Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

HIPOTESA PENELITIAN

OLEH:

KELOMPOK 3

1. M. EFENDI JAYADI 6. SISKA WATI


2. NELI 7. SRI APRIYANTI
3. NI WYN NOVI 8. TWIARTI
SINTARI 9. YOLANDA AULIA
4. PARLAN BAMBANG LESTARI
5. ROSTITA WATI

YAYASANRUMAHSAKITISLAMNUSATENGGARABARAT
SEKOLAHTINGGIILMUKESEHATANYARSIMATARAM
PROGRAMSTUDIS1KEPERAWATAN
MATARAM
2020

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-NYA sehingga kami diberi kesempatan untuk
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hipotesa Penelitian”.Dalam
penyusunan makalah ini kami tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini kami akan menyampaikan
terimakasih kepada Ibu Bq. Nurul Hidayati selaku dosen pengampu mata kuliah
Metodologi Penelitian, dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Kami sadar bahwa sebagai manusia tentu mempunyai kesalahan dan
kekhilafan. Oleh karena itu kami selaku penyusun makalah ini mohon maaf
apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kesalahan.Oleh karena itu
kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami
khusus dan umumnya bagi para pembaca.

Mataram, 18 April 2020

Penyusun

Kelompok 3

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PEMBAHASAN.................................................................................. 1
1.1.................................................................................................................Lata
r Belakang............................................................................................. 1
1.2.................................................................................................................Rum
usan Maslah.......................................................................................... 2
1.3.................................................................................................................Tuju
an Rumusan Masalah.......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3
2.1 Pengertian Hipotesis Penelitian......................................................... 5
2.2 Syarat hipotesis...................................................................................5
2.3 Ciri-ciri hipotesis................................................................................5
2.4 Variabel penelitian..............................................................................5
2.5 Jenis-jenis Hipotesis Penelitian.........................................................13
2.6 Bentuk-bentuk hipotesis.....................................................................16
2.7 Karakteristik hipotesis......................................................................18
2.8 Contoh Hipotesis Penelitian............................................................... 18
BAB III PENUTUP.........................................................................................22
A. Kesimpulan..........................................................................................22
B. Saran....................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penelitian merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan.
Dengan dilakukan penelitian maka dihasilkan berbagai macam ilmu
pengetahuan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Dengan mempunyai rasa
keingintahuan tentang sesuatu, mendorongmanusia untuk meneliti dan
menghasilkan kebenaran. Untuk melakukan penelitian makaharus dilewati
berbagai tahapan terlebih dahulu, ini sesuai dengan pengertian penelitian
ilmiah itu sendiri yakni menjawab masalah berdasarkan metode yang
sistematis.Salah satu hal penting yang dilakukan terutama dalam penelitian
kuantitatif adalah merumuskan hipotesis.
Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian kuantitatif.
Terdapat tiga alasan utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya
adalah Pertama, Hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori.
Hipotesis ini dapat dilihat dari teori yang digunakan untuk menjelaskan
permasalahan yang akan diteliti. Misalnya, sebab dan akibat dari konflik dapat
dijelaskan melalui teori mengenai konflik. Kedua, hipotesis dapat diuji dan
ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar atau difalsifikasi. Ketiga,
hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan
karena membuat ilmuwan dapat keluar dari dirinya sendiri, artinya, hipotesis
disusun dan diuji untuk menunjukkan benar atau salahnya dengan cara
terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya. 
Namun tidak semua peneliti mampu menyusun hipoteis dengan baik
terutama peneliti pemula. Masih banyak terdapat kesalahan dalam menyusun
hipotesis. Untuk menyusunhipotesis yang baik setidaknya peneliti harus
mengacu pada kriteria perumusan hipotesis, bagaimana bentuk pola hubungan
dalam penelitiannya, bagaimana pola berpikir dalam menyusun hipotesis dan
jenis& jenis hipotesis.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hipotesis penelitian?
2. Apa syarat hipotesis?
3. Bagaimana ciri-ciri hipotesis?
4. Bagaimana variabel Penelitian ?
5. Apa jenis-jenis hipotesis penelitian?
6. Bagaimana bentuk hipotesis?
7. Bagaimana karakteristik hipotesis?
8. Bagaimana contoh hipotesis penelitian?
1.3. Tujuan
1. Tujuan umum
Agar mahasiswa mampu memahami tentang Hipotesa penelitian
serta bisa menyusun atau membuat suatu penelitian dan sehingga bisa
makalah ini bisa dijadikan sebagai salah satu refrensi untuk pembuatanya.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui tentang pengertian hipotesis penelitian
b. Untuk mengetahui syarat dikatakan hipotesis
c. Untuk mengetahui ciri-ciri dikatakan hipotesis
d. Untuk mengetahui variabel Penelitian
e. Untuk mengetahui jenis-jenis hipotesis penelitian
f. Untuk mengetahui bentuk hipotesis
g. Untuk mengetahui karakteristik hipotesis
h. Untuk mengetahui contoh hipotesis penelitian

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hipotesis Penelitian


Hipotesis merupakan gabungan dari kata “hipo” yang artinya dibawah,
dan “tesis” yang artinya kebenaran. Secara keseluruhan hipotesis berarti
dibawah kebenaran (belum tentu benar) dan baru dapat diangkat menjadi suatu
kebenaran jika memang telah disertai dengan bukti-bukti. (Arikunto, 2000
dalam Setyawan, 2014).
Hipotesis merupakan prediksi mengenai kemungkinan hasil dari suatu
penelitian (Fraenkel dan Wallen, 1990:40) dalam Yatim Riyanto, 1996 dan
Nurul Zuriah,2006). Lebih lanjut dinyatakan bahwa hipotesis merupakan
jawaban yang sifatnya sementara terhadap permasalahan yang diajukan dalam
penelitian.Hipotesis belum tentu benar.Benar tidaknya suatu hipotesis
tergantung hasil pengujian dari data empiris.
Sementara itu, menurut Suharsismi Arikunto (1995:71) dalam Nurul
Zuriah (2006:162) hipotesis didefinisikan sebagai alternatif dugaan jawaban
yang dibuat oleh peneliti bagi problematika yang diajukan dalam
penelitiannya. Dugaan jawaban tersebut merupakan kebenaran yang sifatnya
sementara, yang akan diuji kebenarannya dengan data yang dikumpulkan
melalui penelitian. Dengan kedudukannya itu maka hipotesis dapat berubah
menjadi kebenaran, tetapi juga dapat tumbang sebagai kebenaran.
Hal ini sejalan dengan istilah hipotesis itu sendiri berasal dari
gabungan kata hipo yang berarti di bawah dantesis yang artinya kebenaran.
Jadi, hipotesis berarti dibawah kebenaran. Artinya, kebenaran yang masih
berada dibawah (belum tentu benar)dan baru dapat diangkat menjadi suatu
kebenaran jika memang telah disertai bukti-bukti (Nurul Zuriah, 2006:162).
Menurut Sugiyono (2010) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena
jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum
didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan

3
data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap
rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik dengan data. Dari
pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa hipotesis merupakan pernyataan
atau jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian yang belum
tentu kebenarannya dan akan menjadi benar apabila sudah ada bukti-buktinya.
Penelitian yang dilakukan sebenarnya tidak semata-mata ditujukan
untuk menguji hipotesis yang diajukan, tetapi bertujuan menemukan fakta
yang ada dan terjadi di lapangan.Fakta yang dimaksud sifatnya riil dan
objektif.Hubungannya dengan hipotesis ialah apakah fakta yang ditemukan
dilapangan mendukung atau tidak terhadap hipotesis yang diajukan oleh
peneliti, apakah dapat di terima atau ditolak.Jika fakta yang di temukan di
lapangan setelah diuji melalui statistik hasilnya berlawanan dengan rumusan
hipotesis (dalam arti tidak mendukung), maka hipotesis yang diajukan peneliti
tidak dapat diterima atau ditolak.
Pernyataan diterima atau ditolaknya hipotesis tidak dapat diidentikkan
dengan pernyataan keberhasilan atas kegagalan penelitian. Perumusan
hipotesis ditujukan untuk landasan logis dan pemberi arah kepada proses
pengumpulan data serta proses penyelidikan itu sendiri (John W. Best, dalam
Sanapiah Faisal, 1982 dan Yatim Riyanto, 1996).
Hipotesis dirumuskan utamanya berdasarkan hasil telaah
pustaka.Dengan demikian, bentuk rumusannya harus sejalan dengan hasil
telaah pustaka atau bahasan teoretis dan relevan dengan rumusan masalah.
Tujuan peneliti melakukan hipotesis adalah agar dalam kegiatan
penelitiannya, perhatian peneliti tersebut terfokus hanya pada informasi atau
data yang diperlukan bagi pengujian hipotesis.Agar pemilihan alternatif dapat
tepat, peneliti dituntut untuk hati-hati dan cermat dalam penelitiannya.
Terhadap hipotesis yang sudah dirumuskan peniliti dapat bersikap 2
hal yaitu: 1) menerima keputusan seperti apa adanya seanadainya hipotesisnya
tidak terbukti (pada akhir penelitian). 2) mengganti hipotesis seandainya
melihat tanda-tanda bahwa data yang terkumpul tidak mendukung terbuktinya
hipotesis (pada saat penelitian berlangsung) (Arikunto, 2014).

4
2.2 Syarat hipotesis
Menurut Borg dan Gall Suharsimi (2000) dalam Setyawan (20014) ada
empat persyaratan bagi hipotesis yang baik, yaitu:
1. Hipotesis hendaknya merupakan rumusan tentang hubungan dua atau lebih
variabel
2. Hipotesis yang dirumuskan hendaknya disertai dengan alasan atau dasar-
dasar teoritik dan hasil penemuan terdahulu
3. Hipotesis harus dapat diuji
4. Rumusan hipotesis hendaknya yang singkat dan padat.
2.3 Ciri-ciri hipotesis
Perumusan hipotesis yang baik dan benar harus memenuhi ciri-ciri
sebagai berikut (Setyawan, 2014)
1. Hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan deklaratif,
bukan kalimat pertanyaan
2. Hipotesis berisi pernyataan mengenai hubungan antar paling sedikit dua
variabel penelitian
3. Hipotesis harus sesuai dengan fakta dan dapat menerangkan fakta
4. Hipotesis harus dapat diuji (testable). Hipotesis dapat diuji secara spesifik
menunjukkan bagaimana variabel-variabel penelitian itu diukur dan
bagaimana prediksi hubungan atau pengaruh antar variabel termaksud
5. Hipotesis harus sederhana (spesifik) dan terbatas, agar tidak terjadi
kesalahpahaman pengertian.
2.4 Variabel penelitian
2.3.1. Definisi
Pemahaman terhadap variabel dan hubungan antar
variabel merupakan salah-satu kunci penting dalam
penelitian kuantitatif. Posisi variabel yang senteral
menempatkannya sebagai dasar dari semua proses
peneltian; mulai dari perumusan masalah, perumusan
hipotesis, pembuatan instrumen pengumpul data, sampai
pada analisisnya. Sehubungan dengan posisi penting ini,

5
variabel menjadi penting artinya untuk menentukan
bermutu-tidaknya suatu hasil penelitian.
Secara leksikal, istilah variabel dapat diartikan
sebagai sesuatu yang dapat beragam (bervariasi). Arti kata
ini menunjukkan bahwa variabel merupakan sesuatu yang
di dalamnya terdapat atribut-atribut, unit-unit, dimensi-
dimensi atau nilai-nilai yang beragam. Kerlinger
mendefinisikan variabel sebagai ‘suatu sifat yang dapat
memiliki bermacam nilai”, atau “simbol/lambang yang
padanya dilekatkan bilangan atau nilai”.
Pada hakikatnya, setiap variabel adalah suatu
konsep, yaitu konsep yang bersifat khusus yang
mengandung variasi nilai. Banyak ahli yang menyebutnya
dengan konsep variabel. Yang dimaksud dengan konsep
variabel di sini adalah konsep yang bersifat observatible,
maksudnya konsep yang sudah sangat dekat dengan
fenomena-fenomena atau obyek-obyek yang teramati.
Jadi konsep variabel itu merupakan sebutan umum yang
mewakili semua atribut, dimensi atau nilai yang perlu
diamati. Karena itu tidak semua konsep disebut variabel,
karena masih terdapat konsep-konsep yang tidak
mengandung memenuhi ciri seperti itu.
2.3.2. Variabel kategori dan dimensi (Soegandar, 2009)
1. Variabel kategori
Adalah konsep yang memiliki beberapa gejala
yang dapat dibedakan satu sama lain berdasarkan
label, atribut atau unsur formal dari gejala itu. Variabel
kategori adalah variabel mengandung nilai-nilai yang
tidak dapat diutarakan dalam bentuk angka, tetapi
dalam bentuk kategori-kategori. Karena itu, variabel ini
disebut juga variabel kualatitatif. Included terms atau
idividu-individu yang terdapat pada konsep itu

6
dikelompokkan berdasarkan ciri tertentu, tanpa
melihat peringkatnya. Jadi, pada dasarnya tidak ada
kelebihan peringkat nilai satu sub-himpunan dari sub-
himpunan lainnya. Mengkategorisasikan berarti
menempatkan suatu obyek ke dalam sub- himpunan,
sebagai bagian dari himpunan. Karena itu, individu-
individu yang termasuk dalam sub-kategori hanya
mungkin dihitung secara nominal, dan perbedaan
antara satu sama lain hanya karena ciri atributnya
(bukan harganya). Contoh variabel kategori ini adalah
jenis kelamin (memiliki dua gejala; laki-laki dan
perempuan)
Pembuatan kategori yang terbaik adalah dengan
merujuk teori yang sudah ada. Tetapi jika sistem
kategori yang baku belum ditemukan, maka seorang
peneliti dapat membentuk kategori sendiri. Ada dua
ketentuan dalam membentuk kategori dari suatu
variabel; 1) bersifat exhaustive; artinya semua unsur
dari variabel tersebut harus dapat dimasukkan ke dalam
salah satu kategori, dan 2) bersifat mutually exlusive,
artinya satu usnur hanya dapat dimasukkan ke dalam
salah satu kategori
Pada era perkembangan ilmu yang pesat
belakangan ini, para peneliti telah berusaha untuk
mengkuantifikasi variabel-variabel kualitatif. Menurut
para ahli ini, terdapat beberapa jenis variabel kualitatif
yang dapat dihitung dengan angka-angka, sekalipun
tetap menyadari bahwa tidak semuanya dapat
diangkakan. Cara yang lazim digunakan untuk
mengkuantifikasi vaiabel kualitatif adalah dengan
membentuk indeks dan skala

7
2. Variabel dimensi
Adalah konsep yang menunjukkan suatu gejala
berdasarkan nilai atau tingkatan. Ini berarti bahwa
variabel dimensi itu mengandung dimensi-dimensi
yang dapat diukur dan diberi skore dengan angka.
Karena itu variabel dimensi ini disebut juga variabel
kuantitatif.
Pada penelitian kuantitatif, umumnya yang
dipilih sebagai variabel adalah konsep berdimensi
tunggal. Konsep berdimensi tunggal (unidimensional)
adalah konsep yang spesifik (bukan bersifat general)
yang hanya mengandung satu jenis gejala. Sebagai
contoh, pelaksanaan shalat fardhu. Konsep ini sudah
spesifik, karena tidak bercampur aduk dengan shalat
sunat, zikir dan sebagainya. Jika variabel penelitian
adalah seperti ‘pengamalan agama’, maka konsep ini
termasuk kategori berdimensi majemuk
(multidimensional).
Konsep ‘pengamalan agama’ mengandung
banyak jenis gejala, seperti pelaksanaan shalat fardhu,
pelaksanaan shalat sunat, pelaksanan puasa,
pelaksanaan zakat, kepatuhan kepada orangtua,
hubungan antara sesama dan banyak lagi yang lain.
Setiap jenis gejala pada ‘pengamalan agama’ adalah
satu variabel, karena itu sangat kompleks dan sulit
untuk diuji dengan metoda statistik. Karena itu, konsep
multidimensional hanya mungkin dijadikan variabel
dalam penelitian yang berskala besar dan bermaksud
untuk menperoleh hasil yang mendalam.
Variabel dimensi dapat dibedakan pada dua
jenis; diskret  dan kontinu. Secara umum, perbedaan
antara kedua jenis variabel ini adalah bahwa, variabel

8
diskret merupakan hasil perhitungan sedangkan
variabel kontinu merupakan hasil pengukuran. Secara
literal, diskret berarti tidak mempunyai pecahan (utuh).
Maksudnya, dalam variabel kuantitatif diskret (discrete
quantitative variables), tiap nilai variabel dipisahkan
oleh satu kesatuan tententu. Jadi, variabel diskret hanya
dapat dinyatakan dalam satuan-satuan (satu, dua,
enam), dan satuan-satuan itu tidak dapat dibagi lagi ke
dalam satuan yang lebih kecil. Dengan demikian, data
yang diperoleh dari variabel ini adalah data nominal.
Sedangkan variabel kuantitatif kontinu (continuous
quantitative variables) adalah variabel yang
bersambungan, artinya di antara dua unit ukuran masih
terdapat unit-unit ukuran lain yang secara teoritik tidak
terhingga banyaknya. Contohnya, di antara 1,5 meter
dan 1,6 meter masih terdapat ukuran 1,51, 1,52 dan
seterusnya. Data yang diperoleh dari variabel kontinu
ini terdiri dari data skala rasio, skala interval, dan skala
ordinal. Kerlinger menyatakan; bahwa variabel
kontinu itu memiliki sehimpunan harga yang teratur
dalam suatu cakupan (range) tertentu. Ini
menunjukkan;  pertama, harga-harga suatu variabel
kontinu mencerminkan suatu urutan peringkat (rank
order)  . Harga yang lebih besar menunjukkan lebih
banyak sifat tertentu yang dimilikinya dibanding
dengan harga yang lebih kecil, dan kedua, ukuran-
ukuran kontinu termuat dalam suatu range dan setiap
individu mendapat skor yang ada dalam range itu.
Dalam penelitian kuantitatif, variabel yang
paling baik adalah konsep dimensi. Alasannya, adalah
karena 1) konsep dimensi dapat diterapkan untuk
semua budaya, dan 2) konsep dimensi akan

9
menghasilkan data berbentuk skala sehingga lebih
mungkin untuk dianalisis dengan metode-metode
statistik yang lebih akurat. Hal ini bukan berarti
konsep kategori tidak berguna, sebab konsep ini juga
masih dapat dianalisis dengan statistik non- prametrik
dengan hasil perhitungan kasar atau dapat juga diubah
dengan cara-cara tertentu menjadi konsep dimensi.
2.3.3. Variabel dependen dan independen
Secara umum, jenis variabel (dilihat dari sifat
hubungan antar variabel) dapat dibedakan pada
variabel indenpenden dan variabel dependen. Istilah
variabel independen dan variabel dependen berasal
dari logika matematika, di mana X dinyatakan sebagai
yang ‘mempengaruhi atau sebab’ dan Y sebagai yang
‘dipengaruhi atau akibat’. Namun pengertian ini tentu
tidak selalu menggambarkan hakikat yang sebenarnya
dari konsep variabel independen dan dependen. Sebab
dalam kenyataan, khususnya dalam penelitian ilmu-
ilmu sosial, hubungan antar variabel tidak selalu
merupakan hubungan kausal. Yang dapat dipastikan
adalah, bahwa terdapat variabel yang saling
berhubungan, di satu pihak ada yang disebut variabel
independen dan di pihak lain ada yang disebut variabel
dependen. Kedua variabel ini diperlukan oleh setiap
penelitian kuantitatif. Adapun sifat hubungan itu ada
yang bersifat kausal, dan ada yang tidak demikian.
Selain itu ada beberapa catatan yang perlu
dipahami dalam mempelajari dua variabel, independen
dan dependen. Dalam suatu hubungan antar kedua
variabel itu, keberadaan variabel independen adalah
sesuatu yang harus diterima, tanpa mempersoalkan
‘mengapa’ variabel independen itu demikian. Ini dapat

10
dinyatakan sebagai suatu kepastian, sebab jika suatu
variabel masih dicaritahu hal-ihwal pembentuknya,
maka ia akan berubah posisi menjadi variabel antara
(intervening variabel), yaitu suatu variabel yang
menghubungkan antara variabel independen dengan
variabel dependen.
Variabel independen, khususnya dalam
eksperimen, dapat dimanipulasi oleh peneliti. Di sini
dianut keyakinan, bahwa variabel dependen akan
diketahui tingkat perubahannya bila variabel terlebih
dahulu dipersiapkan. Bila seorang ahli farmakologi,
misalnya, ingin tahu dosis pemakaian dan khasiat suatu
obat yang baru diraciknya, maka ia harus terlebih
dahulu menakar obat yang akan diberikannya kepada
‘kelinci’ percobaannya. Karena itu dapat pula
dikatakan, bahwa variabel independen adalah variabel
yang meramalkan, sedangkan variabel dependen adalah
variabel yang diramalkan. Dalam penelitian yang
menggunakan tiga variabel atau lebih (multivariat)  ,
selain variabel independen dan dependen masih ada
lagi sejumlah variabel lainnya yang menempati posisi
tertentu dalam hubungan antar variabel. Secara umum,
variabel-variabel itu disebut variabel kontrol. Disebut
variabel kontrol, karena variabel tersebut berfungsi
untuk mengontrol variabel independen dan atau variabel
dependen.
Tujuan dari pemunculan variabel kontrol yang
paling penting adalah, untuk; a) menetralisir pengaruh
variabel-variabel luar yang tidak perlu, dan atau b)
menjembatani hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen. Karena itu variabel kontrol
dapat menempati posisi-posisi tertentu dalam hubungan

11
antar variabel; ada yang ditempatkan sebelum variabel
independen dan ada yang berada di antara variabel
independen-dependen. Variabel kontrol yang
ditempatkan sebelum variabel independen adalah
variabel penekan (suppressor variable) atau variabel
pengganggu sedangkan variabel kontrol yang berada di
antara variabel independen-dependen adalah variabel
antara (intervening variable).
1. Variabel Penekan atau pengganggu;
Ketika peneliti mengasumsikan bahwa selain
variabel X dan Y masih ada faktor lain yang sangat
menentukan untuk mengetahui hubungan
antarvaribel yang sebenarnya, maka di sini perlu
menyertakan faktor itu sebagai variabel penekan atau
pengganggu dalam pengujian. Tujuan penyertaan
variabel penekan ini adalah untuk mengeleminir
kemungkinan kesalahan dalam pengambilan
kesimpulan. Penelitian mengenai hubungan antara
“lama waktu senggang (di rumah) dengan lama
menonton televisi”, misalnya, diasumiskan akan
berbeda antara suami dengan isteri. Karena itu,
variabel ‘jenis kelamin’ dapat dijadikan sebagai
variabel penekan/pengganggu. Berikut adalah
gambaran penyebaran data tanpa dan dengan
menggunakan variabel penekan/pengganngu;

Contoh penyebaran data tanpa variabel


penekan/pengganggu;

Lama waktu senggang dalam


No Rata-rata lama menonton TV
jam/minggu
dalam menit/minggu

12
1 >61 600

2 51-60 534

3 41-50 340

4 31-40 287

5 <30 210

2.5 Jenis-jenis Hipotesis Penelitian


Ada beberapa jenis hipotesis, yaitu hipotesis yang menyatakan
hubungan (korelasi) dan perbedaan (komparasi). Menurut klasifikasi lain ada
hipotesis nol dan hipotesis alternative atau hipotesis kerja, dan menurut
klasifikasi lain ada hipotesis mayor dan hipotesis minor. Selengkapnya jenis
dan klasifikasi hipotesis akan diuraikan sebagai berikut:
1. Hipotesis Dilihat dari Kategori Rumusannya
Menurut Yatim Riyanto, (1996:13) dalam Nurul Zuriah,
(2006:163) hipotesis dilihat dari kategori rumusannya dibagi menjadi dua,
yaitu :
a. Hipotesis nihil (null hypotheses) atau biasa disingkat (Ho)
Hipotesis nihil (Ho) yaitu hipotesis yang menyatakan tidak
adanya hubungan atau pengaruh antara variabel dengan variabel lain.
Contoh : Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua
dengan prestasi belajar siswa SD.
b. Hipotesis alternatif (alternative hypotheses) atau disingkat (Ha)
Hipotesis alternatif (Ha) yaitu hipotesis yang menyatakan
adanya hubungan atau pengaruh antara variabel dengan variabel lain.
Contoh : Ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan
prestasi belajar siswa SD.
Hipotesis alternatif ada dua macam yaitu directional
hypotheses dan non directional hypotheses (Fraenkel dan Wallen,

13
1990: 42, Suharsimi Arikunto, 1989:57 dalam Nurul Zuriah,
2006:163).
1) Hipotesis Terarah (Directional Hypotheses)
Hipotesis terarah merupakan hipotesis yang diajukan oleh
peneliti, dimana peneliti sudah menemukan dengan tegas yang
menyatakan bahwa variabel independent memang sudah diprediksi
berpengaruh terhadap variable dependent. Misalnya: siswa yang
diajar dengan metode inkuiri lebih tinggi prestasi belajarnya
dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan menggunakan
metode ceramah.
2) Hipotesis Tak Terarah (Non Directional Hypotheses)
Hipotesis Tak Terarah merupakan hipotesis yang diajukan
dan dirumuskan oleh peneliti tampak belum tegas bahwa variabel
independent berpengaruh terhadap variabel dependent.Fraenkel
dan Wallen, (1990:42) dalam Nurul Zuriah, (2006:163)
menyatakan bahwa hipotesis tak terarah menggambarkan bahwa
peneliti tidak menyusun prediksi secara spesifik tentang arah hasil
penelitian yang akan dilakukan. Contoh : Ada perbedaan pengaruh
pengunaan metode mengajar Tanya jawab dan PBL terhadap
prestasi belajar mahasiswa FKIP.
2. Hipotesis Dilihat dari Sifat Variabel yang Akan Diuji
Menurut Yatim Riyanto, (1996:14) dalam Nurul Zuriah,
(2006:163-164) berdasarkan sifat yang akan diuji, hipotesis penelitian
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut:
a. Hipotesis tentang hubungan
Merupakan hipotesis yang menyatakan tentang saling
hubungan antara dua variabel atau lebih, mengacu pada penelitian
korelasional. Hubungan antara variabel tersebut dapat dibedakan
menjadi 3 hal, yaitu sebagai berikut :
1) Hubungan yang sifatnya sejajar tidak timbal balik, contoh :
Hubungan antara kemampuan fisika dan kimia, nilai fisika
mempunyai hubungan sejajar dengan dengan nilai kimia, tetapi

14
tidak merupakan hubungan sebab akibat dan timbal balik. Nilai
fisika yang tinggi tidak menyebabkan nilai kimia yang tinggi, dan
sebaliknya.keduanya memiliki hubungan mungkin disebabkan
karena factor lain, mungkin kabiasaan mereka berfikir logis
sehingga mengakibatkan adanya hubungan antara keduanya.
2) Hubungan yang sifatnya sejajar timbal balik, contoh : hubungan
antara tingkat kekayaan dengan kelancaran berusaha. Semakin
tinggi tingkat kekayaan, semakin tinggi tingkat kelancaran
usahanya, dan sebaliknya.
3) Hubungan yang menunjukkan pada sebab akibat, tetapi tidak
timbal balik. Contoh : hubungan antara waktu PBM dengan
kejenuhan siswa. Semakin lama waktu PBM berlangsung, siswa
semakin jenuh terhadap pelajara yang disampaikan.
b. Hipotesis tentang perbedaan
Sedangkan hipotesis tentang perbedaan, yaitu hipotesis yang
menyatakan perbedaan dalam variabel tertentu pada kelompok yang
berbeda.Hipotesis tentang perbedaan ini mendasari berbagai penelitian
komparatif dan eksperimen.
1) Contoh 1 :
Ada perbedaan prestasi belajar siswa SMA antara yang
diajar dengan metode ceramah dan Tanya jawab (CT) dan metode
diskusi (penelitian eksperimen)
2) Contoh 2 :
Ada perbedaan prestasi belajar siswa SMA anta yang
berada di kota dan di desa. (penelitian komparatif).
3. Jenis Hipotesis yang Dilihat dari Keluasaan atau Lingkup Variabel yang
Diuji
Ditinjau dari keluasan dan lingkupnya, hipotesis dapat dibedakan
menjadi hipotesis mayor dan hipotesis mior.
a. Hipotesis Mayor merupakan hipotesis yang mencakup kaitan seluruh
variabel dan seluruh subjek penelitian.

15
1) Contoh : ada hubungan antara keadaan sosial ekonomi orang tua
dengan prestasi belajar siswa SMA.
b. Hipotesis Minor merupakan hipotesis yang terdiri dari bagian-bagian
atau sub-sub dari hipotesis mayor.
1) Contoh :
a) Ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan
prestasi belajar siswa SMA.
b) Ada hubungan antara pendapatan orang tua dengan prestasi
belajar siswa SMA.
c) Ada hubungan antara kekayaan orang tua dengan prestasi
belajar siswa SMA.
2.6 Bentuk-bentuk Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiyono (2010:100-106), bentuk-bentuk hipotesis sangat
terkait dengan rumusan masalah penelitian. Wagiran (2013:115-119),
menjelaskan bahwa bentuk rumusan hipotesis penelitian akan sangat
tergantung dari rumusan masalah. Sugiyono (2010:100-106), menyatakan
bahwa bila dilihat dari tingkat eksplanasinya, maka bentuk rumusan masalah
penelitian dibedakan menjadi tiga yaitu rumusan masalah deskriptif (variabel
mandiri), komparatif (perbandingan) dan asosiatif (hubungan).Oleh karena itu,
maka bentuk hipotesis penelitian juga dibedakan menjadi tiga, yaitu hipotesis
deskriptif, komparatif, dan asosiatif hubungan.
Menurut Sugiyono (2010:100-106), hipotesis deskriptif adalah
jawaban sementara terhadap rumusan masalah deskriptif; hipotesis komparatif
merupakan jawaban sementara terhadap masalah komparatif, dan hipotesis
asosiatif adalah merupakan jawaban sementara terhadap masalah asosiatif .
1. Hipotesis Deskriptif
Adalah jawaban sementara terhadap masalah deskriptif, yaitu yang
berkenaan dengan variabel mandiri.Pada umumnya hipotesis deskriptif
tidak dituliskan.
a. Contoh :
1) Hipotesis penelitian

16
𝐻0 :Semangat belajar mahasiswa perguruan tinggi negeri paling
sedikit 75% dari kriteria yang ditetapkan (paling sedikit berarti
lebih dari atau sama dengan ≥). Dan Semangat belajar mahasiswa
perguruan tinggi negeri < 75% dari kriteria yang ditetapkan.
2) Hipotesis statistik
𝐻0=𝜌≥75% 𝐻𝑎=𝜌<75%
2. Hipotesis Komparatif
Adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah komparatif.
Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi populasi atau sampelnya yang
berbeda, atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda.
a. Contoh :
1) Hipotesis penelitian
Bentuk hipotesis komparatifnya dapat dikemukakan dalam
bentuk hipotesis nol dan hipotesis alternative sebagai berikut.
𝐻0 : Hasil belajar siswa SMA X lebih dari atau sama dengan
(≥) SMA Y.
: Hasil belajar siswa SMA X lebih kecil dari (<) SMA Y.
2) Hipotesis statistic
𝐻0=𝜇1≥𝜇2 𝐻𝑎=𝜇1<𝜇2
Dimana ;
𝜇1 = rata-rata (populasi) hasil belajar siswa SMA X
𝜇2 = rata-rata (populasi) hasil belajar siswa SMA Y
3. Hipotesis Asosiatif Hubungan
Adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif,
yaitu yang menanyakan antara dua variabel atau lebih.
a. Contoh :
1) Hipotesis penelitian
Ada hubungan positif dan signifikan antara kepemimpinan
kepala sekolah dengan iklim kerja sekolah.
2) Hipotesis statistik

17
𝐻𝑎∶𝜌≠0 (𝜌≠0 berarti menandakan ada hubungan antara
variabel kepemimpinan kepala sekolah dengan iklim kerja
sekolah).

2.7 Karakteristik Hipotesis


Ciri-ciri hipotesis yang baik menurut Donald Ary, et al. (dalam Arief
Ferchan, 1982: 126-129 dan Yatim Riyanto, 1996:16) anatara lain sebagai
berikut :
1. Hipotesis harus mempunyai daya penjelas
Suatu hipotesis harus merupakan penjelasan yang mungkin
mengenai apa yang seharusnya dijelaskan.
2. Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada diantara
variabel-variabel. Suatu hipotesis harus memprediksi hubungan antara dua
atau lebih variabel.
3. Hipotesis harus dapat diuji
Hipotesis yang diajukan peneliti harus bersifat testability yaitu
terdapat kemampuan untuk diuji.
4. Hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada.
Hipotesis hendaknya tidak bertentangan dengan teori atau hukum-hukum
yang sebelumnya sudah mapan.
5. Hipotesis hendaknya seserhana dan seringkas mungkin.
Sedangkan menurut John W. Best (1997) dalam Yatim Riyanto
(1996:16) bahwa ciri-ciri hipotesis yang baik ialah :
a. Bisa diterima oleh akal sehat.
b. Konsisten dengan teotri atau fakta yang telah diketahui.
c. Rumusannya dinyatakan sedemikian rupa sehingga dapat diuji.
d. Dinyatakan dalam perumusan yang sesederhana dan jelas.
2.8 Contoh Hipotesis Penelitian
Di dalam menentukan hipotesis penelitian ada beberapa langkah-
langkah yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Hipotesis harus dirumuskan dengan singkat dan jelas.
2. Hipotesisi dinyatakan dalam kalimat deklaratif.

18
3. Hipotesis harus dengan nyata menunjukan adanya hubungan antara dua
atau lebih variable.
4. Hipotesis harus didukung dengan teori-teori yang dikemukakan oleh para
ahli atau hasil penilitian yang relevan.
5. Dapat diuji.
Contoh 1 :
Gambar 1. Kerangka berfikir penelitian eksperimen

Dari kerangka di atas, pemilihan kelompok eksperimen dan kontrol


dilakukan secara acak kelas dan berdasarkan saran serta bimbingan dari guru
kelas III SDN Bhayangkara dengan mempertimbangkan kemampuan yang
sama, yaitu sama-sama kelas reguler dari populasi yang homogen dari kelas
III.
Sebelum dilakukan penelitian, pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol diberikan pre-test terlebih dahulu untuk mengukur kemampuan awal
siswa. Pada kelas eksperimen selanjutnya diberikan pembelajaran
menggunakan media puzzle, sedangkan pada kelas kontrol diberikan
pembelajaran menggunakan metode contextual learning. Setelah dilakukan
pembelajaran selama penelitian, siswa kelas eksperimen dan kontrol diberikan
post-test untuk mengukur perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang
menggunakan media dan tanpa mendia puzzle.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian dan kerangka berpikir di atas maka hipotesis
tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

19
1. Terdapat perbedaan hasil belajar IPA siswa kelas III SDN Bhayangkara
antara pembelajaran menggunakan media puzzle dan tanpa media puzzle.
2. Hasil belajar IPA menggunakan media puzzle diduga lebih baik dari pada
tanpa menggunakan media puzzle.
Contoh 2 :
Gambar 2. Kerangka berfikir penelitian tindakan kelas

Kondisi Awal Guru: belum Siswa: hasil


menggunakan belajar rendah
media Puzzle

Siklus I:
Penggunaan media
Puzzle secara
Tindakan Guru: menggunakan berkelompok
media Puzzle dalam
pembelajaran IPA
Siklus II:
Penggunaan media
Puzzle secara
individual

Kondisi Akhir Diduga melalui media Puzzle dapat meningkatkan hasil


belajar IPA bagi siswa kelas V SDN Bhayangkara
Yogyakarta pada semester dua tahun pelajaran 2016/2017

Penelitian ini dilakukan sesuai dengan rancangan penelitian tindakan


kelas yang di awali dengan tindakan pendahuluan yaitu guru melakukan
pengamatan mengenai kondisi awal siswa.Setelah melakukan pengamatan,
guru memberikan suatu tes terhadap hasil belajar IPA kepada siswa tanpa
adanya media puzzle dalam pembelajaran tersebut dan diketahui bahwa hasil
belajar IPA siswa masih rendah.Kemudian, guru mulai menyusun tindakan
untuk meningkatkan pembelajaran IPA siswa melalui media Puzzle.
Penelitian dilakukan sebanyak dua siklus. Siklus I dilakukan
penggunaan media puzzle secara berkelompok dalam pembelajaran IPA. Hal
ini dilakukan untuk mempermudah siswa dalam memahami dan membangun
konsep penggunaan media puzzle dalam pembelajaran IPA. Siklus II
dilakukan penggunaan media puzzle secara individu. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui kemampuan masing-masing (individu) siswa dalam menguasai

20
pembelajaran IPA. Dari kedua siklus tersebut diharapkan penggunaan media
puzzle dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN Bhayangkara
Yogyakarta tahun pelajaran 2016/2017.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir maka hipotesis
tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Ada peningkatan hasil
belajar IPA siswa kelas V SDN Bhayangkara Yogyakarta tahun pelajaran
2016/2017.

21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hipotesis merupakan prediksi mengenai kemungkinan hasil dari suatu
penelitian. Hal ini sejalan dengan istilah hipotesis itu sendiri berasal dari
gabungan kata hipo yang berarti di bawah dantesis yang artinya kebenaran.
Jadi, hipotesis berarti dibawah kebenaran. Artinya, kebenaran yang masih
berada dibawah (belum tentu benar)dan baru dapat diangkat menjadi suatu
kebenaran jika memang telah disertai bukti-bukti.
Ada beberapa jenis hipotesis penelitian yaitu hipotesis nihil (Ho)
hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan atau pengaruh antara
variabel dengan variabel lain sedangkan hipotesisi alternatif (Ha) yaitu
hipotesis yang menyatakan adanya hubungan atau pengaruh antara variabel
dengan variabel lain. Selain itu hipotesis penelitian memiliki 3 bentuk
diantaranya adalah hipotesis deskriptif, hipotesisi komparatif, dan hipotesis
asosiatif
3.2 Saran
Diharapkan dalam menentukan suatu hipotesis penelitian seorang
peneliti harus bijak untuk menentukan fokus permasalahan apa yang akan
dijadikan bahan penelitian, sehingga didalam mengambil suatu hipotesis
penelitian maupun menghasilkan hipotesis penelitian dapat dipertanggung
jawabkan kebenarannyadan ke validan data yang ada.

22
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2014). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.

Dra. Nurul Zuriah, M. (2006). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan.


Jakarta: PT Bumi Aksara.

Fitriyah, Siti. 2018. Hipotesis Penelitian. Yogyakarta:


https://www.academia.edu/36463076/Hipotesis-Penelitian.

Nanang Ade Putra, F. A. (n.d.). Hipotesis Penelitian.

Setyawan, Dodiet Aditiya. (20014). Hipotesis. Surakarta: Kementrian Kesehatan


RI Politeknik Kesehatan.

Sugiyono, P. D. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Soegandar, Darmawan. (2009). Variabel Penelitian :


https://id.scribd.com/doc/21945521/Variabel-Penelitian.

23

Anda mungkin juga menyukai