Pembimbing:
dr. Dono Endrarto, Sp. B
Disusun Oleh:
Dhanny Jovindho
112018039
IDENTITAS PASIEN
Nama : Sdr. SR Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 23 tahun Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Swasta Agama : Islam
Alamat : Jl. WR Supratman Gg. R Danial Gunung Mas
I. ANAMNESIS
Diambil dari: Autoanamnesis dan alloanamnesis Tanggal: 25 Desember 2019 Jam: 00.30
Keadaan Umum
Keadaan Gizi
Cukup
Kesadaran
TTV
Suhu: 36,9°C
Alat Kelamin
Tidak dilakukan
Rektum/Anus
Tidak dilakukan
Ekstremitas (lengan dan tungkai)
Tonus otot: Normotonus
Massa otot: Normal
Pergerakan sendi: Normal
Edema: Tidak ada
Sensibilitas: + +
+ +
Sianosis: Tidak ada
Kekuatan: 5 5
5 5
Refleks: + +
+ +
Luka: Vulnus ekskoriatum pada pergelangan tangan kiri dan lengan tangan kanan
2. STATUS LOKALIS
Abdomen
Inspeksi: Distensi
Auskultasi: Bising usus (-), bruit (-)
Perkusi: Timpani
Palpasi: Nyeri tekan (+) umbilikus, defans muskular (+)
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium (Hasil tanggal 25/09/2019 jam 20.23)
Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hematologi Rutin
Hb 13.4 L: 13,5-17,5 g/dL
Ht 39 L: 40-52 %
Eritrosit 4.61 L: 4,5-6,5 juta/uL
Leukosit 13,360 4500-11000 /mm3
Trombosit 310 150-450 ribu/mm3
Hitung Jenis Leukosit
Basofil 0 0-1 %
Eosinofil 0 1-6 %
Batang 0 3-5 %
Segmen 84 40-70 %
Limfosit 8 22-44 %
Monosit 8 2-10 %
Indeks Eritrosit
MCV 84.8 80-100 fL
MCH 29.1 26-34 pg
MCHC 34.3 32-36 %
MPV 10.4 7,2-11,1 fL
Hemostasis
Masa Perdarahan / BT 3 Duke: 1-3 menit
Masa Pembekuan / CT 13 9-15 menit
Karbohidrat
Gula Darah Sewaktu 115 <150 mg/dL
2. Foto Polos (Hasil tanggal 24/12/2019)
Tampak pelebaran lumen intestine dengan dinding yang menebal membentuk gambaran
“herring bone”, dengan air-fluid level (+)
Masih tampak bayangan udara di dalam sebagian colon.
Tidak tampak bayangan udara bebas intraperitoneum.
Psoas line & kontur kedua ren tidak jelas
Kesan:
Gambaran ileus obstruksi partial letak tinggi.
3. Foto Polos (Hasil tanggal 25/12/2019)
Foto abdomen 2 posisi (dibandingkan dengan foto dari RS luar tanggal 24-12-2019):
Masih tampak pelebaran lumen intestine dengan dinding yang menebal membentuk
gambaran “herring bone”; dengan air-fluid level (+)
Distribusi udara di dalam colon tampak berkurang.
Tidak tampak bayangan udara bebas itraperitoneum.
Psoas line & kontur kedua ren tidak jelas.
Kesan:
Masih tampak gambaran ileus obstruksi letak tinggi.
Tidak tampak gambaran pneumoperitoneum.
RESUME
Pasien rujukan dari Rumah Sakit Advent dengan diagnosa peritonitis et causa ileus
obstruksi.
Di IGD RS Imanuel, pasien mengeluh sakit perut secara tiba-tiba sejak 2 hari SMRS
disertai dengan mual, perut kembung, tidak nafsu makan, dan tidak bisa buang angina.
Sebelumnya pasien mengeluh BAB cair 5 kali berupa cairan bening. Pasien sudah
merasakan sakit perut hilang timbul selama 1 tahun ini.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan perut dalam keadaan distensi, nyeri tekan abdomen,
bising usus menghilang. Dari pemeriksaan darah lengkap didapatkan hemoglobin 13.4
g/dL, hematokrit 39%, eritrosit 4.61 juta/uL, dan leukosit 13.360/mm3. Dari pemeriksaan
foto abdomen didapatkan kesan ileus obstruksi letak tinggi.
IV. DIAGNOSIS KERJA
Ileus Obstruksi Letak Tinggi ec DD/ invaginasi, volvulus, appendicitis
V. PEMERIKSAAN ANJURAN
CT-Scan Abdomen
VI. PENGOBATAN
1. Terapi Non-Operatif
NGT
Antibiotik
2. Tindakan Operatif
Explorasi laparotomi
VII. PROGNOSIS
1. Ad vitam : Ad bonam
2. Ad fungsionam : Ad bonam
3. Ad sanationam : Dubia ad bonam
X. FOLLOW UP
26/12/2019 S: Luka bekas operasi terasa nyeri, sulit tidur, demam (+), mual (-), flatus (-)
O: TD: 130/80 mmHg, Suhu: 38.6°C, RR: 18 x/menit, HR: 92 x/menit, perut
distensi, nyeri tekan (-) di sekitar luka operasi, timpani (+), bising usus (-)
A: Post explorasi laparotomi + appendectomy
P: Obat: OMZ 1x40mg, ODR 2x4mg, Metronidazol drip 3x500mg, PCT drip
3x500 (PRN), Ceftriaxon 3x1gr
Puasa 2 hari
27/12/2019 S: Luka bekas operasi terasa nyeri, sulit tidur, demam (+), mual (+), flatus (+)
O: TD: 120/70 mmHg, Suhu: 37.7°C, RR: 20 x/menit, HR: 76 x/menit, perut
distensi, nyeri tekan (-) di sekitar luka operasi, timpani (+), bising usus (↓)
A: Post explorasi laparotomi + appendectomy
P: Terapi lanjut
Ganti verban dengan NaCl
28/12/2019 S: Nyeri luka bekas operasi berkurang, demam (+), mual (+), flatus (+),
BAB (+)
O: TD: 120/70 mmHg, Suhu: 37.5°C, RR: 20 x/menit, HR: 82 x/menit, perut
supel, timpani (+), bising usus (+)
A: Post explorasi laparotomi + appendectomy
P: Obat: Ceftriaxone 3x1gr, metronidazole 3x500mg, tramadol 3x50mg,
PCT drip 3x500mg (PRN)
Aff NGT dan kateter
Diet lunak
29/12/2019 S: Nyeri luka operasi, mules
O: TD: 120/60 mmHg, Suhu: 36.7°C, RR: 18 x/menit, HR: 68 x/menit, perut
supel, timpani (+), bising usus (+)
A: Post explorasi laparotomi + appedectomy
P: Obat: Ceftriaxone 3x1gr, PCT tab 3x500mg
Ganti verban dengan NaCl
BLPL
TINJAUAN PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
Ileus obstruksi adalah hilangnya atau adanya gangguan pasase isi usus yang
disebabkan oleh sumbatan mekanik. Obstruksi usus dapat disebabkan karena adanya lesi pada
bagian dinding usus, diluar usus, maupun di lumen usus. Obstruksi usus dapat bersifat akut
maupun kronis, parsial maupun total. Penyebab obstruksi kolon yang paling sering adalah
karsinoma, terutama pada daerah rektosigmoid dan kolon kiri distal. Sebagian besar obstruksi
mengenai usus halus. Obstruksi pada usus halus dapat disebabkan oleh strangulasi, invaginasi
atau sumbatan di dalam lumen usus. 75% dari kasus obstruksi usus halus disebabkan oleh
adhesi intraabdominal pasca operasi. Penyebab tersering lainnya adalah hernia inkarserata
dan penyakit Chron. Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan
diagnosis dini dan tindakan pembadahan darurat bila penderita ingin tetap hidup.1-3
II. ANATOMI
Usus Halus
1. Pars superior duodeni, yang hampir selalu ditutupi oleh peritoneum dan cukup
mobile.
2. Pars descenden duodenum terletak pada garis vertical dari apex pars superior
duodeni sampai sepertiga bagian horizontal. Pada bagian medialnya terdapat
ductus choledocus dan ductus pancreaticus wirsungi. Terletak di
retroperitoneum
3. Pars horizontalis duodenum, melintasi garis setinggi vertebra lumbalis ketiga.
Serta terletak di bagian depan vena cava inferior
4. Pars ascendens duodenum, terletak di anterior kiri aorta. Terdapat ligamentum
treitz yang memfiksasi pada bagian kaudal.
Pemisahan duodenum dan ileum ditandai oleh adanya ligamentum Treitz, yaitu
suatu pita muskulofibrosa yang berorigo pada krus dekstra diafragma dekat hiatus
esophagus dan berinsersi pada perbatasan anatara duodenum dn jejenum. Ligamentum
ini berperan sebagai penggantung (suspensorium). (1)
Sekitar duaperlima dari sisa usus halus adalah jejenum, dan tiga perlima
bagian akhirnya adalah ileum. Jejenum dan ileum digantung oleh mesenterium yang
merupakan lipatan peritoneum yang menyokong pembuluh darah dan limfe yang
menyuplai ke usus. Secara histologi, ileum memiliki plak peyeri dan jejenum
memiliki lapisan mukosa yang lebih tebal yang disebut plica sirkulare.
Perdarahan jejenum dan ileum berasal dari arteri mesenterika superior yang
dicabangkan dari aorta tepat dibawah arteri celiaca. Cabang cabang arteri jejenal dan
ileal muncul dari arteri mesenterka superior sebelah kiri. Mereka saling
beranastomosis dan membentuk arkade yang disebut vasa recta, yang menyupai
jejenum dan ileum dan terbentang diantarata mesenterium, jejenum memiliki arkade
lebih sedikit namun vasa recta yang lebih panjang. Sedangkan ileum memiliki 4-5
arkade dan vasa recta yang lebih pendek. Bagian ileum terbawah juga diperdarahi
oleh arteri ileokolika.(1,5)
Usus Besar
Kolon berbentuk tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 1,5m yang
terbentang dari sekum hingga rektum. Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon
asenden, kolon transversum, kolon desenden, kolon sigmoid, dan rektum. Kolon
transversum dan kolon sigmoid memiliki penggantung sendiri yang disebut
mesokolon tranversum dan mesocolon sigmoid, sehingga letaknya intraperitoneal.
Sedangkan kolon asending dan desending letaknya retroperitoneal.(6,7)
Secara histologi, usus beesar memiliki empat lapisan morfologik seperti usus
lain. Lapisan otot longitudinal usu besar tidak sempurna, tetapi terkumpul dalam tiga
pita yang disebut taenia koli. Panjang taenia koli lebih pendek daripada usus,
seehingga usus tertarik dan berkerut membentuk kantong-kantong kecil yang disebut
haustrae.(7)
Perdarahan usus besar secara garis besar diperdarahi oleh arteri meenterica
superior dan arteri mesnterica inferior. Arteri mesenterica superior bercabang menjadi
arteri kolika dekstra, arteri kolika media, arteri ileokolika, dan arteri appendikulare
yang kemudian memperdarahi sekum, kolon asendens, dan duapertiga proksimal
kolon transversum. Sedangkan arteri mesenterica inferior bercabang menjadi arteri
kolika sinistra, arteri sigmoid, dan arteri rektal superior yang kemudian memperdarahi
sepertiga distal kolon transversum, kolon desenden, kolon sigmoid, dan bagian
proksimal rektum. Pada rektum, terdapat supai darah tambahan yaitu arteri
hemoroidalis media dan inferior yang merupakan cabang dari arteri iliaka interna.(7)
Aliran balik vena usus besar melalui vena mesenterica superior, vena
mesenterika inferior dan vena hemoroidalis superior yang bermuara ke vena porta.
Vena hemoroidalis media dan inferior menuju ke vena iliaka.(7)
Kolon dipersarafi oleh serabut simpatis yang berasal dari nervus splangnikus
dan pleksus presakralis, sedangkan serabut parasimpatis berasal dari nervus vagus.(7)
Apendiks
Apendiks memiliki panjang yang bervariasi namun pada orang dewasa sekitar
5-15 cm. Pangkal apendiks keluar dari aspek posteromedial sekum; akan tetapi, arah
apendiks itu sendiri sangat bervariasi. Pada sebagian besar orang apendiks terletak
pada posisi retrosekal namun sering juga ditemukan posisi lain. Apendiks memiliki
gambaran sebagai berikut:
III. DEFINISI
Ileus obstruksi merupakan gangguan mekanik baik parsial maupun total dari
pasase isi usus. Ileus obstuktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang
terjadi karena adanya daya mekanik yang mempengaruhi dinding usus sehingga
menyebabkan penyempitan atau penyumbatan lumen usus. Hal ini menyebabkan
pasase lumen usus tergangggu.9
Ileus obstruksi disebut juga obstruksi lumen usus, disebut demikian apabila
disebabkan oleh strangulasi, invaginasi, atau sumbatan di dalam lumen usus. Pada
obstruksi harus dibedakan lagi obstruksi sederhana dari obstruksi strangulasi.
Obstruksi sederhana ialah obstruksi yang tidak disertai terjepitnya pembuluh darah.
Pada strangulasi ada pembuluh darah yang terjepit sehingga terjadi iskemia yang akan
berakhir dengan nekrosis atau gangren yang ditandai dengan gejala umum berat, yang
disebabkan oleh toksin dari jaringan gangren. Jadi strangulasi memperlihatkan
kombinasi gejala obstruksi dengan gejala sistemik akibat adanya toksin dan sepsis.
Obstruksi usus yang disebabkan oleh hernia, invaginasi, adhesi, dan volvulus
mungkin sekali disertai strangulasi. Sedangkan obstruksi oleh tumor atau obstruksi
oleh cacing askaris adalah obstruksi sederhana yang jarang menyebabkan
strangulasi.10
IV. EPIDEMIOLOGI
Ileus obstruksi merupakan kelainan bedah yang paling sering ditemui pada
usus halus. Adhesi intraabdominal pasca operasi merupakan etiologi yang paling
sering yaitu 75% dari seluruh kasus. Etiologi yang sering lainnya adalah hernia dan
penyakit Crohn. Pada kolon, kanker merupakan penyebab tersering darri ileus
obstruksi. Penyebab lainnya meliputi menyempitnya lumen usus karena diverkulitis
atau penyakit infeksi usus.3,13
Apendisitis lebih sering terjadi pada laki-laki 3:2 pada remaja dan dewasa
muda. Pada orang dewasa, kejadian apendisitis diperkirakan 1,4 kali lebih besar pada
laki-laki daripada perempuan. Insiden apendiktomi primer sama pada kedua jenis
kelamin.14
V. KLASIFIKASI
1. Secara umum
- Ileus obstruksi sederhana : obstruksi yang tidak disertai terjepitnya pembuluh
darah
- Ileus obstruksi strangulata: ada pembuluh darah yang terjepit sehingga terjadi
iskemia yang akan menyebabkan nekrosis atau gangren.
3. Berdasarkan stadium
Parsial : menyumbat sebagian lumen usus. Sebagian sisa makanan dan udara
masih dapat melewati tempat obstruksi.
Komplit : menyumbat total lumen usus.
Strangulasi : sumbatan kecil tapi dengan jepitan pembuluh darah.2
VI. ETIOLOGI
Penyebab ileus obstruksi secara umum dapat dibagi menjadi tiga mekanisme,
yaitu blokade intralumen,intramural atau lesi instrinsik dari dinding usus, kompresi
lumen atau konstriksi akibat lesi ekstrinsik dari usus. Lesi intraluminal seperti fekalit,
batu empedu, lesi intramural misalnya malignansi atau inflamasi, lesi ektralumisal
misalnya adhesi, hernia, volulus atau intususepsi.(3)
1. Adhesi
2. Hernia inkarserata
Hernia disebut hernia inkarserata bila isinya terjepit cincin hernia sehingga isi
kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut,
sehingga terjadi gangguan pasase atau gangguan vaskularisasi. Hernia
merupakan penyebab kedua terbanyak setelah adhesi dan merupakan
penyebab tersering pada pasien yang tidak mempunyai riwayat operasi
abdomen. 2
3. Askariasis
Obstruksi usus oleh cacing askaris paling sering ditemukan pada anak karena
higiene kurang sehingga infestasi cacing terjadi berulang. Obstruksi umunya
disebabkan oleh gumpalan padat yang terdiri atas sisa makanan dan puluhan
ekor cacing yang mati atau hampir mati akibat pemberian obat cacing.
Diagnosis obstruksi cacing didukung oleh riwayat pemberian obat cacing atau
pencahar, demam, serangan kolik, muntah, dan cacing keluar dari mulut atau
anus. 2
4. Invaginasi
Invaginasi atau intususepsi sering ditemukan pada anak dan agak jarang pada
dewasa muda. Invaginasi adalah masukya bagian usus proksimal
(intussuseptum) kedalam bagian yang lebih distal dari usus (intussupien).
Invaginasi umumnya berupa intususepsi ileosekal yang masuk dan naik ke
kolon asenden serta mungkin keluar dari rektum. Invaginasi dapat
mengakibatkan obstruksi ataupun nekrosis iskemik pada bagian usus yang
masuk dengan kompikasi perforasi dan peritonitis. 2
5. Volvulus
6. Kelainan kongenital
Dapat berupa stenosis atau atresia. Kelaianan bawaan ini akan menyebabkan
obstruksi setelah bayi mulai menyusui.2
7. Radang kronik
8. Tumor
Lebih dari separuh tumor jinak ditemukan di ileum, sisanya di duodenum dan
yeyenum. Tumor jinak usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi usus,
kecuali jika menimbulkan invaginasi (penyebab tidak langsung) atau karena
tumornya sendiri (penyebab langsung).
Separuh kasus tumor ganas terdapat di ileum. Keluhannya samar, seperti
penurunan berat badan dan sakit perut. Sama halnya dengan tumor jinak usus
halus, tumor ganas juga jarang menyebabkan obstruksi. 2
Ileus obstruksi pada kolon disebabkan 60% oleh malignansi, 20% oleh divertikulosis
dan 5% oleh volvulus sigmoid: 15
1. Karsinoma kolon
2. Volvulus
Volvulus terajadi akibar memutarnya usus (biasanya pada sekum ata sigmoid)
pada mesokolonnya sehingga menyebabkan obstruksi lumen dan gangguan
sirkulasi vena maupun arteri.
Volvulus sekum terjadi karena kelainan bawaan kolon kanan yang tidak
terletak retroperitoneal, jadi terdapat mesenterium yang panjang dan sekum
yang yang mobile karena tidak terfiksasi. Kelainan ini biasanya menyerang
pada usia 60 tahunan. Volvulus sigmoid terjadi karena mesenterium yang
panjang dengan basis yang sempit.2,15
3. Divertikel
4. Intususepsi/invaginasi
Intususepsi sering terjadi pada anak anak. Namun, sekitar 5-15% dari kasus
intususepsi di belahan bumi bagian Barat terjadi di orang dewasa, yang mana
dua per tiga kasusnya disebabkan oleh tumor atau polip di usus halus.2,15
5. Penyakit Hirschsprung
Penyebab kongenital dari penyakit ini diakibatkan dari kegagalan migrasi dari
neural crest ke kolon bagian distal. Sedangkan megakolon yang didapat
merupakan hasil dari adanya infeksi ataupun konstipasi kronis. Infeksi
Trypanosoma cruzi menyerang sel ganglion dan menyebabkan megakolon. 16
Apendisitis
Apendisitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri. Berbagai hal berperan sebagai
faktor pencetus. Ada beberapa faktor yang mempermudah terjadinya radang
apendisitis, antara lain:
Obstruksi
Faktor obstruksi adalah penyebab terpenting terjadinya apendisitis, obstruksi
yang terjadi antara lain disebabkan oleh hiperplasi kelenjar getah bening
(60%), fecalit (massa keras dari feses) 35%, corpus alienum (4%), striktur
lumen (1%).
Infeksi
Infeksi enterogen adalah faktor pathogenesis primer pada kasus apendisitis.
Bakteri yang sering menyebabkan infeksi pada apendiks antara lain
Bacteriodes fragilis, E. Coli, dan steptococcus. Kuman yang menyebabkan
perforasi adalah kuman anaerob sebesar 96% dan aerob <10%.
Tumor
Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan apendisitis ialah erosi mukosa
yang disebabkan oleh parasit seperti E. Histolytica. Ulserasi mukosa
merupakan tahap awal dari kebanyakan penyakit ini. Berbagai spesies bakteri
yang dapat diisolasi pada pasien apendisitis yaitu :
Klasifikasi:
VII. PATOFISIOLOGI
Apendiks yang mengalami sumbatan, kemungkinan oleh fekalit, tumor, atau benda
asing, akan terinflamasi dan mengalami edema. Proses inflamasi yang terjadi meningkatkan
tekanan intraluminal sehingga menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara
progesif dalam beberapa jam, yang terlokalisasi di kuadran kanan bawah dari abdomen.
Apendiks yang terinfeksi dapat menjadi nekrosis yang menimbulkan gangren sehingga
terbentuklah pus.
Hubungan antara ileus dan apendisitis cukup erat. Apendisitis dapat menyebabkan
obstruksi melalui dua patogenesis. Pertama adalah peran dalam terjadinya ileus obstruksi.
Pada apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hiperplasia
folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis dan neoplasma. Obstruksi
tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan, makin lama
mucus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan
sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen dan menghambat aliran limfe yang
mengakibatkan oedem, diapedesis bakteri, ulserasi mukosa, dan obstruksi vena sehingga
udem bertambah kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang
diikuti dengan nekrosis atau ganggren dinding apendiks sehingga menimbulkan perforasi.
Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat
fibrinosa. Kantong-kantong nanah(abses) terbentuk di antara perlekatan fibrinosa, yang
menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya sehingga membatasi infeksi.
Perlekatan biasanya menghilang bila infeksi menghilang, tetapi dapat menetap sebagai pita-
pita fibrosa. Perlekatan dapat terbentuk antara lengkung-lengkung usus yang meregang dan
dapat mengganggu pulihnya pergerakan usus dan mengakibatkan obstruksi usus.
Peran yang kedua adalah melalui proses infeksi pada suatu segmen usus di sekitar proses infeksi
sehingga menyebabkan segmental paralitik. Bila terjadi peradangan pada caecum atau pada
appendiks maka sfingter ileocaecal akan mengalami spasme, dan ileum akan mengalami
paralisis sehingga pengosongan ileum sangat terhambat. Keadaan ini akan menampakan
klinis obstruksi akibat tertahannya isi usus pada suatu segmen usus karena tidak adanya
pasase pada segmen tersebut.17
Apendisitis
Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai dengan demam ringan, mual,
muntah dan hilangnya nafsu makan.
Nyeri tekan local pada tititk McBurney bila dilakukan tekanan.
Nyeri tekan lepas
Terdapat konstipasi atau diare
Nyeri lumbal, bila appendiks melingkar dibelakang sekum
Nyeri defekasi, bila appendiks berada dekat rectal
Nyeri kemih, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih atau ureter.
Pemeriksaan rektal positif jika ujung appendiks berada di ujung pelvis
Tanda Rovsing dengan melakukan palpasi kuadran kiri bawah yang secara
paradoksial menyebabkan nyeri kuadran kanan.
Apabila appendiks sudah ruptur, nyeri menjadi menyebar, disertai distensi abdomen.
Pada pasien lansia tanda dan gejala appendiks sangat bervariasi. Pasien mungkin
tidak mengalami gejala sampai terjadi ruptur appendiks.17
Obstruksi
o Nyeri kolik
o Obstruksi usus halus : kolik dirasakan disekitar umbilikus
o Obstruksi kolon : kolik dirasakan disekitar suprapubik.
o Muntah
o Stenosis Pilorus : encer dan asam.
o Obstruksi usus halus : berwarna kehijauan.
o Obstruksi kolon : onset muntah lama.
o Perut Kembung (distensi)
o Konstipasi
o Tidak ada defekasi
o Tidak ada flatus2
IX. DIAGNOSIS
Anamnesis
Muntah sering ditemukan pada penderita gawat abdomen. Pada obstruksi letak
tinggi, muntah tidak akan berhenti, bahkan biasanya bertambah hebat. Sembelit
(konstipasi) didapatkan pada obstruksi usus besar dan pada peritonitis umum.
Nyeri tekan didapatkan pada letak iritasi peritoneum. Jika ada radang
peritoneum setempat, ditemukan tandan rangsang peritoneum yang sering disertai
defans muskuler. Pertanyaan mengenai defekasi, miksi, siklus haid, dan gejala lain
seperti keadaan sebelum serangan tanda gawat abdomen, harus dimasukan dalam
anamnesis.2
Pemeriksaan Fisik
Demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar 37,5-38,5 oC. Bila suhu lebih
tinggi, mungkin sudah terjadi perforasi.18
1. Inspeksi
2. Palpasi
Peristaltik usus sering normal. Peristaltik dapat hilang karena ileus paralitik
pada peritonitis generalisata akibat appendisitis perforata.18
Pemeriksaan colok dubur akan didapatkan nyeri kuadran kanan pada jam 9-12.
Colok dubur pada anak tidak dianjurkan. Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator
merupakan pemeriksaan yang lebih ditujukan untuk mengetahui letak apendiks. Uji
psoas dilakukan dengan rangsangan m. psoas lewat hiperekstensi atau fleksi aktif.
Bila apendiks yang meradang menempel di m.psoas, tindakan tersebut akan
menimbulkan nyeri. Uji obturator digunakan untuk melihat apakah apendiks yang
meradang kontak dengan m.obturator internus. Dengan gerakan fleksi dan endorotasi
sendi panggul pada posisi terlentang, pada apendisitis pelvika akan menimbulkan
nyeri.18
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Urin
USG Abdomen
Pemeriksaan USG abdomen berutujuan untuk melihat bagian dalam dari perut.
Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk membantu menegakkan suatu diagnosa
apendisitis jika pada pemeriksaan fisik dan pemeriksaan darah kurang kuat untuk
menegakkan diagnosa. Selain itu, pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendeteksi
adanya cairan bebas pada rongga perut atau menilai suatu jepitan pada usus.
Pemeriksaan ini kurang baik dalam mengevaluasi keadaan ileus, karena dihalangi
oleh udara pada distensi abdomen.19,20
Foto polos abdomen dalam posisi berdiri dan posisi lateral cukup murah dan
dapat dilakukan hampir dimanapun, tetapi juga relatif tidak spesifik. Foto polos
abdomen direkomendasi pada pemeriksaan awal untuk pasien yang stabil dan tidak
memiliki bukti infeksi serta gejala yang ringan. Selain itu, penggunaan medium
konstras unuk menilai gastroinstestinal lebih baik. Sebuah insiden penting pada
medium kontras berupa pencahar dari hipertonik media kontras. Sebuah metaanalisis
menunjukkan, karena efek ini, studi efek kontras dapat mengurangi kebutuhan
laparatomi untuk adhesiolisis dan juga mempersingkat waktu perawatan di rumah
sakit. 20
CT-Scan Abdomen
Penatalaksanaan
Ileus obstruksi di usus harus dihilangkan segera setelah keadaan umum diperbaiki.
Tindakan umum sebelum dan sewaktu pembedahan meliputi tatalaksana dehidrasi, perbaikan
keseimbangan elektrolit, dan dekompresi pipa lambung. Pada strangulasi, tidak ada waktu
untuk memperbaiki keadaan umum, sehingga strangulasi harus segera diatasi.2
1. Terapi Konservatif
Pasien dengan ileus obstruksi bisanya mengalami dehidrasi dan
kekurangan elektrolit (Natrium, kalium, dan klorida) akibat
berkuranganya intake makanan, muntah, sehingga membutuhkan
penggantian cairan intravena dengan cairan salin isotonic seperti
Ringer Laktat. Koreksi melalu cairan ini dapat dimonitor melalui urin
dengan menggunakan kateter , tanda tanda vital, pemeriksaan
laboratorium, tekanan vena sentral. 3,15
Pemberian antibiotik broadspectrum dapat diberikan sebagai
profilaksis atas dasar temuan adanya translokasi bakteri pada ileus
obstruksi. Injeksi Ceftriakson 1 gram 1 kali dalam 24 jam dapat
diberikan sebagai profilaksis. Antiemetik dapat juga diberikan untuk
mengatasi muntah.3,15
Dekompresi traktus gastrointestinal dengan menggunakan nasogastric
tube (NGT) dan pasien dipuasakan. Hal ini berguna untuk
mengeluarkan udara dan cairan dan untuk mengurangi mual, distensi,
dan resiko aspirasi pulmonal karena muntah.3,15
Pada ileus obstruksi parsial, biasanya dilakukan tindakan konservatif
dan pemantauan selama 3 hari. Penelitian menunjukkan adanya
perbaikan dalam pasien dengan keadaan tersebut dalam waktu 72 jam.
Namun jika keadaan pasien tidak juga membaik dalam 48 jam setelah
diberi terapi cairan dan sebagainya, makan terapi operatif segera
dilakukan.3,15
2. Operatif
Secara umum, pasien dengan ileus obstruksi total memerlukan
tindakan operatif segera, meskipun operasi dapat ditunda untuk memperbaiki
keadaan umum pasien bila sangat buruk. Operasi dapat dilakukan bila
rehidrasi dan dekompresi nasogastrik telah dilakukan. (3,9)
- Strangulasi
- Obstruksi total
- Hernia inkarserata
Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada
obstruksi ileus :
a) Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah
sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-
strangulasi, jepitan oleh adhesi atau pada volvulus ringan.
b) Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati" bagian
usus yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.
Tindakan dekompresi usus dan koreksi air dan elektrolit serta menjaga
kesimbangan asam basa darah tetap dilaksanakan pasca tindakan operasi. Pada
obstruksi lanjut, apalagi bila telah terjadi strangulasi, monitoring pasca bedah
saangat penting sampai 6-7 hari pasca bedah. Bahaya pada pasca bedah ialah
toksinemia dan sepsis. Gambaran klinisnya biasanya tampak pada hari ke 4-5
pasca bedah. Pemberian antibiotika dengan spektrum luas dan disesuaikan
dengan hasil kultur kuman sangatlah penting.
PROGNOSIS
Angka kematian pada ileus obstruksi usus non-strangulasi adalah < 5 %, dengan
banyaknya kematian terjadi pada pasien usia lanjut dengan komorbid. Angka kematian pada
operasi ileus obstruksi usus strangulasi berkisar 8-25%. (3)
Pada ileus obstruksi kolon, biasanya angka kematian berkisar antara 15 – 30 %. Perforasi sekum
merupakan penyebab utama kematian. Prognosisnya baik bila diagnosis dan tindakan diakukan dengan cepat.
DAFTAR PUSTAKA