Anda di halaman 1dari 26

PRESENTASI KASUS

TENSION PNEUMOTHORAX

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Bagian
Ilmu BEDAH RSUD Dr. Tjitrowardojo Purworejo

Disusun Oleh :

FAJARISKA KUSUMA JATI

20214010013

Pembimbing :

dr. SYAMSUL BURHAN, Sp. B

SMF ILMU BEDAH

RSUD Dr. TJITROWARDOJO PURWOREJO

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2022
HALAMAN PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS

TENSION PNEUMOTHORAX

Telah disetujui pada tanggal Juni 2022

Oleh :

Pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah

dr. SYAMSUL BURHAN, Sp. B


BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. EH
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 12 tahun
Tanggal Lahir : 05/06/2010
Alamat : Tanjung Priok, Jakarta Utara
Tanggal Masuk : 18 April 2022
Diagnosa Masuk : Tension Pneumothorax Sinistra

II. ANAMNESIS

A. Keluhan Utama

Pasien datang ke IGD RSUD dr. Tjitrowardojo Purworejo dengan keluhan sesak
napas.

B. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien post jatuh dari sepeda saat bermain 1 jam SMRS dengan dada kiri
membentur jalan, datang ke IGD RSUD dr. Tjitrowardojo Purworejo dengan
keluhan sesak napas. Keluhan disertai nyeri dada kiri, nyeri pinggang kiri, luka di
pinggang kiri dan lengan kiri, gelisah (±). Diketahui pasien sempat pingsan sesaat
setelah jatuh dari sepeda selama ±1 menit, mual (-), muntah (-), ingat kejadian (+).
C. Riwayat Penyakit Dahulu

Disangkal adanya hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, asma, alergi obat,
maupun TBC.

D. Riwayat Penyakit Keluarga

Disangkal adanya hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, asma, alergi obat,
maupun TBC.

III. PEMERIKSAAN FISIK

• Kesan Umum : sedang


• Kesadaran : Compos mentis, E4V5M6
• Tanda-tanda Vital :

o Tekanan darah : 100/67 mmHg


o Nadi : 128 x/menit
o Pernafasan : 28 x/menit
o Suhu : 36,7 oC
o SpO2 : 95%

• Pemeriksaan Kepala:

o Wajah : simetris, jejas (-), sianosis (-)


o Mata : conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
o Telinga : sekret (-), perdarahan (-)
o Hidung : sekret (-), epistaksis (-), napas cuping hidung (+)

• Pemeriksaan Leher:

o Kelenjar tiroid : tidak ditemukan pembengkakan


o Kelenjar limfonodi : tidak ditemukan pembengkakan
o Vena jugularis : distensi (-)

• Pemeriksaan Thorax:

o Inspeksi : jejas (+), ketinggalan gerak dada (-/+)


o Palpasi : nyeri tekan (+), krepitasi (-/+)
o Perkusi : sonor/hipersonor
o Auskultasi : vesikuler (+/↓), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

• Pemeriksaan Abdomen:

o Inspeksi : distensi (-), VE di pinggang kiri


o Auskultasi : BU (+) normal
o Perkusi : timpani (+)
o Palpasi : nyeri tekan (-)

• Pemeriksaan Ekstremitas:

o Akral hangat, oedem (-), keringat dingin (-)


o VE di olecranon sinistra, NT (+)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Pemeriksaan Laboratorium Darah

NILAI
PARAMETER HASIL SATUAN
NORMAL
Hemoglobin 14,5 gr/dL 11,8 – 15,0
Hematokrit 42 % 40 – 50
Leukosit 11,6 10^6/ul 4,5 – 13,5
Eritrosit 5,6 10^3/ul 4,40 – 5,90
Trombosit 228 10^3/ul 150 – 400
MCV 75 fL 80 – 100
MCH 26 pg 26 – 34
MCHC 34 g/dL 34 – 36
DIFFERENTIAL COUNT
Neutrophil 75,10 % 50 – 70
Limfosit 16,20 % 25 – 40
Monosit 7,90 % 2–8
Eosinofil 0,50 % 2,00 – 4.00
Basofil 0,30 % 0–1

TLC 1,88 10^3/ul 1,00 – 3,70


NLR 4,6
KIMIA KLINIK
Gula Darah Sewaktu 130 mg/dL 60 –100
HBsAg Non reaktif

B. Pemeriksaan Radiologi

1. Foto Thorax (16/04/2022)

Keterangan:

Foto Thorax PA, asimetris, inspirasi dan kondisi cukup, hasil:

- Tampak hiperlusensi hemithorax sinistra dengan tampak gambaran kolaps


pulmo sinistra, mediastinum tampak deviasi ke dextra
- Coracan bronchovascular pulmo dextra tampak normal
- Kedua diafragma licin
- Kedua sinus costophrenicus lancip
- Cor, CTR < 0,50
- Tampak discontinuitas os Costae 7,8,9 sinistra aspek posterolateral, aposisi
dan alignment cukup
Kesan:

- Mengarah gambaran tension pneumothorax sinistra


- Pulmo dextra tak tampak kelainan
- Besar cor normal
- Fraktur complete os costae 7,8,9 sinistra aspek posterolateral, aposisi dan
alignment cukup

2. Foto Thorax (17/04/2022)

Keterangan:

Foto Thorax AP, asimetris, inspirasi dan kondisi cukup, hasil:

- Terpasang chest tube sinistra (?) dengan ujung tak tervisualisasi dengan
jelas, dibandingkan foto tgl 16/04/2022 pulmo sinistra mengembang, sudah
tak tampak lusensi tanpa corakan vaskuler hemithorax sinistra
- Corakan bronchovaskuler kedua pulmo tampak normal
- Kedua diafragma tampak licin
- Kedua sinus costophrenicus lancip
- CTR <0,56
- Tampak discontinuitas complete os costa 7,8,9 sinistra aspek
posterolateral,aposisi dan alignment baik

Kesan:

- Dibandingkan foto tgl 16/04/2022 sudah tak tampak tanda pneumothorax


sinistra, pengembangan pulmo sinistra baik
- Fraktur complete os costae 7,8,9 sinistra aspek posterolateral, aposisi dan
alignment baik
- Lain-lain relative menetap
V. DIAGNOSIS

• Tension Pneumothorax
• Fraktur Costae 7,8,9 Sinistra

VI. TATALAKSANA

• Pemasangan WSD
• Inj. Cefotaxime 1mg 2 x 1/2amp
• Inj. Ketorolac 10mg 2 x 1/2amp
• Piracetam tab 800mg 2 x 1/2tab
• Cefadroxyl caps 500mg 2 x 1caps
• Paracetamol tab 500mg 3 x 1tab
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN

Pneumotoraks adalah kolapsnya paru-paru ketika udara menumpuk di

antara pleura parietal dan visceral di dalam dada. Udara berada di luar paru-paru

tetapi di dalam rongga dada. Ini memberi tekanan pada paru-paru dan dapat

menyebabkan kolapsnya dan pergeseran struktur di sekitarnya (Jalota & Sayat,

2022).

Insiden pneumotoraks tidak diketahui secara pasti dipopulasi, dikarenakan

pada literatur literatur, angka insidennya di masukan pada insiden cedera dada atau

trauma dada. Sebuah penelitian mengatakan 5,4% dari seluruh pasien menderita

trauma, merupakan pasien yang mengalami pneumotoraks (Punarbawa & Suarjaya,

2013).

II. ANATOMI THORAX

Cavitas thoracis dibatasi oleh dinding thorax yang berisi thymus, cor,

pulmo, bagian distal trakea dan sebagian besar esofagus.

A. Dinding Thorax

Dinding Thorax terdiri dari kulit, fascia, saraf, otot dan tulang.

o Kerangka Dinding Thorax


Kerangka dinding thorax membentuk sangkar dada osteokartilaginous yang

melindungi jantung, paru paru dan organ abdomen misalnya hepar.

Kerangka thorax terdiri dari :

• Vertebra thoracis (12) dan discus intervertebralis

Vertebra dari berbagai daerah berbeda dalam ukuran dan sifat khas

lainnya dan vertebra dalam satu daerahpun dengan lain

memperlihatkan perbedaan yang lebih kecil. Vertebra yang khas

terdiri dari corpus vertebra dan arcus vertebra. Corpus vertebra

adalah bagian ventralis dan menanggung berat tubuh. Arcus

Vertebrae adalah bagian dorsal vertebra yang terdiri dari pediculus

arcus vertebra dan lamina arcus vertebra.

• Costa (12 pasang) dan cartilago costalis

Costae adalah tulang pipih yang sempit dan lengkung, dan

membatasi bagian terbesar sangkar toraks terdiri dari:

✓ Ketujuh (kadang-kadang delapan) kostae I disebut kosta

sejati (vertebrosternal) karena menghubungkan vertebra

dengan sternum melalui kartilago kostalis.

✓ Kosta VIII sampai kosta X adalah kosta tak sejati

(vertebrokondral) karena kartilago kostalis masing-masing

kosta melekat pada kartilago kostalis tepat diatasnya.


✓ Kosta XI dan kosta XII adalah kosta bebas atau kosta

melayang karena ujung kartilago kostalis masing-masing

kosta berakhir dalam susunan otot abdomen dorsal.

• Sternum

Sternum adalah tulang pipih yang memanjang dan membatasi

bagian ventral sangkar toraks. Sternum terdiri atas tiga bagian:

manubrium sterni, corpus sterni, dan processus xiphoideus.

o Apertura Thoracis

Cavitas thoraxis berhubungan dengan leher melalui Apertura Thoracis

Superior yang berbentuk seperti ginjal. Apertura thoracis superior ini yang

terletak miring dilalui oleh struktur yang memasuki atau meninggalkan

cavitas thoracis yakni tenggorok (trachea), kerongkongan (esophagus),

pembuluh dan saraf. Apertura Thoracis Superior dibatasi oleh:

✓ Vertebra T1

✓ Pasangan costa 1 berikut cartilago costalis

✓ Tepi atas manubrium

Cavitas thoracis berhubungan dengan abdomen melalui Apertura thoraxis

inferior yang ditutup oleh diafragma. Apertura thoracis inferior dibatasi

oleh:

✓ Vertebra T12
✓ Pasangan costa XII 3

✓ Cartilagines costales VII-XII

Gambar 1.

o Otot, Saraf dan Vaskularisasi Dinding Thorax

• Otot

Beberapa otot melekat pada costa (misalnya otot abdomen

ventrolateral dan beberapa otot punggung dan leher). Otot dada yang

menutupi dinding thorax ventral biasanya beraksi pada ekstremitas

superior tetapi musculus pectoralis major juga berguna sebagai otot

pembantu pada pernapasan dan membantu meluaskan cavitas

thoracis pada inspirasi dalam dan dilakukan kuat kuat. Musculus

Scalenus yang melintas dari leher ke costa I atau costa II juga


berguna sebagai otot pernapasan pembantu dengan mengangkat

costa I dan costa II sewaktu inspirasi kuat. Musculus serratus

posterior, musculus levator costarum, musculus intercostalis dan

musculuc subcostalis digolongkan otot thorax sejati.

Gambar 2.

• Saraf

Segera setelah melewati foramen intervertebralis kedua belas

pasang nervi thoracici terpecah menjadi rami anteriores dan rami

posteriores. Rami anteriores nervi thoracici I-XI membentuk nervi

intercostalis yang memasuki spatia intercostalia. Ramus anterior

nervus thoracicus XII yang terdapat kaudal dari costa XII disebut

nervus subcostalis. Rami posterior melintas ke 4 arah dorsal tepat

lateral dari processus articularis vertebra untuk mempersarafi otot,

tulang, sendi dan kulit di punggung.


Nervus intercostalis yang khas (ketiga sampai keenam) memasuki

spatium interkostalis disebelah dorsal antara pleura parietalis dan

membran intercotalis interna. Mula mula saraf tersebut melintasi

permukaan dalam membran intercostalis interna dan musculus

intercostalis internus didekat pertengahan spatium intercostalis.

Disini saraf saraf memasuki sulcus costale tepat kaudal arteri

intercostalis dan terlindungi sulcus costalis.

• Vaskularisasi

Pemasokan darah arterial untuk dinding thorax berasal dari

✓ Arteri subclavia melalui arteri thoracica interna dan arteri

intercostalis terkranial.

✓ Arteri axillaris

✓ Aorta melalui arteri intercostalis dan arteri subcostalis

Vena intercostalis mengiringi arteri intercostalis dan terletak paling

dalam dalam sulcus costae. Dimasing masing sisi terdapat 11 vena

intercostalis posterior dan satu vena subcostalis. Vena intercostalis

posterior beranastomosis dengan vena intercostalis anterior yang

merupakan anak cabang vena thoracica interna (Keith,2012).


Gambar 3.

B. Cavitas Thorax

Rongga thorax adalah suatu ruangan yang ditutupi oleh dinding thorax, yang

terdiri dari 3 kompartemen:

o Dua kompartemen lateral “cavum pulmonal” yang terdiri dari paru-paru dan

pleura

• Pleura

Pleura (selaput paru) adalah selaput tipis yang membungkus paru–

paru, pleura terdiri dari 2 lapis yaitu:

✓ Pleura visceralis, selaput paru yang melekat langsung pada

paru – paru
✓ Pleura parietalis, selaput paru yang melekat pada dinding

toraks

Pleura visceralis dan parietalis tersebut kemudian bersatu

membentuk kantong tertutup yang disebut rongga pleura (cavum

pleura). Di dalam kantong terisi sedikit cairan pleura yang

diproduksi oleh selaput tersebut.

• Paru paru

Paru-paru adalah organ berbentuk pIramid seperti spons dan berisi

udara, terletak dikedua sisi jantung dalam rongga dada dan

dilindungi secara melingkar oleh rongga yang dibentuk oleh rangka

iga atau paru2 berada di dalam kavitas torasikus dan terlindung dari

cedera mekanis akibat rangka iga. Bagian medial paru2 adalah area

yg disebut mediastinum yg berisi organ jantung dan bagian inferior

paru2 adalah diafragma yg merupakan salah satu otot pernapasan.

✓ Paru Kanan memiliki 3 Lobus; Paru kiri memiliki 2 lobus.

✓ Dasar masing – masing paru terletak pada diafragma

dibawahnya. Apeks (ujung atas) terletak setingkat klavikula.

Pada permukaan medial masing – masing paru terdapat suatu

bentukan yg disebut hilus, tempat bronkus primer dan tempat

arteri dan vena pulmonalis memasuki paru.


Gambar 4.

o Satu kompartemen sentral “mediastinum” yang terdiri dari : jantung,

pembuluh darah besar pars thorakalis, trakea pars thorakalis, oesofagus,

timus, dan struktur lainnya

Bagian tengah cavitas thoracis yakni ruang antara kedua kantong pleura

dikenal sebagai mediastinum. Mediastinum meluas dari apertura thoracis

superior ke diafragma disebelah kaudal dan dari strenum dan cartilago

costalis disebelah ventral ke corpus vertebrae thoracicae. Struktur

mediastinum diliputi jaringan ikat,pembuluh darah dan limfe serta susunan

lemak.

Rongga mediastinum terdiri dari bagian superior dan inferior, dimana

bagian yang inferior dibagi menjadi :


✓ mediastinum anterior

✓ mediastinum medius

✓ mediastinum superior (Keith,2012).

III. KLASIFIKASI

Terdapat beberapa jenis pneumotoraks yang dikelompokkan berdasarkan

penyebabnya:

A. Spontan pneumotoraks primer: terjadi tanpa disertai penyakit paru yang

mendasarinya.

B. Spontan Pneumotoraks sekunder: merupakan komplikasi dari penyakit

paru yang mendahuluinya.

C. Pneumotoraks traumatik: terjadi akibat cedera traumatik pada dada.

Traumanya bisa bersifat menembus(luka,tusuk,peluru atau tumpul(benturan

pada kecelakaan bermotor)

D. Iatrogenik Pneumotoraks: Banyak penyebab yang dilaporkan mendasari

terjadinya pneumotoraks iatrogenic, penyebab paling sering dikatakan

pemasangan thransthoracic needle biopsy. Dilaporkan juga kanalisasi

sentral dapat menjadi salah satu penyebabnya. Pada dasarnya dikatakan ada

dua hal yang menjadi faktor resiko yang menyebabkan terjadinya

pneumotoraks iatrogenic yaitu pertama adalah dalamnya pemasukan jarum

pada saat memasukannya dan kedua, ukuran jarum yang kecil, menurut

sebuah penelitian kedua itu memiliki korelasi yang kuat terjadinya

pneumotoraks (Alsegaf,2004).
Berdasarkan mekanisme dari terjadinya pneumotoraks dapat

diklasifikasikan menjadi pneumotoraks terdesak (tension pneumotoraks), dan

pneumutoraks terbuka (open pneumothorax).

A. Pneumotoraks Terdesak (Tension Pneumothorax)

Suatu pneumotoraks yang merupakan salah satu kegawat daruratan pada

cedera dada. Keadaan ini terjadi akibat kerusakan yang menyebabkan udara

masuk kedalam rongga pleura dan udara tersebut tidak dapat keluar,

keadaan ini disebut dengan fenomena ventil ( one –way-valve).

Akibat udara yang terjebak didalam rongga pleura ssehingga menyebabkan

tekanan intrapleura meningkat akibatnya terjadi kolaps pada paru-paru,

hingga menggeser mediastinum ke bagian paru-paru kontralateral,

penekanan pada aliran vena balik sehingga terjadi hipoksia.

Banyak literatur masih memperdebatkan efek dari pneumotoraks dapat

menyebabkan terjadinya kolaps pada sistem kardiovaskular. Dikatakan

adanya pergeseran pada mediastinum menyebabkan juga penekanan pada

vena kava anterior dan superior, disebutkan juga hipoksia juga menjadi

dasar penyebabnya, hipoksia yang memburuk menyebabkan terjadinya

resitensi terhadap vaskular dari paru-paru yang diakibatkan oleh

vasokonstriksi. Jika gejala hipoksia tidak ditangani secepatnya, hipoksia ini

akan mengarah pada keadaan asidosis, kemudian disusul dengan

menurunnya cardiac output sampai akhirnya terjadi keadaan henti jantung.

B. Pneumotoraks Terbuka (Open Pneumothoraks)


Keadaan pneumotoraks terbuka ini tersering disebabkan oleh adanya

penetrasi langsung dari benda tajam pada dinding dada penderita sehingga

meninmbulkan luka atau defek pada dinding dada. Dengan adanya defek

tersebut yang merobek pleura parietal, sehingga udara dapat masuk

kedalam rongga pleura. Terjadinya hubungan antara udara pada rongga

pleura dan udara dilingkungan luar, sehingga menyebabkan samanya

tekanan pada rongga pleura dengan udara di diatmosper. Jika ini

didiamkan akan sangat membahayakan pada penderita. Dikatakan pada

beberapa literatur jika sebuah defek atau perlukaan pada dinding dada

lebih besar 2/3 dari diameter trakea ini akan menyebabkan udara akan

masuk melalui perlukaan ini, disebabkan tekana yang lebih kecil dari

trakea. Akibat masuknya udara lingkungan luar kedalam rongga pleura ini,

berlangsung lama kolaps paru tak terhindarkan, dan berlanjut gangguan

ventilasi dan perfusi oksigen kejaringan berkurang sehingga menyebabkan

sianosis sampai distress respirasi.

IV. PATOFISIOLOGI

Rongga dada mempunyai dua struktur yang penting dan digunakan untuk

melakukan proses ventilasi dan oksigenasi, yaitu pertama tulang, tulang – tulang

yang menyusun struktur pernapasan seperti tulang clavikula, sternum, scapula.

Kemudian yang kedua adalah otot-otot pernapasan yang sangat berperan pada

proses inspirasi dan ekspirasi. Jika salah satu dari dua struktur tersebut mengalami

kerusakan, akan berpengaruh pada proses ventilasi dan oksigenasi. contoh

kasusnya, adanya fraktur pada tulang iga atau tulang rangka akibat kecelakaan,
sehingga bisa terjadi keadaaan flail chest atau kerusakan pada otot pernapasan

akibat trauma tumpul, serta adanya kerusakan pada organ viseral pernapasan

seperti, paru-paru, jantung, pembuluh darah dan organ lainnya di abdominal bagian

atas, baik itu disebabkan oleh trauma tumpul, tajam, akibat

senapan atau gunshot.

Tekanan intrapleura adalah negatif, pada proses respirasi, udara tidak akan

dapat masuk kedalam rongga pleura. Jumlah dari keseluruhan tekanan parsial dari

udara pada kapiler pembuluh darah rata-rata (706 mmHg). Pergerakan udara dari

kapiler pembuluh darah ke rongga pleura, memerlukan tekanan pleura lebih rendah

dari -54 mmHg (-36 cmH2O) yang sangat sulit terjadi pada keadaan normal. Jadi

yang menyebabkan masuknya udara pada rongga pleura adalah akibat trauma yang

mengenai dinding dada dan merobek pleura parietal atau visceral, atau disebabkan

kelainan konginetal adanya bula pada subpleura yang akan pecah jika terjadi

peningkatan tekanan pleura (Punarbawa & Suarjaya, 2013).

V. MANIFESTASI KLINIS

Sesak napas akan terjadi pada penderita pneumotoraks akibat udara yang

mulai masuk mengisi rongga pleura. Jika terus berlanjut penderita akan terlihat

gelisah akibat kesulitan bernapas. Usaha dari tubuh untuk mengkompensasi akibat

sesak napas yang terjadi adalah bernapas yang cepat (takipneu) dan denyut nadi

yang meningkat (takikardia). Udara yang masuk kedalam rongga pleura ini akan

menyebakan terjadi pendesakan pada parenkim paru-paru hingga menjadi kolaps,

jadi yang mengisi rongga dada yang mengalami pneumotoraks adalah udara, pada

saat diperiksa dengan mengetuk dinding dada akan terdengar suara hipersonor,
akibat akumulasi udara pada rongga pleura. Kolapsnya paru-paru yang terdesak

oleh udara yang berada di rongga pleura ini menyebabkan proses ventilasi dan

oksigenasi berkurang atau malah tidak terjadi, sehingga jika didengarkan dengan

stetoskop suara napas tidak terdengar (Jindal, 2008).

VI. PENEGAKKAN DIAGNOSIS

A. Anamnesis

Tension pneumothorax ditandai oleh adanya beberapa tanda dan gejala

berikut ini : nyeri dada, air hunger, distress nafas, takikardia, dan hipotensi.

B. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik didapatkan deviasi trakea, hilangnya suara napas

pada salah satu sisi atau unilateral, distensi vena leher dan sianosis sebagai

manifestasi lebih lanjut. Tanda tension pneumotoraks ini bisa dikacaukan

dengan tamponade jantung akibat adanya kemiripan. Kedua kasus ini dapat

dibedakan dengan adanya hiperesonansi pada perkusi atau suara napas yang

menghilang pada hemitoraks yang sakit.

C. Pemeriksaan Penunjang

o Foto rontgen thoraks


o USG thoraks
VII. PENATALAKSANAAN

Tatalaksana tidak boleh ditunda karena menunggu konfirmasi radiologi

selesai. Tension pneumotoraks memerlukan dekompresi segera dan ditatalaksana

awal dengan cepat melalui penusukan jarum kaliber besar pada ruang interkostal

kedua pada garis midklavikular dari hemitoraks yang sakit.

Manuver ini bermanfaat untuk mengubah tension pneumothorax menjadi

simple pneumothorax; akan tetapi, kemungkinan pneumothorax lanjut akibat

adanya jarum masih tetap ada. Penilaian ulang pasien harus dilakukan. Tatalaksana

definitif meliputi pemasangan chest tube pada ruang interkostalis lima (setinggi

papilla mammae).

Pemberian oksigen terapi sangat diperlukan pada keadaan ini, karena

pemberian terapi oksigen 100% dapat meningkatkan absropsi udara pada pleura,

oksigen terapi 100% diberikan untuk menurunkan tekanan alveolar terhadap

nitrogen, sehingga nitrogen dapat dikeluarkan dan oksigen dapat masuk melalui

sistem vaskular, terjadi perbedaan tekanan antara pembuluh kapiler jaringan dengan

udara pada rongga pleura, sehingga terjadi peningkatan absorpsi dari udara pada

rongga pleura.

VIII. PROGNOSIS

Tension pneumotoraks harus segera diobati untuk menghindari morbiditas

dan mortalitas terkait lebih lanjut. Keterlambatan dalam diagnosis dan manajemen

dikaitkan dengan prognosis yang buruk. Tension pneumotoraks timbul dari banyak
penyebab dan dengan cepat berkembang menjadi insufisiensi pernapasan, kolaps

kardiovaskular, dan akhirnya kematian jika tidak dikenali dan diobati.

IX. KOMPLIKASI

o Respiratory failure or arrest


o Cardiac arrest
o Pneumopericardium
o Pneumoperitoneum
o Hemothorax
o Bronchopulmonary fistula
o Damage to the neurovascular bundle during tube thoracostomy
o Pain and skin infection at the site of tube thoracotomy
o Empyema
o Pyopneumothorax
BAB III

KESIMPULAN

Tension Pneumothorax adalah suatu pneumotoraks yang merupakan salah


satu kegawat daruratan pada cedera dada. Keadaan ini terjadi akibat kerusakan yang
menyebabkan udara masuk kedalam rongga pleura dan udara tersebut tidak dapat
keluar, keadaan ini disebut dengan fenomena ventil ( one –way-valve).

Tension Pneumothorax dapat didiagnosis dengan anamnesis yang lengkap,


pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Tatalaksana tidak boleh ditunda
karena menunggu konfirmasi radiologi selesai.
DAFTAR PUSTAKA

Alsegaf,2004; Kamus Kedokteran; Edisi ke 29, Buku Kedokteran EGC, Jakarta,


2004, hal 842.

Jalota Sahota R, Sayad E. Tension Pneumothorax. [Updated 2022 May 12]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-
. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559090/

Keith L Moore. 2012. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta:EGC

Sharma A, Jindal P : Priciples of diagnosis and management of traumatic


pneumothorax. 2008 ; 34 – 40

Punarbawa, I. W. A., & Suarjaya, P. P. (2013). Early Identification and Basic Life
Support for Pneumothorax. E-Jurnal Medika Udayana, 2(5), 750–766.

Anda mungkin juga menyukai