HEMOROID
Disusun oleh :
Disusun Oleh :
Novihani Hidayati
20174011106
Dokter Pembimbing
FRAKTUR TROCHANTER
Disusun Oleh :
Novihani Hidayati
20174011106
Telah dipresentasikan
Disahkan oleh:
Dokter Pembimbing,
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M
Umur : 65 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Status pernikahan : Sudah menikah
Alamat : Pungkursari RT 05 / RW 03 kec. Sidorejo Salatiga
Tanggal masuk : 21 Maret 2018
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Jatuh dari pohon setinggi 2 meter
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri dibagian dada dan dibagian kaki sebelah kiri,
keadaan pasien gelisah didapatkan dari alloanamnesis keluarga bahwa pasien post
terjatuh dari pohon setinggi 2 meter saat kurang lebih setengah jam yang lalu.
Kepala, dada dan kaki pasien jatuh terbentur dengan tanah.
PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : sedang
b. Kesadaran : compos mentis
c. GCS : E4V5M6 = 15
d. Vital sign
- Tekanan Darah : 109/93 mmHg
- Denyut Nadi : 80 x/menit
- Pernafasan : 20 x/menit
- Suhu : 36°C
e. Status generalis :
- Kepala : normocephal, deformitas (-), tidak ditemukan jejas, tidak
teraba benjolan
- Mata : konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil isokor,
refleks cahaya (+/+)
- Hidung : discharge (-), deformitas (-)
- Telinga : discharge (-), deformitas (-)
- Mulut : bibir tidak kering, lidah tidak kotor
- Leher : pembesaran KGB (-), limfonoduli tidak teraba, JVP tidak
meningkat
- Thorax :
Pulmo
Inspeksi : Asimetris (+) ketinggalan gerak (+), retraksi intercostae
(-)
Palpasi : vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara Dasar = vesikuler, Suara Tambahan = tidak ada,
SDV sinistra menurun
Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba, tidak kuat angkat
Perkusi : Tidak ditemukan kardiomegali
Auskultasi : S1S2 reguler, bising (-), gallop (-)
- Abdomen
Inspeksi : Tampak datar
Palpasi : Supel (+), nyeri tekan (-), hepar/lien tidak teraba
Perkusi : Timpani seluruh lapangan abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) Normal
- Ekstremitas
Superior: udem (-), vulnus (-), ruam (-), akral hangat (+/+), sianosis (-)
Inferior : udem (-), vulnus (-), ruam (-), akral hangat (+/+), sianosis (-)
f. Status Lokalis (Femur sinistra )
Look : Terdapat deformitas dibagian 1/3 medial os
femur sinistra pemendekan tulang di os femur
sinistra
Feel : tidak teraba krepitasi , edem (-)
Move : ROM terbatas nyeri
DIAGNOSIS KERJA
Fraktur Tertutup Komplit Trochanter Sinistra
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hematologi
Hitung Jenis
Pemeriksaan Rontgen
TERAPI
Terapi Operatif : Konservatif
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Sistem tulang
1) Os. Femur
Merupakan tulang panjang dalam tubuh yang dibagi atas
Caput Corpus dan collum dengan ujung distal dan proksimal.
Tulang ini bersendi dengan acetabulum dalam struktur persendian
panggul dan bersendi dengan tulang tibia pada sendi lutut
(Syaifudin, B.AC 1995). Tulang paha atau tungkai atas merupakan
tulang terpanjang dan terbesar pada tubuh yang termasuk
seperempat bagian dari panjang tubuh. Tulang paha terdiri dari 3
bagian, yaitu epiphysis proximalis, diaphysis, dan epiphysis
distalis.
- Epiphysis Proksimalis
Ujung membuat bulatan 2/3 bagian bola disebut caput femoris
yang punya facies articularis untuk bersendi dengan acetabulum
ditengahnya terdapat cekungan disebut fovea capitis. Caput
melanjutkan diri sebagai collum femoris yang kemudian disebelah
lateral membulat disebut throcantor major ke arah medial juga
membulat kecil disebut trochantor minor. Dilihat dari depan,
kedua bulatan major dan minor ini dihubungkan oleh garis yang
disebut linea intertrochanterica (linea spiralis). Dilihat dari
belakang, kedua bulatan ini dihubungkan oleh rigi disebut crista
intertrochanterica. Dilihat dari belakang pula, maka disebelah
medial trochantor major terdapat cekungan disebut fossa
trochanterica.
- Diaphysis
Merupakan bagian yang panjang disebut corpus. Penampang
melintang merupakan segitiga dengan basis menghadap ke depan.
Mempunyai dataran yaitu facies medialis, facies lateralis, facies
anterior. Batas antara facies medialis dan lateralis nampak di
bagian belakang berupa garis disebut linea aspera, yang dimulai
dari bagian proximal dengan adanya suatu tonjolan kasar disebut
tuberositas glutea. Linea ini terbagi menjadi dua bibit yaitu labium
mediale dan labium laterale, labium medial sendiri merupakan
lanjutan dari linea intertrochanrterica. Linea aspera bagian distal
membentuk segitiga disebut planum popliseum. Dari trochantor
minor terdapat suatu garis disebut linea pectinea. Pada dataran
belakang terdapat foramen nutricium, labium medial lateral disebut
juga supracondylaris lateralis/medialis.
- Epiphysis distalis
Merupakan bulatan sepasang yang disebut condylus medialis dan
condylus lateralis. Disebelah proximal tonjolan ini terdapat lagi
masing-masing sebuah bulatan kecil disebut epicondylus medialis
dan epicondylus lateralis. Epicondylus ini merupakan akhir
perjalanan linea aspera bagian distal dilihat dari depan terdapat
dataran sendi yang melebar disebut facies patelaris untuk bersendi
dengan os. patella. Intercondyloidea yang dibagian proximalnya
terdapat garis disebut linea intercondyloidea.
2) Os. Patella
Terjadi secara desmal. Berbentuk segitiga dengan basis menghadap
proximal dan apex menghadap ke arah distal. Dataran muka
berbentuk convex. Dataran belakang punya dataran sendi yang
terbagi dua oleh crista sehingga ada 2 dataran sendi yaitu facies
articularis lateralis yang lebar dan facies articularis medialis yang
sempit.
3) Os. Tibia
Terdiri 3 bagian yaitu epipysis proximalis, dialysis dan epiphysis
distalis:
4) Os. Fibula
Tulang fibula terbentuk kecil dan hampir sama panjang dengan
tibia, terletak disebelah lateral dari tiga bagian yaitu epiphysis
proximalis, diaphysis dan epiphysis distalis, epiphysis proximalis
membulat disebut capitullum fibula yang proximal meruncing
menjadi apex capitis fibula pada capitullum terdapat dua dataran
yang disebut facies articularis, capitullum fibula untuk bersendi
dengan tibia.
b. Arthrologi/sistem sendi
Sendi adalah hubungan antara dua tulang atau lebih dari sistem sendi,
disini meliputi sistem sendi panggul dan sendi lutut.
1) Sendi panggul
Sendi panggul dibentuk oleh facies lunata acetabullum dan caput
femoris. Facies lunata rongga sendi atau cavum articularis
merupakan cekungan bentuk simetris terbentang melampaui
equator labium acetabuli, labium acetabuli mengandung zat rawan
fibrosa. Facies lunata dan labium menjadi dua pertiga caput
femoris lekuk tulang tidak lengkap dan bagian interior ditutup oleh
lig trasuersum, acetabuli, dimana terdapat bantalan lemak menuju
caput femoris. Kapsul sendi melekat pada tulang panggul sebelah
luar labium acetabuli sehingga labium aetabuli dengan bebas
masuk ke rongga kapsul. Sendi panggul diperkuat oleh
ligamentum-ligamentum yang diantaranya:
a) Ligamentum Iliofemorale
Berbentuk Y, dasarnya melekat pada spinailiaca anterium dan
interior berfungsi mencegah gerakan extensi dan exirotasi
tungkai atas yang berlebihan pada sendi pangkal paha.
b) Ligamentum pubofemorale
Berbentuk segitiga, dasarnya ligamen pada ramus superior
pubis, berfungsi mencegah gerakan abduksi tungkai atas yang
berlebihan.
c) Ligamentum ischiofemorale
Berbentuk spiral, melekat pada corpus ischium dekat tepi
aetabulum.
2) Sendi Lutut
Senddi lutut dibentuk oleh tiga sendi yang berbeda dan dilindungi
oleh kapsul sendi. Sendi tersebut dibentuk oleh tulang femur dan
patella yang mana pada facet sendi terdiri dari tiga permukaan pada
bagian lateral, yang mana pada satu permukaan bagian medial otot
vastus lateralis menarik patella ke arah proximal sedangkan otot
vastus medialis menarik patela ke arah medial, sehingga patella
stabil. Pada posisi 30o, 40o dari ekstansi, patellah tertarik oleh
mekanisme gaya kerja otot sangat kuat.
1. Lig. Pubofemorale
2. Canalis obturatorius
3. Membrana obturatoria
4. Trochanter minor
5. Trochanter major
6. Pars transversa
Lig. iliofemorale
7. Pars descendens
8. M. rectum femoris, Tendo
Keterangan gambar 2.5:
1. Caput reflexum
2. Caput rectum
3. Lig. Iliofemorale
4. collum femoris
5. trochanter major
6. Tuberositas glutea
7. Trochanter minor
8. Lig. Ischio femorale
9. Lig. Sacrotuberale
10. Lig. sacrospinale
c. Sistem Otot
Otot yang akan dibahas hanya berhubungan dengan kondisi pasien
post operasi fraktur femur 1/3 medial dextra dengan pemasangan plate
and screw adalah otot yang berfungsi ke segala arah seperti regio hip
untuk gerakan fleksi-ekstensi, abduksi-adduksi dan eksternal rotasi-
internal rotasi.
Tabel 2.1
d. Vatus Permukaan N.
intermediu anterior dan femoralis
s lateral batang
femur
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Tabel 2.4
d. Sistem Persyarafan
Sistem persyarafan pada tungkai atas (paha) dibagi menjadi 4 yaitu:
1) Nervus femoralis
Merupakan cabang terbesar dari pleksus lumbalis. Nervus ini berisi
dari tiga bagian pleksus anterior yang berasal dari nervus lumbalis
(L2, L3 dan L4). Nervus ini muncul dari tepi lateral psoas di dalam
abdomen dan berjalan ke bawah melewati m. psoas dan m.iliacus
ia terletak di sebelah fasia illiaca dan memasuki paha lateral
terhadap anterior femoralis dan selubung femoral di belakang
ligament inguinal dan pecah menjadi devisi anterior dan posterior
nervus femoralis mensyarafi semua otot anterior paha.
2) Nervus obturatorius
Berasal dari plexus lumbalis (L2, L3 dan L4) dan muncul pada
bagian tepi m. psoas di dalam abdomen, nervus ini berjalan ke
bawah dan depan pada lateral pelvis untuk mencapai bagian atas
foramen abturatorium, yang mana tempat ini pecah menjadi devisi
anterior dan posterior. Devisi anterior memberi cabang-cabang
muscular pada m. gracilis, m. adduktor brevis dan longus.
Sedangkan devisi posterior mensyarafi articularis guna memberi
cabang-cabang muscular kepada m.obturatorius esternus, dan
adduktor magnus.
3) Nervus gluteus superior dan inferior
Cabang nervus sacralis meninggalkan pelvis melalui bagian atas,
dan bawah foramen ischiadicus majus di atas m. piriformis dan
mensyarafi m.gluteus medius dan minimus serta maximus.
a) Arteri femoralis
Arteri femoralis memasuki paha melalui bagian belakang
ligament inguinale dan merupakan lanjutan arteria illiace
externa, yang terletak dipertengahan antara SIAS (spina illiaca
anterior superior) dan sympiphis pubis. Arteria femoralis
merupakan pemasok darah utama bagian tungkai, berjalan
menurun hampir bertemu ke tuberculum adductor femoralis
dan berakhir pada lubang otot magnus dengan memasuki
spatica poplitea sebagai arteria poplitea.
c) Arteria obturatoria
Merupakan cabang arteri illiaca interna, ia berjalan ke bawah
dan ke depan pada dinding lateral pelvis dan mengiringi nervus
obturatoria melalui canalis obturatorius, yaitu bagian atas
foramen obturatum.
d) Arteri poplitea
Arteri poplitea berjalan melalui canalis adduktorius masuk ke
fossa bercabang menjadi arteri tibialis posterior terletak dalam
fossa poplitea dari fossa lateral ke medial adalah nervus
tibialis, vena poplitea, arteri poplitea.
a) Vena femoralis
Vena femoralis memasuki paha melalui lubang pada otot
adduktor magnus sebagai lanjutan dari vena poplitea, ia
menaiki paha mula-mula pada sisi lateral dari arteri. Kemudian
posterior darinya, dan akhirnya pada sisi medialnya. Ia
meninggalkan paha dalam ruang medial dari selubung femoral
dan berjalan dibelakang ligamentum inguinale menjadi vena
iliaca externa.
c) Vena obturatoria
Vena obturatoria menampung cabang-cabang yang dapat
disamakan dengan cabang-cabang arterinya, dimana
mencurahkan isinya ke dalam vena illiaca internal.
1. Insiden
Dimana kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu faktor
penyebab terjadinya trauma rata-rata setiap penduduk 60 juga penduduk
Amerika Serikat mengalami trauma dan 50% memerlukan tindakan medis,
3,6 juta (12%) membutuhkan perawatan di rumah sakit didapatkan 300
juta orang diantaranya menderita kecacatan yang menetap (1%) dan 8,7
juta orang menderita kecacatan sementara (30%). Sedang di Indonesia
tercatat kurang lebih lebih 12 ribu orang pertahunnya mengalami
kecelakaan lalu lintas, dilihat dari banyaknya kecelakaan sebagai
akibatnya selain kematian adalah kondisi patah tulang atau fraktur (Rasjad,
1998).
Jaringan lunak
Peradangan Siklus perlukaan menyebabkan reaksi dari jaringan
mengakibatkan merusak sel karena trauma, infeksi,
ischemia, sekunder atau agen fisik.
Tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya
pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat terjadi akibat: 1) peristiwa
trauma tunggal, 2) Tekanan yang berulang-ulang, atau 3) kelemahan abnormal
pada tulang (fraktur patologik).
Bila terkena kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena,
jaringan lunak juga pasti rusak. Pemukuan (pukuran sementara) biasanya
menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya;
penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur kominutif disertai
kerusakan jaringan lunak yang luas (Appley, 1995).
Bila terkena kekuatan yang tidak langsung tulang dapat mengalami fraktur
pada tempat tang jauh dari tempat yang terkena kekuatan itu; kerusakan
jaringan lunak di tempat fraktur mungkin tidak ada (Appley, 1995).
Jenis-jenis Fraktur
b. Fraktur terbuka
Fraktur terbuka adalah fraktur yang merusak jaringan kulit, karena
adanya hubungan dengan lingkungan luar, sehingga fraktur terbuka
potensial terjadi infeksi osteomielitis.
Penatalaksanaan
1. Terapi konservatif :
- Proteksi
- Immobilisasi saja tanpa reposisi
- Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips
- Traksi
2. Terapi operatif
- ORIF
Indikasi ORIF :
- Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avasculair necrosis tinggi
- Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup
- Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan
- Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan
operasi
- Excisional Arthroplasty
Membuang fragmen yang patah yang membentuk sendi
- Excisi fragmen dan pemasangan endoprosthesis
Dilakukan excisi caput femur dan pemasangan endoprosthesis Moore
1. Tindakan debridement dan posisi terbuka
Penyembuhan fraktur :
1. Fase Peradangan :
Pada saat fraktur ada fase penjendalan dan nekrotik di ujung atau sekitar fragmen
fraktur, proses peradangan akut faktor eksudasi dan cairan yang kaya protein ini
merangsang lekosit PMN dan Makrofag yang fungsinya fagositosis jendalan
darah dan jaringan nekrotik
1. Fase Proliferasi :
Akibat jendalan darah 1 – 2 hari terbentuk fibrin yang menempel pada ujung –
ujung fragmen fraktur, dimana fibrin ini berfungsi sebagai anyaman untuk
perlekatan sel – sel yang baru tumbuh sehingga terjadi neovaskularisasi dan
terbentuk jaringan granulasi atau procallus yang semakin lama semakin memadat
sehingga terjadi fibrocartilago callus yabg bertambah banyak dan terbentuklah
permanen callus yang tergantung banyak atau sedikitnya celah pada fraktur.
1. Fase Remodelling
Permanen callus diserap dan diganti dengan jaringan tulang sedangkan sisanya
direabsorbsi sesuai dengan bentuk dan anatomis semula.
DAFTAR PUSTAKA
Apley, Dalam Buku Ajar Ortopedi dan fraktur Sistem Apley, Edisi 7, Editor : Edi
Nugroho 1999.
Harrelson J.M, Ortopedi Umum. Dalam Buku Ajar Ilmu Bedah Sabiston. Editor :
dr. Devi H, Alih bahasa : De Petrus A, EGC, Jakarta, 1994.
Jergesen F. H., Ortopedi. Dalam Ilmu Bedah (Handbook of Surgery), Editor :
Theodore R. Schrock, Alih bahasa : Adji Dharma, Petrus, Gunawan, EGC,
Jakarta, 1995.