DISPEPSIA
Dosen Pembimbing:
dr. H. A. Sanoesi Tambunan, Sp.PD-KR
Oleh:
Annisa Ichlasia Haryati
2017730011
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul “Dispepsia”.
Laporan kasus ini penulis ajukan sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan kepaniteraan klinik stase Penyakit Dalam di Program Studi
Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Jakarta.
Penulis menyadari laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran sangat diharapkan guna perbaikan laporan selanjutnya.
Atas selesainya laporan ini, penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada dr. H. A. Sanoesi Tambunan, Sp.PD-KR yang
telah memberikan persetujuan dan pembimbingan. Semoga laporan ini dapat
menambah ilmu pengetahuan bagi penulis dan para pembaca.
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
KASUS..............................................................................................................................1
A. Identitas Pasien....................................................................................................1
B. Anamnesis............................................................................................................1
C. Pemeriksaan Fisik...............................................................................................1
D. Pemeriksaan Penunjang.....................................................................................1
E. Resume.................................................................................................................1
F. Daftar Masalah....................................................................................................1
G. Assesment.............................................................................................................1
H. Follow Up.............................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................1
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................1
A. Definisi..................................................................................................................2
B. Epidemiologi........................................................................................................2
C. Etiologi.................................................................................................................2
D. Patofisiologi..........................................................................................................2
E. Diagnosis..............................................................................................................2
F. Tatalaksana..........................................................................................................2
G. Komplikasi...........................................................................................................2
H. Prognosis..............................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................3
BAB I
KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. Y
Tanggal lahir : 20 Juli 1975
Usia : 45 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Cempaka Baru
Tanggal Masuk RS : 08 Juli 2021
No RM : 0100xxxx
B. Anamnesis
Keluhan Utama
Mual dan muntah sejak 3 hari SMRS
Keluhan Tambahan
Nafsu makan menurun, ulu hati terasa nyeri, perut terasa kembung,
lemas. Demam, batuk, sesak, hilang penciuman disangka. BAB dan
BAK normal
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan mual yang disertai muntah sejak 3
hari SMRS. Muntah setiap habis makan. Frekuensi muntah 3-4x dalam
sehari. Muntah tidak disertai dengan darah. Muntah bercampur dengan
makanan yang volumenya ± 1 gelas. Nafsu makan pasien menurun.
Pasien mengeluhkan nyeri pada ulu hati, perut terasa kembung, dan
lemas. Demam, sesak ataupun nyeri dada disangkal. BAB dan BAK
pasien normal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah mengeluh nyeri pada ulu hati seperti ini tetapi hilang
timbul dalam ± 6 bulan terakhir. Riwayat diabetes melitus, hipertensi,
dan penyakit jantung disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit jantung pada
keluarga disangkal.
Riwayat Alergi
Pasien tidak mempunyai riwayat alergi terhadap makanan, obat-
obatan ataupun cuaca.
Riwayat Pengobatan
Sebelumnya pasien pernah mengkonsumsi promag dan merasa
nyeri ulu hatinya membaik.
Riwayat Psikososial
Pasien mengatakan pola makannya tidak teratur. Setiap pagi pasien
suka mengkonsumsi kopi dan teh. Pasien tidak merokok ataupun
minum alkohol. Pasien mengaku perokok pasif. Suami pasien
merokok ± sudah 15 tahun.
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Tanda – tanda vital
Tekanan darah : 128/75 mmHg
Nadi : 88 kali/menit, regular, teraba kuat
Pernapasan : 18 kali/menit
Suhu : 36.1oC
SpO2 : 98%
Status Antropometri
Berat badan : 52 kg
Tinggi badan : 156 cm
Indeks Massa Tubuh : 21.28 kg/m2
Status gizi : Ideal (Normoweight)
Pemeriksaan Generalisata
- Kepala : Normocephal (+)
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflek
cahaya (+/+)
- Hidung : Sekret (-/-), epistaksis (-/-)
- Telinga : Normotia, sekret (-/-)
- Mulut : Mukosa bibir kering dan pucat, sianosis (-), lidah
kotor (-)
- Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran
kelenjar tiroid (-), peningkatan JVP (-)
- Paru
o Inspeksi : Normochest (+), pergerakan dinding dada kanan
dan kiri simetris (+), retraksi dinding dada (-/-)
o Palpasi : Nyeri tekan (-/-), massa (-/-), krepitasi (-/-), vokal
fremitus (+/+)
o Perkusi : Sonor (+/+)
o Auskultasi : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis terlihat (-)
Palpasi : Ictus cordis teraba (-)
Perkusi : Batas atas ICS III linea parasternalis dextra
Batas kanan ICS IV linea parasternalis dextra
Batas kiri ICS IV linea midclavicular sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I = II regular (+), murmur (-),
gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Tampak datar, distensi (-), jaringan parut (-)
Auskultasi : Bising usus normal (+)
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (+), hepatomegali (-),
splenomegali (-), nyeri tekan 4 kuadran abdomen (-)
Perkusi : Timpani pada seluruh kuadran abdomen (+)
Ekstremitas
Akral hangat : Superior (+/+), Inferior (+/+)
CRT < 2 detik : Superior (+/+), Inferior (+/+)
Edema : Superior (-/-), Inferior (-/-)
Sianosis : Superior (-/-), Inferior (-/-)
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tanggal 08/07/2021
Hematologi lengkap
Hitung jenis
Basofil 0 % 0-1
Eosinofil 0 % 2-4
F. Daftar Masalah
Sindroma dispepsia
Imbalance elektrolit
G. Assesment
1. Sindroma dispepsia
S Pasien datang dengan keluhan mual dan muntah sejak 3 hari SMRS.
Selalu muntah sehabis makan. Nafsu makan pasien menurun, perut
terasa kembung, dan nyeri pada ulu hati
O TD: 128/75, Nadi: 88x/menit, RR: 18x/menit, Temperatur: 36.1ºC,
SpO2: 98%, NTE (+).
Rapid antigen SARS-COV: negatif
A Sindroma dispepsia
dd/GERD, IBS, Gastritis
P Planning diagnostik: Pemeriksaan endoskopi, urea breath test
Planning nonfarmakologi: Memberikan edukasi agar dapat
mengatur pola dan jenis makanan dan makan tepat waktu, bedrest,
dan monitoring ttv
Planning farmakologi:
- NaCl 3% 1070cc/12 jam
- Lansoprazole PO 2x30 mg
- Ondasetron IV 2x1 amp
- Ranitidin IV 2x1 amp
- Sucralfat syrup PO 4x10cc
2. Imbalance elektrolit
S Pasien muntah tiap setelah makan. Frekuensi muntah 3-4x sehari
dengan volume 1 gelas. Pasien tidak nafsu makan, dan merasa
lemas.
O TD: 128/75, Nadi: 88x/menit, RR: 18x/menit, Temperatur: 36.1ºC,
SpO2: 98%, mukosa bibir kering (+)
Natrium: 129 mEq/L
Klorida: 85 mEq/L
A Imbalance elektrolit
P Planning diagnostik: Pemeriksaan laboratorium hematologi (kadar
elektrolit post koreksi)
Planning nonfarmakologi: Memantau asupan gizi dan nutrisi,
bedrest.
Planning farmakologi:
- NaCl 3% 1070cc/12 jam
H. Follow Up
Tanggal 9/7/2021
S Mual (+), Lemas (+), Tidak nafsu makan (+), Nyeri ulu hati (+),
O TD: 130/90, Nadi: 78x/menit, Temperatur: 36.2ºC, SpO2: 98%,
Mukosa bibir kering (+), NTE (+).
Natrium: 129 mEq/L
Klorida: 85 mEq/L
A Sindroma dispepsia dengan imbalance elektrolit
dd/ GERD, IBS, Gastritis
P Planning diagnostik: pemeriksaan endoskopi (tidak dilakukan), urea
breath test (tidak dilakukan). Pemeriksaaan kadar elektrolit (post
koreksi)
Planning nonfarmakologi: Istirahat, dan memberikan edukasi agar
dapat mengatur pola dan jenis makanan dan makan tepat waktu.
Melakukan monitoring gizi dan nutri pasien.
Planning farmakologi:
- Asering 1070cc/12 jam
- Lansoprazole 2x30 mg
- Ondasetron 2x1 amp
- Ranitidin 2x1 amp
- Sucralfat syrup 4x10cc
Tanggal 10/07/2021
S Mual (-), setelah makan sudah tidak muntah, nafsu makan
membaik.
O TD: 132/85, Nadi: 86x/menit, Temperatur: 35.7ºC, SpO2: 98%
Natrium: 134 mEq/L (normal)
Klorida: 98 mEq/L (normal)
A Sindroma dispepsia dengan perbaikan
Imbalance elektrolit dengan perbaikan
P Planning nonfarmakologi: Memberikan edukasi agar dapat
mengatur pola dan jenis makanan dan makan tepat waktu.
Planning farmakologi:
- Asering 1070cc/12 jam
- Lansoprazole 2x30 mg
- Diperbolehkan untuk pulang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Kata ‘dispepsia’ berasal dari bahasa Yunani, yaitu ‘dys’ (poor) dan
‘pepse’ (digestion) yang berarti gangguan percernaan. Definisi dispepsia
adalah kumpulan gejala saluran pencernaan atas meliputi rasa nyeri atau
tidak nyaman di area gastro-duodenum (epigastrium/uluhati), rasa
terbakar, penuh, cepat kenyang, mual atau muntah.1
B. Epidemiologi
Diperkirakan sekitar 15-40% populasi di dunia memiliki keluhan
dispepsia kronis atau berulang; sepertiganya merupakan dispepsia organik
(struktural).1 Penyakit dispepsia ini termasuk salah satu penyakit yang
paling umum di temukan. WHO (2015) menemukan bahwa, ternyata kasus
dispepsia di dunia mencapai 13-40% dari total populasi dalam setiap
Negara. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa di Eropa, Amerika
Serikat dan Oseania, prevalensi dispepsia sangat bervariasi antara 5-43 %.2
Beberapa penelitian yang dilakukan dalam beberapa populasi hasilnya
menunjukkan perbandingan wanita lebih banyak menderita dispepsia
daripada laki-laki.3
C. Klasifikasi
Ada 2 klasifikasi pada dispepsia yaitu, dispepsia organik dan
dispepsia fungsional. Dispepsia organik adalah dispepsia yang disebabkan
oleh ulkus peptikum, GERD, kanker gastrik atau esofagus, gangguan
pankreas atau empedu, intoleransi makanan atau obat, infeksi, atau
penyakit sistemik.1
Dispepsia fungsional adalah dispepsia yang paling sering terjadi dan
dibagi menjadi 3 subtipe yaitu berdasarkan kriteria Rome IV, yaitu:
a. Sindroma nyeri episgatrium (EPS)
Merupakan nyeri epigastrium atau rasa terbakar di epigastrium
yang terjadi tidak hanya sesaat setelah makan, namun dapat terjadi
selama berpuasa atau tidak adanya makanan yang masuk dan dapat
juga muncul setelah makan.4
b. Sindroma distress posprandial (PDS)
PDS ditandai dengan gejala dispepsia yang diinduksi oleh
makanan yang menunjukkan adanya gangguan motilitas.4
c. Overlapping dari EPS dan PDS.
EPS dan PDS yang tumpang tinding ditandai dengan gejala
dispepsia akibat makan dan juga terdapat rasa nyeri epigastrium atau
rasa terbakar di ulu hati.4
D. Faktor Resiko
Faktor resiko yang dapat menyebabkan dispepsia adalah sebagai berikut:
a. Faktor psiko-sosial
Adanya stres dapat mempengaruhi fungsi gastrointestinal dan
mencetuskan keluhan pada orang sehat salah satunya dispepsia. Hal
ini disebabkan karena asam lambung yang berlebihan dan adanya
penurunan kontraktilitas lambung yang mendahului keluhan mual
setelah stimulus stres sentral. Selain itu, stres mengubah sekresi asam
lambung, motilitas, dan vaskularisasi saluran pencernaan. 5
b. Penggunaan obat-obatan golongan NSAID
Efek langsung terjadi lokal bisa disebabkan karena beberapa
OAINS bersifat asam lemah sehingga bila berada dalam lambung
yang lumennya bersifat asam akan berbentuk partikel yang tidak
terionisasi yang nantinya akan berdifusi ke dalam sel epitel mukosa
dan terperangkap disana. Proses ini akan menyebabkan kerusakan sel
sehingga dapat menurunkan pertahanan mukosa lambung.6
c. Pola makan yang tidak teratur
Frekuensi makan yang tidak teratur, jumlah makan yang tidak
sesuai, dan jeda makan yang terlalu lama dapat mencetuskan sindrom
dispepsia. Jika proses ini terlalu lama, maka produksi asam lambung
akan berlebihan sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung dan
menimbulkan keluhan berupa mual. 3
d. Gaya hidup yang tidak sehat
Gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, minum alkohol,
minum kopi dan terlalu sering makan makanan yang berlemak dapat
menyebabkan penurunan tekanan spingter esofagus bagian bawah
sehingga menyebabkan refluk gastroesofagus dan menganggu
pengosongan lambung.3
b. Hipersensivitas visceral
c. Faktor psikososial
d. Asam lambung
F. Diagnosis
Berdasarkan kriteria Rome IV, kriteria dispepsia fungsional harus
mencakup satu atau lebih dari hal berikut:1
a. Rasa penuh pasca-makan yang mengganggu
b. Cepat kenyang
c. Nyeri epigastrium
d. Rasa terbakar di ulu hati
e. Tidak ada bukti penyakit struktural (dari endoskopi) yang
menjadi penyebab timbulnya gejala
Kriteria diatas terpenuhi 3 bulan terakhir dengan onset minimal 6
bulan sebelum diagnosis.
H. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul pada dyspepsia antara lain
perdarahan gastrointestinal, stenosis pilorus, dan perforasi.
I. Prognosis
Prognosis umumnya baik namun sebagian besar penderita
dispepsia fungsional kronis dan kambuhan, dengan periode asimptomatik
diikuti episode relaps. Berdasarkan studi populasi pasien dispepsia
fungsional, 15-20% mengalami gejala persisten, 50% mengalami
perbaikan gejala, dan 30-35% mengalami gejala fluktuatif. Pada studi di
Cina, prognosis dispepsia fungsional mungkin dipengaruhi beberapa hal;
kurang tidur dan status pernikahan buruk memiliki prognosis negatif,
sedangkan personalitas ekstrovert memiliki prognosis positif. Meskipun
dispepsia fungsional berlangsung kronis dan mempengaruhi kualitas
hidup, tetapi tak terbukti menurunkan harapan hidup.1
DAFTAR PUSTAKA