Anda di halaman 1dari 11

Makalah ISPA dan Contoh Kasus

A. LAPORAN PENDAHULUAN
I. DEFINISI PENYAKIT
ISPA merupakan infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Saluran
pernapasan meliputi organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ
disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru. ISPA meliputi saluran
pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah.
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan bersifat ringan, misalnya batuk pilek dan tidak
memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Namun demikian jangan dianggap enteng, bila infeksi
paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat menyebabkan anak menderita pneumoni yang dapat
berujung pada kematian.
Menurut Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA, penyakit ISPA dibagi menjadi dua
golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibedakan atas derajat
beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti
rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan
pneumonia.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung
kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Kelainan pada sistem pernapasan
terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah, asma dan ibro kistik, menempati
bagian yang cukup besar pada area pediatri. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang
disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim
dingin.

II. KLASIFIKASI
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut :
 Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest
indrawing).
 Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
 Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan
dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan
pneumonia.

Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2
bulan sampai 5 tahun. Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :
 Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian bawah atau
napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau
lebih.
 Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian
bawah atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :
 Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah
kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang
tldak menangis atau meronta).
 Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan adalah 50
kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.
 Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan
tidak ada napas cepat.

III. ETIOLOGI
Infeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok penyakit yang komplek dan heterogen,
yang disebabkan oleh berbagai etiologi.Kebanyakan infeksi saluran pernafasan akut disebabkan
oleh virus dan mikroplasma. Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih jenis bakteri, virus,dan jamur.
Bakteri penyebab ISPA misalnya: Streptokokus Hemolitikus, Stafilokokus, Pneumokokus,
Hemofilus Influenza, Bordetella Pertusis, dan Korinebakterium Diffteria (Achmadi dkk., 2004).
Bakteri tersebut, di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian
atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri ini menyerang anak-anak yang kekebalan
tubuhnya lemah misalnya saat perubahan musim panas ke musim hujan (PD PERSI, 2002).
Untuk golongan virus penyebab ISPA antara lain golongan miksovirus(termasuk di dalamnya
virus para-influensa, virus influensa, dan virus campak), dan adenovirus. Virus para-influensa
merupakan penyebab terbesar dari sindroma batuk rejan, bronkiolitis dan penyakit demam saluran
nafas bagian atas.Untuk virus influensa bukan penyebab terbesar terjadinya terjadinya sindroma
saluran pernafasan kecuali hanya epidemi-epidemi saja.Pada bayi dan anak-anak, virus-virus
influenza merupakan penyebab terjadinya lebih banyak penyakit saluran nafas bagian atas
daripada saluran nafas bagian bawah. (Siregar dan Maulany, 95).

IV. PATOFISIOLOGI
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh.Masuknya
virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan
saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks
spasmus oleh laring.Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan
mukosa saluran pernafasan (Kending dan Chernick, 1983).
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering (Jeliffe,
1974).Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas
kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran
cairan mukosa yang melebihi noramal.Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan
gejala batuk (Kending and Chernick, 1983).Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling
menonjol adalah batuk.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri.Akibat
infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan mekanisme
perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-
bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti streptococcus pneumonia,
haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut (Kending dan
Chernick, 1983).
Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat
menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang
produktif.Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan
malnutrisi.Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi
virus pada saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan anak (Tyrell, 1980).
Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang lain dalam
tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa menyebar ke saluran nafas
bawah (Tyrell, 1980). Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang saluran nafas bawah,
sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan atas, sesudah
terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri
(Shann, 1985).
Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek imunologis
saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di saluran nafas yang sebagian besar terdiri
dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun saluran nafas
yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas system imun
mukosa. Ciri khas berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan pada saluran nafas atas
sedangkan IgG pada saluran nafas bawah.Diketahui pula bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat
berperan dalam mempertahankan integritas mukosa saluran nafas (Siregar, 1994).
Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi empat tahap,
yaitu:
a. Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum menunjukkan reaksi apa-apa
b. Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi
bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya memang sudah rendah.
c. Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit.Timbul gejala demam dan batuk.
d. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh dengan
ateletaksis, menjadi kronis dan dapat meninggal akibat pneumonia.

V. PATHWAY
VI. MANIFESTASI KLINIS

a) Tanda-tanda ISPA
Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda laboratoris.
 Tanda-tanda klinis :
 Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak,
napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
 Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest.
 Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil bendung,
kejang dan coma.
 Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
 Tanda-tanda laboratoris :
 Hypoxemia,
 Hypercapnia dan
 Acydosis (Metabolik dan atau Respiratorik).
Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak bisa
minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada anak
golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun
ampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor,
Wheezing, demam dan dingin.

b) Gejala ISPA
 Gejala dari ISPA Ringan
Seseorang dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih gejala-gejala
sebagai berikut :
a. Batuk
b. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misalnya pada waktu berbicara
atau menangis)
c. Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung
d. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37oC

 Gejala dari ISPA Sedang


Seseorang dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari ISPA ringan disertai
satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
a. Pernafasan cepat (fast breating) sesuai umur yaitu : untuk kelompok umur kurang dari 2 bulan
frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih dan kelompok umur 2 bulan - <5 tahun : frekuensi
nafas 50 kali atau lebih untuk umur 2 – <12 bulan dan 40 kali per menit atau lebih pada umur 12
bulan – <5 tahun.
b. Suhu lebih dari 390C (diukur dengan termometer)
c. Tenggorokan berwarna merah
d. Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak
e. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga
f. Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur)

 Gejala dari ISPA Berat


Seseorang dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejal-gejala ISPA ringan atau ISPA
sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
a. Bibir atau kulit membiru
b. Anak tidak sadar atau kesadaran menurun
c. Pernafasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah
d. Sela iga tertarik kedalam pada waktu bernafas
e. Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba
f. Tenggorokan berwarna merah

VII. PENATALAKSANAAN
a) Pencegahan
 Pencegahan dapat dilakukan dengan:
 Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
 Immunisasi.
 Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
 Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
b) Pengobatan dan perawatan
 Prinsip perawatan ISPA antara lain:
 Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
 Meningkatkan makanan bergizi
 Bila demam beri kompres dan banyak minum
 Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang bersih
 Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.
 Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih menetek
 Pengobatan antara lain:
 Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah
2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu
2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan
diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak
perlu air es).
 Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok
teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.

VIII. KOMPLIKASI
Penyakit ini sebenarnya merupakan self limited disease, yang sembuh sendiri 5-6 hari jika
tidak terjadi invasi kuman lainnya.

a. Sinusitis paranasal
Komplikasi ini hanya terjadi pada anak besar karena pada bayi dan anak kecil sinus paranasal
belum tumbuh.Gejala umum tampak lebih besar, nyeri kepala bertambah, rasa nyeri dan nyeri
tekan biasanya didaerah sinus frontalis dan maksilaris.Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan
foto rontgen dan transiluminasi pada anak besar.
Proses sinusitis sering menjadi kronik dengan gejala malaise, cepat lelah dan sukar
berkonsentrasi (pada anak besar). Kadang-kadang disertai sumbatan hidung, nyeri kepala hilang
timbul, bersin yang terus menerus disertai secret purulen dapat unilateral ataupun bilateral.Bila
didapatkan pernafasan mulut yang menetap dan rangsang faring yang menetap tanpa sebab yang
jelas perlu yang dipikirkan terjadinya komplikasi sinusitis.Sinusitis paranasal ini dapat diobati
dengan memberikan antibiotik.

b. Penutupan tuba eusthachii


Tuba eusthachii yang buntu memberi gejala tuli dan infeksi dapat menembus langsung
kedaerah telinga tengah dan menyebabkan otitis media akut (OMA).Gejala OMA pada anak kecil
dan bayi dapat disertai suhu badan yang tinggi (hiperpireksia) kadang menyebabkan kejang
demam.
Anak sangat gelisah, terlihat nyeri bila kepala digoyangkan atau memegang telinganya yang
nyeri (pada bayi juga dapat diketahui dengan menekan telinganya dan biasanya bayi akan
menangis keras). Karena bayi yang menderita batuk pilek sering menderita infeksi pada telinga
tengah sehingga menyebabkan terjadinya OMA dan sering menyebabkan kejang demam, maka
bayi perlu dikonsul kebagian THT.Biasanya bayi dilakukan parsentesis jika setelah 48-72 jam
diberikan antibiotika keadaan tidak membaik.Parasentesis (penusukan selaput telinga)
dimaksudkan mencegah membran timpani pecah sendiri dan terjadi otitis media perforata (OMP).
Faktor-faktor OMP yang sering dijumpai pada bayi dan anak adalah :
a) Tuba eustachii pendek, lebar dan lurus hingga merintangi penyaluran sekret.
b) Posisi bayi anak yang selalu terlentang selalu memudahkan perembesan infeksi juga merintangi
penyaluran sekret.
c) Hipertrofi kelenjar limfoid nasofaring akibat infeksi telinga tengah walau jarang dapat berlanjut
menjadi mastoiditis atau ke syaraf pusat (meningitis).
c. Penyebaran infeksi
Penjalaran infeksi sekunder dari nasofaring kearah bawah seperti laryngitis, trakeitis, bronkiis
dan bronkopneumonia.Selain itu dapat pula terjadi komplikasi jauh, misalnya terjadi meningitis
purulenta.

B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ISPA


1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Peningkatan suhu tubuh bd proses inspeksi
b) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b. d anoreksia
c) Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil
d) Resiko tinggi tinggi penularan infeksi b.d tudak kuatnya pertahanan sekunder (adanya infeksi
penekanan imun)

2. INTERVENSI DAN RASIONAL


1) Peningkatan suhu tubuh bd proses inspeksi
 Tujuan : Suhu tubuh normal berkisar antara 36 – 37, 50
Intervensi Rasionalisasi
Observasi tanda – tanda vital Pemantauan tanda vital yang teratur dapat
menentukan perkembangan perawatan
selanjutnya
Anjurkan pada klien/keluarga umtuk Degan menberikan kompres maka aakan
melakukan kompres dingin (air biasa) pada terjadi proses konduksi / perpindahan
kepala / axial. panas dengan bahan perantara
Anjurkan klien untuk menggunakan Proses hilangnya panas akan terhalangi
pakaian yang tipis dan yang dapat untuk pakaian yang tebal dan tidak akan
menyerap keringat seperti terbuat dari menyerap keringat.
katun
Atur sirkulasi udara. Penyedian udara bersih
Anjurkan klien untuk minum banyak ± Kebutuhan cairan meningkat karena
2000 – 2500 ml/hr. penguapan tubuh meningkat.
Anjurkan klien istirahat ditempat tidur Tirah baring untuk mengurangi
selama fase febris penyakit metabolisme dan panas
Kolaborasi dengan dokter : Untuk mengontrol infeksi pernapasan
 Dalm pemberian therapy, obat Menurunkan panas
antimicrobial
 Antipiretika

2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b. d anoreksia


 Tujuan:
 Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah kepada BB normal.
 Klien dapat mentoleransi diet yang dianjurkan.
 Tidak menunujukan tanda malnutrisi.
Intervensi Rasional
Kaji kebiasaan diet, input-output dan Berguna untuk menentukan kebutuhan
timbang BB setiap hari kalori menyusun tujuan berat badan, dan
evaluasi keadekuatan rencana nutrisi
Berikan makan porsi kecil tapi sering dan Untuk menjamin nutrisi adekuat/
dalam keadaan hangat meningkatkan kalori total
Berikan oral sering, buang secret berikan Nafsu makan dapat dirangsang pada situasi
wadah khusus untuk sekali pakai dan tisu rileks, bersih dan menyenangkan.
dan ciptakan lingkungan bersih dan
menyenangkan.
Tingkatkan tirai baring. Untuk mengurangi kebutuhahan metabolic

Kolaborasi: Metode makan dan kebutuhan kalori


 Konsul ahli gizi untuk memberikan diet didasarkan pada situasi atau kebutuhan
sesuai kebutuhan klien individu untuk memberikan nutrisi
maksimal

3) Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil
 Tujuan : Nyeri berkurang / terkontrol
Intervensi Rasional
Teliti keluhan nyeri ,catat intensitasnya Identifikasi karakteristik nyeri & factor
(dengan skala 0 – 10), factor yang berhubungan merupakan suatu hal
memperburuk atau meredakan lokasinya, yang amat penting untuk memilih
lamanya, dan karakteristiknya. intervensi yang cocok & untuk
mengevaluasi ke efektifan dari terapi yang
diberikan.
Anjurkan klien untuk menghindari Mengurangi bertambah beratnya penyakit
allergen / iritan terhadap debu, bahan
kimia, asap,rokok
Dan mengistirahatkan/meminimalkan Peningkatan sirkulasi pada daerah
berbicara bila suara serak tenggorokan serta mengurangi nyeri
tenggorokan
Kolaborasi  Kortikosteroid digunakan untuk
Berikan obat sesuai indikasi mencegah reaksi alergi / menghambat
 Steroid oral, iv, & inhalasi pengeluaran histamine dalam inflamadi
 Analgesic pernapasan
 Analgesic untuk mengurangi rasa nyeri

4) Resiko tinggi tinggi penularan infeksi b.d tudak kuatnya pertahanan sekunder (adanya infeksi
penekanan imun)
 Tujuan : tidak terjadi penularan dan tidak terjadi komplikasi
Intervensi Rasional
Batasi pengunjung sesuai indikasi Menurunkan potensial terpajan pada
penyakit infeksius
Jaga keseimbangan antara istirahat dan Menurunkan konsumsi /kebutuhan
aktifitas keseimbangan O2 dan memperbaiki
pertahanan klien terhadap infeksi,
meningkatkan penyembuhan.

Tutup mulut dan hidung jika hendak bersin, Mencegah penyebaran pathogen
jika ditutup dengan tisu buang segera melalui cairan
ketempat sampah
Daya tahan tubuh, terutama anak usia Malnutrisi dapat mempengaruhi
dibawah 2 tahun, lansia dan penderita kesehatan umum dan menurunkan
penyakit kronis. Dan konsumsi vitamin C, A tahanan terhadap infeksi
dan mineral seng atau anti oksidan jika
kondisi tubuh menurun / asupan makanan
berkurang
Kolaborasi Dapat diberikan untuk organisme
Pemberian obat sesuai hasil kultur khusus yang teridentifikasi dengan
kultur dan sensitifitas / atau di berikan
secara profilatik karena resiko tinggi

C. CONTOH KASUS
Keluarga Tn.N terdiri dari dari istri dan dua orang anak. Anak pertamanya berusia 7 tahun dan
anak keduanya berusia 4 tahun. Anak kedua Tn.N bernama Selly, sudah 5 hari yang lalu selly
mengeluh sekujur tubuhnya demam, sering menggigil, batuk berdahak dengan lendir berwarna
kehijauan, susah nafas, nyeri dada, nafsu makan berkurang. Saat dipaksa memakan makanan
lunak, Selly tetap memuntahkannya dan merasakan mual pada perutnya. Selly juga mengalami
diare. Menurut pernyataan dari keluarga, Selly tidak mendapatkan imunisasi yang lengkap,
disekitar lingkungan rumahnya terdapat banyak pabrik dan rumahnya kurang mencukupi
ventilasinya. Keluarganya menganggap Selly hanya sakit flu biasa dan gejala asma biasa. Namun
sudah 5 hari tidak kunjung sembuh, lalu keluarga membawanya ke klinik. Hasil pemeriksaan
diketahui bahwa Selly menderita Pneumonia, frekuensi pernafasan > 40 x/menit, suhu tubuh
mencapai 39,5o C. Dokter pun menyarankan agar Selly rawat inap di RS untuk ditangani lebih
lanjut.

 PENGKAJIAN
1. Indentitas klien
Nama : Selly
Umur : 4 tahun
Jenis kelamin : perempuan
2. Riwayat keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang : Klien mengalami gejala asma biasa sudah 5hari tidak kunjung
sembuh, demam, menggigil, pilek, anoreksia, batuk berdahak dengan lendir berwarna kehijauan,
susah bernafas, nyeri dada, riwayat penyakit pernapasan, dan diare.
b. Riwayat kesehatan masa lalu : Sering mengalami batuk pilek yang tidak kunjung sembuh.
3. Koping keluarga
Koping keluarga dalam menghadapi masalah efektif.
4. Riwayat tumbuh kembang
a. BB lahir abnormal
b. Kemampuan motorik halus, motorik kasar, kognitif dan tumbuh kembang pernah mengalami
trauma saat sakit
c. Sakit kehamilan mengalami infeksi intrapartal
d. Sakit kehamilan tidak keluar mekonium
5. Riwayat social
Anak tidak mengalami gangguan dalam hubungan sosial dengan lingkungan sekitar dan aktif
bermain dengan teman sebayanya.
6. Pemeriksaan fisik
a. Tanda fisik: sekujur tubuh demam, sering menggigil, batuk berdahak dengan lendir berwarna
kehijauan, susah nafas, nyeri dada, nafsu makan berkurang, mual, diare
b. Faktor perkembangan: sesuai dengan masa pertumbuhan dan perkembangannya
c. Pengetahuan pasien/keluarga: belum begitu mengetahui tentangpenyakit pernafasan serta
tindakan yang akan dilakukan.
Diagnosa
N
Keperawata Tujuan
o
n
1 Napas Pola nafaskembaliefektifdengankriteria:usaha nafaskembalinormal danmeningkatnyasu
tidakefektif gen keparu-paru.
b.d
penurunan
ekspansi
paru

DAFTAR PUSTAKA
http://endryjuliyanto.blogspot.com/2012/02/infeksi-saluran-pernafasan-akut-ispa.html
http://dokterkecil.wordpress.com/2011/03/31/ispa-infeksi-saluran-pernapasan-akut/
http://chapung-vierche.blogspot.com/2011/11/askep-ispa.html
http://sunuykayai.blogspot.com/2012/06/pengertian-ispa.html
http://www.google.co.id/imgres?hl=id&client=firefox-
a&hs=gd9&sa=X&tbo=d&rls=org.mozilla:en-
US:official&biw=1366&bih=677&tbm=isch&tbnid=H0CU99EPSrURDM:&imgrefurl=http://w
ww.docstoc.com/docs/85086880/pathways-otitis-media&docid=g3Z-
MGS6cBLo7M&imgurl=http://img.docstoccdn.com/thumb/orig/85086880.png&w=1650&h=12
75&ei=11PBUOHYHsXnrAfpmYD4DA&zoom=1&iact=rc&dur=1&sig=117998940113402684
515&page=1&tbnh=130&tbnw=180&start=0&ndsp=16&ved=1t:429,r:1,s:0,i:83&tx=310&ty=2
48
http://ners-binahusada.blogspot.com/2011/12/askep-ispa-infeksi-saluran-pernafasan.html
http://naulicatsadeingesh.blogspot.com/2012/04/asuhan-keperawatan-pada-ispa-anak.html
http://manchuniansnursing.blogspot.co.id/2013/05/makalah-ispa-dan-contoh-kasus.html

Anda mungkin juga menyukai