BAB I
TINJAUAN TEORI
1
pada usia 0-1 tahun dimana umur 5 bulan BB naik 2x BB lahir dan 3x BB
lahir pada umur 1 tahun dan menjadi 4x pada umur 2 tahun. Pertumbuhan
mulai lambat pada masa pra sekolah kenaikan BB kurang lebih 2kg/tahun,
kemudian pertumbuhan konstan mulai berakhir (Soetjiningsih, 2011).
Penyebab ISPA terdiri dari 300 jenis bakteri, virus dan
rikcetsia.Penularannya melalui kontak langsung dengan
penderita atau melaluiudara pernapasan. Gejala umumnya
adalah batuk, kesulitan bernafas, sakittenggorokan, pilek,
sakit telinga, dan demam (Depkes RI, 2006). Salah satu
faktor yang mempengaruhi ISPA adalah defisiensi Vitamin A.
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) yang beradaptasi dari bahas
inggris acute respiratory infection (ARI) mempunyai pengertian sebagai
berikut:
1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme kedalam tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimblkan gejala penyakit
2. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli
beserta organ secara anatomis mencakup pernfasan bagian atas.
Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai 14 hari. Batas
14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa
penyakit yang digolongkan ISPA. Proses ini bisa berlangsung dari 14 hari,
infeksi saluran nafas adalah penuruanan kemampuan pertahanan alami jalan
nafas dalam menghadapi organisme asing.
1.1.2 Etiologi
Menurut Vietha ( 2009 ), etiologi ISPA adalah lebih dari 200 jenis
bakteri, virus dan jamur. Bakteri penyebabnya antara lain genus
streptococus, Stafilococus, hemafilus, bordetella, hokinebacterium. Virus
penyebabnya antara lain golongan mikrovirus, adnovirus, dan virus yang
paling sering menjadi penyebab ISPA di influensa yang di udara bebas akan
masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu
tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang
anak – anak di bawah usia 2 tahun yang kecepatan tubuhnya lemah atau
belum sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga
2
menumbulkan resiko serangan ISPA. Beberapa faktor lain yang
diperkirakan berkontrubusi terhadap kejadian ISPA pada anak adalah
rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya senetasi
lingkungan.
1. ISPA atas : Rinovirus, coronavirus, adenovirus, enterovirus, ( virus
utama ).
2. ISPA bawah : Parainfluenza, 123 coronavirus, adenovirus ( Virus Utama
).
3. Bakteri utama : Steptococus, pneumonia, hemapholus, influenza,
staphylococus aureus.
4. Pada neonotus dan bayi muda : Chalmedia tachomatis.
5. Pada anak usia sekolah : Mycoplasma pneumonia.
3
3. Berat ( pneumonia )
Batuk dengan nafas berat, cepat dan stridor, membran keabuan
di taring, kejang, apnea, dehidrasi berat / tidur terus, tidak ada sianosis.
4. Sangat Berat
Batuk dengan nafas berat, cepat, stridor, dan sianosis serta tidak
minum.
4
1.1.4 Manifestasi Klinis
Menurut Vietha ( 2009 ), tanda dan gejala dari ISPA adalah :
1. Pilek biasa.
2. Keluar sekret cair dan jernih dari hidung.
3. Kadang bersi – bersin.
4. Sakit tenggorokan.
5. Batuk.
6. Sakit kepala.
7. Sekret menjadi kental.
8. Demam.
9. Neusea.
10. Muntah.
11. Anoreksia.
Sebagian besar anak dengan infeksi saluran pernafasan bagian atas
memberikan gejala yang sangat penting yaitu batuk. Infeksi saluran nafas
bagian bawah memberikan beberapa tanda lainnya seperti nafas yang cepat
dan retratesi dada. Selain batuk gejala ISPA pada anak juga dapat dikenali
yaitu flu, demam, dan suhu tubuh anak meningkat lebih dari 38,5 ○C dan
disetai sesak nafas.
Menurut derajat keparahannya, ISPA dapat dibagi menjadi 3
golongan yaitu : ISPA ringan ( bukan pneumonia ), ISPA
sedang ( pneumonia ) dan ISPA berat ( pneumonia berat ). Kusus untuk
bayi di bawah 2 bulan, hanya dikenal ISPA berat dan ISPA ringan ( tidak
ada ISPA sedang ). Batasan ISPA berat untuk bayi kurang dari 2 bulan
adalah bik frekuensi nafasnya sepat ( 60 kali / menit ) atau adanya tarikan
dinding dada yang kuat. Pada dasarnya ISPA ringan dapat berkembang
menjadi ISPA sedang / ISPA berat jika keadaan memungkinkan misalnya
pasien kurang mendapat perawatan / daya tahan tubuh pasien sangat
kurang. Gejala ISPA ringan dapat dengan mudah diketahui orang awam
sedangkan ISPA sedang dan berat memerlukan beberapa pengamatan
sederhana ( Yasir, 2009 ).
5
1.1.5 Patofisiologi
Masuknya kuman atau virus ke dalam tubuh melalui sistem
pernafasan mengakibatkan terjadinya reaksi antigen dan antibody pada salah
satu tempat tertentu di saluran nafas bagian atas. Reaksi tersebut berupa
reaksi radang, sehingga banyak sekali dihasilkannya mukus seteret, dari
reaksi radang tersebut akan merangsang interleukin 1 yang berupa
pengeluaran mediator kima berupa prostaglandin, hal tersebut akan
menggeser sel point pada hipotalamus posterior yang mengakibatkan tubuh
menggigil dan demam. Reaksi tersebut disebut dengan comoon cold.
Respon batuk akan muncul seiring dengan terangsangnya villi – villi saluran
pernafasan akibat adanya mucus.( Khaidirmuhaj, 2008 )
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi menjadi 3 tahap yaitu :
1. Tahap prepatogenisis : penyebab ada, tetapi belum menunjukan reaksi
apa- apa.
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa
tubuh menjadi lemah apabila kedaan gizi dan daya tahan sebelumnya
rendah.
3. Tahap dini penyakit : Mulai dari munculnya gejala penyakit dibagi
menjadi 4 yaitu dapat tumbuh sempurna, sembuh dengan atelektatis,
menjadi teronis dengan meninggal akibat pneumonia ( Vietha, 2009 ).
6
1.1.6 Pathway/WOC
7
1.1.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang
didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai dengan
jenis kuman.
2. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju
endap darah meningkat disertai dengan adanya
leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya
thrombositopenia.
3. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Benny, 2010).
1.1.8 Komplikasi
ISPA ( saluran pernafasan akut sebenarnya merupakan self limited
disease yang sembuh sendiri dalam 5 – 6 hari jika tidak terjadi invasi kuman
lain, tetapi penyakit ISPA yang tidak mendapatkan pengobatan dan
perawatan yang baik dapat menimbulkan penyakit seperti : semusitis
paranosal, penutuban tuba eustachii, lanyingitis, tracheitis, bronchtis, dan
brhonco pneumonia dan berlanjut pada kematian karena danya sepsis yang
meluas ( Whaley and Wong, 2000 ).
1.1.9 Penatalaksanaan
Menurut Semltzer ( 2001 ), penatalaksanaan dari ISPA adalah :
1. Medis.
a. Diet cair dan lunak selama tahap akut.
b. Untuk mengontrol infeksi, memulihkan kondisi mukos yang
antiboitik, misal amoxilin, ampixilin.
c. Antistetik topikal sepertilidokain, orabase atau diklorin
memberikan tindakan peredaan nyeri oral.
2. Keperawatan.
a. Penyuluhan pada pasien tentang cara memutus infeksi.
b. Meningkatkan masukan cairan.
c. Menginstruksikan pada pasien untuk meningkatkan drainase
seperti antalasi uap.
8
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
2.1.1 Pengkajian
Menurut Whaley and Wong ( 2000 ), fokus pengkajian dari ISPA
sebagai berikut :
1) Keluhan utama
Biasanya yang dikeluhkan pertama klien adalah mengeluh demam.
2) Riwayat penyakit sekarang
Dua hari sebelumnya klien mengalami demam
mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan
sendi, nafsu makan menurun, batuk, pilek dan sakit
tenggorokan.
3) Riwayat penyakit dahulu
Apakah klien pernah mengalami penyakit seperti yang dialaminya
sekarang.
4) Riwayat penyakit keluarga
Adakah anggota keluarga yang pernah mengalami sakit seperti
penyakit klien
5) Riwayat social
lingkungan tempat tinggal klien
Pengkajian dalam ISPA meliputi :
B1 (Breath)
1) Inspeksi
a. Membran mukosa hidung – faring tampak kemerahan
b. Tansil tampak kemerahan dan edema
c. Tampak baluk tidak produktif.
d. Tidak ada jaringan parat pada leher.
e. Tidak tampak penggunaan otot-otot pernapasan tambahan
f. Pernapasan cuping hidung
9
2) Palpasi
a. Adanya demam
b. Teraba adanya pembesaran kelenjarlimfe pada daerah
leher / nyeri tekan pada nodus limfe servikalis.
c. Tidak teraba adanya pembesaran ke;enjar limfoid.
3) Perkusi
Suara paru normal ( resonansi ).
4) Auskaltasi
Suara napas vasikuler / tidak terdengar ronchi pada kedua sisi
paru.
10
2.1.3 Intervensi Keperawatan
(NANDA, 2007 : 180-182 )
Asuhan
N
Keperawat Kriteria Hasil Intervensi Rasional
o
an
1 Hipertermi b.d Tujuan : Suhu tubuh 1. Observasi tanda – 1. pemantauan tanda
proses infeksi normal berkisar tanda vital. vital yang teratur
(hidung, dan antara 36 ○C – 37 ○C dapat menentukan
tenggorokan ) Kriteria hasil : Suhu perkembangan
tubuh dalam rentang perawatan
normal, selanjutnya.
1. nadi ( 70 – 110 2. Anjurkan pada 2. Dg memberikan
x / menit ) klien ( keluarga kompres maka
2. RR ( 15 – 30 x / untuk melakuakan akan terjadi proses
menit ) dalam kompres dingin air kondisi /
rentan normal biasa / air keran perpindahan panas
3. tidak ada pada kepala / axial. dengan bahan
perubahan warna perantara.
kulit 3. Anjurkan pd klien 3. proses hilangnya
4. tidak ada pusing utk menggunakan panas akan
serta merasa pakaian yg tipis & terhilangi untuk
nyaman. yg dapat menyerap pakaian yang tebal
keringat seperti dan tidak akan
terbuat dari katun. menyerap keringat.
4. Atur sirkulasi 4. penyediaan udara
udara. bersih.
5. Anjurkan klien 5. kebutuhan cairan
untuk minum meningkat karena
banyak ± 2000 – penguapan tubuh
2500 ml/ hari. meningkat.
6. Anjurkan klien 6. tirah baring untuk
untuk istirahat di mengurangi
tempat tidur metaboloisme dan
11
selama fase febris panas.
penyakit.
7. Kolaborasi dg. 7. untuk mengontrol
dokter dlm infeksi pernafasan,
memberikan penurunan panas.
therapy obat
antinicrobial
antipiresika.
8. Monitor input dan 8. keseimbangan
output. antara input dan
output.
9. Monitor IWL. 9. mengetahui jumlah
cairan yang hilang.
10. Monitor 10. mengetahui
penurunan tingkat kesadaran
kesadaran. klien.
12
tidak menunjukan baring. kebutuhan
tanda malnutrisi. metabolic.
4. Kolaborasi 4. : metode makan
konsultasi ahli gizi dan kebutuhan
untuk memberikan kalori didasarkan
diet sesuai pada situasi /
kebutuhan klien. kebutuhan individu
untuk memberikan
nutrisi maksimal.
5. memenuhi
5. Anjurkan klien utk kebutuhan nutrient
meningkatkan pada klien.
protein dan vit C. 6. memotivasi
6. Motivasi klien kliennya agar mau
untuk makan demi makan.
kesembuhan dan
penyakitnya. 7. memenuhi
7. Anjurkan pada kebutuhan zat besi
klien untuk pada klien.
meningkatkan
intake Fe. 8. mengetahhui
8. Monitor jumlah jumlah nutrisi yang
nutrisi dan dikonsumsi oleh
kandungan kalori. klien.
9. memberikan rasa
9. Menganjurkan nyaman pada klien
mnjga kebersihan dan mengurangi
mulut ( dengan bau mulut.
gosok gigi ).
13
inflamasi pada brkurang/ terkontrol. catat intensitasnya karakteristik nyeri
membran mukosa Kriteria hasil : ( adanya skala 0 – dan faktor yang
faring dan tonsil. 3. m 10 ) faktor berhubungan
ampu mengontrol pemburuk atau merupakan suatu
nyeri meredakan hal yang sangat
4. m lokasinya, lamanya penting untuk
elaporkan bahwa memilih intervensi
nyeri berkurang yang cocok dan
5. kl mengevaluasi
ien mampu keefektifan terapi
mengenali nyeri, yang diberikan.
klien merasa 2. Anjurkan pasien 2. mengurangi
nyaman. untuk menghindari bertambah
allergen / iritasi beratnya penyakit.
terhadap debu,
bahan kimia, asap,
rokok, dan
meminimalkan
berbicara bila
suara serak.
3. Anjurkan untuk 3. meningkatkan
kumur air garam. sikulasi pd daerah
tenggorokan serta
mengurangi nyeri
tenggorokan.
4. Kolaborasi dalam 4. kortikosikoid
memberikan obat digunakan untuk
susuai indikasi mencegah reaksi
( steroid oral, IV allergen /
dan inhalasi ). menghambat
pengeluaran
vitamin dalam
14
inflamasi
pernafasan.
5. Gunakan teknik 5. dengan komunikasi
komunikasi terapiutik maka
terapiutik maka klien akan
klien akan menceritakan
menceritakan penglaman
pengalaman tenntang nyeri.
tentang nyeri.
6. Observasi reaksi 6. agar mengetahui
nonverbal dan tingkat
ketidakmampuan. ketidaknyamanan
klien.
7. Evaluasi 7. untuk
pengalaman nyeri membedakan
masa lalu. pengalaman klien
tentang nyeri.
8. Evaluasi 8. agar klien merasa
pengalaman nyeri nyaman dan rilexs
masa lalu. serta mengurangi
rasa nyeri.
9. Tingkatkan 9. menghilangkan
istirahat. rasa nyeri.
15
DAFTAR PUSTAKA
16