Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS GADAR RESPIRATORI IBU APRI

N ANALISIS
O
1 a. Penelitian: Junaidin1, Yuliana Syam2, Andi Masyitha Irwan2
b. Judul: Pengaruh pursed lip breathing dan meniup balon terhadap kekuatan
otot pernapasan, saturasi oksigen dan respiratory rate pada pasien ppok
c. Tujuan: untuk mengetahui pengaruh latihan pursed lip breathing dan
meniup balon terhadap peningkatan kekuatan otot pernapasan, respiratory
rate dan peningkatan saturasi oksigen pada pasien penyakit paru obstruksi
kronis.
d. Pendahuluan:
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) merupakan sejumlah
gangguan yang mempengaruhi pergerakan udara dari dan keluar paru, hal
ini dapat mengakibatkan hipoksemia dan hiperkapnia karena terjadinya
kelemahan otot pernapasan dan obstruksi sehingga akan meningkatkan
resistensi aliran udara, hiperinflasi pulmoner dan ketidak seimbangan
ventilasi dan perfusi. Salah satu manifestasi klinis yang diperlihatkan
adalah dyspnea sehingga dapat menyebabkan penurunan kadar saturasi
oksigen (LeMone, Priscilia, et al, 2016).
Salah satu penanganan secara nonfarmakologis pada PPOK yaitu
dengan latihan rehabilitasi diantaranya pursed lip brething dan meniup
balon (GOLD, 2017). PPOK bisa menjadi rumit dan membutuhkan waktu
penyembuhan yang lama jika tidak dilakukan perawatan dan latihan yang
baik. Manajemen perawatan PPOK berfokus memperbaiki fungsi paru,
mencegah kerusakan, dan meningkatkan kualitas hidup (C.P. Engstrom, et
al 2001).
Perawatan secara nonformakologi dengan melakukan latihan pursed
lip breathing dan meniup balon pada pasien PPOK secara spesifik tehnik
ini dapat memperbaiki pengembangan paru lebih optimal dan mencegah
kelelahan otot pernapasan, sehingga penderita PPOK dapat mencapai
ventilasi yang lebih terkontrol, efisien dan mengurangi kerja nafas
(Smaltzer & Bare, 2013).
e. Metode penelitian: Database yang digunakan dalam pembuatan literatur
review ini adalah PubMed, Google Scholar, Proquest, Science direct dan
Wiley.
f. Populasi dan sampel: pelakasanaannya ada yang mengunakan kelompok
kontrol dan satu group pre post test desain.
g. Media: Pengukuran dalam penelitian beberapa artikel review terdiri atas
pre intervensi dan post intervensi, dan adapula yang menggunakan
kuisioner untuk melihat ADL pasien.
h. Hasil: Terdapat 112 artikel yang diidentifikasi dan dipublikasikan dari
tahun 2012-2018. Dari 109 artikel 7 artikel yang memenuhi kriteria
inklusi. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pursed lip
breathing dapat memperbaiki kekuatan otot pernapasan, saturasi oksigen
dan menurunkan frekuensi pernapasan, begitu pula dengan meniup balon.
i. Kesimpulan: Untuk menghindari gangguan vital pada pasien PPOK
akibat terganggunya ventilasi pada pasien PPOK dapat pula dilakukan
dengan program latihan, salah satunya yaitu dengan cara rehabilitasi yang
terdiri atas pursed lip breathing dan meniup balon hal ini dapat
meningkatkan kekuatan otot pernapasan, saturasi oksigen dan
menurunkan frekuensi pernapasan.
j. Saran: Dengan cara rehabilitasi yang terdiri atas pursed lip breathing dan
meniup balon untuk meningkatkan kekuatan otot pernapasan, saturasi
oksigen dan menurunkan frekuensi pernapasan.
2 a. Penelitian: Dian Trilus Wijayanti
b. Judul: Hubungan Sectio Caesarea Dengan Kejadian Asfiksia Di Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan
c. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan section caesarea dengan kejadian
asfiksia di RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu periode januari – juni tahun
2017 agar dapat dilakukan upaya-upaya meminimalkan angka kejadian
asfiksia.
d. Pendahuluan:
Kejadian asfiksia pada bayi baru lahir dapat disebabkan oleh berbagai
faktor diantaranya adalah dari faktor persalinan dengan tindakan yaitu
persalinan dengan sectio caesarea. Hansen dan koleganya
mempublikasikan British Medical Journal Online 11 desember 2007,
yang meneliti lebih dari 34.000 kelahiran di Denmark. Mereka
menemukan hampir empat kali peningkatan risiko kesulitan bernafas pada
bayi-bayi yang dilahirkan secara sectio caesarea. (Helen Varney, 2007).
Menurut Helen Varney 2007, neonatus yang dilahirkan dengan sectio
caesarea, terutama jika tidak ada tanda persalinan, tidak mendapatkan
manfaat dari pengeluaran cairan paru dan penekanan pada toraks sehingga
mengalami gangguan pernafasan yang lebih persistan. Kompresi toraks
janin pada persalinan kala II mendorong cairan untuk keluar dari saluran
pernafasan. Dan menurut Anne Hansen dari Aarhus University Hospital,
Denmark, dimana berkaitan dengan perubahan fisiologis akibat proses
kelahiran. Proses kelahiran dengan sectio caesarea memicu pengeluaran
hormon stress pada ibu yang menjadi kunci pematangan paru-paru bayi
yang terisi air.
e. Metode penelitian: Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
korelasional dengan pendekatan case control.
f. Populasi dan sampel: Populasi kasus dalam penelitian ini adalah seluruh
bayi yang lahir dengan asfiksia di RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu dari
bulan Maret sampai dengan April 2017 yang diperkirakan berjumlah 40
bayi.Sedangkan populasi kontrol dalam penelitian ini yaitu seluruh
persalinan di RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu dari bulan Maret sampai
dengan April yang keadaan bayinya tidak asfiksia. Jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah 74 persalinan, yang diambil dari 37 persalinan bayi
dengan asfiksia sebagi sampel kasus dan 37 persalinan bayi yang tidak
asfiksia sebagai sampel kontrol.
g. Media: Subjek penelitian adalah Ibu bersalin yang dirawat di RSUD
Syarifah Ambami Rato Ebu periode Januari – Juni 2017. Data yang
dikumpulkan adalah banyaknya ibu bersalin dengan kejadian asfiksia di
Rumah Sakit Umum Daerah Syarifah Ambami Rato Ebu.
h. Hasil: Penelitian didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
section caesarea dengan kejadian asfiksia di RSUD Syarifah Ambami
Rato Ebu periode Januari - Juni tahun 2017 yang dintunjukkan dengan
nilai nilai X2hitung = 6,618 ≥ X2tabel = 3,841. Risiko asfiksia meningkat
dengan bertambahnya persalinan yang menggunakan metode section
caesarea,hal ini berkaitan dengan perubahan fisiologi akibat proses
kelahiran. Section caesarea memicu pengeluaran hormon stress pada ibu
yang menjadi kunci pematangan paru – paru bayi yang terisi air atau jika
bayi lahir dengan section caesarea tanpa tanda persalinan maka tidak
akan mendapat manfaat bagi pengeluaran cairan paru dan penekanan
rongga toraks sehingga mengalami peru – paru basah yang kebih
persisten.
i. Kesimpulan: Setiap bayi yang lahir dengan section caesarea memiliki
resiko mengalami kejadian asfiksia lebih tinggi dari pada persalinan
normal hal ini disebabkan oleh perubahan fisiologi akibat proses
persalinan.
j. Saran: Diharapkan bagi pihak rumah sakit, adanya tim resusitasi yang
tanggap dan tepat dalam menangani kegawatdaruratan pada bayi baru
lahir guna mencegah terjadinya komplikasi pada bayi asfiksia. Begitu
besarnya bahaya yang dapat mengancam keselamatan jiwa ibu dan janin
akibat persalinan sectio caesarea peran petugas kesehatan sangat
signifikan untuk meningkatkan perilaku ibu agar teratur memeriksakan
kondisi kesehatan ibu dan janin dalam masa kehamilan, penyuluhan yang
dilakukan secara berulang-ulang kepada ibu hamil tentang manfaat ANC
dapat berperan dalam membentuk kesadaran yang diwujudkan dalam
tindakan ibu untuk teratur memeriksakan kehamilan sebagai upaya
deteksi awal faktor yang dapat menyebabkan asfiksia karena pengetahuan
merupakan domain penting untuk membentuk perilaku seseorang.

3 a. Penelitian: HIDAYAH WIDIAS NINGRUM


b. Judul: Penerapan fisioterapi dada terhadap ketidakefektifan bersihan jalan
nafas pada pasien bronkitis usia pra sekolah
c. Tujuan: Untuk menyusun resume asuhan keperawatan dan
mengidentifikasi manfaat fisioterapi dada untuk meningkatkan efektifitas
bersihan jalan nafas pada asuhan keperawatan anak dengan bronkitis
d. Pendahuluan:
Bronkitis merupakan penyakit infeksi pada saluran pernapasan yang
menyerang bronkus. Penyakit ini banyak menyerang anak-anak yang
lingkungannya banyak polutan, misalnya orang tua yang merokok di
rumah, asap kendaraan bermotor, asap hasil pembakaran pada saat masak
yang menggunakan bahan bakar kayu. Di Indonesia masih banyak
keluarga yang setiap hari menghirup polutan ini, kondisi ini menyebabkan
angka kejadian penyakit bronkhitis sangat tinggi (Marni, 2014). Di
Indonesia yang terinfeksi bronkitis sekitar 1.6 juta orang (WHO, 2013).
Anak yang mengalami gangguan saluran pernafasan sering terjadi
peningkatan produksi lendir yang berlebihan pada paru-parunya, lendir
atau dahak sering menumpuk dan menjadi kental sehingga sulit untuk
dikeluarkan, terganggunya transportasi pengeluaran dahak ini dapat
menyebabkan penderita semakin kesulitan untuk mengeluarkan dahaknya.
Kemampuan anak untuk mengeluarkan sputum dipengaruhi beberapa
faktor diantaranya usia. Anak-anak pada umumya belum bisa
mengeluarkan dahak atau sputum dengan sendiri oleh sebab itu untuk
mempermudah hal tersebut dan mempercepat penyembuhan dapat dibantu
dengan terapi farmakologi dan non-farmakologi (Putri, 2016).
Obat farmakologi memiliki kelebihan lebih cepat untuk proses
penyembuhan, namun obat farmakologi belum tentu aman karena
memiliki efek samping. Terapi non-farmakologi seperti fisioterapi dada
dapat digunakan untuk penanganan pada penyakit paru obstruktif
menahun yang meliputi bronkitis, asma, efisema (Putri dan Soemarno,
2013).
Fisioterapi dada adalah suatu cara terapi yang sangat berguna bagi
penderita penyakit respirasi baik respirasi akut maupun kronis. Adapun
teknik fisioterapi yang digunakan berupa postural drainage, perkusi dan
vibrasi. Fisioterapi dada ini sangat efektif dalam upaya mengeluarkan
sekret dan memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi paru yang
terganggu. Maka tujuan fisioterapi pada penyakit paru adalah untuk
memelihara dan mengembalikan fungsi pernapasan dan membantu
mengeluarkan sekret dari bronkus untuk mencegah penumpukan sekret
dalam bronkus, memperbaiki pergerakan dan aliran sekret sehingga dapat
memperlancar jalan napas (Ariasti dkk, 2014).
e. Metode penelitian: penelitian deskriptif dengan pendekatan case study
research (studi kasus).
f. Populasi dan sampel: Subjek yang digunakan dalam penelitian yaitu 2
anak laki-laki yang berumur 3 tahun dan 5 tahun yang mengalami
Bronkitis.
g. Media: Instrumen penelitian dalam penelitian ini meliputi Nursing kit,
alat tulis, format pengkajian asuhan keperawatan anak, SOP fisioterapi
dada, lembar observasi pasien, dan alat untuk fisioterapi dada
h. Hasil: Setelah dilakukan tindakan fisioterapi dada sebanyak 2 kali sehari
selama 3 hari bersihan jalan nafas pada kedua pasien efektif dengan
kriteria hasil frekuensi pernafasan dalam batas normal, irama pernafasan
dalam batas normal, mampu mengeluarkan sputum, tidak ada suara nafas
tambahan, batuk berkurang.
i. Kesimpulan: Fisioterapi dada efektif bermanfaat meningkatkan bersihan
jalan nafas pada asuhan keperawatan anak dengan kasus bronkitis.
j. Saran: Penerapan fisioterapi dada merupakan salah satu tindakan
intervensi keperawatan yang efektif dibandingkan dengan terapi
farmakologis yang memiliki efek samping lebih besar terhadap respon.
1. Bagi klien dan keluarga hasil penelitian menunjukkan bahwa
penelitian ini memberikan hasil sehingga diharapkan klien dan
keluarga klien dapat memanfaatkan terapi ini sebagai tindakan non
farmakologi dari pemberian obat bagi anak yang mengalami
ketidakefektifan bersihan jalan nafas salah satunya bronkitis sehingga
mempercepat proses penyembuhan.
2. Bagi keperawatan hendaknya dapat merekomendasikan terapi ini
sebagai penunjang pengobatan secara medis sehingga dapat
membancu mempercepat membersihkan jalan nafas terhadap
ketidakefektifan bersihan jalan nafas salah satunya penyakit bronkitis.
3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan peneliti dapat mengatasi
keterbatasan pada studi kasus tentang pelaksanaan tindakan fisioterapi
dada supaya lebih konsisten dalam melakukan fisioterapi dada agar
mendapatkan hasil yang optimal.

Anda mungkin juga menyukai