Disusun oleh :
Dwi Sari Ningsih
20184010154
Pembimbing :
dr. Yulius Setyowibowo Sp Rad
PRESENTASI KASUS
Oleh :
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. M
Usia : 79 Tahun
ANAMNESIS
Keluhan utama :
Pasien datang ke IGD RSUD dr. Tjitrowardojo dengan keluhan nyeri perut sejak 3 hari
yang lalu. BAB tidak bisa sejak 2 hari yang lalu, BAK tidak lancar, mual (+), muntah (+).
Rheumatoid Arthritis
Tidak ada keluarga yang pernah mengalami keluhan serupa, Hipertensi (-), DM (-)
ANAMNESIS SISTEM
PEMERIKSAAN FISIK
d. Pemeriksaan kepala
Mata : Pupil isokor 3mm/3mm, Sklera ikterik (-/-), CA (-/-)
Telinga : secret (-), perdarahan (-)
Hidung : secret (-), epistaksis (-), massa (-)
e. Pemeriksaan leher
Kalenjar tiroid : tidak ditemukan perbesaran
Kalenjar limfonodi : tidak ditemukan perbesaran
Trachea : tidak ditemukan kelainan
f. Pemeriksaan thorax
Inspeksi : jejas (-), simetris, tak ada ketertinggalan gerak, deformitas (-)
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler, wheezing (-), ronkhi (-)
g. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : distensi (+), jejas (-), benjolan (-), darm steifung, dram kontur
Auskultasi : BU (+) menurun, metalic sound (-)
Perkusi : timpani
Palpasi : nyeri tekan (+), supel
Pemeriksaan Ektermitas:
Edema (-), CRT <2 detik
Rectal Toucher:
- TMSA mencengkeram baik
- Ampula colaps
- Mukosa kasar
- Tidak teraba massa, prostat ukuran normal
- Nyeri (-)
- darah (-) feses (-)
Diagnosis sementara
Colic Abdomen
Diagnos kerja
Ileus Obstruksi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Abdomen 3 posisi
Hasil pemeriksaan
Kesan :
- Pneumoperitoneum
- Tak tampak tanda bowel obstruction
- Kalsifikasi soft tisue regio glutealis dektra
Thorak
Foto thorak PA view, simetris, inspirasi dan kondisi cukup
Hasil pemeriksaan
- Tampak perselubungan inhomogen batas tak tegas paracardial dextra
- Corakan bronchovasculer pulmo sinistra kasar
- Kedua diafragma licin
- Kedua sinus costofrenikus lancip
- Cor CTR > 0,50
- Sistema tulang yang tervisualisasi intak
Kesan :
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pneumoperitoneum
1. Definisi pneumoperitoneum
Pneumoperitoneum adalah adanya udara bebas dalam ruang peritoneum yang
biasanya terkait dengan perforasi dari usus kecil. Namun, setiap viskus berlubang dapat
menyebabkan terjadinya pneumoperitoneum. Penyebab paling umum dari
pneumoperitoneum adalah perforasi saluran pencernaan yaitu lebih dari 90%. Perforasi
dari lambung atau duodenum yang disebabkan oleh ulkus peptikum dianggap penyebab
paling umum dari pneumoperitoneum. Pneumoperitoneum juga dapat diakibatkan
karena pecahnya divertikular atau trauma abdomen. Ini biasanya muncul dengan tanda-
tanda dan gejala peritonitis, dan adanya gas subphrenic dalam radiograf dada tegak
adalah temuan radiologis yang paling umum. Dalam kebanyakan kasus,
pneumoperitoneum memerlukan eksplorasi bedah mendesak dan intervensi dengan
segera.
2. Antomi peritoneum
Peritoneum adalah mesoderm lamina lateralis yang tetap bersifat epitelial. Pada
permulaan, mesoderm merupakan dinding dari sepasang rongga yaitu coelom. Di antara
kedua rongga terdapat entoderm yang merupakan dinding enteron. Enteron didaerah
abdomen menjadi usus. Kedua rongga mesoderm, dorsal dan ventral usus saling
mendekat, sehingga mesoderm tersebut kemudian menjadi peritonium.
3. Etiologi Pneumoperitoneum
Penyebab pneumoperitoneum yang sering adalah adanya gangguan pada
dinding viskus berongga. Penyebab pneumoperitoneum pada anak-anak berbeda
dengan orang dewasa.
Penyebab Pneumoperitoneum diantaranya yaitu :
- Perforasi viskus berongga
1. Peptic ulcer disease
2. Iskemik usus
3. Obstruksi usus
4. NEC
5. Appendisitis
6. Divertikulitis
7. Malignasi
8. Inflamatory bowel disease
9. Perforasi mekanik (trauma, colonoscopy, benda asing, iatrogenik)
- Udara bebas intraperitoneal post operativ
- Dialisis peritoneal
- “aspirasi” vagina
- Ventilasi mekanik
- Pneumomediastinum
- Pneumothoraks
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis tergantung pada penyebab pneumoperitoneum. Penyebab yang
ringan biasanya gejalanya asimtomatik, tetapi pasien mungkin mengalami nyeri perut
samar akibat perforasi viskus perut, tergantung pada perkembangan selanjutnya bisa berupa
peritonitis. Tanda dan gejala berbagai penyebab perforasi peritoneum mungkin seperti kaku
perut, tidak ada bising usus, nyeri epigastrium atau jatuh pada kondisi shock yang parah.
5. Pencitraan
Gambaran Foto Polos Radiologis
Teknik radiografi yang optimal penting pada kecurigaan perforasi abdomen,
paling tidak diambil 2 foto, meliputi foto abdomen posisi supine dan foto thorax posisi
erect atau left lateral decubitus (LLD). Udara bebas walawpun dalam jumlah yang
sedikit dapat dideteksi pada foto polos. Pasien tetep berada pada posisi tersebut selama
5-10 menit sebelum foto di ambil.
B. Etiologi
C. Patofisiologi
1. Respon Usus Halus Terhadap Obstruksi
Normalnya, sekitar 2 L asupan cairan dan 8 L sekresi dari gaster, intestinal dan
pankreaticobilier ditansfer ke intestinal setiap harinya. Meskipun aliran cairan menuju ke
intestinal bagian proksimal, sebagian besar cairan ini akan diabsorbsi di intestinal bagian
distal dan kolon. Ileus obstruksi terjadi akibat akumulasi cairan intestinal di proksimal
daerah obstruksi disebabkan karena adanya gangguan mekanisme absorbsi normal
proksimal daerah obstruksi serta kegagalan isi lumen untuk mencapai daerah distal dari
obstruksi.
2. Strangulasi
Obstruksi strangulasi adalah hilangnya aliran darah di segmen obtruksi dari
intestinal. Hal ini dapat terjadi karena adanya penekanan langsung dari vasa mesenteric
atau sebagai akibat perubahan lokal pada dinding intestinal. Komplikasi ini sering
berhubungan dengan obstruksi yang disebabkan oleh hernia dan volvulus. Obstruksi
strangulasi pada kolon paling sering disebabkan oleh volvulus.
3. Obstruksi Gelung Tertutup
Terjadi saat obstruksi terdapat di dua tempat. Volvulus merupakan sebab yang
paling sering dan dapat juga menyebabkan terjadinya perputaran mesenterium.
Obstruksi di bagian distal dari usus besar juga dapat menyebabkan terjadinya closed
loop obstruction jika katup ileocekal masih tersisa. Saat tekanan intralumen di segmen
obstruksi meningkat, sekresi cairan ke dalam lumen meningkat sementara absorbsinya
menurun. Kepentingan klinis yang mungkin terjadi akibat fenomena ini ialah
meningkatnya resiko kejadian strangulasi. Distensi pada obstruksi gelung tertutup
terjadi sangat cepat sehingga biasanya strangulasi terjadi lebih dahulu bahkan sebelum
gejala klinis dari obstruksi tampak jelas.
4. Obstruksi Parsial Intestinal
Pada obstruksi parsial, lumen tak sepenuhnya tersumbat. Adhesi merupakan
penyebab tersering dari gangguan ini dan jarang sekali mengakibatkan terjadinya
strangulasi. Obstruksi parsial kronis dapat menyebabkan terjadinya penebalan dinding
intestinal akibat hipertrofi otot. Perpanjangan waktu kontraksi dan peningkatan
kelompok kontraksi merupakan karakteristik yang dapat ditemukan. Kelainan motoris
ini dan kemungkinan berhubungan dengan pertumbuhan bakteri dapat menyebabkan
terjadinya malabsorbsi, distensi dan diare sekretorik.
E. Klasifikasi
Ileus obstruksi dibagi lagi menjadi tiga jenis dasar (Sjamsuhidajat & Jong, 2005) :
1. Ileus obstruksi usus halus, yaitu obstruksi letak tinggi dimana mengenai duodenum,
jejunum dan ileum
2. Ileus obstruksi usus besar, yaitu obstruksi letak rendah yang mengenai kolon, sigmoid
dan rectum.
F. Manifestasi Klinis
Terdapat 4 tanda kardinal gejala ileus obstruksi :
1. Nyeri abdomen
2. Muntah
3. Distensi
4. Kegagalan buang air besar atau gas (konstipasi).
Gejala ileus obstruksi tersebut bervariasi tergantung kepada:
1. Lokasi obstruksi
2. Lamanya obstruksi
3. Penyebabnya
4. Ada atau tidaknya iskemia usus (Ullah et al., 2009)
Gejala utama dari obstruksi ialah nyeri kolik, mual dan muntah dan obstipasi.
Adanya flatus atau feses selama 6-12 jam setelah gejala merupakan ciri khas dari obstruksi
parsial. Nyeri kram abdomen bisa merupakan gejala penyerta yang berhubungan dengan
hipermotilitas intestinal proksimal daerah obstruksi. Nyerinya menyebar dan jarang
terlokalisir, namun sering dikeluhkan nyeri pada bagian tengah abdomen. Saat peristaltik
menjadi intermiten, nyeri kolik juga menyertai. Saat nyeri menetap dan terus menerus kita
harus mencurigai telah terjadi strangulasi dan infark. (Whang et al., 2005)
Tanda-tanda obstruksi usus halus juga termasuk distensi abdomen yang akan
sangat terlihat pada obstruksi usus halus bagian distal ileum, atau distensi bisa tak terjadi
bila obstruksi terjadi di bagian proksimal usus halus, dan peningkatan bising usus. Hasil
laboratorium terlihat penurunan volume intravaskuler, adanya hemokonsentrasi dan
abnormalitas elektrolit. Mungkin didapatkan leukositosis ringan.
G. Diagnosis
Diagnosis ileus obstruktif tidak sulit; salah satu yang hampir selalu harus
ditegakkan atas dasar klinik dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik, kepercayaan atas
pemeriksaan radiologi dan pemeriksaan laboraorium harus dilihat sebagai konfirmasi dan
bukan menunda mulainya terapi yang segera. Diagnosa ileus obstruksi diperoleh dari :
1. Anamnesis
Pada anamnesis ileus obstruksi usus halus biasanya sering dapat ditemukan
penyebabnya, misalnya berupa adhesi dalam perut karena pernah dioperasi sebelumnya
atau terdapat hernia (Sjamsuhudajat & Jong, 2004). Pada ileus obstruksi usus halus
kolik dirasakan di sekitar umbilkus, sedangkan pada ileus obstruksi usus besar kolik
dirasakan di sekitar suprapubik. Muntah pada ileus obstruksi usus halus berwarna
kehijaun dan pada ileus obstruksi usus besar onset muntah lama.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Pada palpasi didapatkan distensi abdomen dan perkusi tympani yang menandakan
adanya obstruksi. Palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi peritoneum apapun
atau nyeri tekan, yang mencakup ‘defance musculair’ involunter atau rebound dan
pembengkakan atau massa yang abnormal.
c. Auskultasi
3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium pada pasien yang diduga mengalami obstruksi intestinal
terutama ialah darah lengkap dan elektrolit, Blood Urea Nitrogen, kreatinin dan serum
amylase. Obstruksi intestinal yang sederhana tidak akan menyebabkan perubahan pada
hasil laboratorium jadi pemeriksaan ini tak akan banyak membantu untuk diagnosis
obsruksi intestinal yang sederhana. Pemeriksaan elektrolit dan tes fungsi ginjal dapat
mendeteksi adanya hipokalemia, hipokhloremia dan azotemia pada 50% pasien.
H. Diagnosis Banding
Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada
obstruksi ileus.
1. Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah sederhana
untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata nonstrangulasi,
jepitan oleh streng/adhesi atau pada volvulus ringan.
2. Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati" bagian usus
yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.
3. Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi, misalnya
pada Ca stadium lanjut.
4. Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung usus
untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinomacolon,
invaginasi strangulata, dan sebagainya.
Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan operatif
bertahap, baik oleh karena penyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya,
misalnya pada Ca sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja, kemudian hari
dilakukan reseksi usus dan anastomosis. (Ullah et al., 2009).
B. Komplikasi
PEMBAHASAAN RADIOLOGI
a. Foto polos abdomen (foto posisi supine, posisi tegak abdomen atau posisi dekubitus) dan
posisi tegak thoraks
Prosedur foto polos 3 posisi dilalukan dalam posisi:
1. Abdomen AP supine
Tujuan : memperlihatkan ada/tidaknya penebalan/distensi pada kolon yang disebabkan
oleh massa atau gas pada kolon.
2. Abdomen AP setengah duduk
Tujuan : menampakan udara bebas dibawah diafragma
3. Abdomen LLD ( left lateral decubitus )
Tujuan : memperlihatkan air fluid level atau udara bebas yang mungkin terjadi akibat
perforasi kolon.
Temuan spesifik untuk obstruksi usus halus ialah dilatasi usus halus ( diameter > 3
cm ), adanya air-fluid level pada posisi foto abdomen tegak, dan kurangnya gambaran
udara di kolon. Sensitifitas foto abdomen untuk mendeteksi adanya obstruksi usus halus
mencapai 70-80% namun spesifisitasnya rendah. Pada foto abdomen dapat ditemukan
beberapa gambaran, antara lain:
b) step-ledder sign
5) String of pearls sign, gambaran beberapa kantung gas kecil yang berderet
6) Coffee-bean sign, gambaran gelung usus yang distensi dan terisi udara dan
gelung usus yang berbentuk U yang dibedakan dari dinding usus yang oedem.
7) Pseudotumor Sign, gelung usus terisi oleh cairan.(Moses, 2008)
Ileus paralitik dan obstruksi kolon dapat memberikan gambaran serupa
dengan obstruksi usus halus. Temuan negatif palsu dapat ditemukan pada
pemeriksaan radiologis ketika letak obstruksi berada di proksimal usus halus dan
ketika lumen usus dipenuhi oleh cairan saja dengan tidak ada udara. Dengan
demikian menghalangi tampaknya air-fluid level atau distensi usus. Keadaan
selanjutnya berhubungan dengan obstruksi gelung tertutup. Meskipun terdapat
kekurangan tersebut, foto abdomen tetap merupakan pemeriksaan yang penting
pada pasien dengan obstruksi usus halus karena kegunaannya yang luas namun
memakan biaya yang sedikit.
Gambar 2.10 Step ledder sign (Nobie, 2009) Gambar 2.11 Intususepsi (coiled-spring
appearance).(Khan,2009)
DAFTAR PUSTAKA
Bickle IC, Kelly B. 2002. Abdominal X Rays Made Easy: Normal Radiographs. studentBMJ April
2002;10:102-3
Edelman, RR. 2010. Pregnancy and Small Bowel Obstruction. Retrieved June 13th, 2016,
tip.com/serv1.php?type=img&img=Pregnancy%20and%20Small%20Bowel%20Obstr uction
Eroschenko, V. P. 2003. Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi Fungsional (9 ed.). (D. Anggraini, T.
M. Sikumbang, Eds., & J. Tambayong, Trans.) Jakarta: EGC
Evers, B. M. 2004. Small Intestine. In T. c. al, Sabiston Textbook Of Surgery (17 ed., pp. 1339-1340).
Philadelphia: Elseviers Saunders
Hagen-Ansert, S. 2010. Sonographic Evaluation of the Acute Abdomen. Retrieved June 13th,
http://www.gehealthcare.com/usen/education/proff_leadership/products/msucmeaa.ht ml
Khan, A. N. (2009, September 11). Small Bowel Obstruction. Retrieved June 13th, 2016, Available at
emedicine: http://emedicine.medscape.com/article/374962-overview
http://www.fpnotebook.com/Surgery/GI/MchnclIls.htm
Nobie, B. A. (2009, November 12). Obstruction, Small Bowel. Retrieved June 13th, 2016, from
emedicine: http://emedicine.medscape.com/article/774140-overview
Price, S. A. 2003. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. (S. A. Price, L. McCarty, &
Wilson, Eds.) Jakarta: EGC