Anda di halaman 1dari 11

PEMERIKSAAN FISIK HEWAN

Gambar 1. Kucing Leo

Anamnesa

Kucing berjenis kelamin jantan bernama Leo datang ke Animal Clinic Jakarta
pada tanggal 20 Juli 2019. Kucing di bawa oleh pemiliknyanya dengan keadaan
lemas dan bagian abdomen membesar dan berisi cairan atau ascites. Menurut
client, pasien hanya makan dan minum sedikit. Kondisi ini sudah terjadi sekitar
satu bulan. Pasien sebelumnya sudah dibawa dokter hewan di daerah Karawang
dan sudah dilakukan uji menggunakan test kit terhadap Feline Infectious
Peritonitis (FIP). Hasil test menunjukan hasil negatif.

Signalement Hewan
Nama hewan : Leo
Jenis hewan : Kucing
Ras/Breed : DSH
Warna bulu dan kulit : Cokelat, hitam, abu, putih
Jenis kelamin : Jantan
Bobot badan : 2,4 kg
Umur : 7 bulan
Tanda khusus :-

Status Present
Keadaan Umum
Perawatan : Baik
Habitus/tingkah laku : Tulang punggung lurus
Gizi : Buruk
Pertumbuhan badan : Baik
Sikap berdiri : Berdiri dengan keempat kaki
Suhu : 38, 9 oC
Frekuensi napas : 36 kali/menit
Frekuensi jantung : 236 kali/menit
Capillary refill time : < 2 detik
(CRT)

Adaptasi Lingkungan : Baik


Sistem Integumen
Turgor kulit : > 3 detik
Kulit : Pucat
Rambut : Kasar

Kepala dan Leher


Ekspresi wajah : Lemas
Pertulangan kepala : Tegas, simentis
Posisi tegak telinga : Tegak keduanya
Posisi kepala : Tegak

Mata dan orbita kiri


Palpebrae : Membuka dan menutup sempurna
Cilia : Melengkung keluar sempurna
Konjuktiva : Rose, licin mengkilat, tidak ada perlukaan
Membrana nictitans : Tersembunyi
Sklera : Putih
Cornea : Mata kanan ada selaput putih.
Mata kiri bening, jernih
Iris : Tidak ada perlekatan
Limbus : Rata
Pupil : Tidak ada kelainan
Refleks pupil : Ada
Vasa injectio : Tidak ada

Mata dan orbita Kanan : Sudah dilakukan operasi enukleasi


Palpebrae : Tidak dapat diamati
Cilia : Tidak dapat diamati
Konjuktiva : Tidak dapat diamati
Membrana nictitans : Tidak dapat diamati
Sklera : Tidak dapat diamati
Cornea : Tidak dapat diamati
Iris : Tidak dapat diamati
Limbus : Tidak dapat diamati
Pupil : Tidak dapat diamati
Refleks pupil : Tidak dapat diamati
Vasa injectio : Tidak dapat diamati

Hidung dan sinus-sinus


Bentuk hidung : Simetris
Cermin hidung : Kering
Mukosa : Rose
Aliran udara : Lancar
Mulut dan rongga mulut
Rusak/luka bibir : Tidak ada
Mukosa : Rose, licin, basah
Gigi geligi : Tidak kelainan, gigi lengkap
Lidah : Rose, licin, basah

Leher
Perototan Leher : Simetris
Trakhea : Tidak ada batuk saat dipalpasi
Esofagus : Kosong

Telinga
Posisi : Tegak keduanya
Bau : Bau khas serumen
Permukaan daun telinga : Licin dan halus
Krepitasi : Tidak ada
Refleks panggilan : Ada

Thorak: Sistem Pernapasan


- Inspeksi
Bentuk rongga thorax : Simetris
Tipe pernapasan : Costalis
Ritme : Teratur
Intensitas : Dangkal
Frekuensi : 36 kali/menit
- Perkusi
Gema perkusi : Nyaring
- Auskultas
Suara pernapasan : Vesikular inspirasi terdengar
Suara ikutan : Tidak terdengar
- Palpasi
Penekanan rongga thorak : Tidak ada respon sakit
Palpasi intercostal : Tidak ada respon sakit

Sistem Peredaran Darah


- Inspeksi
Ictus cordis : Tidak ada
- Perkusi
Lapangan jantung : Tidak ada perluasan dan penyempitan
- Auskultasi
Frekuensi : 236 kali/menit
Intensitas : Cepat
Ritme : Teratur
Suara sistol dan diastol : Tidak ada kelainan
Ekstraksistolik : Tidak ada suara ikutan
Abdomen dan Organ Pencernaan
- Inspeksi
Besar : Ada pembesaran
Bentuk : Membulat
- Palpasi
Epigastrikus : Terdapat akumulasi cairan
Mesogastrikus : Terdapat akumulasi cairan
Hypogastrikus : Terdapat akumulasi cairan
- Uji undulasi : Positif
Anus
Sekitar anus : Bersih
Refleks spinchter ani : Ada
Kebersihan perineal : Bersih
Hubungan vulva-betina : Ada (terpisah)

Alat perkemihan dan Kelamin (Urogenitalis)


Betina
- Inspeksi dan palpasi
Alat Gerak
- Inspeksi
Perototan kaki depan : Kompak
Perototan kaki belakang : Kompak
Spasmus otot : Tidak ada
Tremor : Tidak ada
Sudut persendian : Tidak ada kelainan
Cara bergerak-berjalan : Koordinatif
Cara bergerak-berlari : Koordinatif
- Palpasi
Struktur pertulangan
Kaki kiri depan : Kompak
Kaki kanan depan : Kompak
Kaki kiri belakang : Kompak
Kaki kanan belakang : Kompak
Konsistensi pertulangan : Kompak
Reaksi saat palpasi : Tidak ada respon sakit
Letak rasa sakit : Tidak ada
Panjang kaki depan : Simetris
Panjang kaki belakang : Simetris
- Palpasi
Limfoglandula poplitea
Ukuran : Tidak terjadi pembesaran dan pengecilan
Konsistensi : Kenyal
Lobulasi : Jelas
Perlekatan : Tidak ada perlekatan
Panas : Sama dengan suhu tubuh
Kesimetrisan : Simetris
Kestabilan pelvis
Konformasi : Kuat (kompak)
Kesimetrisan : Simetris
Tuber ischii : Tegas, teraba
Tuber coxae : Tegas, teraba

Temuan Klinis
Keadaan umum hewan sangat lemas namun masih dapat berjalan. Hewan
mengalami hydops ascites sehingga ruang abdomen membesar. Kucing sangat
kurus sehingga tulang punggung terlihat dan teraba. Selaput lendir terlihat pucat
dan cenderung jaundice, serta ditemukan feses berdarah.

Diagnosa Banding
Feline Infectious Peritonitis, Feline Panleukopenia Virus, hepatits, Chronic
Heart Failure, Feline Hepatobiliary Diseases

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan CBC (Complete
Blood Count), pemeriksaan kimia darah, Rivalta test, dan uji menggunakan test kit
terhadap Feline Infectious Peritonitis (FIP).

Tabel 1 Hasil Pemeriksaan CBC pada kucing Leo pada tanggal 20 Juli 2019
Parameter Hasil Satuan Nilai Normal
WBC 28.98+ 103/µl 5.5-19.5
Limfosit 1.36- 103/µl 1.5-7
Monosit 0.82 103/µl 0-1.5
Neutrofil 26.58+ 103/µl 2.5-14
Eosinofil 0.22 103/µl 0-1
Basofil 0.00 103/µl 0-0.2
%
Limfosit % 4.7- 20-55
%
Monosit % 2.8 1-3
%
Neutrofil % 91.7+ 35-80
%
Eosinofil % 0.7 0-10
%
Basofil % 0.0 0-1
RBC 5.55 106/µl 5-10
Hemoglobin 8.6 g/dl 8-15
Hematokrit 23.86- % 24-45
MCV 43 fl 39-55
MCH 15.5 pg 12.5-17.5
MCHC 36.0+ g/dl 30-36
RDWc (red cell 23.6% %
distribution width)
Platelet 100- 103/µl 300-800
PCT 0.09% %
(procalcitonin)
MPV 8.7- fl 12-17
PDW (platelet 35.8% %
distribution width)
Table 2. Hasil pemeriksaan kimia darah dari Kucing Leo
Pemeriksaan Hasil Normal
Ureum (mg/dl) 184.74 30-65
Ceratinin (mg/dl) 2.17 0.5-1.5
ALT (IU/L) 23.13 8.3-52.5
ALP (IU/L) 49.01 12-65.1
Bil total (mg/dl) 0.68 0.0-0.6
GGT (IU/L) 4.02 <2
Total Protein (g/dl) 11.11 5.8-8.0
Albumin (g/dl) 2.85 2.8-5.5

Gambar 2. Hasil uji FIP menggunakan test kit

Gambar 3. Hasil uji Rivalta Test

Diagnosa
Feline Infectious Peritonitis (FIP) tipe basah

Prognosa
Infausta

Terapi
- Imboost Kids dengan dosis 0,1-0,2 ml/kg bb dengan rute per oral 2 kali
sehari
- Amoxicilin dengan dosis 22- 30 mg/kg bb dengan rute per oral 2 kali
sehari selama 10 hari
- Furosamide dengan dosis 1-4 mg/kg bb dengan rute per oral 2 kali
dalam sehari selama 10 hari

PEMBAHASAN

Kucing Leo merupakan kucing dengan ras Domestic Short Hair berumur 7
bulan dan berjenis kelamin jantan. Kucing ini dibawa pemiliknya ke Animal
Clinic Jakarta pada tanggal 20 Juli 2019 dengan keadaan lemas dan perut yang
membesar berisi cairan. Berdasarkan informasi dari pemiliknya kucing leo hanya
makan sedikit dan sudah dalam kondisi tersebut selama satu bulan. Kucing ini
sebelumnya sudah dibawa ke dokter di daerah Karawang dan sudah dilakukan uji
dengan mengunakan test kit terhadap Feline Infectious Peritonitis atau FIP
namun hasilnya negatif. Pemeriksaan menggunakan test kit terhadap FIP juga
dilakukan di Animal Clinic Jakarta dan hasilnya juga negatif. Rivalta Test juga
dilakukan untuk pengujian terhadap FIP dan mendapatkan hasil positif.
Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan pada kucing juga ini menunjukkan
diagnosa kearah FIP. Selaput lendir yang pucat dan cendrung jaundice, kondisi
kucing yang buruk dan kurus, serta cairan yang terdapat di ruang abdomen
merupakan beberapa gejala yang muncul pada penyakit FIP. Menurut Tilley dan
Smith Jr (2016) beberapa gejala yang muncul pada penderita FIP adalah icterus,
kehilangan berat badan dan terdapat cairan efusi pada ruang abdomen.
Selain dilakukan uji Rivalta dan uji menggunakan tes kit, dilakukan juga
pemeriksaan penunjang lain untuk menunjang diagnosa. Pemeriksaan yang
dilakukan berupa pemeriksaan CBC (Complete Blood Count) dan pemeriksaan
kimia darah. Pemeriksaan CBC (Complete Blood Count) menunjukkan beberapa
indikator yang berada di atas dan di bawah normal. White Blood Cell (WBC)
berada diatas nilai normal (5.5-19.5 103/µl) yaitu sebesar 28.98 103/µl. nilai
neutrofil juga berada diatas nilai normal yaitu sebesar 26. 58 103/µl dengan nilai
normal (2.5-14 103/µl). Nilai limfosit berada di bawah nilai normal (1.5-7 103/µl)
sebesar 1.36 103/µl. Nilai hematokrit juga (23.86 %) berada di bawah nilai normal
(24-25%) namun tidak signifikan. Selain itu, nilai platelet (100%) juga berada di
bawah nilai normal (300-800 %).
Peningkatan nilai WBC dan neutrofil dapat diakibatkan oleh beberapa faktor
atau penyakit, seperti infeksi bakteri, racun, tumor, dan stress (Gough 2007).
Infeksi bakteri merupakan faktor yang dapat menyebabkan peningkatan WBC dan
neutrofil. Feses berdarah yang didapatkan dari kucing Leo mengindiksaikan
terjadinya peradangan pada usus sehingga menyebabkan perlukaan. Enteritis ini
memungkinkan terjadinya infeksi sekunder oleh bakteri pada usus baik itu dari
feses ataupun dari makanan. Nilai limfosit yang berada diatas nilai normal dapat
diakibatkan oleh beberapa faktor, seperti infeksi virus seperti Coronavirus,
Infectious Canine Hepatitis,Canine distemper virus, Feline Leukinia Virus atau
pemberian obat-obatan seperti albendazol, siklosporin, kotikosteroid dll (Gough
2007). Berdasarkan pemeriksaan fisik yang menunjukkan adanya hydrops ascites,
mukosa yang cenderung kekuningan dan kekurusan pada hewan, penurunan
limfosit pada kasus ini diakibatkan oleh coronavirus yang dapat menyebabkan
FIP. Infeksi FIP dapat menyebabkan leukositosis, neutrophilia dan lymphopenia
(Tilley dan SmithJr 2016). Pemeriksaan CBC juga memperlihatkan nilai platelet
yang berada dibawah normal. Hal ini dapat diakibatkan oleh beberapa hal,
diantaranya tumor sum-sum tulang, tumor, vasculitis, dan hepatomegali (Gough
2007). Rendahnya platelet didalam darah dapat terjadi akibat pemusnahan oleh
neutrofil pada saat peradangan. Vaskulitis merupakan salah satu peradangan yang
terjadi pada kasus FIP (Greene 2012).
Pemeriksaan kimia darah mendapatkan hasil bahwa nilai ureum (184.74
mg/dl) berada di atas nilai normal yaitu 30-65 mg/dl. Selain itu nilai kreatinin
(2.17 mg/dl) juga berada di atas nilai normal yaitu 0.5-1.5 mg/dl. Kenaikan dari
kadar ureum dan creatinin di dalam darah dapat diakibatkan oleh beberapa hal,
diantaranya obstruksi pada saluran urinasi, gagal ginjal, pengaruh obat-obatan,
dan leptospirosis (Gough 2007). Tingginya kadar ureum dan creatinin pada darah
pada kasus kucing Leo ini diakibatkan oleh pengaruh obat-obatan. Berdasarkan
informasi dari pemiliknya kucing Leo diberikan terapi obat menggunakan Baytril
oleh dokter sebelumnya. Baytril memiliki kandungan enrofloxacin. Enrofloxacin
merupakan antibiotik golongan antibiotik fluoroquinolon. Golongan antibiotik
fluoroquinolon dapat menyebabkan peningkatan enzim hati, BUN dan kreatinin
(Plumb 2008). Total protein dari kucing ini juga mengalami peningkatan yaitu
sebesar 11.11 yang mana nilai normalnya 5.8-8.0. Peningkatan nilai total protein
ini dapat diakibatkan oleh gangguan filtrasi ginjal sehingga protein tidak di
absorbs di ginjal dan tetap bertahan di darah. Nilai GGT (4.02 IU/L) juga berada
di atas nilai normal yaitu <2.Tingginya nilai ini dapat diakibatkan oleh beberapa
hal seperti, hepatic lipidosis, tumor kandung empedu, dan hernia diafragmatika.
Hepatic lipidosis merupakan penyebab tingginya GGT pada kasus ini. Hal ini
dapat terjadi karena hewan yang tidak makan.
Feline Infectious Peritonitis (FIP) merupakan penyakit yang diakibatkan
oleh Feline Coronavirus (FCoV). FCoV adalah virus yang sangat infeksius
terutama pada pemilharaan kucing yang lebih dari satu ekor. FCoV dapat bertahan
selama tujuh minggu pada lingkungan kering. FCoV dapat di inaktivasi
menggunakan diterjen dan disinfektan, akan tetapi penggunaan pemutih lebih
dianjurkan karena ampuh dan aman bila digunakan di sekitar kucing. Imunitas
yang rendah dapat menyebabkan infeksi sistemik. Kebanyakan kucing yang
mengalami FIP memiliki riwayat stress dalam beberapa bulan sebelumnya. Stres
dapat menyebabkan dua kemungkinan dan meningkatkan kerentanan terhadap FIP
yaitu mengurangi system imun dan meningkatkan pelepasan virus (Greene 2012).
Kucing dapat terinfeksi FCoV melalui ingesti dan ihalasi. Infeksi awal
virus akan bereplikasi pada tonsil dan orofaring. Reseptor dari virus FCoV tipe II
adalah enzim dan aminopeptidase yang dapat ditemukan pada usus. FCoV
kemungkinan bereplikasi di sel epitel usus. Walaupun penyebab dari FIP tidak
pasti akan tetapi terdapat penjelasan yang mungkin dapat menjelaskan
perkembangan penyakit ini, yaitu virus yang yang berjalan secara sistemik.
Pertama, FCoV di distribusikan kedalam tubuh dengan menginfeksi monosit dan
makrofag. Selanjutnya monosit yang terinfeksi menempel pada endotel pembuluh
darah yang terinfeksi, selanjutnya melakukan ekstravasasi sehingga menyebabkan
virus dapat masuk kedalam jaringan. Pembuluh darah yang terinfeksi
menyebabkan eksudasi cairan dan protein plasma kedalam rongga tubuh, sehingga
dinamakan FIP tipe basah. berdasarkan gejala klinis yang diperlihatkan, kucing
leo mengalami FIP tipe basah. Kucing yang mengalami FIP tipe basah memiliki
ascites namun sangat sedikit owner yang menyadari adanya distensi abdomen dan
distensi thorak atau bahkan keduanya. Kucing dapat terlihat ceria ataupun
murung, anoreksia atau makan secara normal. Pembengkakan di daerah abdomen
disertai dengan undulasi, demam ringan, kehilangan berat badan, mukosa pucat
atau icterus. (Greene 2012).
FIP tipe basah dapat didiagnosa dengan menggunakan uji Rivalta. Uji ini
dilakukan untuk membedakan antara eksudat dan transudat. Prinsip uji dari rivalta
test adalah pembentukan presipitasi ketika cairan efusi ditambahkan kedalam
larutan asam asetat. Uji ini dapat dilakukan dengan mencampurkan 7-8 ml
aquadest dengan satu tetes asam asetat. Setelah itu cairan efusi diteteskan kedalam
tabung. Hasil positif menunjukkan adanya presipitasi yang tebentuk saat cairan
efusi ditetskan. Rivalta test ini memiliki sensistifitas sebesar 91.3% dan
spesifisitas sebesar 65.5% (Fischer at al 2012). Uji test kit menggunakan uji yang
mendeteksi terhadap terbentuknya antibodi. Hasil negatif dari uji tes kit dan hasil
positif dari rivalta test menunjukkan bahwa FIP pada kucing leo masih berada
dalam tahap infeksi sehingga antibodi terhadap FIP belum terbentuk.
Cairan efusi dari FIP merupakan cairan eksudat non-sepsis. Cairan ini
mengandung protein tinggi, makrofag dan netrofil, memiliki warna kekuningan
emas, kental, bening-sedikit, keruh, berbusa jika dikocok. Berat jenis dari cairan
in tinggi (1.017-1.047) Cairan efusi bisa didapatkan dengan cara
abdominocentesis. Abdominocentesis dimulai dengan membaringkan hewan pada
posisi left lateral recumbency, posisi ini lebih efektif karena untuk mencegah
terjadinya penusukan pada organ limpa. Selanjutnya daerah pengambilan
disterilisasi dahulu menggunakan alcohol 70%. Selanjutnya dilakukan
pengambilan cairan sebanyak 2ml menggunakan syringe 3ml dengan needle 20
atau 22 gauge.
FIP kering merupakan manifestasi kronis dari FIP. Penyakit dapat terjadi
dalam beberapa minggu hingga beberapa bulan setelah infeksi dan digertak oleh
faktor stres. Gejala FIP kering biasanya samar termasuk, pireksia ringan,
penurunan berat badan, lemah, dan penrunan nafsu makan. Hampir semua kucing
yang mengalami FIP kering mengalami lesion intraocular. Palpasi abdomen
biasanya memperlihatkan mempesaran limfonodus mesenterika dan biasanya
memperlihatkan nodul pada viscera. Gejala klinis pada mata yang biasanya
terlihat adalah irititis, sel inflamasi yang banyak pada anterior chamber,
pyogranuloma yang terlihat pada retina, dan vitreous yang terlihat keruh. Kelainan
pada system saraf juga terlihat pada 25-33% kucing yang mengalami FIP. Gajala
klinisnya sangat beragam. Gejala klinis yang sering muncul adalah perubahan
status mental, ataxia yang diikuti nystagmus dan seizure (Greene 2012).
Saat ini PCR sering digunakan sebagai alat diagnosa. Walaupun FIP
disebabkan oleh virus merupakan hasil mutasi genetic dari FCoV enteric yang
tidak berbahaya, beberapa yang terdapat pada gen 3c dan 7b dapat bermutasi atau
terdelesi serta dapat merubah kemampuan virus dalam menginfeksi dan
bereplikasi melalui makrofag. Terkadang perubahan hanya terjadi pada dasar
RNA tunggal. Sehingga hasil PCR primer tidak dapat dirancang untuk
membedakan FIP yang disebabkan oleh virus atau FCoV enteric yang tidak
berbahaya, serta hal ini juga menunjukan bahwa PCR tidak dapat membedakan
antara virus yang bermutasi dan virus yang tidak bermutasi. Hasil PCR juga tidak
mudah untuk di interpretasikan, pemeriksaan PCR dapat memberikan hasil negatif
palsu atau positif palsu. Selanjutnya beberapa penelitian mendukung hipotesis
bahwa viremia tidak hanya terjadi pada kucing yang menderita FIP tetapi juga
pada pasien sehat pembawa. RNA dari FCoV tidak hanya dapat ditemukan pada
darah kucing yang menderita FIP tetapi juga pada kucing sehat dengan FIP
persisten yang tidak berkembang selama beberapa waktu hingga 70 bulan. Hal ini
menununjukkan bahwa pada daerah dengan status endemik FCoV, hingga 80%
kucing akan mengalami viremia tanpa memperhatikan status kesehatan kucing
tersebut. Kehadiran viremia tidak berpengaruh terhadap perkembangan FIP pada
kucing. Olehkarena itu hasil PCR sampel darah harus di interpretasikan secara
kritis dan tidak dapat dijadikan sebagai satu sataunya kriteria dalam mendiagnosis
FIP. PCR adalah salah satu alat yang menjadi penunjang dignosis FIP. Dalam
kasus ini, mungkin terdapat perbedaan pada serum kucing yang menderita FIP dan
kucing yang mengalami viremia akibat infeksi FCoV. Penelitian lebih lanjut
sangat dibutuhkan untuk mendukung hipotesis tersebut. Sebaliknya bila
dibandingkan dengan hasil PCR pada darah, PCR yang digunakan untuk
mendeteksi FCoV pada sampel feses lebih sensitif dan sangat berguna untuk
mendokumentasikan bahwa kucing tersebut pernah ter infeksi FCoV. Hasil yang
kuat dari PCR pada sampel feses berhubungan dengan jumlah virus pada saluran
cerna. Dan hasil tersebut sangat berguna untuk membantu mendeteksi kucing
yang telah terinfeksi virus tersebut secara kronis serta mengetahui resiko
penularan terhadao kucing lain dj daerah tersebut
Terapi yang diberikan berupa pemberian Imboost Kids dengan dosis 0,1-0,2
ml/kg bb dengan rute per oral 2 kali dalam sehari. Obat ini diberika untuk
meningktakan kekebalan tubuh. Amoxicillin juga diberikan sebagai terapi
antibiotik. Obat ini bersifat bakteriosidal dan bekerja dengan menghambat sintesis
dinding sel bakteri. Obat ini menghambat sintesis mukopeptida di dinding sel
yang menyebabkan kerusakan pada barrier dan ketidakstabilan osmotic pada
spheroplast. Furosamide diberikan sebagai obat antidiuretik untuk mengurangin
pembesaran ruang abdomen akibat ascites. Furosamid bekerja dengan mengurangi
penyerapan elektrolit pada ascenden lengkung Henle, mengurangi reabsorbsi
natrium dan klorida serta meningkatkan ekskresi kalium di tubulus distal ginjal
dan secara langsung mempengaruhi transport elektrolit dalam tubulus ginjal
(Plumb 2008).

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pemeriksaan klinis kucing Leo didiagnosa mengalami Feline


Infectious Peritonitis (FIP). Pemeriksaan penunjang seperti CBC, kimia darah,
test kid terhadap FIP, dan Rivalta test dilakukan sebgai peneguhan diagnosa.
Karena FIP sangat susah untuk disembuhkan, konsultasi rutin dengan dokter
hewan tentang kondisi dan perkembangan yang terjadi sangatlah penting. Selain
itu, menjaga higienitas kandang oleh owner dapat mengurangi penualaran FIP
kepada kucing lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Fischer Y, Sauter-Louis C, Hartmann K. 2012. Diagnostic accuracy of the Rivalta


test for feline infectious peritonitis. Vet Clinic Pathol. 1-10
Gough A. 2007. Differential Diagnosis in Small Animal Medicine. Oxford (UK):
Blackwell Publishing
Greene CE. 2012. Infectious Diseases of The Dog and Cat, 4th Edition. Missouri
(US): Elsevier.
Plumb DC. 2008. Plumb’s Veterinary Drug Handbook, sixth ed. Iowa (US):
Blackwell’s publisher.
Tilley LP, Smith FWK. 2016. Blackwell’s Five Minutes Veterinary Consult
Canine and Feline 6th Edition. Iowa (US): Blackwell’s publisher.

Anda mungkin juga menyukai