TINJAUAN PUSTAKA
PENYAKIT TERBANYAK DI PUSKESMAS BANJAR I - ISPA (INFEKSI SALURAN
NAPAS AKUT)
DISUSUN OLEH :
FADHILAH AISYAH 2017730043
PEMBIMBING :
DR. NURUL FAUZIAH
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS TAHAP I
PUSKESMAS BANJAR I KOTA BANJAR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
2.2 Etiologi
Infeksi saluran pernapasan akut dapat disebabkan virus, bakteri, fungal, parasit dan
polusi udara. Tetapi kasus ISPA paling sering diakibatkan oleh bakteri dan virus. bakteri
penyebab terbanyak berasal dari genus streptokokus, haemofilus, pnemokokus, bordetella
dan korinebakterium. Berdasarkan penelitian virus yang paling sering menyebabkan ISPA
adalah Influenza-A, Adenovirus, Parainfluenza Virus, Rhinovirus, Respiratory Syntical
Viruses (Rsvs).
2.3 Klasifikasi
A. Klasifikasi berdasarkan umur (Kemenkes RI, 2011b), sebagai berikut :
Kelompok umur < 2 bulan, diklasifikasikan atas :
a) Pneumonia berat: bila disertai dengan tanda-tanda klinis seperti berhenti menyusu
(jika sebelumnya menyusu dengan baik), kejang, rasa kantuk yang tidak wajar
atau sulit bangun, stridor pada anak yang tenang, mengi, demam (38ºC atau lebih)
atau suhu tubuh yang rendah (di bawah 35,5 ºC), pernapasan cepat 60 kali atau
lebih per menit, penarikan dinding dada berat, sianosis sentral (pada lidah),
serangan apnea, distensi abdomen dan abdomen tegang.
b) Bukan pneumonia: jika anak bernapas dengan frekuensi kurang dari 60 kali per
menit dan tidak terdapat tanda pneumonia seperti di atas.
Kelompok umur 2 bulan - < 5 tahun, diklasifikasikan atas :
a) Pneumonia sangat berat: batuk atau kesulitan bernapas yang disertai dengan
sianosis sentral, tidak dapat minum, adanya penarikan dinding dada, anak kejang
dan sulit dibangunkan.
b) Pneumonia berat: batuk atau kesulitan bernapas dan penarikan dinding dada,
tetapi tidak disertai sianosis sentral dan dapat minum.
c) Pneumonia: batuk (atau kesulitan bernapas) dan pernapasan cepat tanpa penarikan
dinding dada.
d) Bukan pneumonia (batuk pilek biasa): ditandai secara klinis oleh batuk pilek (atau
kesulitan bernapas), bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam,
tanpa napas cepat. Rinitis, faringitis, laringitis dan tonsilitis tergolong bukan
pneumonia.
e) Pneumonia persisten: anak dengan diagnosis pneumonia tetap sakit walaupun
telah diobati selama 10-14 hari dengan dosis antibiotik yang 14 adekuat dan
antibiotik yang sesuai, biasanya terdapat penarikan dinding dada, frekuensi
pernapasan yang tinggi, dan demam ringan.
Pemeriksaan fisik
Tatalaksana medikamentosa
B. Rinitis akut
Rhinitis akut merupakan radang pada mukosa hidung yang terjadi <12 minggu, dapat
disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri atau terjadi akibat reaksi sekunder dari
iritasi lokal disekitar hidung. Rhinitis akut dapat diklasifikan menjadi rhinitis viral,
rhinitis bacterial dan rhinitis iritan.
Keluhan (hasil anamnesis) :
Rinorea (keluar ingus/sekret dari hidung)
Hidung tersumbat disertai bersin-bersin
Gejala panas dan gatal pada hidung
Pasien dapat disertai keluhan batuk
Demam dan malaise
Pemeriksaan fisik
Tatalaksana medikamentosa
C. Faringitis akut
Faringitis akut merupakan peradangan pada dinding faring akibat virus, bakteri, iritan
maupun trauma. Dapat terjadi pada anak-anak dan dewasa.
Keluhan (hasil anamnesis) :
Nyeri tenggorokan, terutama saat menelan (disfagia)
Penurunan nafsu makan
Demam, malaise
Dapat disertai batuk atau tidak
Sefalgia
Mual, muntah
Keluhan sekret hidung (karena dapat diawali rhinitis sebelumnya)
Pemeriksaan fisik
Faringitis viral, tampak faring dan tonsil hiperemis, terdapat eksudat tetapi
pada infeksi inluenza, coxsachie virus dan cytomegali virus tidak timbul
eksudat. Pada coxsachie virus dapat timbul bercak maculopapular rash.
faringitis bacterial, tampak tomsil membesar, hiperemis pada faring dan tonsil
dengan eksudat dipermukaannya, dalam beberapa hari dapat timbul bercak
petekie pada palatum dan faring. Dapat pula disertai pembesaran kelenjar limf
pada leher anterior.
faringitis fungal, adanya plak putih pada orofaring dan pangkal lidah, sekitar
faring hiperemis.
Faringitis tuberculosis, tampak granuloma perkejuan pada mukosa faring dan
laring
Tatalaksana medikamentosa
D. Laringitis akut
Laringitis akut merupakan peradangan pada laring yang berlangusng < 3 minggu
akibat infeksi virus, bakteri, polutan serta akibat pemakaian pita suara yang
berlebihan dan infeksi pada pita suara. Penyakit ini paling sering pada anak, dan
biasanya disertai peradangan pada trakea dan bronkus yang disebut Croup.
Keluhan (hasil anamnesis) :
Gejala lokal seperti suara parau/serak/suaranya hilang (afonia)
Nyeri tenggorokan utamanya saat menelan atau berbicara
Disertai sesak napas dan batuk kering
Demam, malaise
Gejala common cold : bersin-bersin, disfagia, hidung tersumbat, dan sefalgia
Pemeriksaan fisik
Tatalaksana medikamentosa
E. Bronkitis akut
Bronkitis akut merupakan peradangan pada bronkus, sering terjadi pada anak-anak
usia < 5 tahun yang ditandai dengan hipersekresi mucus dan batuk produktif.
Keluhan (hasil anamnesis) :
Batuk, dapat berdahak ataupun tidak selama 2-3 minggu
Dahak dapat berwarna [utih atau kuning kehijauan
Demam, malaise
Dyspneu
Dapat terjadi batuk darah, apanila terjadi iritasi saluran napas
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, denyut nadi dalam batas
normal, frekuensi napas dapat meningkat (takipneu) serta dapat ditemukan
adanya peningkatan suhu tubuh.
Pemeriksaan paru : inspeksi (dapat ditemui retraksi otot bantu napas), palpasi
(fremitus taktil normal), perkusi (sonor), auskultasi (suara napas vesikuler atau
bronkovesikuler, ekspirasi memanjang, ronkhi basah kasar yang dapat hilang
setelah batuk, dapat terdengar wheezing dan krepitasi.
Tatalaksana medikamentosa
Pemberian oksigen,
Pemberian obat-obatan simtomatik : antitusif (dekstrometorphan 15 mg
2-3x/hari atau kodein 10 mg 3x/hari), ekspektoran (bromheksin, GG,
ambroksol) antipiretik (paracetamol),
Pemberian bronkodilator, salbutamol, teofilin dan aminofilin,
Pemberian antibiotik, ampisilin, amoksisilin, dan eritromisin .
Istirahat cukup ,
Menghindari faktor iritan,
Makanan sehat dan bergizi disertai asupan cairan yang cukup.
F. Pneumonia
Pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan oleh
mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit). Pneumonia yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk. Sedangkan peradangan paru yang
disebabkan oleh nonmikroorganisme (bahan kimia, radiasi, aspirasi bahan toksik,
obat-obatan dan lain-lain) disebut pneumonitis.
Klasifikasi Pneumonia
1. Berdasarkan klinis dan epideologis :
a) Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)
b) Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia/ nosocomial
pneumonia)
c) Pneumonia aspirasi
d) Pneumonia pada penderita Immunocompromised pembagian ini penting untuk
memudahkan penatalaksanaan.
2. Berdasarkan bakteri penyebab
a) Pneumonia bakterial/tipikal. Beberapa bakteri mempunyai tendensi
menyerang sesorang yang peka, misalnya Klebsiella pada penderita alkoholik,
Staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza.
b) Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan Chlamydia
c) Pneumonia virus
d) Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama
pada penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised)
3. Berdasarkan predileksi infeksi
a) Pneumonia lobaris, sering pada pneumania bakterial, jarang pada bayi dan
orang tua. Merupaka pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen
kemungkinan sekunder disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya : pada
aspirasi benda asing atau proses keganasan
b) Bronkopneumonia, ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan
paru. Dapat disebabkan oleh bakteria maupun virus. Sering pada bayi dan
orang tua.
c) Pneumonia interstisial
Pemeriksaan fisik
Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru. Pada inspeksi
dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas, pasa palpasi fremitus
dapat mengeras, pada perkusi redup, pada auskultasi terdengar suara napas
bronkovesikuler sampai bronkial yang mungkin disertai ronki basah halus, yang
kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium resolusi.
Pemeriksaan penunjang
Diagnosis
Batuk-batuk bertambah
Perubahan karakteristik dahak / purulen
Suhu tubuh > 38oC (aksila) / riwayat demam
Pemeriksaan fisis : ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara napas
bronkial dan ronki
Leukosit > 10.000 atau < 4500
Tatalaksana Medikamentosa