Anda di halaman 1dari 3

BARTONELLOSIS/CAT SCRATCH DISEASE

Apakah Cat Scratch Disease (CSD) itu?


Penyakit ini didiagnosa pada manusia pada awal tahun 1900an. Penyakit ini disebabkan infeksi
oleh bakteri Bartonella Henselae. Kebanyakan orang terinfeksi CSD setelah digigit atau dicakar
kucing. walaupun penyakit ini dianggap penyakit ringan yang dapat sembuh dengan cepat tanpa
pengobatan, namun pada beberapa kasus dapat terjadi komplikasi yang cukup serius. Penyakit ini
ditemukan juga pada anjing.
Gejala CSD pada manusia
Dalam 7-12 hari bagian yang digigit/dicakar kucing akan terlihat seperti bisul kecil, memerah,
melepuh, atau bengkak berisi nanah. Setelah kurang lebih 1-3 minggu kelenjar getah bening akan
membengkak. Pada kelenjar getah bening akan membengkak di tempat2 yang dekat dg tempat
gigitan/cakaran kucing (contoh : apabila gigitan di lengan, maka kelenjar getah bening di ketiak
akan membengkak). Bagian ini mungkin akan terasa sakit bila ditekan. Pembengkakan ini
mungkin terjadi untuk beberapa minggu/bulan. Orang yang terinfeksi CSD akan merasakan
gejala mirip flu, demam, sakit kepala, nyeri otot dan hilangnya nafsu makan. Sebagian besar
orang akan sembuh dalam beberapa minggu, namun 5-15% kasus berkembang ke arah yang
lebih serius, misalnya problem jantung, mata, pencernaan dan kulit. Orang2 dengan daya tahan
tubuh rendah (pasien transplatasi organ tubuh, penderita kanker yang sedang menjalani
kemoterapi, pengidap HIV/AIDS) lebih sering terkena komplikasi akibat penyakit CSD ini.
Pengobatan CSD pada manusia
Pengobatan CSD dengan memberikan antibiotik. Terutama bagi orang yang mempunyai
kekebalan tubuh rendah, antibiotik ini sangat penting untuk mencegah infeksi sekunder.
pengobatan ini mungkin akan dijalankan selama beberapa bulan.
Penyebaran bakteri Bartonella Henselae
Ada pendapat bahwa Bartonella Henselae ditularkan pada kucing oleh kutu kucing (flea).
Bartonella Henselae ditemukan dalam jumlah yang signifikan di dalam kotoran (feces) kutu
kucing. Feces dilepaskan kutu kucing ke tubuh kucing, dan kucing menjilat dan menggaruk
bagian tersebut dengan kukunya. Feces kutu tersebut menempel pada mulut dan kuku kucing.
Manusia terinfeksi lewat gigitan dan cakaran kucing. Kucing akan membawa bakteri bartonella
selama 18 bulan.
Sejauh ini tidak ada bukti bahwa manusia terinfeksi CSD karena gigitan langsung dari kutu
kucing. Hasil riset menunjukkan kucing yang tinggal di daerah hangat dan lembab seperti di
Indonesia ini lebih sering terkena kutu. Menurut penelitian, anak kucing (kitten) lebih sering
menularkan penyakit ini pada manusia karena mereka sangat suka bermain (menggigit dan
mencakar). Anak2 lebih sering terkena penyakit ini dibanding orang dewasa karena anak2 lebih
sering bermain kasar dengan kucing.

Gejala pada kucing


Kucing dengan Bartonellosis tidak menunjukkan gejala yang berarti. Apabila ada gejala,
biasanya sangat ringan dan akan sembuh tanpa pengobatan, sama seperti pada manusia.
Walaupun demikian, hasil studi mengindikasikan mungkin ada hubungan antara penyakit ini
dengan beberapa kasus peradangan kronis pada kucing seperti radang gusi (gingivitis), radang
perut (stomatitis), IBD (Inflamatorry Bowel Disease), masalah2 pada mata dan UTD (Urinary
Tract Disease). Masih diperlukan riset lebih lanjut untuk memastikan hal ini.
Mendeteksi Bartonella
Karena sebagian besar kucing tidak menunjukkan gejala, hanya sedikit sekali orang yang
meminta tes Bartonella. Orang2 yang berisiko tinggi terkena Bartonella sebaiknya meminta tes
untuk memastikan kucingnya bersih dari Bartonella. Beberapa tes yang dapat dilakukan untuk
mendeteksi Bartonella diantaranya kultur darah, PCR (Polymerase Chain Reaction), EIA
(Enzyme Aminoassay), IFA (Immunofluoroscent Antibody) dan Western Blot. Konsultasikan
dengan dokter hewan tes2 yang mungkin dilakukan di daerah tempat anda tinggal.
Pengobatan Bartonellosis untuk kucing
Bartonella dapat terlihat seolah2 sudah bersih dalam aliran darah kucing, tapi kemudian muncul
kembali. Walaupun demikian, pemakaian antibiotik secara rutin untuk pengobatan maupun
pencegahan tidak dianjurkan. Dari sekian banyak antibiotik yang sudah diujikan, belum ada yang
benar - benar dapat menghilangkan penyakit ini sampai tuntas. Sebagian peneliti menganjurkan
Azithromycyn. Pembasmian rutin kutu dan pinjal pada tubuh dan lingkungan sekitar kucing
sangat membantu mengatasi penyakit ini. Tes2 lanjutan juga diperlukan untuk memastikan
penyakit ini benar2 tuntas.
Mengurangi resiko terkena CSD
1. Selalu menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan sekitar kucing dari kutu dan pinjal.
2. Hindari bermain kasar dengan kucing terutama dengan anak kucing (kitten)
3. Segera mencuci bekas gigitan/cakaran kucing dengan sabun dan air yang banyak,
selanjutnya diberi salep/cairan antiseptik.
4. Rutin memotong kuku kucing, jangan dibiarkan panjang & tajam.
5. Tidak memperbolehkan kucing menjilat luka terbuka di tubuh anda.
6. Segera ke dokter apabila terdapat tanda2 infeksi pada bekas gigitan/cakaran kucing atau
gejala seperti, demam, pusing, pembengkakan kelenjar getah bening, dan letih/lelah.

7. Orang2 dengan kekebalan tubuh yang rendah dan ingin mengadopsi kucing sebaiknya
memilih kucing dewasa dari lingkungan yang bersih dan bebas kutu/pinjal. Sebelum
kucing dibawa pulang sebaiknya dites Bartonella terlebih dahulu.

Anda mungkin juga menyukai