APPENDICITIS
Disusun Oleh :
VIDYA REZA ANDINI
20214010008
Pembimbing :
PRESENTASI KASUS
APPENDICITIS
Oleh :
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Usia : 13 tahun
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
VAS : 3/10
Pemeriksaan Kepala:
o Wajah : simetris, normocephal
o Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
o Telinga : sekret (-), perdarahan (-)
o Hidung : sekret (-), epistaksis (-)
Pemeriksaan Leher:
o Kelenjar tiroid : tidak ditemukan pembengkakan
o Kelenjar limfonodi : tidak ditemukan pembengkakan
Pemeriksaan Thorax:
o Inspeksi : jejas (-), simetris (+), ketinggalan gerak (-)
o Palpasi : VF kanan=kiri, nyeri tekan (-)
o Perkusi : sonor/sonor
o Auskultasi : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Pemeriksaan Abdomen:
o Inspeksi : distensi (-), jejas (-), darm contour (-), darm
steifung (-)
o Auskultasi : BU (+)
o Perkusi : timpani (+), nyeri ketok (+)
o Palpasi : nyeri tekan seluruh lapang abdomen (+), nyeri
lepas (+), defans muskular seluruh lapang
abdomen
(+), Rovsing’s sign (+), Psoas sign (+), Obturator
sign (+)
Pemeriksaan Ekstremitas:
o Akral hangat, oedem (-), CRT < 2 detik
NILAI
PARAMETER HASIL SATUAN
NORMAL
Hemoglobin 14,2 gr/dL 12,8 – 16,8
Leukosit 10,7 10^3/ul 4,5 – 13,0
Hematokrit 41 % 40 – 50
Eritrosit 5,3 10^6/ul 4,40 – 5,90
Trombosit 377 10^3/ul 150 – 400
MCV 78 fL 80 – 100
MCH 27 pg 26 – 34
MCHC 35 g/dL 34 – 36
DIFFERENTIAL COUNT
Neutrofil 82,10 % 50 – 70
Limfosit 8,10 % 25 – 40
Monosit 9,70 % 2–8
Eosinofil 0,00 % 2,00 – 4.00
Basofil 0,10 % 0–1
B. Pemeriksaan Radiologi
1. Foto Thorax (6/1/2022)
Keterangan:
Klinis: abdominal pain
- Corakan pulmo normal
- Sinus lancip, diafragma licin
- Cor CTR tidak valid dinilai (inspirasi < dalam)
Kesan:
- Pulmo normal
- Besar cor tidak valid untuk dinilai
2. Foto Abdomen 3 Posisi (6/1/2022)
Keterangan:
Klinis: abdominal pain
- Pre peritoneal fat, psoas line dan renal outline samar
- Distribusi udara usus merata
- Tampak distensi udara usu halus dengan coil spring dan herring
bone app
- Tampak air fluid level (+)
- Tak tampak udara bebas cavum peritoneum
Kesan:
- Sesuai gambaran ileus obstruktivus letak tinggi
V. DIAGNOSIS
Peritonitis umum ec apendisitis perforasi
VI. TATALAKSANA
Laparatomi appendektomi
Awasi KU/VS
Infus RL 20 tpm
Injeksi ceftriaxone 1 gr/12 jam
Injeksi metronidazole 500 mg/8 jam
Injeksi ketorolac 30 mg/8 jam
Injeksi ranitidin 50 mg/12 jam
Injeksi kalnex 500 mg/8 jam
Diet bertahap
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
II. ANATOMI
III. FISIOLOGI
IV. ETIOLOGI
V. PATOGENESIS
VI. KLASIFIKASI
A. Apendisitis Akut
B. Apendisitis Rekurens
C. Apendisitis Kronis
B. Pemeriksaan Fisik
Tanda vital seperti peningkatan suhu jarang > 1oC (1.8oF) dan
denyut nadi normal atau sedikit meningkat. Apabila terjadi perubahan
yang signifikan dari biasanya menunjukkan bahwa komplikasi atau
perforasi telah terjadi atau diagnosis lain harus dipertimbangkan.
Perforasi apendiks vermikularis akan menyebabkan peritonitis purulenta
yang di tandai dengan demam tinggi, nyeri makin hebat berupa nyeri
tekan dan defans muskuler yang meliputi seluruh perut, disertai pungtum
maksimum di regio iliaka kanan, dan perut menjadi tegang dan
kembung. Jika dilakukan palpasi akan didapatkan nyeri tekan pada titik
McBurney (+) yang terbatas pada regio iliaka kanan, biasanya disertai
nyeri lepas. Defans muskuler menunjukkan adanya rangsangan parietal.
Rovsing’s sign (+) adalah apabila melakukan penekanan pada perut kiri
bawah maka akan dirasakan nyeri pada perut kanan bawah.
C. Alvarado Score
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
2. Pemeriksaan Urinalisis
3. Radiografi
Mual, muntah, dan diare mendahului rasa sakit. Sakit perut dirasa
lebih ringan dan tidak tegas. Hiperperistaltik sering ditemukan. Demam
dan leukositosis kurang menonjol.
B. Diverticulitis
D. Peradangan Pelvis
E. Kehamilan Ektopik
H. Endometriasis Eksterna
I. Kolisistis Akut
IX. PENATALAKSANAAN
A. Sebelum Operasi
1. Observasi
2. Antibiotik
Pemberian antibiotik spektrum luas dan untuk bakteri gram
negatif serta anaerob untuk menurunkan terjadinya infeksi post
operasi. Antibiotik profilaksis harus diberikan sebelum operasi
dimulai. Apendisitis ganggrenosa atau apenditis perforasi
memerlukan antibiotik, kecuali apendiksitis tanpa komplikasi tidak
memerlukan antibiotik. Penundaan tindakan bedah sambil
memberikan antibiotik dapat mengakibatkan abses atau preforasi.
1. Laparatomi
2. Laparoskopi
XI. KOMPLIKASI
KESIMPULAN
Apendisitis adalah radang pada usus buntu atau dalam bahasa latinnya apendiks
vermiformis, yaitu suatu organ yang berbentuk memanjang dengan panjang 6 – 9 cm
dengan pangkal terletak pada bagian pangkal usus besar bernama caecum yang terletak
pada perut kanan bawah. Apendiks pertama kali tampak saat perkembangan embriologi
minggu ke-8 yaitu bagian ujung dari protuberans caecum. Persarafan parasimpatis
berasal dari cabang n. Vagus dan persarafan simpatis berasal dari n. Torakalis X.
Pendarahan apendiks berasal dari a. Apendikularis yang merupakan arteri tanpa
kolateral atau end arteri. Bila terjadi penyumbatan pada arteri tersebut, makan apendiks
akan mengalami gangrene.
Rahmawati, Luthfiana. (2018). Penerapan Teknik Relaksasi Nafas Dalam pada Pasien
Post Operasi Apendiktomi dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Rasa
Aman Nyaman di RSUD Sleman [Karya Tulis Ilmiah]. Prodi D III Keperawatan
Jurusan Keperawatan. Yogyakarta: Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan.
Rubama, Sylvan dr. (2019). Laporan Kasus Appendicitis Akut [Laporan Kasus].
Program Internship Dokter Indonesia. Mataram: Rumah Sakit Islam Siti Hajar
Mataram.
Sindunata, Nyoman Aditya. (2016). Laporan Kasus Apendisitis Akut [Laporan Kasus].
Fakultas Kedokteran. Surabaya: Universitas Pelita Harapan.
Sjamsuhidrajat, Karmadihardja W. (2007). Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidrajat, Ed.
3. Jakarta: EGC.
Triyani, Ida. (2020). Studi Literatur: Pemberian Teknik Relaksasi Genggam Jari pada
Pasien Post Operasi Apendiktomi dengan Masalah Keperawatan Nyeri [Karya
Tulis Ilmiah]. Fakultas Ilmu Kesehatan. Ponorogo: Universitas Muhammadiyah
Ponorogo.
Wim de Jong. (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed. 2. Jakarta: EGC.