DI SUSUN OLEH:
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas saya yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Kegawatdaruratan Pada Tn B Dengan Syok Hipovolemik”.
Terselesaikannya tugas ini tidak dapat lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, pada kesempatan kali ini saya ingin menyampaikan terima kasih kepada ibu Dr. Sri
Handayani, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku dosen pengajar mata kuliah Kegawatdaruratan
Multisistem I program studi S1 Ilmu Keperawatan Sekolat Tinggi Ilmu Kesehatan
Yogyakarta.
Dalam menyelesaikan tugas ini, saya berusaha untuk mencapai hasil yang maksimal,
akan tetapi dengan keterbatasan wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan yang
saya miliki, saya sadar bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya
mengharapkan kritikdan saran demi perbaikan dan sempurnanya tugas ini sehingga
bermanfaat bagi para pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
E. Diagnosa Keperawatan ............................................................................................................. 30
F. Intervensi Keperawatan............................................................................................................. 31
G. Implementasi Keperawatan ....................................................................................................... 33
H. Evaluasi Keperawatan ............................................................................................................... 42
BAB IV .................................................................................................... Error! Bookmark not defined.
PENUTUP ............................................................................................... Error! Bookmark not defined.
A. Kesimpulan .................................................................................. Error! Bookmark not defined.
B. Saran ............................................................................................ Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. Error! Bookmark not defined.
iv
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Syok merupakan penurunan mendadak tekanan darah yang cukap
berat sehingga dapat menimbulkan kematian. Tekanan darah adalah tekanan
yang di timbulkan oleh jantung ketika memompa darah lewat pembuluh-
pembuluh darah. Dalam pengertian lain syok adalah suatu keadaan serius yang
terjadi jika sistem kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) tidak mampu
mengalirkan darah ke seluruh tubuh dalam jumlah yang memadai; syok
biasanya berhubungan dengan tekanan darah rendah dan kematian sel maupun
jaringan.
Syok terjadi akibat berbagai keadaan yang menyebabkan
berkurangnya aliran darah, termasuk kelainan jantung (misalnya serangan
jantung atau gagal jantung), volume darah yang rendah (akibat perdarahan
hebat atau dehidrasi) atau perubahan pada pembuluh darah (misalnya karena
reaksi alergi atau infeksi).
Syok digolongkan ke dalam beberapa kelompok:
1. Syok kardiogenik (berhubungan dengan kelainan jantung)
2. Syok hipovolemik ( akibat penurunan volume darah)
3. Syok anafilaktik (akibat reaksi alergi)
4. Syok septik (berhubungan dengan infeksi)
5. Syok neurogenik (akibat kerusakan pada sistem saraf).
Syok hipovolemik adalah suatu keadaan akut dimana tubuh
kehilangan cairan tubuh, cairan ini dapat berupa darah, plasma, dan elektrolit
(Grace, 2006).
Dalam makalah ini akan dibahas secara mendetail mengenai syok
hipovolemik dimulai dari definisi, penyebab, patofisiologi, fase-fase syok dan
penatalaksanaan.
6
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi syok hipovolemik?
2. Bagaimana patofisiologi syok hipovolemik?
3. Bagaimana manifestasi klinis syok hipovolemik ?
4. Bagaimana penatalaksanaan syok hipovolemik?
C. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui definisi syok hipovolemik
2. Agar mahasiswa mengetahuipatofisiologi syok hipovolemik.
3. Agar mahasiswa mengetahui manifestasi klinis syok hipovolemik.
4. Agar mahasiswa mengetahui penatalaksanaan syok hipovolemik
D. Manfaat
Diharapkan parapembaca bisa menambah ilmu pengetahuan tentang
Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Syok Hipovolemik dan bisa
menjadi acuan untuk asuhan keperawatan lainnya.
7
BAB II
A. Pengertian
Syok hipovolemik adalah suatu keadaan akut dimana tubuh
kehilangan cairan tubuh, cairan ini dapat berupa darah, plasma, dan
elektrolit (Grace, 2006).
Syok adalah kondisi hilangnya volume darah sirkulasi efektif.
Kemudian diikuti perfusi jaringan dan organ yang tidak adekuat, yang
akibat akhirnya gangguan metabolik selular. Pada beberapa situasi
kedaruratan adalah bijaksana untuk mengantisipasi kemungkinan syok.
Seseorang dengan cidera harus dikaji segera untuk menentukan adanya
syok. Penyebab syok harus ditentukan (hipovolemik, kardiogenik,
neurogenik, atau septik syok).
Syok hipovolemik disebut juga syok preload yang ditamdai dengan
menurunnya volume intravaskuler oleh karena perdarahan. Syok
hipovolemik juga bisa terjadi karena kehilangan cairan tubuh yang lain.
Menurunnya volume intravaskuler menyebabkan penurunan volume
intraventrikel kiri pada akhir distol yang akibatnya juga menyebabkan
menurunnya curah jantung (cardiac output). Keadaan ini juga
menyebabkan terjadinya mekanisme kompensasi dari pembuluh darah
dimana terjadi vasokonstriksi oleh katekolamin sehingga perfusi makin
memburuk. Pada luka bakar yang luas, terjadi kehilangan cairan melalui
permukaan kulit yang hangus atau di dalam lepuh. Muntah hebat atau
diare juga dapat mengakibatkan kehilangan cairan intravaskuler. Pada
obstruksi, ileus dapat terkumpul beberapa liter cairan di dalam usus. Pada
diabetes atau penggunaan diuretic kuat dapat terjadi kehilangan cairan
8
B. Klasifikasi
Syok memiliki beberapa stadium sebelum kondisi menjadi
dekompensasi atauirreversible sebagaimana dilukiskan dalam gambar
berikut:
1. Stadium 1 Anticipation Stage
Gangguan sudah ada tetapi bersifat lokal. Parameter-paramater
masih dalam batasnormal. Biasanya masih cukup waktu untuk
mendiagnosis dan mengatasi kondisi dasar.
2. Syok Sedang
10
3. Syok Berat
Perfusi ke jantung dan otak tidak adekuat. Mekanisme
kompensasi syok beraksi untuk menyediakan aliran darah ke dua organ
vital. Pada syok lanjut terjadi vasokontriksi di semua pembuluh darah
lain. Terjadi oliguri dan asidosis berat, gangguan kesadaran dan tanda-
tanda hipoksia jantung (EKG abnormal, curah jantung menurun).
C. Etiologi
Syok hipovolemik disebabkan oleh penurunan volume darah efektif.
Kekurangan volume darah sekitar 15 sampai 25 persen biasanya akan
menyebabkan penurunan tekanan darah sistolik; sedangkan deficit volume
darah lebih dari 45 persen umumnya fatal. Syok setelah trauma biasanya
jenis hipovolemik, yang disebabkan oleh perdarahan (internal atau
eksternal) atau karena kehilangan cairan ke dalam jaringan kontusio atau
usus yang mengembang kerusakan jantung dan paru-paru dapat juga
menyokong masalah ini secara bermakna. Syok akibat kehilangan cairan
berlebihan bias juga timbul pada pasien luka bakar yang luas (john
a.boswick,1998:44).
Syok hipovolemik yang dapat disebabkan oleh hilangnya cairan
intravaskuler, misalnya terjadi pada:
1. Kehilangan darah atau syok hemoragik karena perdarahan yang
mengalir keluar tubuh seperti hematotoraks, ruptura limpa, dan
kehamilan ektopik terganggu.
2. Trauma yang berakibat fraktur tulang besar, dapat menampung
kehilangan darah yang besar. Misalnya, fraktur humerus menghasilkan
11
D. Manifestasi Klinis
Gejala syok hipovolemik cukup bervariasi, tergantung pada usia,
kondisi premorbid, besarnya volume cairan yang hilang, dan lamanya
berlangsung. Kecepatan kehilangan cairan tubuh merupakan faktor kritis
respon kompensasi. Pasian muda dapat dengan mudah mengkompensasi
kehilangan cairan dengan jumlah sedang vasokontriksinya dan takikardia.
Kehilangan volume yang cukup besar dalam waktu lambat, meskipun
terjadi pada pasien usia lanjut, masih dapat ditolerir juga dibandingkan
kehilangan dalam waktu yang cepat atau singkat.Apabila syok talah
terjadi, tanda-tandanya akan jelas. Pada keadaan hipovolemia, penurunan
darah lebih dari 15 mmHg dan tidak segera kembali dalam beberapa
menit.
12
E. Patofisiologi
Tubuh manusia berespon terhadap perdarahan akut dengan
mengaktivasi sistem fisiologi utama sebagai berikut: sistem hematologi,
kardiovaskuler, ginjal, dan sistem neuroendokrin.
1. Sistem hematologi berespon terhadap kehilangan darah yang berat dan
akut dengan mengaktivasi kaskade koagulasi dan vasokonstriksi
pembuluh darah (melalui pelelepasan tromboksan A2 lokal). Selain itu,
platelet diaktivasi (juga melalui pelepasan tromboksan A2 lokal) dan
membentuk bekuan darah immatur pada sumber perdarahan. Pembuluh
darah yang rusak menghasilkan kolagen, yang selanjutnya
menyebabkan penumpukan fibrin dan menstabilkan bekuan darah.
Dibutuhkan waktu sekitar 24 jam untuk menyempurnakan fibrinasi
dari bekuan darah dan menjadi bentuk yang sempurna.
13
F. Pathway
15
G. Komplikasi
1. Gagal Jantung, Gagal ginjal
2. Kerusakan jaringan ARDS (Acute Respiratory Disstres Syndrom)
3. Kerusakan otak irreversible
4. Dehidrasi kronis
5. Multiple organ failure DIC (Disseminated Intravascular Coagulation)
H. Pemeriksaan Penunjang
Pada anamnesis Pasien mungkin tidak bisa diwawancara sehingga
riwayat sakit mungkin hanya didapatkan dari keluarga, teman dekat atau
orang yang mengetahui kejadiannya, cari : Riwayat trauma (banyak
perdarahan atau perdarahan dalam perut), Riwayat penyakit jantung (sesak
nafas), Riwayat infeksi (suhu tinggi), Riwayat pemakaian obat ( kesadaran
menurun setelah memakan obat)
1. Pemeriksaan fisik Kulit
Suhu raba dingin (hangat pada syok septik hanya bersifat
sementara, karena begitu syok berlanjut terjadi hipovolemia). Warna
pucat (kemerahan pada syok septik, sianosis pada syok kardiogenik
dan syok hemoragi terminal)
2. Basah pada fase lanjut syok (sering kering pada syok septik).
3. Tekanan darah
Hipotensi dengan tekanan sistole < 80 mmHg (lebih tinggi pada
penderita yang sebelumnya mengidap hipertensi, normal atau meninggi
pada awal syok septic)
4. Status jantung
Takikardi, pulsus lemah dan sulit diraba.
5. Status respirasi
16
6. Status Mental
Gelisah, cemas, agitasi, tampak ketakutan. Kesadaran dan
orientasi menurun, sopor sampai koma. Fungsi Ginjal Oliguria, anuria
(curah urin < 30 ml/jam, kritis)
7. Fungsi Metabolik
Asidosis akibat timbunan asam laktat di jaringan (pada awal
syok septik dijumpai alkalosis metabolik, kausanya tidak diketahui).
Alkalosis respirasi akibat takipnea. Sirkulasi Tekanan vena sentral
menurun pada syok hipovolemik, meninggi pada syok kardiogenik.
Keseimbangan Asam Basa. Pada awal syok pO2 dan pCO2 menurun
(penurunan pCO2 karena takipnea, penurunan pO2 karena adanya
aliran pintas di paru). Pemeriksaan Penunjang Darah (Hb, Hmt,
leukosit, golongan darah), kadar elektrolit, kadar ureum, kreatinin,
glukosa darah. Analisa gas darah, EKG.
I. Penatalaksanaan
1. Tujuan utama dalam mengatasi syok hipovolemik adalah :
a. Memulihkan volume intravascular untuk membalik urutan
peristiwa sehingga tidak mengarah pada perfusi jaringan yang
tidak adekuat.
b. Meredistribusi volume cairan
c. Memperbaiki penyebab yang mendasari kehilangan cairan secepat
mungkin.
17
2. Terapi Farmakologi
Obat analgetika yang direkomendasikan :
a. Morfin 10-15 mg IM atau 15 mg IV
b. Petidin 50-100 mg per oral
c. Parasetamol 500 mg per oral
d. Parasetamoldancodein 30 mg per oral
e. Tradamol oral atau IM 50 mg atausupossitaria 100 mg
2) Redistribusi Cairan
Pemberian posisi trendelenberg yang dimodifikasi
dengan meninggikan tungkai pasien, sekitar 20 derajat, lutut
diluruskan, trunchus horizontal dan kepala agak dinaikan.
Tujuannya, untuk meningkatkan arus balik vena yang
dipengaruhi oleh gaya gravitasi.
18
KASUS
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Tanggal Masuk : 25 Oktober 2018
Tanggal Pengkajian : 25 Oktober 2018
No. RM : 1244156
Diagnosa : Syok Hipovolemik
IDENTITAS
Pengkajian Primer
Keluhan Utama : Pusing dan sesak nafas
21
Airway
: X Paten Tidak Paten
Jalan Nafas
Breathing
: X Simetris Asimetris
Gerakan dada
: X Cepat Normal
Irama Nafas
Teratur
Retraksi Otot : X Ada N/A
Dada
: X Ada N/A RR : 28 x/menit
Sesak Nafas
Circulation
: X Teraba
Nadi Tidak Teraba
: X Ya
Sianosis Tidak
: <2 detik X
CRT >2 detik
: X Ya
Pendarahan Tidak
Keluhan lain : TD: 90/60 mmHg, S; 36,6OC, N: 110 x/menit, Akral dingin
Disability
: Alert
Respon X Verbal Pain Unrespon
: X CM
Kesadaran Derilium Somnolen
: 3 Eye
GCS 6 Verbal 4 Motorik
: X Isokor
Pupil Unisokor Pinpoint
: X Ada
Reflek Cahaya Tidak ada
Exposure
Deformitas : X Ya Tidak
Contusio : X Ya Tidak
Abrasi : X Ya Tidak
Penetrasi : X Ya Tidak
Laserasi : X Ya Tidak
Edema : X Ya Tidak
Keluhan lain : Luka os cruris sinistra
Pengkajian Sekunder
Anamnesia
Tn. B dibawa ke Rs Panemabahan Senopati dengan
keadaan fraktur terbuka Cruris Sinistra pada 25 Oktober
2018 pukul 08.00 WIB dengan stadium presyok
kehilangan darah 750 ml. Pasien mengatakan pusing dan
sesak nafas, terlihat pucat, takipnue 28 x/menit, tekanan
Riwayat Penyakit saat ini : darah 90/60 mmHg, Nadi: 110 x/menit, terdapat
sianosis, capilarry refil > 3 detik, kesadaran pasien
E3M6V4. Setelah masuk IGD pasien langsung di
pasang foley cateter dengan konsistensi urin pekat,
volume urin 250 ml. Pasien di diagnosa syok
hipovolemik presyok kehilangan 15% darah
Alergi : Klien tidak memiliki riwayat alergi
Medikasi : Oksigen 10 lpm, pergantian cairan kristaloid Nacl 0,9%
Riwayat Penyakit : Keluarga mengatakan hanya sakit biasa seperti pusing,
Sebelumnya demam, flu, batuk.
Makan Minum Terakhir : Keluarga mengatakan pasien hanya makan roti dan susu
: Kecelakaan pada hari Kamis, 25 Oktober 2018 pukul
Peristiwa Penyebab
08.00 WIB di Jalan Bantul
24
Pemeriksaan Fisik
Kepala dan Leher
: Bentuk kepala dan leher simetris, tidak terlihat adanya
Inspeksi benjolan pada kepala dan leher, kepala dan leher terlihat
bersih tidak adanya kotoran.
: Bentuk kepala dan leher simetris, tidak ada benjolan
Palpasi
pada kepala atau leher.
Dada
: Bentuk dada simetris, Klien tidak batuk, pernafasan
dangkal dan cepat, Klien dapat bernafas dengan
Inspeksi spontan. Klien menggunakan Nonrebreathing Mask
dengan aliran oksigen 10 lpm. RR Klien saat dikaji
sebesar 28x/menit.
Palpasi : Tidak ada kelainan pada dada klien
Perkusi : Tidak ada kelainan pada dada klien
Auskultasi : Suara nafas vesikuler
Jantung
Inspeksi : Tidak ada kelainan pada jantung klien
: Tekanan darah 90/60 mmHg, suhu 36,3 °C, Heart Rate
Palpasi
110 x/menit , Akral dingin, ICS tampak
Perkusi : Tidak ada kelainan pada jantung klien
Auskultasi : Tidak ditemukan suara bising jantung.
Abdomen
Inspeksi : Bersih, warna kulit coklat, tidak ada asites
25
Pelvis
Inspeksi : Tidak ada kelainan bentuk pada pelvis
Palpasi : Tidak ada nyeri
Perkusi : -
Auskiltasi : -
Ekstremitas Atas/Bawah
: Terdapat luka terbuka di os cruris sinistra, terdapat
Inspeksi
pendaran hebat 15 %, terdapat laserasi, contursio
Palpasi : Deformitas, fraktur os cruris sinistra, edema.
Punggung
: Punggung bersih, tidak ada luka pada punggung, tidak
Inspeksi
ada benjolan pada punggung
Palpasi : Tidak ada nyeri, edema, luka
Pemeriksaan Diagnostik
CT-
X Rongten USG EKG Endoskopi Lain-lain
Scan
Hasil : Fraktur os cruris sinistra dengan fraktur terbuka.
26
B. Pemeriksaan Diagnostik
1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Hari/Ta Jenis Hasil Satuan Nilai
nggal Pemeriksaan Rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 6,9 g/dl 13.2 – 17,3
Leukosit 10,5 x 10^3/µL 4,0 – 11
Trombosit 265 x 10^3/µL 150 – 450
Hematokrit 37 % 40 – 52
Eritrosit 3,9 x 10^3/µL 4.4 – 5,9
MCV 77 fL 80 – 100
MCH 23 pg 26 – 34
MCHC 30 g/dl 31 – 36
Eosinofil 1 % 0–5
Basofil 0 % 0–1
Netrofil 71 % 50 – 70
Limfosit 26 % 25 – 40
Monosit 3 % 2–8
Gol. Darah 0
Rhesus Positif
KIMIA KLINIK
Glukosa sewaktu 144 mg/dl 70 – 150
Ureum 27 mg/dl 15 – 40
Creatinin 0.7 mg/dl 0,5 – 0,9
CK – MB 22 U/L < 25
ELEKTROLIT
Na 135 mmol/L 135-145
K 3,3 mmol/L 3.5 - 5
Cl 95 mmol/L 95-105
Ca 1,5 mmol/L 1.3 – 2.1
Mg 1,4 mmol/L 1.3 –
2
.
1
C. Program Terapi
No Nama Obat Pemberian Dosis
1. Ceftriaxone Injeksi 1gr/12jam
2. Dexamethasone 0.5 mg premed
3. Ketorolac Injeksi 30mg/ 12 jam
4. Metronidazole 500mg/ 12jam
5. Methyl 125mg / 8jam
Prednisolone
6. Meropenem 500mg/8jam
7. Ranitidine 50mg/ 12 jam
8. Kristaloid Nacl Infus 60 cc/jam
0,9%
9.
PRC Transfuse 2 kolf
29
D. Analisa Data
No. Hari/Tanggal/ Data Diagnosa Keperawatan
Jam
1. 25 Oktober DS : klien mengatakan Pola nafas tidak efektif
2018 / 07.00 sesak napas b.d penurunan
DO : Frekuensi ekspansi paru
pernafasan 28 x/menit
SaO2 99%. RR ; 15x/m
- Terpasang NRM 8L/m
- Tampak infiltrasi pada
basal paru kanan
bertambah luas dan
tebal
- Contusio pulmo basal
kanan bertambah tebal
dan luas
2. 25 Oktober DS : Klien mengatakan Ketidakefektifan
2018 / merasa pusing perfusi jaringan perifer
07.10 WIB DO : b.d penurunan aliran
- Post ORIF H3 darah perifer
- Tampak diskontinuitas
pada 1/3 proksimal
digiti 1 os. Manus
sinistra disertai
subluksasi region
tersebut 9sendi
metacarpal os.
Trapezium)
- Fr. Tibia dan fibula os
30
cruris sinistra
E. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan aliran darah
perifer
3. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan yang mutlak
31
F. Intervensi Keperawatan
No Hari/Tanggal Diagnosa Tujuan Intervensi
/Jam Keperawatan
1. 25 Oktober Pola nafas Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor TTV
2018 / 07.00 tidak efektif keperawatan selama 2 x 24 jam 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
WIB b.d penurunan diharapkan pola napas klien kembali ventilasi
ekspansi paru efektif dengan kriteria: 3. Catat pergerakan dada dan adanya
1. Status respirasi dalam batas retraksi
normal 4. Monitor pola nafas
2. Klien tidak mengeluh sesak 5. Berikan alat bantu pernafasan
napas
3. Tidak ada tana dan gejala
sianosis
2. 25 Oktober Ketidakefektif Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor TTV
2018 / an perfusi keperawatan selama 2 x 24 jam 2. Gunakan prinsip aseptik untuk kontak
07.10 WIB jaringan diharapkan aliran perfusi jaringan dengan pasien
perifer b.d periferKlien efektif yang ditandai 3. Monitor adanya tromboplebitis
penurunan dengan : 4. Batasi gerakan pada ekskremitas
aliran darah 1. Tekanan sistol dan diastole 5. Kolaborasi pemberian obat
32
G. Implementasi Keperawatan
No Dx. Keperawatan Hari/Tanggal Tindakan Keperawatan Respon Ttd.
/Jam
1 Pola nafas tidak 25 -10-18 / Memonitor TTV DS : -
efektif b.d 07.46 WIB DO :
penurunan ekspansi Frekuensi pernafasan 28 x/menit SaO2
paru 99%.TD : 90/60 mmHg
2 Pola nafas tidak 25 -10-18 / Memposisikan pasien DS : klien mengatakan lebih nyaman
efektif b.d 07.56 WIB untuk memaksimalkan posisi semifowler
penurunan ekspansi ventilasi DO :
paru Posisi semifowler, tidak tampak
adanya pernafasan cuping hidung
3 Pola nafas tidak 25 -10-18 / Mencatat pergerakan DS : -
efektif b.d 10.11 WIB dada dan adanya retraksi DO : pergerakan dada simetris, tak
penurunan ekspansi tampak adanya retraksi dada, tak
paru tampak adanya secret
4 Pola nafas tidak 25 -10-18 / Memonitor pola nafas DS :
efektif b.d 10.46 WIB DO :
penurunan ekspansi Frekuensi pernafasan 28 x/menit SaO2
34
pagi
Ketidakefektifan 25 -10-18 / Memonitor adanya DS : Klien mengatakan nyeri saat
perfusi jaringan 08.20 tromboplebitis tangan kanan ditekan
perifer b.d WIB DO :
penurunan aliran Tampak tromboplebitis vena tangan
perfusi perifer kanan IV terapi cairan
Pemindahan lokasi pemasangan IV di
kaki kanan
Ketidakefektifan 25 -10-18 / Membatasi gerakan pada DS : Klien mengatakan tubuhnya
perfusi jaringan 08.50 WIB ekskremitas terasa pegal
perifer b.d DO :
penurunan aliran Posisi Head up 45o
perfusi perifer Klien tampak membatasi gerakan pada
ekskremitas atas dan bawah
Deformitas os. Manus sinistra, fr.
Cruris sinistra
Ketidakefektifan 25 -10-18 / Kolaborasi pemberian DS : Klien mengatakan nyeri saat
perfusi jaringan 08.00 WIB obat injeksi obat dilakukan
perifer b.d DO :
36
H. Evaluasi Keperawatan
No Hari/Tangg Diagnosa Keperawatan Catatan perkembangan TTD
al/ Jam
1 25 oktober Pola nafas tidak efektif b.d S : klien mengatakan sesak nafas berkurang
2018 / 13. penurunan ekspansi paru O : SaO2 : 100%, TD : 124/60 mmHg, N : 64x/m, RR : 20x/m, T
05 L 37oC terpasang nasal kanul oksigen 4L/m
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
- Posisikan untuk memaksimalkan ventilasi
- Pasang alat bantu pernapasan jika perlu
2 25 oktober Ketidakefektifan perfusi S:
2018 / jaringan perifer b.d Klien mengatakan sudah tidak pusing
13.15 WIB penurunan aliran perfusi O:
43