama dengan diafragma,
bertindak sebagai embusan sebuah
udara yang bergerak ke dalam dan
keluar dari paruparu (Eldredge et al,
2008).
Ritme dan intensitas penapasan
Pernafasan kucing yaitu halus, dan tak terkendali.
Napas cepat disebabkan oleh rasa
sakit, stres, demam, atau over heating.
Kondisi lain yang perlu
dipertimbangkan adalah shock,
dehidrasi, anemia, paru-paru penyakit,
penyakit jantung, dan penumpukan
zat asam atau beracun di darah
(diabetes, gagal ginjal, atau
keracunan) (Eldredge et al, 2008).
:
Auskultasi pada jantung = sistole
Peredaran Darah (lub) dan distole (dub) dapat
dibedakan.
Detak jantung normal dibagi menjadi
dua suara yang terpisah. Yang
pertama adalah LUB, diikuti oleh
sedikit jeda, dan kemudian DUB
(Eldredge et al, 2008). Suara lub
disebabkan oleh penutupan katup
tricuspid dan mitral (atrioventrikular)
yang memungkin- kan aliran darah
dari serambi jantung (atria) ke bilik
jantung (ventricle) dan mencegah
aliran darah membalik. Suara dub
disebut suara jantung kedua (S2) dan
disebabkan oleh penutupan katup
semilunar (aortic dan pulmonary)
yang membebaskan darah ke sistem
sirkulasi paru-paru dan sistemik.
Ketika suara jantung dapat didengar
di seluruh dada, berarti jantung
mengalami perbesaran (Eldredge et al,
2008).
Pencernaan :
Kelamin dan Urinasi :

Saraf :

Normal, pupil mengecil ketika


diterangi cahaya. Lalu, refleks
patela normal

: Normal, hewan berjalan dengan


Anggota Gerak
empat kaki

4. Diagnosa : Hewan Kutuan

5. Prognosa : Fausta

Pemberian obat kutu dan menjaga


6. Terapi atau Pengobatan
kebersihan hewan

VI. KESIMPULAN
Kucing Al mengalami kondisi yang baik secara keseluruhan namun terdapat investasi
kutu dan rambut rontok. Perlu diberi obat kutu dan menjaga kebersihan hewan.
VII. DAFTAR PUSTAKA

Alang, S., M., H.,(2015). Urgensi Diagnosis dalam Mengatasi Kesulitan Belajar. Jurnal
Bimbingan Penyuluhan Islam, 2 (1). 1-14.
Putri, P., B., M., Santoso, E., Marji.,(2017). Diagnosis Penyakit Kulit Pada Kucing
Menggunakan Metode Modified KNearest Neighbor. Jurnal Pengembangan
Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer. 1 (12). 1797-1803.
Sulaiman dan Tim Redaksi Cemerlang. 2011. Berbisnis Pembibitan Kucing.
Yogyakarta : Lily Publisher
Suwed, M.A dan N.S. Budiana. 2012. Panduan Lengkap Kucing. Jakarta : Penebar
Swadaya
Suwed, M.A dan Rodame M.Napitulu. 2011. Panduan Lengkap Kucing. Jakarta :
Penebar Swadaya
Susanty, Yulian. 2004. Memilih dan Merawat Kucing kesayangan. Jakarta:
Agromedia.
Widodo, Setyo. 2011. Diagnostik Klinik Hewan Kecil. Bogor : IPB Press
Anonim. 2011. Feline Basic Education USA : Internasional Boarding & Pet Service
Association.
Eldredge, Debra M. 2007. Cat's Owner, Home Veterinary Handbook (3rd edition). Woley
Publishing, inc., Hoboken, New Jersey.
N adriana lola, Milasari M, Massale R, Riswulan. Pemeriksaan Klinis Pada Kucing.
Universitas Hasanuddin
Widodo, Setyo. 2011. Diagnotik Klinik Hewan Kecil. Bogor : IPB Press.
LAPORAN TOTAL PRATIKUM DIAGNOSA KLINIK VETERINER

II. ACARA PRATIKUM KE-2

PEMERIKSAAN PADA ANJING MOCCA

KELOMPOK B3 :

Martinus Cresentis Marto 17820036

Ferrini Kasy 17820038

Novia Paramitha Rochmawahyu 17820040

L. M. Rakyan Farizi 17820042

I Gede Mardawa B.S 17820045

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM VETERINER


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2019
I. TUJUAN
Untuk Mengetahui tentang cara Pemeriksaan dan mendiagnosa penyakit pada
hewan kesayangan , khususnya hewan Anjing, dengan menggunakan prosedur yang telah
dijelaskan.
II. PENDAHULUAN
A. Latar belakang diadakan praktikum
Anjing merupakan hewan peliharaan manusia yang bisa berinteraksi dengan sesama
ataupun manusia sehingga tidak sedikit orang memilih anjing sebagai hewan peliharaan.
Namun anjing juga dapat berdampak buruk bagi manusia. Dari berbagai macam manfaat
yang dapat diperoleh dari hewan satu ini, pemilik anjing harus mengetahui bagaimana cara
merawat dan menjaga kesehatan hewan ini secara benar agar terhindar dari berbagai macam
penyakit. Anjing adalah hewan peliharaan mamalia, bukan hewan liar alami. Mereka awalnya
dibiakkan dari serigala. Mereka telah lama dikembangbiakkan manusia, dan merupakan
hewan pertama yang harus dijinakkan. Saat ini, beberapa anjing digunakan sebagai hewan
peliharaan, yang lainnya digunakan untuk membantu manusia melakukan pekerjaan mereka.
Mereka adalah hewan peliharaan yang populer karena mereka biasanya main-main, ramah,
setia dan mendengarkan manusia. Anjing sering memiliki pekerjaan, termasuk sebagai anjing
polisi, anjing tentara, anjing bantuan, anjing pemadam kebakaran, anjing pembawa pesan,
anjing pemburu, anjing penggembala, atau anjing penyelamatan (Himawan, Alfian,dkk)
Hipotesis yang diterima secara luas tentang asal-usul anjing, adalah Canis familiaris
yang merupakan serigala perilharaan berwarna abu-abu atau Canis lupus pada tahun 1758.
Namun, ada satu hipotesis mengenai leluhur anjing yang cukup masuk akal tapi belum
Diberikan evaluasi yang memadai dalam literatur. Yang menyatakan alternatif asal anjing
adalah: (1) asal dari serigala emas (Canis aureus) yang berasal dari hibrida anjing liar atau (3)
berasal dari anjing liar selain serigala atau C. lupus. Keturunan serigala dari anjing domestik
dapat dibantahkan karena perbandingan genetik besar yang membedakan keduanya.
Akhirnya, pada zaman Pliocene, bentuk anjing sudah seperti yang ada saat ini.Zaman ini
terjadi pada 5-7 juta tahun silam (hewan ini sudah berjalan dengan empat kaki). Salah satu
jarinya pun mengalami perubahan taji. Pada saat periode ini, ditemukan etruscan. Menurut
hasil penelitian.elrusan merupakan nenek moyang langsung dari anjing dan serigala Anjing
bersifat karnivora (pemakan daging).Kalau dirunut lebih jauh, anjing termasuk keluarga
Canidae, dan bersaudara dengan serigala, rubah, serta anjing rakun. Ciri-ciri keluarga ini
antara lain tubuhnya kecil memanjang, telinga dan moncongnya runcing. Selain indera
penciumannya tajam, anjing dapat berlari jauh lebih cepat dari pada binatang karnivora lain.
Di samping itu,kemampuan berenangnya juga termasuk ciri khas dan semua anggota
keluarga. (Koler, 2002). Tidak semua pemilik anjing memiliki pengetahuan tentang
bagaimana merawat anjing dengan baik. Apabila anjingtidak dirawat dengan baik, maka akan
berdampak buruk bagi kondisi kesehatan anjing dan dapat terserang penyakit menular
sehingga dapat menyebabkan kematian, baik terhadap anjing yang menularkan maupun yang
ditularkan.
Pemilik anjing membutuhkan bantuan seorang pakar untuk mengatasi masalah
tersebut yaitu dokter hewan. Dikarenakan keberadaan dokter hewan yang terbatas dan tidak
selalu ada setiap saat, maka diperlukan suatu alternatif yang dapat memberikan kemudahan
dan memiliki kemampuan layaknya seorang dokter hewandalam mendiagnosa penyakit
menular yang diderita oleh anjing peliharaannya. Sampai sekarang ternyata sebagian besar
dari para pecinta anjing tersebut terkadang tidak tahu penyakit apa yang sedang dialami oleh
anjing mereka, bahkan banyak dari mereka yang tidak tahu bahwa anjing mereka sedang
sakit, yang akibatnya berujung pada kematian karena penanganan yang terlambat. Ada juga
pemilik yang mengobati sendiri anjingnya, tanpa mengetahui dengan jelas terlebih dahulu apa
penyakit yang sedang dideritanya. (Himawan, Alfian,dkk)
B. Manfaat diadakan praktikum
Setelah melakukan praktikum ini, kami dapat mengetahui cara handling, restraint dan
cara pemeriksaan pada hewan kesayangan, serta mengetahui cara mendiagnosa untuk
menentukan gejala-gejala penyakit yang menyerang hewan kesayangan, khususnya anjing.
III. TINJAUAN PUSTAKA
1) Pengertian tentang diagnosa klinik

Diagnosa klinis merupakan rangkaian pemeriksaan medis terhadap kondisi fisik suatu
hewan atau struktur lain yang terdapat pada tubuh suatu hewan hewan untuk mendapatkan
kesimpulan berupa diagnosis sekaligus pemeriksaan dengan menggunakan alat bantu
diagnostika sebagai pelengkap untuk mendapatkan peneguhan diagnosis (Widodo, 2011).
Diagnosis merupakan istilah teknis (terminology) yang diadopsi dari bidang medis. Diagnosis
dapat diartikan sebagai:
1) Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness,disease) apa
yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama
mengenai gejala-gejalanya (symptoms).
2) Studi yang seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan
karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial.
3) Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang seksama atas gejala-
gejala atau fakta tentang suatu hal
Dari ketiga pengertian tersebut diatas, dapat disimpulkan bawa didalam konsep diagnosis,
secara emplisit terdapat pula konsep prognosisnya. Dengan demikian, didalam pekerjaan
diagnosis bukan hanya sekedar mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya serta latar
belakang dari suatu kelemahan atau penyakit tetentu, melainkan juga mengimplikasikan suatu
upaya untuk meramalkan (predicting) kemungkinan dan menyarankan tindakan
pemecahannya. Untuk menentukan diagnosis penyakit suatu hewan perlu diketahui terlebih
dahulu rekam medik dan ciri-ciri fisik normalnya, sebelum kemudian dilakukan pemeriksaan
fisik yang memerlukan instrumen penunjang.
Tata cara pemeriksaan fisik hewan dapat dilakukan dengan catur indera pemeriksa,
yakni dengan penglihatan, perabaan, pendengaran, serta penciuman (pembauan) antara lain
dengan cara inspeksi, palpasi atau perabaan, perkusi atau mengetuk, auskultasi atau
mendengar, mencium atau membaui, mengukur dan menghitung, pungsi pembuktian, tes
alergi, pemeriksaaan laboratorium klinik serta pemeriksaan dengan alat diagnostik lain
(Widodo, 2011).
2) Pengertian mengenai antara lain :
a. Regristrasi (nama pemilik, macam hewan, signalemen, dan perlengkapan)
Signalmen selalu dimuat di dalam pembuatan surat laksana jalan atau surat jalan bagi
hewan yang akan dibawa dari satu tempat ke tempat lain (pindah provinsi atau antar pulau
atau ke luar negeri) dan menerangkan sebenar-benarnya bahwa hewan dengan ciri-ciri yang
tertuamg dalam dokumen tersebut berasal dari tempat yang tertuang pada surat jalan hewan.
Fungsi lain dari sinyalemen hewan adalah pencantuman status kesehatan hewan di surat
keterangan sehat atau surat status vaksinansi yang telah dijalaninya sesuai dengan ciri-ciri
hewan dimaksud dalam surat tersebut (Pratiwi Rezky A, Dkk. 2015).

b. Anamnesa :

Anamnesis atau history atau sejarah hewan adalah berita atau keterangan atau lebih
tepatnya keluhan dari pemilik hewan mengenai keadaan hewannya ketika dibawa dating
berkonsultasi untuk pertama kalinya, namun dapat pula berupa keterangan tentang sejarah
perjalanan penyakit hewannya jika pemilik telah sering dating berkonsultasi (Widodo, 2011).

c. Status Praesens :
Pemeriksaan fisik yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan pemeriksaan
kondisi fisik dari pasien. Pemeriksaan fisik meliputi :

5. Inspeksi, yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat/memperhatikan


keseluruhan tubuh pasien secara rinci dan sistematis.
6. Palpasi, yaitu pemeriksaan fisik dengan cara meraba pada bagian tubuh yang terlihat
tidak normal.
7. Perkusi, yaitu pemeriksaan fisik dengan mengetuk daerah tertentu dari bagian tubuh
dengan jari atau alat, guna kemudian mendengar suara resonansinya dan meneliti
resistensinya.
8. Auskultasi, yaitu pemeriksaan fisik dengan mendengarkan bunyi-bunyi yang terjadi
karena proses fisiologi atau patoligis di dalam tubuh, biasanya menggunakan alat bantu
stetoskop (Widodo et al., 2011).
1. Keadaan umum
Keadaan umum dari hewan itu sendiri meliputi perawatan, habitus/tingkah laku, gizi,
pertumbuhan badan, sikap berdiri, suhu tubuh, frekuensi nadi dan frekuensi nafas (Pratiwi
Rezky A, Dkk. 2015).
2. Frekuensi nafas, pulsus dan temperatur
Berikut data fisiologis anjing:
a. Suhu
Suhu normal anjing rata-rata 38.5-39.5oC
b. Denyut jantung
• Adult dog: 70 sampai 160 kali per menit
• Giant breed: 180 sampai kali per menit.
• Toybreed : >80 kali per menit
• Puppies :>220 kali per menit
c. Pulsus
Frekuensi pulsus normal anjing antara 80-160 kali/menit
d. Nafas
Frekuensi nafas normal pada anjing berkisar antara 12-40 kali per menit
3. Pemeriksaan kulit dan rambut
Turgor kulit, disebut pula elastisitas kulitatau kepegasan atau kelenturan kulit dipengaruhi
oleh kandungan air di dalam kulit.Turgor kulit diperiksa dengan cara menarik kulit ke luar
(terangkat) atau mencubit kulit (leher dorsal, punggung atau dada) keatas sebentar dan
setelah itu melepaskannya Turgor kulit pada hewan sehat sangat baik dalam hitungan detik
(kurang lebih 2-3 detik) setelah cubitan kulit telah kembali ke posisi datar semula (Pratiwi
Rezky A, Dkk. 2015)
4. Pemeriksaan selaput lendir
Gusi umumnya bewarna merah mudah. Warna putih, lavender, abu-abu atau biru
menunjukkan bahwa peredaran darah hewan peliharaan tidak dalam kondisi baik.
Indikator lain yakni aliran jantung atau darah hewan peliharaan tidak normal termasuk
pulsus menurun atau tidak ada dan detak irama jantung yang abnormal(Pratiwi Rezky A,
Dkk. 2015).
Membran mukosa tampak anemia (warna pucat) dan lembek menandakan indikasi anemia.
Intensitas warna conjunctiva dapat menunjukkan kondisi peradangan akut seperti enteritis,
encephalonitis dan kongesti pulmo akut. Cyanosis (warna abu- abu kebiruan) dikarenakan
kekurangan oksigen dalam darah, kasusnya berhubungan dengan pulmo atau sistem
respirasi.Jaundice (warna kuning) karena terdapatnya pigmen bilirubin yang menandakan
terdapatnya gangguan pada hepar. Hiperemi (warna pink terang) adanya hemoragi
petechial menyebabkan hemoragi purpur (Pratiwi Rezky A, Dkk. 2015).
5. Pemeriksaan kelenjar limfe
Di dalam rongga dada dan dilindungi oleh tulang rusuk, tempat jantung dan paru-paru.
Rongga perut berisi lambung, usus kecil, usus besar, hati, kantong empedu, limpa, ginjal,
kelenjar adrenal, pankreas dan kandung kemih (Anonim, 2011).
6. Pemeriksaan pernafasan
a. Tipe Pernapasan
Tulang rusuk dan otot dada, bersama dengan diafragma, bertindak sebagai embusan
sebuah udara yang bergerak ke dalam dan keluar dariparu-paru.
b. Ritme Penapasan dan Intensitas
Pastikan dinding dada hewan peliharaan mengembang dan mengempis, perlahan-lahan
dan mudah. Tanda-tanda gangguan pernapasan termasuk kepala diperpanjang atau
leher, keras atau suara yang tidak biasa saat bernapas, sedikit atau tidak ada pergerakan
dinding thorax saat bernapas, dan frekuensi pernapasan meningkat ( lebih dari 40-50
napas / menit ketika tidak terengah-engah.
7. Pemeriksaan peredaran darah
Anjing dewasa memiliki denyut nadi normal 140-240 denyut per menit. Denyut nadi harus kuat,
stabil, dan teratur. Sebuah pulsus cepat menunjukkan eksitasi,demam, anemia, kehilangan darah,
dehidrasi, shock, infeksi, stroke panas, atau hati (dan paru-paru) penyakit. Sebuah pulsus lambat
menunjukkan penyakit jantung, tekanan padaotak, hipotermia, atau kondisi yang tidak wajar canggih
yang menyebabkan runtuhnya sirkulasi (Widodo, Setyo. 2011).
8. Pemeriksaan pencernaan
Meraba perut mulai gerakan dari tengkorak sampai ekor dan dari arah dorsal ke ventral. Beberapa
hewan tidak merasakan sakit, otot-otot perut tegang dalam menanggapi pemeriksaan. Gunakan ujung
jari untuk merasakan ukuran dan bentuk dari organ atau untuk mendeteksi massa apapun. Perhatikan
setiap distensi abdomen, nyeri jelas, atau massa. Hati adalah organ yang paling kranial dan biasanya
tidak dapat diraba adalah normal . Ginjal di perut dorsocranial. Ginjal kanan lebih kranial dari kiri;
Oleh karena itu, hanya akhir ekor dapat dirasakan. ginjal anjing yang lebih bebas bergerak daripada
anjing. Pada anjing, setiap ginjal biasanya dapat digenggam dengan lembut dan teraba seluruhnya.
Limpa terletak di sisi kiri perut. Ekornya bisa dirasakan tergeletak di dasar perut Untuk palpasi usus,
palpasi seluruh rongga perut. Awalnya, menggunakan satu tangan di anjing kecil dan anjing,
membawa jari bersama-sama bagian punggung dan lembut memindahkan mereka bagian perut
(Mitchell, Natasha. 2012.).
9. Pemeriksaan kelamin dan perkencingan
Sistem genitalia jantan terdiri atas sepasang testis berikut epididymis, vesikula seminalis,
prostat, sepasang kelenjar bulbourethralis dan penis.Scrotum anjing terletak di tengah-tengah
di antara region inguinal dan anus. Gland penis pada anjing adalah bagian silinder distal yang
mencakup umbi dan bagian kepala yang panjang, Permukaan gland penis dan anjing memilki
tekstu yang bergerigi. Scrotum anjing terletak di tenga-tengah diantara regio inguinal dan anus.
Pemeriksaan fisik sistem genitalia anjing sebagai salah satu organ dalam ragawi hewan memiliki arti
yang sama besarnya dengan hasil pemeriksaan alat dan sistem ragawi lainnya. Sistem genitalia ini
juga dapat berinteraksi dengan alat dan sistem ragawi lainya di ragawi hewan (Mitchell, Natasha.
2012).
10. Pemeriksaan syaraf
Sistem sensibilitas terdiri atas (Gorrel, Gena K. 2009):
1. Sensibilitas permukaan (exteroceptif) : rasa raba, halus, nyeri, suhu
2. Sensibilitas dlm (proprioceptif) : rasa sikap, getar nyeri dalam (dari struktur otot, lig, fasia &
tulang)
3. Fungsi kortikal u/ sensibilitas : stereognosis, pengenalan 2 titik, pengenalan bentuk rabaan.
11. Pemeriksaan anggota gerak
Ketika beristirahat dalam posisi berdiri, extremitas menumpu atau menyangga berat badan, kepala,
leher dan columna vertebralis. Kekuatannya ditentukan oleh suatu bentuk atau struktur kaki-kaki dan
posisi badan. Bentuk kaki-kaki sangat berbeda di antara spesies dan antar ras dalam spesies yang
sama. Dokter hewan harus memahami ada tidaknya perubahan tentang anatomi kaki-kaki pada setiap
spesies dan ras, terutama yang menyangkut perubahan patologis nantinya, misalkan deformitas
pertumbuhan, patah tulang atau kontraksi otot-otot. Secara umum bentuk belakang anjing hampir
sama bentuknya. Perbedaan akan terlihat bila melihat posisi kaki belakangnya. Ada beberapa istilah
bentuk penampakan bagian belakang anjing. Bentuk barrel hocked hind quarters yaitu dari pinggul
hingga kaki tegak lurus. Sementara bila kedua kaki belakang tertekuk ke arab luar sehingga tampak
lebar mirip kaki belakang sapi disebut cow hocked. Kebalikannya disebut narrow( Guold, Sue. 2014).
12. Diagnosa
Mendiagnosis penyakit-penyakit pada anjing dengan menggunakan metode naive bayes. Metode
naive bayes merupakan metode yang digunakan memprediksi probabilitas. Sedangkan klasifikasi
bayes adalah klasifikasi statistic yang dapat memprediksi kelas suatu anggota probabilitas (Fhadli,
Muhammad. 2017).
13. Prognosa
Ramalan atau gambaran jalannya penyakit (Susanty, 2004):

1. fausta ; kearah baik/sehat/nilai kesembuhan > 50%

2. dubius ; ragu-ragu/nilai kesembuhan 50%

3. infausta ; kearah jelek/nilai kesembuhan < 50 %

14. Terapi atau pengobatan

Keberhasilan tindakan kuratif bergantung pada temperatur, nutrisi, terapi cairan dan kondisi
kandang, perawatan penyakit secara higienis, serta pengobatan dengan dosis dan jenis obat
yang spesifik. (Saputra, Eko. 2014)

IV. MATERI DAN METODE


A. Materi : Meja periksa, stetoskop, termometer, palu perkusi dan penlight
B. Metode: Inspeksi atau adspeksi, palpasi dan auskultasi

V. PEMBAHASAN

A Registrasi
Nama Pemilik : Victor

Alamat Pemilik : Jl Dukuh Kupang XXX No. 19B

Macam Hewan : Anjing

Nama Hewan : Mocca

Signalmen : Betina, umur 4 bulan, warna coklat putih


B Anamnesa

Belum vaksinnn, sudah pernah suntik ivermectin, urinasi dan defekasi normal,
hewan dipelihara di dalam rumah
C Status Praesens
1. Keadaan Umum :

Kondisi tubuh : sedang


Ekspresi muka : Biasa
Sifat atau watak setiap anjing berbeda.Hal ini
tergantung dari pribadi anjing itu sendiri atau
jenisnya. Anjing memiliki sifat pemberani yang
membuatnya bertahan meskipun tanpa dorongan
atau pun bantuan dari pihak lain terhadap
bahaya baik dalam kondisi yang sebenarnya
atau di rekayasa,seperti menggoda (Budiana
N.S. 2008).

2. Frekuensi

Pernafasan :

Frekuensi napas : 120 kali / menit


Pastikan dinding dada hewan peliharaan
mengembang dan mengempis, perlahan-lahan
dan mudah. Tanda-tanda gangguan pernapasan
termasuk kepala diperpanjang atau leher, keras
atau suara yang tidak biasa saat bernapas,
sedikit atau tidak ada pergerakan dinding thorax
saat bernapas, dan frekuensi pernapasan
meningkat ( lebih dari 40-50 napas / menit
ketika tidak terengah-engah (VCA. 2011).

Pulsus : 80 kali / menit

: Temperatur 38,8 °C
Temperatur Suhu normal anjing rata-rata 38.5-39.5oC
(Eldredge, dkk 2007).
3. Pemeriksaan

: Turgor normal
Turgor kulit, disebut pula elastisitas kulit atau
kepegasan atau kelenturan kulit dipengaruhi
oleh kandungan air di dalam kulit.Turgor kulit
diperiksa dengan cara menarik kulit ke luar
(terangkat) atau mencubit kulit (leher dorsal,
punggung atau dada) keatas sebentar dan setelah
itu melepaskannya Turgor kulit pada hewan
sehat sangat baik dalam hitungan detik (kurang
lebih 2-3 detik) setelah cubitan kulit telah
kembali ke posisi datar semula. Anjing yang
berpostur atletis dapat jelas terlihat dengan
Kulit
sedikit timbunan lemak dibawah kulitnya seperti
Dobermann pincher, Mini pincher, Gembala
jerman, Golden retriever dan lain-lain.Turgor
kulit seekor hewan jelek berarti kandungan air
di kulit menurun, lipatan kulit hasil cubitan akan
memerlukan waktu lebih lama untuk kembali
mendatar ke posisi semula. Turgor kulit dapat
berkurang atau menurun disebabkan oleh
penyakit-penyakit kulit kronis seperti ecsema,
scabies atau iritasi tekanan pada kulit untuk
waktu yang lama dan juga pada penyakit-
penyakit yang menyebabkan gangguan umum
seperti pada tuberkulosis (Pathan M. M.2011).
Rambut :
Tidak rontok

Selaput Lendir : Penampakan conjunctiva tampak pucat.


Membran mukosa tampak anemia (warna pucat)
dan lembek menandakan indikasi anemia.
Intensitas warna conjunctiva dapat
menunjukkan kondisi peradangan akut seperti
enteritis, encephalonitis dan kongesti pulmo
akut. Cyanosis (warna abu- abu kebiruan)
dikarenakan kekurangan oksigen dalam darah,
kasusnya berhubungan dengan pulmo atau
sistem respirasi.Jaundice (warna kuning) karena
terdapatnya pigmen bilirubin yang menandakan
terdapatnya gangguan pada hepar. Hiperemi
(warna pink terang) adanya hemoragi petechial
menyebabkan hemoragi purpur (Eldredge, dkk.
2007)
konjungtiva anjing pada saat praktikum adalah
normal
CRT (capilary refil time) juga pada praktikum
kali ini normal yaitu kurang dari sama dengan 2
detik.
Gusi umumnya bewarna merah mudah. Warna
putih, lavender, abu-abu atau biru menunjukkan
bahwa peredaran darah hewan peliharaan tidak
dalam kondisi baik. Indikator lain yakni aliran
jantung atau darah hewan peliharaan tidak
normal termasuk pulsus menurun atau tidak ada
dan detak irama jantung yang abnormal (VCA.
2011).

:
Kelenjar limfe : pemeriksaan palpasi pada
Kelenjar Limfa mandibulris dan femuralis tidak ditemukan
pembengkakan.

: Pada praktikum kali ini pemeriksaan pernafasan


anjing normal vesicular secara
thoracoabdominal.
Pernafasan Tulang rusuk dan ototdada, bersama dengan
diafragma, bertindak sebagai embusan sebuah
udara yang bergerak ke dalam dan keluar
dariparu-paru (Eldredge, dkk. 2007).
: Pada praktikum kali ini pemeriksaan peredaran
darah pada anjing mendapatkan hasil sistol
Peredaran Darah diastole dapat dibedakan.

Detak jantung normal dibagi menjadi dua suara


yang terpisah. Yang pertama adalah LUB,
diikuti oleh sedikit jeda, dan kemudian.Suara
lub disebabkan oleh penutupan katup tricuspid
dan mitral (atrioventrikular) yang memungkin-
kan aliran darah dari serambi jantung (atria) ke
bilik jantung (ventricle) dan mencegah aliran
darah membalik. Suara dub disebut suara
jantung kedua (S2) dan disebabkan oleh
penutupan katup semilunar (aortic dan
pulmonary) yang membebaskan darah ke sistem
sirkulasi paru-paru dan sistemik. Ketika suara
jantung dapat didengar di seluruh dada, berarti
jantung mengalami perbesaran (Eldredge, dkk.
2007).

: Rongga mulut normal tidak berbau. Anus


Pencernaan
dan Usus normal
: Ginjal normal, vulva normal, VU kosong
Kelamin dan Urinasi
sudah urinasi
Saraf :

Normal, pupil mengecil saat diterangi


cahaya, refleks patela normal
Anggota Gerak :

Berdiri normal, berjalan dengan empat kaki

4. Diagnosa : Sehat

5. Prognosa : Fausta

6. Terapi atau Pengobatan Tidak diperlukan

VI. KESIMPULAN
Anjing mocca kondisinya baik, semua fungsi tubuh bekerja dengan normal.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Alang, S., M., H.,(2015). Urgensi Diagnosis dalam Mengatasi Kesulitan Belajar. Jurnal
Bimbingan Penyuluhan Islam, 2 (1). 1-14.
Koler, Janice and Matznick. 2002. The Origin of the Dog Revisited. USA.
Anthrozoös 15(2): 98 – 118.

Himawan, A., Hidayat, N., Ananta, T., M.,(2018). Diagnosis Penyakit Hewan Pada Anjing
Dengan Menggunakan Metode Naive Bayes. Jurnal Pengembangan Teknologi
Informasi dan Ilmu Komputer. 2 (10), 4290-4295

Widodo, Setyo. 2011. Diagnostik Klinik Hewan Kecil. Bogor : IPB Press
Anonim. 2011. Feline Basic Education USA : Internasional Boarding & Pet Service
Association.
Eldredge, Debra M. 2007. Cat's Owner, Home Veterinary Handbook (3rd edition). Woley
Publishing, inc., Hoboken, New Jersey.
N adriana lola, Milasari M, Massale R, Riswulan. Pemeriksaan Klinis Pada Kucing.
Universitas Hasanuddin
Widodo, Setyo. 2011. Diagnotik Klinik Hewan Kecil. Bogor : IPB Press.
LAPORAN TOTAL PRATIKUM DIAGNOSA KLINIK VETERINER

III. ACARA PRATIKUM KE-3

PEMERIKSAAN PADA ULAR PHYTO

KELOMPOK B3 :

Martinus Cresentis Marto 17820036

Ferrini Kasy 17820038

Novia Paramitha Rochmawahyu 17820040

L. M. Rakyan Farizi 17820042

I Gede Mardawa B.S 17820045

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM VETERINER


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2019
I. TUJUAN
Untuk Mengetahui tentang cara Pemeriksaan dan mendiagnosa penyakit pada hewan
liar secara aman tanpa melukai diri sendiri, khususnya hewan ular, dengan menggunakan
prosedur yang telah dijelaskan
II. PENDAHULUAN
A Latar belakang diadakan praktikum
Indonesia menempati peringkat ketiga tertinggi di dunia sebagai negara yang
memiliki kekayaan jenis reptil, karena memiliki lebih dari 600 jenis (Bappenas, 1993). Jenis
reptil yang dimiliki berasal dari ordo Testudinata, Squamata, dan Crocodylia (Halliday dan
Adler, 2000). Keberadaan reptil pada suatu ekosistem memberikan peranan dalam suatu
mata rantai untuk menjaga keseimbangan ekosistem, karena reptil merupakan karnivora pada
rantai makanan (Tajalli, et al., 2012). Saat ini reptil mengalami penurunan dalam skala
global, disebabkan enam macam yang signifikan dalam mempengaruhi kepunahan reptil
yaitu kehilangan habitat, degradasi, introduksi, polusi lingkungan, penyakit, penggunaan
yang tidak terduga dan perubahan iklim global (Tajalli, et al., 2012).
Salah satu reptil yang terancam punah adalah ular. Ular adalah satu dari beberapa jenis
reptil yang keberadaannya dilindungi oleh pemerintah, karena sebagian besar dari beberapa
spesies ular ini telah terancam hidupnya. Ular termasuk satwa eksotis yang belakangan ini
banyak diburu untuk diperjual-belikan maupun sekedar untuk dijadikan hewan peliharaan.
Hewan ini memiliki peranan penting dalam menjaga stabilitas biota. Ular digolongkan
menjadi dua jenis, yaitu venomous (memiliki racun) dan nonvenomous (tidak memiliki
racun). Salah satu ular yang tidak memiliki racun yaitu ular Python reticulatus. Ular Python
reticulatus mendiami hutan hujan tropis lembab (Mattison 1999). Ular ini sangat bergantung
pada air dan dapat ditemukan di areal sungai kecil atau kolam. Ular membutuhkan
lingkungan tropis dengan suhu berkisar < 37,8oC. Makanan utama dari ular Python
reticulatus adalah mamalia kecil, burung dan reptil lainnya seperti biawak. Ular Python
reticulatus yang masih kecil bisa memangsa mencit (tikus putih), kodok dan kadal, sedangkan
yang berukuran besar sering memangsa ayam, anjing, monyet, babi hutan, rusa, dan bahkan
manusia yang berada dekat dengan ular tersebut (Murphy dan Henderson, 1997; Mattison,
1999; Shine, et al., 1999).
Saat ini pemanfaatan ular tidak hanya terbatas sebagai hewan pertunjukan,
pengobatan, makanan dan bahan baku pabrik tetapi juga sebagai hewan kesayangan (pet
animal) dan dalam pemeliharaan inilah terkadang muncul beberapa kendala seperti masalah
kesehatan, perilaku, pakan, reproduksi dan obat-obatan. Pada umumnya ular Python
reticulatus dipelihara sebagai hewan kesayangan, karena memiliki pola warna yang menarik,
tidak beracun, serta memiliki kemampuan adaptasi yang baik sehingga cara pemeliharaannya
mudah. Selain sebagai hewan kesayangan, ular Python reticulatus dipelihara dengan tujuan
melestarikannya. Makanan yang diberikan pada ular Python reticulatus ini sangat bervariasi
tergantung dari bobot badan ular tersebut, diantara yaitu pemberian mencit (tikus putih),
kadal, kodok dan ayam. Ada beberapa kendala yang sering dihadapi oleh para pecinta ular
Python reticulatus dalam pemeliharannya, salah satu masalah yang dihadapi yaitu masalah
kecacingan yang menyebabkan menurunnya nafsu makan sehingga lambat laun ular dapat
mengalami kematian ( Telnoni,F.,dkk, 2016).
B. Manfaat diadakan praktikum

Setelah melakukan praktikum ini, kami dapat mengetahui cara handling, restraint dan
cara pemeriksaan pada hewan liar yang aman, serta mengetahui cara mendiagnosa untuk
menentukan gejala-gejala penyakit yang menyerang hewan liar.

III. TINJAUAN PUSTAKA


1) Pengertian tentang diagnosa klinik
Diagnosa klinis merupakan rangkaian pemeriksaan medis terhadap kondisi fisik suatu
hewan atau struktur lain yang terdapat pada tubuh suatu hewan hewan untuk mendapatkan
kesimpulan berupa diagnosis sekaligus pemeriksaan dengan menggunakan alat bantu
diagnostika sebagai pelengkap untuk mendapatkan peneguhan diagnosis (Widodo, 2011).
Diagnosis merupakan istilah teknis (terminology) yang diadopsi dari bidang medis. Diagnosis
dapat diartikan sebagai:
1) Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness,disease) apa
yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama
mengenai gejala-gejalanya (symptoms).
2) Studi yang seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan
karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial.
3) Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang seksama atas gejala-
gejala atau fakta tentang suatu hal
Dari ketiga pengertian tersebut diatas, dapat disimpulkan bawa didalam konsep diagnosis,
secara emplisit terdapat pula konsep prognosisnya. Dengan demikian, didalam pekerjaan
diagnosis bukan hanya sekedar mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya serta latar
belakang dari suatu kelemahan atau penyakit tetentu, melainkan juga mengimplikasikan suatu
upaya untuk meramalkan (predicting) kemungkinan dan menyarankan tindakan
pemecahannya. Untuk menentukan diagnosis penyakit suatu hewan perlu diketahui terlebih
dahulu rekam medik dan ciri-ciri fisik normalnya, sebelum kemudian dilakukan pemeriksaan
fisik yang memerlukan instrumen penunjang.
Tata cara pemeriksaan fisik hewan dapat dilakukan dengan catur indera pemeriksa,
yakni dengan penglihatan, perabaan, pendengaran, serta penciuman (pembauan) antara lain
dengan cara inspeksi, palpasi atau perabaan, perkusi atau mengetuk, auskultasi atau
mendengar, mencium atau membaui, mengukur dan menghitung, pungsi pembuktian, tes
alergi, pemeriksaaan laboratorium klinik serta pemeriksaan dengan alat diagnostik lain
(Widodo, 2011).
2) Pengertian mengenai antara lain :
a. Regristrasi (nama pemilik, macam hewan, signalemen, dan perlengkapan):
Signalmen selalu dimuat di dalam pembuatan surat laksana jalan atau surat jalan bagi
hewan yang akan dibawa dari satu tempat ke tempat lain (pindah provinsi atau antar pulau
atau ke luar negeri) dan menerangkan sebenar-benarnya bahwa hewan dengan ciri-ciri yang
tertuamg dalam dokumen tersebut berasal dari tempat yang tertuang pada surat jalan hewan.
Fungsi lain dari sinyalemen hewan adalah pencantuman status kesehatan hewan di surat
keterangan sehat atau surat status vaksinansi yang telah dijalaninya sesuai dengan ciri-ciri
hewan dimaksud dalam surat tersebut (Pratiwi Rezky A, Dkk. 2015).

b. Anamnesa :

Anamnesis atau history atau sejarah hewan adalah berita atau keterangan atau lebih
tepatnya keluhan dari pemilik hewan mengenai keadaan hewannya ketika dibawa dating
berkonsultasi untuk pertama kalinya, namun dapat pula berupa keterangan tentang sejarah
perjalanan penyakit hewannya jika pemilik telah sering dating berkonsultasi (Widodo, 2011).

c. Status Praesens :
Pemeriksaan fisik yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan pemeriksaan kondisi
fisik dari pasien. Pemeriksaan fisik meliputi :
• Inspeksi, yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat/memperhatikan
keseluruhan tubuh pasien secara rinci dan sistematis.
• Palpasi, yaitu pemeriksaan fisik dengan cara meraba pada bagian tubuh yang
terlihat tidak normal.
• Perkusi, yaitu pemeriksaan fisik dengan mengetuk daerah tertentu dari bagian
tubuh dengan jari atau alat, guna kemudian mendengar suara resonansinya dan
meneliti resistensinya.
• Auskultasi, yaitu pemeriksaan fisik dengan mendengarkan bunyi-bunyi yang
terjadi karena proses fisiologi atau patoligis di dalam tubuh, biasanya
menggunakan alat bantu stetoskop (Widodo et al., 2011).
1. Keadaan umum
Keadaan umum dari hewan itu sendiri meliputi perawatan, habitus/tingkah laku, gizi,
pertumbuhan badan, sikap berdiri, suhu tubuh, frekuensi nadi dan frekuensi nafas (Pratiwi
Rezky A, Dkk. 2015).
2. Frekuensi nafas, pulsus dan temperatur
Temperatur tubuh ular bersifat ectotherm (Underwood 1970). Kemampuan refleks
homeotermik pada ular kurang berkembang sehingga temperature tubuhnya mengalami
fluktuasi cukup besar mengikuti temperatur lingkungan (hewan poikilotermik). Sebagai satwa
ectotherm maka seluruh fungsi metabolisme ular bergantung temperatur lingkungan
(temperature-dependent) (Ross dan Marzec 1990). Menurut Funk (1996) ular memiliki
Prefered Optimum Temperatur Zone (POTZ); suatu temperatur tertentu di lingkungan yang
dapat mendukung keseluruhan fungsi metabolisme ular secara optimal. POTZ ular umumnya
27°-30°C dan bervariasi untuk beberapa spesies ular lain (Scott 1995). Spesies ular yang
berhabitat di daerah temperatur sedang (temperate spesies) memiliki POTZ pada suhu ± 24°C
sedangkan spesies ular tropis memiliki POTZ pada suhu ± 28°C (O’ Malley 2005).
Secara umum, nilai fisiologi pulsus normal ular berkisar antara 10 hingga 20 kali per
menit.Frekuensi pulsus dan respirasi ular dapat bervariasi tergantung kondisi lingkungan,
usia, spesies, dan status kesehatan (Nugent, 2005).
3. Pemeriksaan kulit dan rambut
Kulit Ular yang tidak sehat cenderung kering dengan turgor yang jelel. Perhatikan adanya
abnormalitas seperti kulit kering, melipat, sisik mengelupas saat ecdysis,luka, bekas luka,
benjolan bawah kulit dan abnormalitas lainnya seperti abses dan tumor. Ektoparasit
berukurankecil seringber sembunyidiantara sisik (Abror, 2012).
4. Pemeriksaan selaput lendir

Mendeteksi dehidrasi pada reptil sangat mirip dengan cara mendeteksi dehidrasi pada anjing
dan kucing. Pemeriksaan yang pertama adalah dengan memeriksa membrane mukosa. Namun
perlu diperhatikan dan diingat bahwa beberapa reptile terutama ular, memiliki membrane
mukosa dengan warna yang lebih pucat dari pada warna mukosa mamalia pada umumnya.
Indikasi lain yang menandakan dehidrasi adalah kulit yang mengkerut atau berkurang
elastisitasnya. (Aswindra, 2015)

5. Pemeriksaan kelenjar limfe


Palpasi limfoglandula padaular, dikarenakan struktur anatomi kulit dan tubuhnya, biasanya
parameter pemeriksaan ini tidak dilakukan secara mendetail sehingga biasanya diabaikan.
(Nugent, 2005)
6. Pemeriksaan pernafasan
c. Tipe Pernapasan
Tulang rusuk dan otot dada, bersama dengan diafragma, bertindak sebagai embusan
sebuah udara yang bergerak ke dalam dan keluar dariparu-paru.
d. Ritme Penapasan dan Intensitas
Pastikan dinding dada hewan peliharaan mengembang dan mengempis, perlahan-lahan
dan mudah. Tanda-tanda gangguan pernapasan termasuk kepala diperpanjang atau
leher, keras atau suara yang tidak biasa saat bernapas, sedikit atau tidak ada pergerakan
dinding thorax saat bernapas, dan frekuensi pernapasan meningkat (lebih dari 40-50
napas / menit ketika tidak terengah-engah.
7. Pemeriksaan peredaran darah
Ada dua jenis sistem peredaran darah: sistem peredaran darah terbuka, dan sistem peredaran darah
tertutup. sistem peredaran darah, yang merupakan juga bagian dari kinerja jantung dan jaringan
pembuluh darah (sistem kardiovaskuler) dibentuk. Sistem ini menjamin kelangsungan hidup
organisme, didukung oleh metabolisme setiap sel dalam tubuh dan mempertahankan sifat kimia dan
fisiologis cairan tubuh. Pertama, darah mengangkut oksigen dari paru-paru ke sel dan karbon dioksida
dalam arah yang berlawanan (lihat respirasi). Kedua, yang diangkut dari nutrisi yang berasal
pencernaan seperti lemak, gula dan protein dari saluran pencernaan dalam jaringan masing-masing
untuk mengonsumsi, sesuai dengan kebutuhan mereka, diproses atau disimpan. Metabolit yang
dihasilkan atau produk limbah (seperti urea atau asam urat) yang kemudian diangkut ke jaringan lain
atau organ-organ ekskresi (ginjal dan usus besar). Juga mendistribusikan darah seperti hormon, sel-sel
kekebalan tubuh dan bagian-bagian dari sistem pembekuan dalam tubuh (Hackbarth R. 1990).
8. Pemeriksaan pencernaan
Anak ular yang baru lahir memiliki cadangan makan dari induk untuk 2–3 minggu. Setelah itu anak
ular mulai mengalami molting dan defekasi sebagai tanda pencernaan mulai berfungsi dan mulai
membutuhkan pakan. Menurut Vladimir (2007), pemeriksaan pertama kali pada pakan adalah moment
penting. Prinsip utamanya adalah merangsang naluri memangsa pada anak ular sehingga diberikan
mangsa hidup (Vladimir 2007).
9. Pemeriksaan kelamin dan perkencingan
Pengecekan kelamin pada ular dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu Cara Probing , Cara Visual, Dan
Cara Poping (Naumann, G. O. H, L. Holbach dan F.E Kruse . 2008.):
a. CARA POPING yaitu dengan cara menekuk pangkal ekor dekat kloaka, disertai dengan
penekanan kantung hemipenis dari arah ekor ke arah depan. Jika terlihat hemipenisnya berarti ular
tersebut jantan, sedangkan jika hemipenisnya tidak terlihat berati betina.
b. CARA VISUAL yaitu dilakukan dengan cara melihat ukuran ekor ular. Ular jantan memiliki
ekor yang relatif lebih panjang dengan pangkal ekor besar. Sedangkan yang betina memiliki ekor
yang relatif lebih pendek dengan pangkal ekor yang lebih kurus. Ular jantan memiliki tubuh yang
lebih ramping dibandingkan dengan betina, ular jantan juga terkesan lebih agresif dibandingkan
dengan ular betina.
c. .CARA PROBING yaitu dilakukan dengan bantuan alat probe. Alat probe yang sudah
dilumasi dimasukan ke dalam kloaka sejajar tubuh dari arah ekor ke arah depan. Pada jantan alat
probe masuk 10-12 baris sisik, sedangkan pada betina masuk 2-3 baris sisik.
10. Pemeriksaan syaraf
Sistem sensibilitas terdiri atas (Gorrel, Gena K. 2009):
1. Sensibilitas permukaan (exteroceptif) : rasa raba, halus, nyeri, suhu
2. Sensibilitas dlm (proprioceptif) : rasa sikap, getar nyeri dalam (dari struktur otot, lig, fasia &
tulang)
3. Fungsi kortikal u/ sensibilitas : stereognosis, pengenalan 2 titik, pengenalan bentuk rabaan.
11. Pemeriksaan anggota gerak
Ular yang sehat idealnya badan membulat dengan tonus baik, dapat mengerakkan kepala dan badan
membulat dengan tonus baik dapat menggerakan badan kepala dan menjulurkan lidahnya . ular yan
sakit biasanya malas bergerak ,terlihat lemah,kurus, badan menyegitiga dengan rusuk yang
menonjol(fowwler,2008).
12. Diagnosa
Fraktur pada reptil sering dapat dihubungkan dengan gangguan metabolisme tulang (Ackerman 1995).
Namun, fraktur yang terjadi pada ketiga tempat studi lebih sering diakibatkan oleh trauma akibat cara
penangkapan, proses transportasi dan pengemasan yang buruk . Diagnosa penyakit ini berdasarkan
anamnesa ular terhadap kemungkinan kondisi-kondisi tersebut dan pengobatan awal dengan vitamin
B1 menunjukan respon yang bagus. Gangguan muskuloskletal pada ular ditandai dengan seizure,
konvulsi dan tremor. Hal ini berhubungan erat dengan disfungsi syaraf di SSP akibat malnutrisi dan
gangguan fungsi metabolisme yang disebabkan oleh hipoglisemia, hipokalsemia serta defisiensi biotin
dan tiamin atau dapat terjadi akibat: hipoksia; trauma kepala; septikemia; infeksi bakteri; viral dan
protozoal meningitis; neoplasia SSP; keracunan logam, insektisida dan obat antiparasit (Funk (1996).
13. Prognosa
Ramalan atau gambaran jalannya penyakit (Susanty, 2004):

1. fausta ; kearah baik/sehat/nilai kesembuhan > 50%

2. dubius ; ragu-ragu/nilai kesembuhan 50%

3. infausta ; kearah jelek/nilai kesembuhan < 50 %

14. Terapi atau pengobatan

1.Keberhasilan tindakan kuratif bergantung pada temperatur, nutrisi, terapi cairan dan kondisi
kandang, perawatan penyakit secara higienis, serta pengobatan dengan dosis dan jenis obat yang
spesifik. (Saputra, Eko. 2014 )

2.Selama masa karantina juga dilakukan pengobatan terhadap adanya penyakit infeksi dan perawatan
trauma.
3.Syarat utama pengobatan pada ular adalah dengan menaikan temperatur lebih hangat sehingga
mencapai maksimum POTZ, menjaga asupan nutrisi, memberikan terapi cairan, serta memperkecil
stress melalui kondisi kandang yang bersih dan tenang. Apabila syarat utama tidak terpenuhi maka
sistem imunitas tidak akan terbentuk dan bekerja secara optimal. Kondisi ini mengakibatkan
pengobatan menjadi tidak efektif, penyakit cenderung bertambah parah dan ular sulit untuk dapat
tertolong. Terapi cairan yang telah digunakan adalah larutan laktat ringer, ringer dekstrose, dan
larutan salin normal. Pemilihan penggunaan cairan tergantung kasus yang dihadapi(Yohana 2007).

IV. MATERI DAN METODE


A. Materi : Meja periksa, stetoskop, penlight, gloves dan masker hidung
B. Metode : Inspeksi atau adspeksi dan palpasi
V. PEMBAHASAN

A Registrasi
Nama Pemilik : Tio

Alamat Pemilik : Jl Dukuh Kupang XXX No. 19B

Macam Hewan : Ular

Nama Hewan : Phyto

Signalmen : Jantan, coklat motif


B Anamnesa

Kulit kering seperti dehidrasi, weakness, seperti tidak dalam kondisi normal
C Status Praesens
1. Keadaan Umum :

Kondisi tubuh : Normal


Ekspresi muka : Normal
Keadaan umum dari hewan itu sendiri
meliputi perawatan, habitus/tingkah
laku, gizi, pertumbuhan badan, sikap
berdiri, suhu tubuh, frekuensi nadi
dan frekuensi nafas(Pratiwi Rezky A,
Dkk. 2015).

2. Frekuensi

Pernafasan : 20 kali /menit

Pulsus : 20 kali /menit

: 22°C
Temperatur tubuh ular bersifat
ectotherm (Underwood 1970).
Kemampuan refleks homeotermik
pada ular kurang berkembang
sehingga temperatur tubuhnya
mengalami fluktuasi cukup besar
mengikuti temperatur lingkungan
Temperatur
(hewan poikilotermik). Sebagai satwa
ectotherm maka seluruh fungsi
metabolisme ular bergantung
temperatur lingkungan (temperature-
dependent) (Ross dan Marzec 1990).
Menurut Funk (1996) ular memiliki
Prefered Optimum Temperatur Zone
(POTZ); suatu temperatur tertentu di
lingkungan yang dapat mendukung
keseluruhan fungsi metabolisme ular
secara optimal. POTZ ular umumnya
27°-30°C dan bervariasi untuk
beberapa spesies ular lain (Scott
1995). Spesies ular yang berhabitat di
daerah temperatur sedang (temperate
spesies) memiliki POTZ pada suhu ±
24°C sedangkan spesies ular tropis
memiliki POTZ pada suhu ± 28°C
(O’ Malley 2005).

3. Pemeriksaan

: Pada praktikum ini pemeriksaan kulit


Kulit ular didapat kulit dehidrasi (kering)
dan ditemukan bekas luka pada
beberapa bagian tubuh ular.
Kulit Ular yang tidak sehat cenderung
kering dengan turgor yang jelel.
Perhatikan adanya abnormalitas
seperti kulit kering, melipat, sisik
mengelupas saat ecdysis,luka, bekas
luka, benjolan bawah kulit dan
abnormalitas lainnya seperti abses dan
tumor. Ektoparasit berukurankecil
seringber sembunyidiantara sisik.
(Abror, 2012)

: Pada praktikum kali ini pada


Pernafasan pemeriksaan pernapasan terdengar
baik tanpa kelainan.
: Peredaran darah pada praktikum pada
ular ini sistol dan diastol dapat
dibedakan.
Ada dua jenis sistem peredaran darah:
sistem peredaran darah terbuka, dan
sistem peredaran darah tertutup.
Peredaran Darah
sistem peredaran darah, yang
merupakan juga bagian dari kinerja
jantung dan jaringan pembuluh darah
(sistem kardiovaskuler) dibentuk.
Sistem ini menjamin kelangsungan
hidup organisme, didukung oleh
metabolisme setiap sel dalam tubuh
dan mempertahankan sifat kimia dan
fisiologis cairan tubuh. Pertama,
darah mengangkut oksigen dari paru-
paru ke sel dan karbon dioksida dalam
arah yang berlawanan (lihat respirasi).
Kedua, yang diangkut dari nutrisi
yang berasal pencernaan seperti
lemak, gula dan protein dari saluran
pencernaan dalam jaringan masing-
masing untuk mengonsumsi, sesuai
dengan kebutuhan mereka, diproses
atau disimpan. Metabolit yang
dihasilkan atau produk limbah (seperti
urea atau asam urat) yang kemudian
diangkut ke jaringan lain atau organ-
organ ekskresi (ginjal dan usus besar).
Juga mendistribusikan darah seperti
hormon, sel-sel kekebalan tubuh dan
bagian-bagian dari sistem pembekuan
dalam tubuh (Hackbarth R. 1990).

Pencernaan : Normal sudah defekasi

Kelamin dan Urinasi : Normal sudah urinasi

: Normal, hewan merespon dengan


Saraf baik setiap rangsangan yang
diberikan
Anggota Gerak :

Normal, bergerak dengan perutnya

4. Diagnosa : Dehidrasi

5. Prognosa : Fausta
Menempatkan hewan pada tempat
6. Terapi atau Pengobatan yang teduh, kering dan air untuk
minum
VI. KESIMPULAN
Ular phyto mengalami dehidrasi namun masih dalam taraf normal dan sehat.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Alang, S., M., H.,(2015). Urgensi Diagnosis dalam Mengatasi Kesulitan Belajar. Jurnal
Bimbingan Penyuluhan Islam, 2 (1). 1-14.
Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional [Bappenas].1993. Biodiversity Action Plan
for Indonesia.Ministry of Development Planning / National Development Planning
Agency. Jakarta. 141 hal.
Halliday T and Adler K. 2000. The Encyclopedia of Reptiles and Ampibians. New
SYork;Fcts on Facts file inc..
Mattison C. 1999. Snake. New York, NY: DK publishing, Inc.
Murphy J and Henderson R. 1997. Tales of Giant Snakes. Fl: Krieger publishing company.
Malabar.
Tajalli A, Wiradityo C, dan Wijaya IM. 2012. Reptil Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
dan Pemanfaatannya Secara Tradisional oleh Masyarakat Dayak. Kalimantan Barat.
Program Kreatifitas Mahasiswa. Depertemen Konservasi Sumberdaya Hutan.
Abror, Imam. 2012. Pemeriksaan Umum Pada Reptil : Ular dan Kura-Kura. Banda Aceh.
Universitas Syiah Kuala.
F Ciwi R I Z. 2007. Medik Konservasi Satwa Ular : Studi Kasus Di Taman Margasatwa
Ragunan, Taman Safari Indonesia dan CV Terraria. IPB.

Anda mungkin juga menyukai