Anda di halaman 1dari 34

REFLEKSI KASUS

HEMOROID

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu Bedah di RSUD Salatiga

Disusun oleh :

Disusun Oleh :

Novihani Hidayati
20174011106

Dokter Pembimbing

dr. Wahyu Purnomo, Sp.OT

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui dan disahkan, presentasi kasus dengan judul

FRAKTUR TROCHANTER

Disusun Oleh :

Novihani Hidayati

20174011106

Telah dipresentasikan

Hari/tanggal: Selasa, 3 April 2018

Disahkan oleh:

Dokter Pembimbing,

dr. Wahyu Purnomo, Sp.OT


BAB I
STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M
Umur : 65 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Status pernikahan : Sudah menikah
Alamat : Pungkursari RT 05 / RW 03 kec. Sidorejo Salatiga
Tanggal masuk : 21 Maret 2018

ANAMNESIS
Keluhan Utama
Jatuh dari pohon setinggi 2 meter
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri dibagian dada dan dibagian kaki sebelah kiri,
keadaan pasien gelisah didapatkan dari alloanamnesis keluarga bahwa pasien post
terjatuh dari pohon setinggi 2 meter saat kurang lebih setengah jam yang lalu.
Kepala, dada dan kaki pasien jatuh terbentur dengan tanah.

Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat penyakit serupa disangkal
- Riwayat DM, hipertensi, penyakit jantung disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat DM, hipertensi, penyakit jantung disangkal
Riwayat Personal Sosial
- Pasien memiliki kebiasaan merokok

PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : sedang
b. Kesadaran : compos mentis
c. GCS : E4V5M6 = 15
d. Vital sign
- Tekanan Darah : 109/93 mmHg
- Denyut Nadi : 80 x/menit
- Pernafasan : 20 x/menit
- Suhu : 36°C
e. Status generalis :
- Kepala : normocephal, deformitas (-), tidak ditemukan jejas, tidak
teraba benjolan
- Mata : konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil isokor,
refleks cahaya (+/+)
- Hidung : discharge (-), deformitas (-)
- Telinga : discharge (-), deformitas (-)
- Mulut : bibir tidak kering, lidah tidak kotor
- Leher : pembesaran KGB (-), limfonoduli tidak teraba, JVP tidak
meningkat
- Thorax :
Pulmo
Inspeksi : Asimetris (+) ketinggalan gerak (+), retraksi intercostae
(-)
Palpasi : vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara Dasar = vesikuler, Suara Tambahan = tidak ada,
SDV sinistra menurun
Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba, tidak kuat angkat
Perkusi : Tidak ditemukan kardiomegali
Auskultasi : S1S2 reguler, bising (-), gallop (-)
- Abdomen
Inspeksi : Tampak datar
Palpasi : Supel (+), nyeri tekan (-), hepar/lien tidak teraba
Perkusi : Timpani seluruh lapangan abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) Normal
- Ekstremitas
Superior: udem (-), vulnus (-), ruam (-), akral hangat (+/+), sianosis (-)
Inferior : udem (-), vulnus (-), ruam (-), akral hangat (+/+), sianosis (-)
f. Status Lokalis (Femur sinistra )
Look : Terdapat deformitas dibagian 1/3 medial os
femur sinistra pemendekan tulang di os femur
sinistra
Feel : tidak teraba krepitasi , edem (-)
Move : ROM terbatas nyeri

DIAGNOSIS KERJA
Fraktur Tertutup Komplit Trochanter Sinistra

PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

Hematologi

Lekosit 20,95 4,5-11 10^3/Ul

Eritrosit 4,91 4,50-6,5 10^6/Ul

Hemoglobin 12,5 13-18 g/Dl

Hematokrit 39,2 40-54 %

Trombosit 217 150-450 10^3/uL

MCV 79,9 85-100 fL

MCH 25,5 28-31 Pg

MCHC 31,9 30-35 g/dL

Golongan darah ABO B

Hitung Jenis

Neutrofil% 86,7 40-75 %


Limfosit% 8,3 20-45 %

Monosit% 4,4 2-8 %

Eosinofil% 1,1 1-6 %

Basofil% 0,2 0,0-1,0 %

Pemeriksaan Rontgen

TERAPI
Terapi Operatif : Konservatif
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi, Fisiologi dan Histologi


1. Anatomi, fisiologi dan histologi
Dalam hal ini, penulis akan membahas beberapa sistem antara lain
(1) sistem tulang, (2) sistem sendi, (3) sistem otot, (4) sistem saraf.

a. Sistem tulang
1) Os. Femur
Merupakan tulang panjang dalam tubuh yang dibagi atas
Caput Corpus dan collum dengan ujung distal dan proksimal.
Tulang ini bersendi dengan acetabulum dalam struktur persendian
panggul dan bersendi dengan tulang tibia pada sendi lutut
(Syaifudin, B.AC 1995). Tulang paha atau tungkai atas merupakan
tulang terpanjang dan terbesar pada tubuh yang termasuk
seperempat bagian dari panjang tubuh. Tulang paha terdiri dari 3
bagian, yaitu epiphysis proximalis, diaphysis, dan epiphysis
distalis.
- Epiphysis Proksimalis
Ujung membuat bulatan 2/3 bagian bola disebut caput femoris
yang punya facies articularis untuk bersendi dengan acetabulum
ditengahnya terdapat cekungan disebut fovea capitis. Caput
melanjutkan diri sebagai collum femoris yang kemudian disebelah
lateral membulat disebut throcantor major ke arah medial juga
membulat kecil disebut trochantor minor. Dilihat dari depan,
kedua bulatan major dan minor ini dihubungkan oleh garis yang
disebut linea intertrochanterica (linea spiralis). Dilihat dari
belakang, kedua bulatan ini dihubungkan oleh rigi disebut crista
intertrochanterica. Dilihat dari belakang pula, maka disebelah
medial trochantor major terdapat cekungan disebut fossa
trochanterica.

- Diaphysis
Merupakan bagian yang panjang disebut corpus. Penampang
melintang merupakan segitiga dengan basis menghadap ke depan.
Mempunyai dataran yaitu facies medialis, facies lateralis, facies
anterior. Batas antara facies medialis dan lateralis nampak di
bagian belakang berupa garis disebut linea aspera, yang dimulai
dari bagian proximal dengan adanya suatu tonjolan kasar disebut
tuberositas glutea. Linea ini terbagi menjadi dua bibit yaitu labium
mediale dan labium laterale, labium medial sendiri merupakan
lanjutan dari linea intertrochanrterica. Linea aspera bagian distal
membentuk segitiga disebut planum popliseum. Dari trochantor
minor terdapat suatu garis disebut linea pectinea. Pada dataran
belakang terdapat foramen nutricium, labium medial lateral disebut
juga supracondylaris lateralis/medialis.

- Epiphysis distalis
Merupakan bulatan sepasang yang disebut condylus medialis dan
condylus lateralis. Disebelah proximal tonjolan ini terdapat lagi
masing-masing sebuah bulatan kecil disebut epicondylus medialis
dan epicondylus lateralis. Epicondylus ini merupakan akhir
perjalanan linea aspera bagian distal dilihat dari depan terdapat
dataran sendi yang melebar disebut facies patelaris untuk bersendi
dengan os. patella. Intercondyloidea yang dibagian proximalnya
terdapat garis disebut linea intercondyloidea.

2) Os. Patella
Terjadi secara desmal. Berbentuk segitiga dengan basis menghadap
proximal dan apex menghadap ke arah distal. Dataran muka
berbentuk convex. Dataran belakang punya dataran sendi yang
terbagi dua oleh crista sehingga ada 2 dataran sendi yaitu facies
articularis lateralis yang lebar dan facies articularis medialis yang
sempit.

3) Os. Tibia
Terdiri 3 bagian yaitu epipysis proximalis, dialysis dan epiphysis
distalis:

Epiphysis proximalis terdiri dari 2 bulatan disebut condylus


medialis dan condylus lateralis. Disebelah atas terdapat dataran
sendi disebut facies articularis superior, medial dan lateral. Tepi
atas epiphysis melingkar yang disebut infra articularis medialis
dan lateralis oleh suatu peninggian disebut eminentia
intercondyloidea, yang disebelah lateral dan medial terdapat
penonjolan disebut tuberculum intercondyloideum terdapat
cekungan disebut fossa intericondyloidea anterior dan posterior.
Tepi lateral margo infra glenoidalis terdapat dataran disebut facies
articularis fibularis untukbersendi dengan os fibulae.

4) Os. Fibula
Tulang fibula terbentuk kecil dan hampir sama panjang dengan
tibia, terletak disebelah lateral dari tiga bagian yaitu epiphysis
proximalis, diaphysis dan epiphysis distalis, epiphysis proximalis
membulat disebut capitullum fibula yang proximal meruncing
menjadi apex capitis fibula pada capitullum terdapat dua dataran
yang disebut facies articularis, capitullum fibula untuk bersendi
dengan tibia.

b. Arthrologi/sistem sendi
Sendi adalah hubungan antara dua tulang atau lebih dari sistem sendi,
disini meliputi sistem sendi panggul dan sendi lutut.

1) Sendi panggul
Sendi panggul dibentuk oleh facies lunata acetabullum dan caput
femoris. Facies lunata rongga sendi atau cavum articularis
merupakan cekungan bentuk simetris terbentang melampaui
equator labium acetabuli, labium acetabuli mengandung zat rawan
fibrosa. Facies lunata dan labium menjadi dua pertiga caput
femoris lekuk tulang tidak lengkap dan bagian interior ditutup oleh
lig trasuersum, acetabuli, dimana terdapat bantalan lemak menuju
caput femoris. Kapsul sendi melekat pada tulang panggul sebelah
luar labium acetabuli sehingga labium aetabuli dengan bebas
masuk ke rongga kapsul. Sendi panggul diperkuat oleh
ligamentum-ligamentum yang diantaranya:

a) Ligamentum Iliofemorale
Berbentuk Y, dasarnya melekat pada spinailiaca anterium dan
interior berfungsi mencegah gerakan extensi dan exirotasi
tungkai atas yang berlebihan pada sendi pangkal paha.

b) Ligamentum pubofemorale
Berbentuk segitiga, dasarnya ligamen pada ramus superior
pubis, berfungsi mencegah gerakan abduksi tungkai atas yang
berlebihan.

c) Ligamentum ischiofemorale
Berbentuk spiral, melekat pada corpus ischium dekat tepi
aetabulum.

d) Ligamentum transferum acetabuli


Dibentuk oleh labium acetabulare. Berfungsi mencegah
keluarnya caput femoris dari acetabuli.

e) Ligamentum cepitis femoris


Berbentuk gepeng dan segitiga melekat pada caput femoris.
Berfungsi sebagai tempat berjalan vasa dan saraf, meratakan
sinovial pada permukaan sendi.

2) Sendi Lutut
Senddi lutut dibentuk oleh tiga sendi yang berbeda dan dilindungi
oleh kapsul sendi. Sendi tersebut dibentuk oleh tulang femur dan
patella yang mana pada facet sendi terdiri dari tiga permukaan pada
bagian lateral, yang mana pada satu permukaan bagian medial otot
vastus lateralis menarik patella ke arah proximal sedangkan otot
vastus medialis menarik patela ke arah medial, sehingga patella
stabil. Pada posisi 30o, 40o dari ekstansi, patellah tertarik oleh
mekanisme gaya kerja otot sangat kuat.

Keterangan gambar 2.4

1. Lig. Pubofemorale
2. Canalis obturatorius
3. Membrana obturatoria
4. Trochanter minor
5. Trochanter major
6. Pars transversa
Lig. iliofemorale
7. Pars descendens
8. M. rectum femoris, Tendo
Keterangan gambar 2.5:

1. Caput reflexum
2. Caput rectum
3. Lig. Iliofemorale
4. collum femoris
5. trochanter major
6. Tuberositas glutea
7. Trochanter minor
8. Lig. Ischio femorale
9. Lig. Sacrotuberale
10. Lig. sacrospinale
c. Sistem Otot
Otot yang akan dibahas hanya berhubungan dengan kondisi pasien
post operasi fraktur femur 1/3 medial dextra dengan pemasangan plate
and screw adalah otot yang berfungsi ke segala arah seperti regio hip
untuk gerakan fleksi-ekstensi, abduksi-adduksi dan eksternal rotasi-
internal rotasi.

Untuk lebih terperincinya penulis menyertakan otot-otot yang


berhubungan dengan kondisi tersebut, yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.1

Otot Tungkai Atas Bagian Anterior (Richard, S. 1986)

No Otot Regio Insertio Fungsi Inervasi


1 Sartorius Spina iliace Permukaan Fleksi N.
anterior medial tibia abduis, femoralis
superior rotasi, lateral
(SIAS) arc coxae
2 Iliacus Fossa illiaca Throcantor Flexi N.
di dalam femur femoralis
abdomen
3 Quadricep
Femoralis SIAS Tendon m. Flexi arc N.
a. Rectu quadriceps coxae femoralis
s femoris pada patela,
vialigamentum
patellae ke
dalam
Ujung atas tuberositas Extansi lutut
b. Vatus dan batang tibia N.
lateralis femur, septum femoralis
facialis lat ke Extensi
dalam lutut,
c. Vatus Ujung atas menstabilka N.
medialis dan batang n patela femoralis
femur Extensi lutut

d. Vatus Permukaan N.
intermediu anterior dan femoralis
s lateral batang
femur
Tabel 2.2

Otot Tungkai Atas Bagian Posterior (Ricard, S. 1986)

No Otot Regio Insertio Fungsi Inervasi


1 Biceps Caput Permukaan Flexi Ramus
femoralis longum medial abduksi tibialis N.
(tuber tibia , rotasi ischiadicum
isciadoleum lateral
) caput arc.Co
breve (linea xae
Semi aspera)
tendonisosis crista supra Medial Ramus
condilair tibia tibialis
lateral Flexi, N.ischiadicu
batang rotasi, m
femur) medial
Tuber sendi
ischiadikum lutut
serta
Arc.
Coxae
2 Semi Tuber Condylus Flex Ramus
membranosu ischiadikum medialis dan tibialis N.
s tibia rotasi, ischiadicum
medial
sendi
lutut
serta
extensi
serta
extensi
Arc.
Coxae
3 Adduktor Tuber Tiberculu Extensi Ramus
magnus ischiadicum m Arc tibialis
adduktor Coxae N.
femur Ischiadicum

Tabel 2.3

Otot tungkai atas Regio Glutealis (Richar, S. 1986)

No Otot Regio Insertio Fungsi Inervasi


1 Gluteus Permukaan Tractus Extensi N.
maximus luar ilium, illiotibialis dan gluteus
sacrum, dan rotasi interior
ligamen duterositas laterale
sacrotuberale gluteo Arc.
femoris Coxae
2 Gluteus Permukana Lateral Extensi N.
Medius luar ilium throchantor dan gluteus
mayor rotasi superior
femoris
3 Gluteus Permukaan Anterior Abduksi N.
minimus luar ilium throchantor Arc. gluteus
mayor Coxae superior
femoris
4 Piriformis Permukaan Throchanto Rotasi N.
anterior r mayor lateral Sacralis I
sacrum femoris dan II
5 Obturatoriu Permukaan Tepian atas Rotasi Plexus
s internus dalam throchantor lateral sacralis
membrana mayor
abturatoria femoris

Tabel 2.4

Otot Tuang Medial Paha

No Otot Regio Insertio Fungsi Inervasi


1 M. Gracilis Ramus Tuberositas Adduktor Ramus
interior tibia flexor, hip anterior
ossis pubis dibelakang flexor dan N.
dan ossis internal obturatori
ischi rotator a L2-4
tungkai
bawah
2 M. Dataran M. sartorius Ramus Adduktor,
adduktor anterior labium anterior N. flexor hip
langus ramus medial linea Abtoratoriu
superior aspera 1/3 m L2-3
ossis pubis medial
3 M. Lateral Labium Adduktor Ramus
adduktor ramus medial linea flexor, anterior
brevis interior aspera internal dan
ossis pubis rotasi hip posterior
N.
abturatori
a L2-4
4 M. Dataran Labium Adduktor Ramus
adduktor anterior medial linea dan extensor posterior
magnus ramus aspera hip dan N.
interfior tibialis
ossi ischii dan L2-5
dan tuber dan S1
ischiadicum
5 M. Datarna Fossa External Ramus
Obturatoriu anterior throhantoric rotator hip musculari
s externus membrana a femoris membantu s plexus
abturatoria, extensor hip sacralis
foramen S1-3
abturatroiu
m

d. Sistem Persyarafan
Sistem persyarafan pada tungkai atas (paha) dibagi menjadi 4 yaitu:

1) Nervus femoralis
Merupakan cabang terbesar dari pleksus lumbalis. Nervus ini berisi
dari tiga bagian pleksus anterior yang berasal dari nervus lumbalis
(L2, L3 dan L4). Nervus ini muncul dari tepi lateral psoas di dalam
abdomen dan berjalan ke bawah melewati m. psoas dan m.iliacus
ia terletak di sebelah fasia illiaca dan memasuki paha lateral
terhadap anterior femoralis dan selubung femoral di belakang
ligament inguinal dan pecah menjadi devisi anterior dan posterior
nervus femoralis mensyarafi semua otot anterior paha.

2) Nervus obturatorius
Berasal dari plexus lumbalis (L2, L3 dan L4) dan muncul pada
bagian tepi m. psoas di dalam abdomen, nervus ini berjalan ke
bawah dan depan pada lateral pelvis untuk mencapai bagian atas
foramen abturatorium, yang mana tempat ini pecah menjadi devisi
anterior dan posterior. Devisi anterior memberi cabang-cabang
muscular pada m. gracilis, m. adduktor brevis dan longus.
Sedangkan devisi posterior mensyarafi articularis guna memberi
cabang-cabang muscular kepada m.obturatorius esternus, dan
adduktor magnus.
3) Nervus gluteus superior dan inferior
Cabang nervus sacralis meninggalkan pelvis melalui bagian atas,
dan bawah foramen ischiadicus majus di atas m. piriformis dan
mensyarafi m.gluteus medius dan minimus serta maximus.

e. Sistem peredaran darah


Sistem peredaran darah tungkai atas (paha)

Di sini akan dibahas sistem peredaran darah dari sepanjang tungkai


atas atau paha yaitu pembuluh darah arteri dan vena.

1) Pembuluh darah arteri


Arteri membawa darah dari jantung menuju saluran tubuh dan
arteri ini selalu membawa darah segar berisi oksigen, kecuali arteri
pulmonale yang membawa darah kotor yang memerlukan
oksigenisasi. Pembuluh darah arteri pada tungkai antara lain yaitu:

a) Arteri femoralis
Arteri femoralis memasuki paha melalui bagian belakang
ligament inguinale dan merupakan lanjutan arteria illiace
externa, yang terletak dipertengahan antara SIAS (spina illiaca
anterior superior) dan sympiphis pubis. Arteria femoralis
merupakan pemasok darah utama bagian tungkai, berjalan
menurun hampir bertemu ke tuberculum adductor femoralis
dan berakhir pada lubang otot magnus dengan memasuki
spatica poplitea sebagai arteria poplitea.

b) Arteria profunda femoralis


Merupakan arteri besar yang timbul dari sisi lateral arteri
femoralis dari trigonum femorale. Ia keluar dari anterior paha
melalui bagian belakang otot adductor, ia berjalan turun
diantara otot adductor brevis dan kemudian teletak pada otot
adduktor magnus.

c) Arteria obturatoria
Merupakan cabang arteri illiaca interna, ia berjalan ke bawah
dan ke depan pada dinding lateral pelvis dan mengiringi nervus
obturatoria melalui canalis obturatorius, yaitu bagian atas
foramen obturatum.

d) Arteri poplitea
Arteri poplitea berjalan melalui canalis adduktorius masuk ke
fossa bercabang menjadi arteri tibialis posterior terletak dalam
fossa poplitea dari fossa lateral ke medial adalah nervus
tibialis, vena poplitea, arteri poplitea.

2) Pembuluh darah vena


Pembuluh darah vena pada tungkai antara lain:

a) Vena femoralis
Vena femoralis memasuki paha melalui lubang pada otot
adduktor magnus sebagai lanjutan dari vena poplitea, ia
menaiki paha mula-mula pada sisi lateral dari arteri. Kemudian
posterior darinya, dan akhirnya pada sisi medialnya. Ia
meninggalkan paha dalam ruang medial dari selubung femoral
dan berjalan dibelakang ligamentum inguinale menjadi vena
iliaca externa.

b) Vena profunda femoralis


Vena profunda femoris menampung cabang yang dapat
disamakan dengan cabang-cabang arterinya, ia mengalir ke
dalam vena femoralis.

c) Vena obturatoria
Vena obturatoria menampung cabang-cabang yang dapat
disamakan dengan cabang-cabang arterinya, dimana
mencurahkan isinya ke dalam vena illiaca internal.

d) Vena saphena magna


Mengangkut perjalanan darah dari ujung medial arcus venosum
dorsalis pedis dan berjalan naik tepat di dalam malleolus
medialis, venosum dorsalin vena ini berjalan di belakang lutut,
melengkung ke depan melalui sisi medial paha. Ia bejalan
melalui bagian bawah n. saphensus pada fascia profunda dan
bergabung dengan vena femoralis.
B. PATOLOGI
Mekanisme terjadinya fraktur dapat terjadi akibat: 1) peristiwa trauma
tunggal, 2) tekanan yang berulang ulang, 3) kelemahan abnormal pada tulang,
dalam kasus fraktur femur sepertiga dextra kemungkinan mekanisme
terjadinya fraktur ada dua cara, yaitu karena trauma maupun kecelakaan
langsung yang mengenai tungkai atas pada batang femur, sehingga
mengakibatkan perubahan posisi pada fragmen tulang (Bloch, 1986).

1. Insiden
Dimana kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu faktor
penyebab terjadinya trauma rata-rata setiap penduduk 60 juga penduduk
Amerika Serikat mengalami trauma dan 50% memerlukan tindakan medis,
3,6 juta (12%) membutuhkan perawatan di rumah sakit didapatkan 300
juta orang diantaranya menderita kecacatan yang menetap (1%) dan 8,7
juta orang menderita kecacatan sementara (30%). Sedang di Indonesia
tercatat kurang lebih lebih 12 ribu orang pertahunnya mengalami
kecelakaan lalu lintas, dilihat dari banyaknya kecelakaan sebagai
akibatnya selain kematian adalah kondisi patah tulang atau fraktur (Rasjad,
1998).

2. Perubahan Patologi atau Patofisiologi


Tulang bersifat terlalu rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan
dan daya tahan pegas untuk menahan tekanan, tulang yang mengalami
fraktur, biasanya diikuti kerusakan jaringan sekitarnya. Fraktur ini suatu
permasalahan yang kompleks karena pada fraktur tersebut tidak dilukai
luka terbuka, sehingga dalam mereposisi fraktur tersebut perlu
pertimbangan dengan fiksasi yang baik agar tidak timbul komplikasi
selama reposisi. Penggunaan fiksasi yang tepat yaitu dengan internal
fiksasi jenis plate and screw. Dilakukan operasi terhadap tulang ini
bertujuan mengembalikan posisi tulang yang patah ke normal atau posisi
tulang sudah dalam keadaan sejajar sehingga akan terjadi proses
penyambungan tulang, yang menurut (Appley, Ronald, 1995). Stadium
penyembuhan fraktur melalui beberapa tahap antara lain dapat dilihat pada
tabel:

Tabel 2.5 Tahap-tahap atau proses penyembuhan tulang

Hematoma Proliferasi Kalsifikasi Konsolidasi Remodeling


Tulan Tulang patah Sel-sel Jaringan Callus yang Tulang
g mengenai periosteum seluler yang belum menyambung
pembuluh dan keluar dari masak akan atau
darah endosteum masing- membentuk membentuk
paling masing callus baik dari luar
Terbentuk menonjol fragmen maupun dari
hematoma di pada tahap yang sudah Berlangsun dalam canalis
sekitar proliferasi matang g bertahap medularis.
pepatahan dan
Proliferasi Sel-sel berubah- Osteoblast
Hematoma dari sel-sel memberi ubah mengabsorbsi
dibentuk dalam perlengkapa pembentukan
jaringan periosteum n untuk Adanya tulang yang
lunak di yang osteoblast. aktivitas lebih.
sekitarnya menutupi osteoblast
fraktur, sel- Condoblast menjadi Berlangsung
Permukaan sel ini membentuk tulang lebih selama 24
tulang yang merupakan callus yang kuat dan minggu
patah tidak tumbuhnya belum masak masa sampai 1
mendapatka osteoblast dan strukturnya tahun
n supplay membentuk berlapis-
Akan jendolan. lapis
Berlangsung melepaskan
selama24 unsur-unsur Adanya Berlangsun
jam setelah intraseluler rigiditas g setelah
terjadi dan pada fraktur 12-14
perpatahan kemudian minggu
menjadi Berlangsung
fragmen selama 6-12
lain minggu
Berlangsun
g selama 3-
4 hari
Tabel 2.6 Tahap-tahap atau proses penyembuhan otot

Peradangan Proliferasi Remodeling


Oto Radang adalah Terjadinya perbaikan jaringan Terjadi
t mekanisme epitelium dan jaringan pembentukan
pertahanan diri penghubung (connectifity). matrik jaringan
pada otot yang Epitelium adalah lapisan yang connective dan
terluka. membentuk epidemis kulit sebagai fase
Reaksi radang dan lapisan permukan penguatan
menyebabkan mukosa. jaringan parut,
musnahnya agen Jaringan penghubung adalah jaringan kolagen
yang jaringan yang terdapat pada dilepaskan oleh
membahayakan jaringan ekstra selular. fibriosis serta
dan mencegah Fibriobrasi akan berguna pada jaringan
penyebaran yang daerah yang mengalami connective
luas. peradangan dengan masih bersifat
Radang juga membentuk fibrin, lalu akan lunak.
menyebabkan membentuk jaringan parut Organisasi
jaringan yang yang akan menyokong tensil sejajar masih
cidera diperbaiki strength untuk perbaikan. terbentuk pada
atau diganti yang Disaat yang bersamaan sel permukaan luka
baru. endotel baru berkembang. sehingga akan
Tanda-tanda Setelah berlangsung selama 7 memelihara
radang: Bengkak hari degenerasi protein tensil strength.
(tumor), berwarna miofibril akan berlangsung Namun kekuatan
kemerahan secara perlahan-lahan yang maximum dari
(rubon), panas diikuti dengan serangan jaringan parut
(kalor), gangguan phagocytic. hanya 70% dari
gerak (fungsiolesi) Sel-sel otot yang mati akan jaringan normal.
berpindah.

Tabel 2.7 Tahap-tahap atau proses penyembuhan kulit

Radang Poliferasi Cicatrik


Kuli Pada 24 jam pertama Setelah 3-9 hari epitel Merupakan
t akan mengalami reaksi akan menutup kembali fase
radang yang mendadak. keratin dan meluasnya pembentukan
Hal-hal di bawah permukaan luka yang jaringan parut
merupakan kejadian berkembang. permanen
hislogik yang terjadi 48 Epidermis yang jaringan parut
jam pertama berhubungan dengan tersebut akan
penyembuhan luka. selokan berkurang berkonstruksi
8 jam, meluasnya area karena mutasi atau dan pembuluh
jaringan yang perpindahan, dari darah yang
mengalami nekrosis fibrobast dan terisi oleh terdapat
pada kedua sisi sayatan. jaringan granulasi, didalamnya
16 jam epitelium yang jaringan granulasi akan
terletak antara jaringan tersusun dari dilenyapkan,
yang masih hidup epitelialossel. sehingga
dengan jaringan Fibroblast yang jaringan parut
nekrotik mengalami melepaskan collagen berubah putih,
penebalan 24 jam ke 2, yang digunakan untuk colagen
epitel yang berasal dari pembentukan bekas menjadi kuat,
jaringan epitel yang luka dan kapiler bekas luka
masih hidup dan membantu terbentuknya tidak bisa
berinvasi mendekatkan jaringan parut yang dihilangkan.
ke 2 ujungnya. kemerahan. Berlangsung
40 sampai 48 jam Jarinan garnulasi akan beberapa
kedua, epitel tersebut terbentuk berdasarkan minggu
akan bertemu dan terjadinya luka. sampai
membuang nekrotik Sebelum permukaan beberapa
dari lapisan jaringan epitel tersebut bulan
yang keraktiosa, lalu terbentuk, jaringan
keduanya bergabung granulasi yang baru
dan menyatu di bawah bergabung dengan
luka dengan fibroblast dan kapiler
memutuskan hubungan akan berangsur pulih.
pada luka yang Lalu secara berangsur-
bertujuan mengeluarkan angsur akan terjadi
perompeng. konstruksi pada luka
dipermukaan epitelium.

Tabel 2.8 Tahap-tahap atau proses penyembuhan jaringan lunak

Jaringan lunak
Peradangan Siklus perlukaan menyebabkan reaksi dari jaringan
mengakibatkan merusak sel karena trauma, infeksi,
ischemia, sekunder atau agen fisik.

Reaksi radang untuk memulai proses healing, tetapi proses


healing tidak terjadi sampai reaksi peradangan reda.

Dengan dimulainya respon peradangan maka siklus


perlukaan telah terlihat

Dalam persendian dan struktur peri artikuler reaksi


jaringan mengarah kepada reaksi yang berlebihan,
synovial menjadi hipertensi, kadang hematrosis dan
akhirnya proses ini tidak terlewati akan terjadi degenerasi.

Jaringan lunak lainnya reaksi salah satunya adalah oedem


dan kadang disertai hemorage.
Perubahan ini membuat peradangan mengarah pada nyeri
dan protektif spastik

Pembekuan Dengan adanya luka yang diikuti pendarahan dan


vasokontriksi pada pembuluh darah.
Mekanisme pembekuan, biasanya selesai selama 5 menit
tetapi dapat memakan 24 sampai 38 jam

Tromboplastin, tromboplastin (plasma protein) menjadi


trombin dibantu enzim trombo plastin dan lonca trombin
serta fibrinogen bergabung membentuk fibrin yang
akhirnya fibrin bersama platelest menjadi bekuan darah.

Reconstitutio Dengan istirahat dan terapi yang adekuat akan


n of mempercepat penanganan sehingga respon penyembuhan
communty dapat terjadi.

Berpengaruh terhadap perbaikan, regenerasi, hypertrophy,


pengurangan nyeri, pengembalian ROM, menjadikan
jaringan normal, perbaikan kekuatan, perbaikan pola
gerakan normal

Tabel 2.9 Tahap-tahap atau proses penyembuhan syaraf

Syaraf Jaringan lunak


Proses penyembuhan neufibril bagian proksimal cidera
menuju distal.
Pembentukan selubung myelin dari selubung chutan terus
berkembang, neurofibril tumbuh di sekeliling protoplasma.
Pertumbuhan ini terjadi 1 mm/hari.
Bila selubung myelin sembuh sempurna maka fungsi syaraf
akan pulih.
Tanda awalnya bila disentuh akan terasa nyeri pada syaraf.
Proses perbaikan syaraf tergantung dari:
Panjang luas yang mengalami cidera, teknik pembedahan,
lama waktu penyembuhan

3. Gejala dan Tanda Klinik


Pada kondisi post operasi fraktur femur sepertiga medial dextra maka
akan timbul gejala-gejala sebagai berikut, yaitu:

a. Permasalahan pada saluran pernafasan


Anastesi yang digunakan saat operasi bersifat sebagai zat iritan sebagai
reflek batuk tertekan dan karenanya pengeluaran sekresi menjadi sulit.
Karena lemahnya reflek batuk dan sistem sekresi karena tindakan
pembiusan menyebabkan pasien mengantuk dan lemah sehingga
proses pembuangan sekresi terganggu.

b. Nyeri, ditimbulkan oleh rangsangan respon sensorik tubuh oleh karena


kerusakan jaringan (sekitar bekas operasi tungkai kanan) dapat
disebabkan juga karena adanya oedema.
c. Bengkak, timbul oleh karena pecahnya pembuluh darah arteri yang
menyertai pelaksanaan operasi sehingga aliran darah menuju jantung
tidak lancar, maka timbul bengkak di sekitar incisi.
d. Eritema, adanya warna kemerahan pada kulit di daerah yang terinfeksi
disebabkan adanya pembengkakan. Jumlah cairan darah di bawah
secara berlebihan akibat rusaknya pembuluh darah.
e. Peningkatan suhu lokal, peningkatan suhu atau panas yang terjadi
bersamaan dengan kemerahan, dalam keadaan normal suhu kira-kira
37oC kaki pada daerah yang ada fiksasi atau bekas operasi menjadi
lebih panas.
Komplikasi

Ronald (1994) mengemukakan bahwa komplikasi fraktur yang berkenaan


dengan kasus ini, antara lain : 1) Non union, yaitu ketidaksambungan tulang,
2) Mal union, adalah penyambungan tulang yang tidak sempurna, 3) Delayed
Union, adalah keterlambatan penyambungan tulang, 4) Sepsis atau ikut
teralirnya suatu baksil pada sirkulasi darah sehinga menyebabkan infeksi, 5)
Stiff Joint atau kekuatan pada sendi.

Bagaimana fraktur terjadi?

Tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya
pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat terjadi akibat: 1) peristiwa
trauma tunggal, 2) Tekanan yang berulang-ulang, atau 3) kelemahan abnormal
pada tulang (fraktur patologik).

Fraktur akibat peristiwa trauma

Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan


berlebihan, yang dapat berupa pemukulan, pemuntiran atau penarikan.

Bila terkena kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena,
jaringan lunak juga pasti rusak. Pemukuan (pukuran sementara) biasanya
menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya;
penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur kominutif disertai
kerusakan jaringan lunak yang luas (Appley, 1995).

Bila terkena kekuatan yang tidak langsung tulang dapat mengalami fraktur
pada tempat tang jauh dari tempat yang terkena kekuatan itu; kerusakan
jaringan lunak di tempat fraktur mungkin tidak ada (Appley, 1995).

Kekuatan dapat berup: 1) pemuntiran, yang menyebabkan fraktur spinal; 2)


penekukan, yang menyebabkan fraktur melintang; 3) penekukan dan
penekanan, yang mengakibatkan fraktur yang sebagian melintang tetapi
disertai fragmen kupu-kupu berbentuk segitiga yang terpisah; (4) kombinasi
dari pemuntiran, penekukan dan penekanan, yang menyebabkan fraktur oblik
pendek, atau 5) penarikan, dimana tendon atau ligament benar-benar menarik
tulang sampai terpisah (Appley, 1995).

Jenis-jenis Fraktur

1) Berdasarkan dengan dunia luar


a. Fraktur tertutup
Fraktur tertutup adalah fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih
utuh, tulang tidak menonjol melalui kulit dan relatif lebih aman.

b. Fraktur terbuka
Fraktur terbuka adalah fraktur yang merusak jaringan kulit, karena
adanya hubungan dengan lingkungan luar, sehingga fraktur terbuka
potensial terjadi infeksi osteomielitis.

Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 grade, yaitu:

Grade 1: terobeknya kulit dengan sedikit kerusakan jaringan

Grade 2: seperti grade 1 dengan memar pada kulit dan otot

Grade 3: luka sebesar 6-8 cm dengan kerusakan pembuluh darah, saraf,


otot dan kulit.

2) Berdasarkan bentuk patah tulang


a. Fraktur complete yaitu pemisahan tulang menjadi 2 fragmen
b. Fraktur incomplete yaitu patah bagian dari tulang tanpa adanya
pemisahan.
c. Fraktur comminate yaitu fraktur lebih dari 1 garis fraktur, fragmen
tulang patah menjadi beberapa bagian.
d. Impacted fraktur yaitu salah satu ujung tulang menancap ke tulang
didekatnya
3) Berdasarkan garis patahnya
a. Green stick yaitu retak pada sebelah sisi tulang, sering terjadi pada
anak-anak dengan tulang lembek.
b. Transverse yaitu patah tulang pada posisi melintang.
c. Longitudinal yaitu patah tulang pada posisi memanjang
d. Oblique yaitu garis patah miring
e. Spiral yaitu garis patah melingkar tulang

Klasifikasi Fraktur Femur


Klasifikasi fraktur femur dapat dibagi dalam :
a. FRAKTUR COLLUM FEMUR:
Fraktur collum femur dapat disebabkan oleh trauma langsung yaitu misalnya
penderita jatuh dengan posisi miring dimana daerah trochanter mayor langsung
terbentur dengan benda keras (jalanan) ataupun disebabkan oleh trauma tidak
langsung yaitu karena gerakan exorotasi yang mendadak dari tungkai bawah,
dibagi dalam :
 Fraktur intrakapsuler (Fraktur collum femur)
 Fraktur extrakapsuler (Fraktur intertrochanter femur)
b. FRAKTUR SUBTROCHANTER FEMUR
Ialah fraktur dimana garis patahnya berada 5 cm distal dari trochanter minor,
dibagi dalam beberapa klasifikasi tetapi yang lebih sederhana dan mudah
dipahami adalah klasifikasi Fielding & Magliato, yaitu :
tipe 1 : garis fraktur satu level dengan trochanter minor
tipe 2 : garis patah berada 1 -2 inch di bawah dari batas atas trochanter minor
tipe 3 : garis patah berada 2 -3 inch di distal dari batas atas trochanterminor
c. FRAKTUR BATANG FEMUR (dewasa)
Fraktur batang femur biasanya terjadi karena trauma langsung akibat kecelakaan
lalu lintas dikota kota besar atau jatuh dari ketinggian, patah pada daerah ini dapat
menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh
dalam shock, salah satu klasifikasi fraktur batang femur dibagi berdasarkan
adanya luka yang berhubungan dengan daerah yang patah. Dibagi menjadi :
- tertutup
- terbuka, ketentuan fraktur femur terbuka bila terdapat hubungan antara tulang
patah dengan dunia luar dibagi dalam tiga derajat, yaitu ;
 Derajat I : Bila terdapat hubungan dengan dunia luar timbul luka kecil,
biasanya diakibatkan tusukan fragmen tulang dari dalam menembus
keluar.
 Derajat II : Lukanya lebih besar (>1cm) luka ini disebabkan karena
benturan dari luar.
 Derajat III : Lukanya lebih luas dari derajat II, lebih kotor, jaringan lunak
banyak yang ikut rusak (otot, saraf, pembuluh darah)
d. FRAKTUR BATANG FEMUR (anak – anak)
e. FRAKTUR SUPRACONDYLER FEMUR
Fraktur supracondyler fragment bagian distal selalu terjadi dislokasi ke posterior,
hal ini biasanya disebabkan karena adanya tarikan dari otot – otot gastrocnemius,
biasanya fraktur supracondyler ini disebabkan oleh trauma langsung karena
kecepatan tinggi sehingga terjadi gaya axial dan stress valgus atau varus dan
disertai gaya rotasi.
f. FRAKTUR INTERCONDYLAIR
Biasanya fraktur intercondular diikuti oleh fraktur supracondular, sehingga
umumnya terjadi bentuk T fraktur atau Y fraktur.
g. FRAKTUR CONDYLER FEMUR
Mekanisme traumanya biasa kombinasi dari gaya hiperabduksi dan adduksi
disertai dengan tekanan pada sumbu femur keatas.

Penatalaksanaan
1. Terapi konservatif :
- Proteksi
- Immobilisasi saja tanpa reposisi
- Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips
- Traksi
2. Terapi operatif
- ORIF
Indikasi ORIF :
- Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avasculair necrosis tinggi
- Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup
- Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan
- Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan
operasi
- Excisional Arthroplasty
Membuang fragmen yang patah yang membentuk sendi
- Excisi fragmen dan pemasangan endoprosthesis
Dilakukan excisi caput femur dan pemasangan endoprosthesis Moore
1. Tindakan debridement dan posisi terbuka
Penyembuhan fraktur :
1. Fase Peradangan :
Pada saat fraktur ada fase penjendalan dan nekrotik di ujung atau sekitar fragmen
fraktur, proses peradangan akut faktor eksudasi dan cairan yang kaya protein ini
merangsang lekosit PMN dan Makrofag yang fungsinya fagositosis jendalan
darah dan jaringan nekrotik
1. Fase Proliferasi :
Akibat jendalan darah 1 – 2 hari terbentuk fibrin yang menempel pada ujung –
ujung fragmen fraktur, dimana fibrin ini berfungsi sebagai anyaman untuk
perlekatan sel – sel yang baru tumbuh sehingga terjadi neovaskularisasi dan
terbentuk jaringan granulasi atau procallus yang semakin lama semakin memadat
sehingga terjadi fibrocartilago callus yabg bertambah banyak dan terbentuklah
permanen callus yang tergantung banyak atau sedikitnya celah pada fraktur.
1. Fase Remodelling
Permanen callus diserap dan diganti dengan jaringan tulang sedangkan sisanya
direabsorbsi sesuai dengan bentuk dan anatomis semula.

DAFTAR PUSTAKA

Sjamsuhidajat, R.,& De Jong, W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi III.


Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010.

Anonim, fraktur femur. Dalam kumpulan Kuliah Ilmu bedah Khusus, Aksara


Medisina FK UI< Jakarta, 1987.

Anonim, Fraktur.  Dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Editor : Sjamsihidajat, Wim de


Jong, EGC, Jakarta, 1997.

Apley, Dalam Buku Ajar Ortopedi dan fraktur Sistem Apley, Edisi 7, Editor : Edi
Nugroho 1999.

Harrelson J.M, Ortopedi Umum. Dalam Buku Ajar Ilmu Bedah Sabiston. Editor :
dr. Devi H, Alih bahasa : De Petrus A, EGC, Jakarta, 1994.
Jergesen F. H., Ortopedi. Dalam Ilmu Bedah (Handbook of Surgery), Editor :
Theodore R. Schrock, Alih bahasa : Adji Dharma, Petrus, Gunawan, EGC,
Jakarta, 1995.

Rasjad C., Pengantar Ilmu Beadh Ortopedi, Bintang Lamumpatue, Ujung


Pandang, 1992.

Anda mungkin juga menyukai