Anda di halaman 1dari 6

MATERI ISPA

A. Pengertian ISPA
Bencana alam yang terjadi selalu menyisakan kepedihan yang mendalam. Baik
berupa gempa bumi, tanah longsor, banjir, gunung meletus, ataupun tsunami. Banyak
korban nyawa, fisik, dan harta akibat bencana yang terjadi. Bencana menyebabkan
korban yang selamat, kehilangan keluarga, sahabat, harta, bahkan tempat tinggal.
Bencana ini selanjutnya menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Menurut Ketua
Umum PB IDI Fachmi Idris, secara umum, masalah kesehatan utama setelah bencana
adalah trauma fisik seperti luka dan patah tulang. Kemudian, selama dan sesudah masa
itu korban bencana yang selamat dan tinggal di pengungsian juga terancam penyakit jika
upaya antisipasinya tidak memadai. Berbagai penyakit yang muncul pascabencana alam
salah satunya yaitu ISPA. ISPA terjadi karena masuknya kuman atau mirkoorganisme ke
dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
ISPA memiliki kepanjangan yaitu Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Seperti yang
tertera, infeksi ini bersifat akut. Akut sendiri berarti berlangsung secara singkat atau
timbulnya mendadak. ISPA adalah infeksi akut saluran pernafasan atas maupun bawah
yang disebabkan oleh jasad renik atau bakteri, virus, maupun reketsia tanpa atau disertai
dengan radang parenkim paru. Selain itu ISPA adalah infeksi saluran pernafasan akut
yang menyerang tenggorokan, hidung, dan paru – paru yang berlangsung kurang lebih 14
hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas laring. ISPA terjadi karena beberapa faktor
seperti rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi
lingkungan.
ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut, istilah ini
diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah
ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut, dengan pengertian
sebagai berikut :
a. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisma ke dalam tubuh manusia
dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
b. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ
adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara
anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian
bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan.
Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory
tract)
c. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari
diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang
dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung hingga
kantong paru (alveoli) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus/rongga disekitar
hidung (sinus para nasal), rongga telinga tengah, dan pleura.

B. Etiologi ISPA
Penyebab ISPA beranekaragam namun penyebab terbanyak adalah infeksi virus
dan bakteri. Penyebab infeksi ini dapat sendirian atau bersama-sama secara simultan.
Penyebab ISPA akibat infeksi virus berkisar 90-95% terutama ISPA Atas. ISPA terdiri
dari lebih 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebeb ISPA antara lain dari
genus Streptokokus, Stafilokokus, Pnemokokus, Hemofillus, Bordetella dan
Korinobakterium. Virus penyebeb ISPA antara lain adalah golongan Mikosovirus,
Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus.
ISPA umumnya disebabkan oleh virus, sedangkan ISPA bagian bawah dapat
disebabkan oleh bakteri dan virus. ISPA bagian bawah yang disebabkan oleh bakteri
umumnya mempunyai manifestasi klinis yang berat sehingga menimbulkan beberapa
masalah dalam penanganannya.
Ispa disebabkan beberapa hal :
a. Bakteri meliputi Diplococcus pneumoniae, Pneumococcus, Streptacoccus
pyogenes, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenze, dan lain – lain.
b. Jamur meliputi Aspergilus sp., Candinda albicans, Histoplasma, dan lain – lain.
c. Virus meliputi Orthomyxovirus, Paramyxovirus, Metamyxovirus, Adenovirus,
dan lain-lain
d. ISPA dapat disebabkan oleh virus, bakteria maupun riketsia, sedangkan infeksi
bakterial sering merupakan penyulit ISPA yang disebabkan oleh virus, terutama
bila ada epidemi atau pandemi. Penyulit bakterial umumnya disertai peradangan
parenkim.

C. Patofisiologi
Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit
penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, oleh karena itu maka penyakit ISPA
ini termasuk golonganAir Borne Disease. Penularan melalui udara dimaksudkan adalah
cara penularan yang terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda
terkontaminasi. Sebagian besar penularan melalui udara dapat pula menular melalui
kontak langsung, namun tidak jarang penyakit yang sebagian besar penularannya adalah
karena menghisap udara yang mengandung unsur penyebab atau mikroorganisme
penyebab.
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan
tubuh.Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang
terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring
atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring.Jika refleks tersebut gagal maka
virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan.
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk
kering.Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan
aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga
terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal.Rangsangan cairan yang
berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk. Sehingga pada tahap awal gejala ISPA
yang paling menonjol adalah batuk.
D. Klasifikasi
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
a. Pneumonia berat : ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam
(chest indrawing).
b. Pneumonia : ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
c. Bukan pneumonia : ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa
tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan
tonsilitis tergolong bukan pneumonia.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA.
Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan
umur 2 bulan sampai 5 tahun. Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi
penyakit yaitu : Pneumonia berat : diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding
pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2
bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih dan Bukan pneumonia : batuk pilek biasa, bila
tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :
a. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian
bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus
dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).
b. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan
adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit
atau lebih.
c. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada
bagian bawah dan tidak ada napas cepat.

E. Manifestasi Klinis ISPA


Tanda dan gejala secara umum yang sering didapat adalah:
a. Retinitis
b. Nyeri tenggorakan
c. Batuk – batuk dengan dahak kuning / putih kental.
d. Nyeri retrostenal dan konjungtivitis.
e. Suhu badan meningkat antara 4 – 7 hari
f. Malaise
g. Mialgia, nyeri kepala
h. Anoreksia, mual
i. Muntah – muntah dan insomnia.
j. Kadang – kadang dapat juga terjadi diare
k. Bila peningkatan suhu berlangsung lama biasanya menunjukkan bahwa penyulit.
F. Pemeriksaan Penunjang ISPA
Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri. Ada tiga cara pemeriksaan yang lazim
dikerjakan, yaitu :
a. Biakan Virus
Bahan berasal dari secret hidung atau hapusan dinding belakang faring kemudian
dikirim dalam media gelatin lactalbumine dan ekstrak yeast (GLY) dalam suhu 40C.
Untuk enterovirus dan adenovirus selain bahan diambil dari dua tempat dapat juga
diambil dari tinja dan hapusan rektum. Untuk pembiakan Mikoplasma pneumonia
digunakan media tryticase, soya boilon dan bovine albumin (TSB).
b. Reaksi Serologis
Reaksi serologis yang digunakan anatara lain adalah pengikatan komplemen, reaksi
hambatan hemadsorpsi, reaksi hambatan hemaglutinasi, reaksi netralisasi, RIA serta
ELISA.
c. Diagnostik
Virus secara langsung Dengan cara khusus yaitu imonofluoresensi RIA, ELISA dapat
didentifikasi virus influenza, RSV dan mikoplasma pneumonia, mikropon electron
juga dipergunakan pada pemeriksaan virus corona. Selain itu, jumlah leukosit dan
hitung jenis. Leukositosis dengan peningkatan sel PMN di dalam darah maupun
sputum menandakan ada infeksi sekunder oleh karena bakteri. Jarang terjadi
leokositosis yang paling sering jumlah leukosit normal atau rendah.

G. Komplikasi ISPA
Komplikasi Ispa Komplikasi yang sering terjadi antara lain :
a. Otitis media.
b. Sinusitis.
c. Bronchitis.
d. Bronkopneumonia.
e. Pleuritis
Referensi :
Dongky, Patmawati. 2016. Faktor Risiko Lingkungan Fisik Rumah Dengan Kejadian
ISPA. Unnes Journal Of Public Health
Herianton. (2018). Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Anak ISPA dalam Pemenuhan
Kebutuhan Nutrisi. Karya Tulis Ilmiah Poltekkes Kendari.
Rozana, H. 2017. Upaya Meningkatkan Bersihan Jalan Napas Pada Anak Dengan ISPA .
Surakarta: Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadyah Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai