Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KEGIATAN PPDH

ROTASI INTERNA HEWAN KECIL


yang dilaksanakan di
GLORIA VET
BANDUNG

Kasus Interna 1
Calculi pada Vesica Urinaria (Vesikolitiasis)

Oleh :
ALIFATUL FIRDAUSYIAH MAGHFIROH 180130100111048
TITIN MEISTY YUNANDA 180130100111019

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
KASUS INTERNA 1
Calculi pada Vesica Urinaria (Vesikolitiasis)
SIGNALEMEN

Nama Hewan : Cocoa

Jenis Hewan : Anjing

Ras : Golden

Warna : Cream

Umur : 7 tahun

Berat Badan : 29,5 kg

ANAMNESA

Pada tanggal 24 Oktober 2018 anjing Cocoa datang ke klinik Gloria Vet Bandung untuk
melakukan pemeriksaan dengan gejala yang timbul yaitu urinasi yang tidak lancar atau susah
urinasi.

PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum
Perawatan : Baik
Habitus/tingkah laku : Tenang
Gizi : Baik
Pertumbuhan badan : Baik
Sikap berdiri : Dapat berdiri dengan empat kaki
Suhu : 38,8 ºC
Adaptasi lingkungan : Merespon
Frekuensi nadi : 84 x/menit
Frekuensi nafas : 24 x/menit
Capillary refill time (CRT) : > 2 detik
2. Kulit dan Rambur
Aspek rambut : Bersih
Kerontokan : Tidak ada kerontokan
Kebotakan : Tidak ada kebotakan
Turgor kulit : > 2 detik
Permukaan kulit : Baik, tidak ada lesi
Bau kulit : Bau khas kulit anjing
3. Kepala Leher
Inspeksi
Ekspresi wajah : Bereaksi
Posisi tegak telinga : Telinga turun keduanya
Posisi kepala : Simetris
4. Mata dan Orbita Kiri
Inspeksi
Palpebrae : Membuka dan menutup sempurna
Cilia : Melengkung keluar
Conjuctiva : Rose, agak basah, tidak ada kerusakan
Membran niktitans : Tidak terlihat
5. Mata dan Orbita Kanan
Inspeksi
Palpebrae : Membuka dan menutup sempurna
Cilia : Melengkung keluar
Conjuctiva : Rose, agak basah, tidak ada kerusakan
Membran niktitans : Tidak terlihat
6. Bola Mata Kiri
Inspeksi
Sclera : Putih
Kornea : Jernih
Iris : hitam kecoklatan
Pupil : Ada putih sedikit
Refleks pupil : Baik
Limbus : Rata
Vasa injectio : Tidak ada
7. Bola Mata Kanan
Inspeksi
Sclera : Putih
Kornea : Jernih
Iris : Hitam kecoklatan
Pupil : Ada putih sedikit
Refleks pupil : Baik
Limbus : Rata
Vasa Injection : Tidak ada
8. Hidung dan Sinus
Bentuk pertulangan : Simetris
Aliran udara : Aliran udara bebas di kedua cavum nasal
Cermin udara : Basah
9. Mulut dan Rongga Mulut
Rusak/luka bibir : Tidak ada luka atau kerusakan
Mukosa : Pucat, basah
Karang gigi : Tipis
Lidah : Basah, kasar, tidak ada kelainan atau kerusakan
Bau mulut : Bau khas mulut anjing
10. Leher
Perototan leher : Kompak
Trachea : Teraba, tidak ada reflek batuk saat palpasi
Esophagus : Tidak teraba
11. Telinga
Posisi : Keduanya turun ke bawah
Bau : Khas serumen, telinga bersih
Permukaan daun telinga : Bersih tidak ada krepitasi
Reflek panggilan : Ada
12. Kelenjar Pertahanan
L.n Mandibularis : Teraba, simetris tidak ada pembengkakan
L.n Rethroparingeal : Tidak teraba
L.n Axilaris : Tidak teraba
L.n Premoralis : Teraba, simetris, tidak ada pembengkakan
L.n Popliteus : Teraba, simetris, tidak ada pembengkakan
13. Sistem Pernafasan
Inspeksi
Bentuk rongga thoraks : Simetris
Tipe pernafasan : Abdominal
Ritme : Teratur
Frekuensi : 24 x/menit
Trakea : Teraba
Reflek batuk : Tidak terdapat reflek batuk
Palpasi
Penekanan rongga thoraks : Tidak ada reaksi kesakitan
Penekanan M.Intercostalis : Tidak ada reaksi kesakitan
Perkusi
Lapang paru-paru : Tidak ada perluasan
Gema perkusi : Suara nyaring
Auskultasi
Suara pernafasan : Lama inspirasi sama dengan lama ekspirasi
Suara ikutan : Tidak ada
14. Sistem Peredaran Darah
Inspeksi
Ictus cordis : Tidak ada
Auskultasi
Frekuensi : 84 x/menit
Ritme : Ritmis
Suara pulsus dengan jantung : sinkron
15. Abdomen dan Organ Pencernaan
Inspeksi
Ukuran rongga abdomen : Tidak terdapat perbesaran
Bentuk rongga abdomen : Simetris
Palpasi
Epigastrikus : ada rasa sakit
Mesogastrikus : Tidak ada reaksi kesakitan
Hipogastrikus : Tidak ada reaksi kesakitan
Auskultasi
Suara peristaltik usus : Terdengar
Suara borboritmis : Tidak terdengar
16. Anus
Sekitar anus : Bersih
Refleks spinchter ani : Terdapat reflek mengkerut dan menghisap
Kebersihan perianal : Bersih
17. Sistem Urogenital
Ginjal : Terletak di epigastrikus dorsal
Vesica urinaria : Terletak di hipogastrikus dorsal, teraba, ada rasa sakit saat
dipalpasi
18. Alat Kelamin jantan
Preputium : Bersih
Penis : Pink, basah, licin, tidak ada luka
Scrotum : Belum dikastrasi, tertrikel kanan dan kiri sama besar,
menggantung keduanya, tidak ada luka
19. Sistem Syaraf
Tengkorak : Pertulangan tegas
Collumna vertebralis : Tidak ada reaksi kesakitan
Reflek : Sedikit ada
Gangguan kesadaran : Tidak ada gangguan
20. Alat Gerak
Inspeksi
Perototan kaki depan : Simetris
Perototan kaki belakang : Simetris
Spasmus otot : Tidak ada
Tremor : Sedikit ada
Cara bergerak-berjalan : Normal tidak ada pincang
Cara bergerak berlari : Normal
Bentuk pertulangan : Tidak ada penonjolan
Tuber ischii : Simetris
Tuber coxae : Simetris
21. Struktur Pertulangan
Kaki kiri depan : Tegas, kompak
Kaki kanan depan : Tegas, kompak
Kaki kiri belakang : Tegas, kompak
Kaki kanan belakang : Tegas, kompak
Konsistensi pertulangan : Keras
Reaksi saat palpasi : Tidak ada reaksi kesakitan
Panjang kaki depan ka/ki : Sama panjang, simetris
Panjang kaki belakang ka/ki : Sama panjnag, simetris
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Hematologi dan Kimia darah

Parameter Hasil Satuan Kisaran Normal


Hemoglobin 9,4 gr/dL 12-18
Hematokrit 27 % 37-55
Eritrosit 3,9 Juta/mm3 5,5-8,5
Indeks Eritriosit
MCV 70 fL 60-77
MCH 24 Pg 19,5-26
MCHC 34 % 32-36

Leukosit 18.700 /mm3 6000-17000


Hitung Jenis
Basofil 0 % 0-1
Eosinofil 1 % 2-10
Batang 5 % 0-3
Segmen 85 % 60-77
Limfosit 9 % 12-30
Monosit 0 % 3-10

Trombosit 516.000 Ribu/mm3 164-510


Ureum 35 mg/dL 7-27
Kreatinin 0,9 mg/dL 0,4-1,8
Pemeriksaan Mikroskopis Urine

Gambar Struvite

Struvite ini terbentuk karena adanya infeksi bakteri. Batu jenis ini terdiri dari kalsium fosfat,
magnesium dan amonium. Batu ini dapat berkembang menjadi besar dan memiliki bentuk
agak runcing (Muhgni, 2013).

Urinalisis

Gambar Hasil Urinalisis

Pada hasil urinalisis di atas didapatkan hasil bahwa anjing Cocoa mengalami Leukosituri,
Urobilinuria, Proteinuria dan Hematuria.
X-ray

Gambar Bentukan batu pada VU

Pada hasil X-ray diatas dapat dilihat bahwa terdapat bentukan radioopaque pada vesica
urinaria dimana menurut (Muhgni, 2013), jika bentukan batu berwarna radiopaque atau putih
maka batu ini dapat disebut sebagai batu jenis struvite.

Pemeriksaan batu setelah operasi

Pemeriksaan Hasil Satuan


Alkali Fosfatase 27 U/L
Protein total 7,5 g/dL
Albumin 2,3 g/dL

DIAGNOSA BANDING

Urolithiasis, Tumor VU

PROGNOSIS

Dubius Fausta

TERAPI

Operasi

PEMBAHASAN

Sistem urinari memiliki tiga fungsi, yaitu metabolisme, hormonal dan ekskresi. Sistem
ini terdiri dari dua bagian, yaitu sistem urinari bagian atas dan sistem urinari bagian bawah.
Sistem urinari bagian atas hanya terdiri dari hginjal sedangkan sistem urinari bagian bawah
disusun oleh ureter, vesica urinaria (gall bladder) dan urethra. Pada sistem urinari, ginjal
memiliki peranan yang sangat penting karena ginjal memiliki dua fungsi utama yaitu filtrasi
dan reabsorbsi. Selain itu, ginjal juga memiliki peranan penting dlam sistem sirkulasi darah.
Ginjal tururt berperan dalam proses pembentukan sel darah merah dan menjaga tekanan darah
(Ramdhany, D.N dkk, 1979). Sama halnya seperti manusia, hewan juga dapat mengalami
gangguan pada siistem urinarinya. Gangguan tersebut dapat terjadi pada sistem urinari atas,
bawah maupun keduanya. Gangguan yang diderita baik manusia atau hewan pada akhirnya
dapat menyebabkan individu tersebut mengalami gagal ginjal dimana keadaan tidak
berfungsinya ginjal dengan baik dan kondisi tersebut dapat menyebabkan kematian pada
individu penderitanya.

Terdapat beberapa kendala dalam dalam mendiagnosis gangguan sistem urinari pada
hewan, antara lain hewan tidak dapat memberitahu secara langsung apa keluhan yang
dideritanya dan beberapa pemeriksaan yang dilakukan memerlukan biaya yang cukup besar
sedangkan tidak semua pemilik hewan bersedia mengeluarkan dana yang cukup besar untuk
pemeriksaan tersebut.

Urolithiasis yaitu kondisi terbentuknya urolit pada saluran perkencingan, seperti pada
vesica urinaria, ginjal ureter da uretra. Urolit atau disebut juga bladder stone merupakan batu
yang terbentuk akibat supersaturasi pada urin dengan kandungan mineral-mineral yakni
kalsium, oksalat dan fosfat yang dapat bergerak turun sepanjang ureter dan masuk ke dalam
besica urinaria. Kristal yang paling sering ditemukan adalah kalsium oksalat dengan
persentase kejadian 46,3% dan magnesium amonium fosfat sebanyak 42,4 %. Setelah terjadi
pengendapan, partikel-partikel yang telah mengkristal dapat bertambah besar ukurannya,
memperparah kerusakan dan menimbulkan gejala klinis pada hewan tersebut (Men, Y.V dan
Arjentina, I.P.G.Y, 2018). Faktor terjadinya urolithiasis dibagi dua yitu secara intrinsik dan
ekstrinsik. Secara intrinsik terdiri dari herediter, umur dan jenis kelamin sedangkan secara
ekstrinsik antara lain geografi, iklim dan temperatur, asupan air, diet dan aktifitas.

Faktor utama yang mengatur kristalisassi mineral dan pembentukan urolit adalah derajat
saturasi urin dengan mineral-mineral tertentu. Faktor penyebab lainnya adalah diet atau
makanan, frekuensi urinasi, genetik dan adanya infeksi saluran urinaria. Saturasi memberikan
energi bebas untuk terbentuknya kristalisasi dan perkembangan kristal. Oversaturasi urin
dengan kristal merupakan faktor pembentukan urolit tertinggi. Oversaturasi ini dapat
disebabkan oleh peningkatan ekskresi kristal oleh ginjal, reabsorbsi air oleh tubbuli renalis
yang mengakibatkan perubahan konsentrasi dan pH urine yang mempengaruhi kristal (Men,
Y.V dan Arjentina, I.P.G.Y, 2018).

Mekanisme pembentukan batu sendiri yaitu ada tiga. Pertama teori nukleasi dimana
urine yang pekat akan mulai membentuk kristal padat dan menjadi suatu nukleus, kedua yaitu
pertumbuhan kristal dimana ketika nukleus sudah terbentuk, maka kristal akan terus
bertambah besar sehingga mencapai titik maksimal, ketiga yaitu agregasi kristal dimana
ketika kristal tidak dapat tumbuh lagi, maka akan bergabung dengan kristal lain untuk
membentuk partikel yang lebih besar. Calculi ini bisa terjadi di ginjal yang disebut
nefrolitiasis (calyces dan pelvis), pada ureter disebut uretherolithiasis dan pada vesica urinaria
disebut vesicolitiasis.

Patofisiologi terbentuknya akumulasi kristal di VU yaitu bisa karena infeksi bakteri,


pakan dan herediter. Dimana mekanismenya yaitu sebagai berikut:

1. Infeksi bakteri : Bakteri urease akan membelah urea, dimana urea banyak dalam urin.
Terjadinya pembelahan ini untuk membentuk amonium dan bikarbonat. Kemudian
amonium bergabung dengan magnesium dan fosfat sementara bikarbonat yang akan
meningkatkan pH urin. Terjadinya perubahan pH ini akan menurunkan kelarutan kompleks
amonium-magnesium-fosfat yang akan mengarah pada pembentukan kristal dan batu
struvite (Schaer, M and Gaschen, F, 2016).
2. Pakan : Konsumsi pakan dengan kandungan protein berlebih untuk anabolisme dapat
membentuk urea yang berlebihan dari katabolisme asam amino (Tilley, L and Smith, F,
2016).
3. Herediter : kelainan metabolisme/makan dan anatomi secara tidak langsung dapat
menginduksi urolithiasis (struvite) atau mudah terjangkitnya infeksi saluran kemih (Tilley,
L and Smith, F, 2016).

Pada anjing, urolith yang paling umum terjadi adalah struvite (magnesium ammonium
phosphate). Batu-batu ini, pernah disebut dengan triple fosfat, dikaitkan dengan bakteri
penghasil urease (Staphylococcus intermedius, Proteus mirabilis, Pseudomonas spp.,
Klebsiella spp). Urea banyak terdapat dalam urin kemudian urease membelahnya untuk
membentuk amonium dan bikarbonat, kemudian amonium bergabung dengan magnesium dan
fosfat sementara bikarbonat meningkatkan pH urin. Perubahan pH menurunkan kelarutan
kompleks amonium magnesium fosfat, yang mengarah pada pembentukan kristal dan batu
struvite. Struktur anatomi pada betina membuat terjadinya infeksi yang mengasilkan ureasi
lebih sering terjadi dari pada jantan (Schaer, M and Gaschen, F, 2016).

Pada anjing cocoa ini pengambilan batu dilakukan dengan cara operasi, setelah
dilakukan persiapan perasi, hewan yang telah teranastesi dibaringkan pada posisi dorso
recumbency. Sebelum insisi, didesinfeksi daerah yang akan diinsisi dengan menggunakan
alkohol dan iodine. Insisi dilakukan pada kulit dan sub cutan tepat searah dengan garis tubuh
(horozontal), insisi subkutan dan peritonium. Setelah menemukan vesica urinaria, kemudian
VU diangkat kepermukaan dan direfleksikan ke caudal sehingga yang diinsisi nantinya adalah
permukaan bagian dorsal dari kantong VU. Untuk memudahkan mengangkat kantong VU
dilakukan jahitan stay suture. Apabila kantong VU penuh berisi urin perlu dilakukan aspirasi
urin agar tidak tumpah kedalam rongga abdomen. Insisi VU dilakukan pada daerah
avascularisassi. Setelah VU dibuka, selanjutnya dilakukan pengangkatan kalkuli seluruhnya
dan bilas menggunakan NaCl fisiologis. Penutupan pada VU dilakukan dengan dua lapisan
jahitan yaitu sederhana menerus dan dibantu dengan pola lambert menerus menggunakan
benang chromic catgut 3.0. setelah VU dijahit, dimasukkan kembali ke dalam abdomen.
Dinding abdomen ditutup dengan berturut-turut dari linea alba dengan benang vicryl 3,0
dengan pola sederhana terputus dan jaringan sub kutan ijahit dengan chromic catgut 3,0
secara menerus, serta kulit dijahit dengan benang vicryl 3,0. Selanjutnya luka diberikan
gentamicin dan ditutup dengan menggunakan hypafix.

Setelah selesei operasi, anjing diberikan ceftriazone (IV) guna mencegah infeksi.
ceftriaxone adalah antibiotik spektrum luas generasi ketiga sefalosporin untuk pemberian
intravena atau intramuskular. Ceftriaxone adalah salah satu antibiotik yang paling umum
digunakan karena potensi antibakteri yang tinggi, spektrum yang luas dari aktivitas dan
potensi yang rendah untuk toksisitas. Alasan yang paling mungkin untuk digunakan secara
luas adalah efektivitas dalam organisme yang rentanpada infeksi saluran kemih yang rumit
dan tidak rumit, infeksi saluran pernapasan, kulit, jaringan lunak, infeksi tulang dan sendi,
bakteremia/septikemia, pneumonia, meningitis, infeksi di pasien imunosupresi, akut bakteri
otitis media, infeksi genital, disebarluaskan penyakit dan di profilaksis bedah infeksi (Tjay,
T.H dan Rahardja, K., 2007). Dan diberikan analgesic berupa meloxicam, cara kerja utama
dari meloxicam adalah inhibisi dari enzim siklooksigenase. Penggunaan obat anti inflamasi
non steroid menghambat siklooksigenase sehingga konversi asam arakhidonat menjadi PGG2
terganggu. Obat ini dapat diberikan selama masa inflamasi (2-7 hari) untuk mengurangi efek
dari proses inflamasi tersebut (Pinandita, T. dkk, 2018).
KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari kasus ini adalah anjing cocoa didiagnosa penyakit
calculi pada vesical urinaria (vesicolithiasis). Kasus anjing cocoa ini memiliki prognosa
Dubius fausta. Terapi yang dilakukan yaitu dengan operasi pengangkatan batu pada Vesica
Urinaria.

DAFTAR PUSTAKA

Men, Y.V dan Arjentina, I.P.G.Y. (2018). Laporan Kasus: Urolithiasis pada Anjing Mix
Rottweiller. Indonesia Medicus Veterinus, Vol 7 (3) : 211-218.

Muhgni, A. (2013). Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 70% Kulit Batang Kapuk Randu (Ceiba
pentandra (L) gaertin) Sebagai Penghambat Pembentukan Batu Ginjal pada Tikus
Putih Jantan. Jakarta: UIN Syarif Hidayatulla.

Pinandita, T. dkk, I. (2018). Efek Pemberian Meloxicam yang Diberikan Selama Fase
Inflamasi Terhadap Proses Penyembuhan Tulang Tikus Pasca Open Reduction Internal
Fixation K-Wire Dinilai Secara Radiologis. JSK, Vol 3 (3) : 135-141.

Ramdhany, D.N dkk, K. (1979). Diagnosis Gangguan Sistem Urinari pada Anjing dan Kucing
Menggunakan VFI 5. Jurnal Ilmu Komputer dan Informasi, Vol 2 (2): 86-94.

Schaer, M and Gaschen, F. (2016). Clinical Medicine of the Dog and Cat. New York: CRC
Press.

Tilley, L and Smith, F. (2016). Blackwell's Five-Minute Veterinary Consult: Canine and
Feline Sixth Edition. USA: Wiley Blackwell.

Tjay, T.H dan Rahardja, K. (2007). Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan Efek-efek
Sampingnya. Edisi ke VI. Cetakan I. Jakarta: Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai