TETRALOGY OF FALLOT
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak II
Disusun oleh :
Kelompok 5
Prodi :
S1 Keperawatan
Tahun Akademik
2018-2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat serta
hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah keperawatan Anak II ini
dengan judul “Tetralogy Of Fallot” tepat pada waktunya. Tak lupa sholawat serta salam
senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah
membawa kita berada di zaman terang benderang ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, tetapi kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
guna kesempurnaan makalah berikutnya. Taklupa,kami mengucapkan terimakasih
kepada rekan kelompok kami yang telah bekerjasama dalam mengerjakan makalah ini,
atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Penyusun
Kelompok 5
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1. Pengertian
Penyakit jantung bawaan sianotik merupakan kelainan struktur dan
fungsi jantung sehingga mengakibatkan seluruh darah balik vena sistemik yang
mengandung darah rendah oksigen kembali eredar ke sirkulasi sistemik dan
menimbulkan gejala sianosis.14 Sianosis yang dimaksud yakni sianosis sentral
yang merupakan warna kebiruan pada mukosa akibat konsentrasi hemoglobin
tereduksi >5g/dl dalam sirkulasi.2 Berdasarkan dari gambaran foto dada PJB
sianotik dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
a. Penyakit jantung bawaan sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang
b. Penyakit jantung bawaan sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah
2. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan Tetralogy Of Fallot ?
b. Bagaimana cara menganamnesis pada penderita Tetralogy Of Fallot ?
c. Bagaimana cara pemeriksaan fisik pada penderita Tetralogy Of Fallot ?
d. Apa saja pemeriksaan penunjang bagi Tetralogy Of Fallot ?
e. Apa saja etiologi dari Tetralogy Of Fallot ?
f. Bagaimana patofisiologi terjadinya Tetralogy Of Fallot ?
g. Apa saja penatalaksaan bagi Tetralogy Of Fallot ?
h. Komplikasi apa saja yang disebabkan oleh Tetralogy Of Fallot ?
3. Tujuan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
C. Pemeriksaan Fisik.
1. Inspeksi
Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan sianotik, bayi tampak biru
setelah tumbuh.
Clubbing finger tampak setelah usia 6 bulan.
Skoliosis (ke arah kanan)
Serang sianotik mendadak (blue spells/cyanotic spells/paroxysmal hiperpnea,
hypoxic spells) ditandai dengan dyspnea, napas kusmaul, lemas, kejang, sinkop
bahkan sampai koma dan kematian.
Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan, setelah
berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa waktu sebelum
ia berjalan kembali.
Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih besar tampak
menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan
2. Palpasi
Teraba getaran bising sepanjang tepi sternum kiri
3. Auskultasi
Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras di daerah pulmonal yang
semakin melemah dengan bertambahnya derajat obstruksi. Bising ini adalah
bising stenosis pulmonal, bukan bising defek septum ventrikel. Darah dari
ventrikel kanan yang menuju ventrikel kiri dan aorta tidak mengalami
turbulensi karena tekanan sistolik antara ventrikel kanan dan kiri hampir sama.
Pada serangan anoksia bising menghilang (aliran darah ke paru sangat
sedikit/tidak ada)
Bunyi jantung I keras (penutupan trikuspid yang kuat).
Bunyi jantung II terpisah dengan komponen pulmonal yang lemah
Pada bayi laki-laki dengan usia 9 bulan dengan keadaan BB tidak naik, sesak
napas, dan sianosis, serta pemeriksaan fisik sebagai berikut :
1. Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi
oksigen yang rendah. Nilai AGD menunjukkan peningkatan tekanan partial
karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan
pH. Pasien dengan Hb dan Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi
besi. Nilai juga faktor pembekuan darah (trombosit, protombin time)
2. Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada
pembesaran jantung . Tampak pembesaaran aorta asendens. Gambaran khas
jantung tampak apeks jantung terangkat sehingga seperti sepatu.
3. Elektrokardiogram
Pada neonatus EKG tidak berbeda dengan anak normal. Pada anak mungkin
gelombang T positif di V1, EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan.
Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan. Gelombang P di hantaran II tinggi (P
pulmonal)
4. Ekokardiografi
5. Kateterisasi
E. Etiologi
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaa tidak diketahui secara
pasti. diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor –faktor tersebut antara
lain :
1. Faktor endogen
2. Faktor eksogen
G. pulmonal
Stenosis Defek septum ventrikel Overiding aorta
H.
I.
Obstruksi >>> berat Tek. sistolik puncak ventrikel
J. kanan = kiri
Hipoksemia
Sesak
Sianosis (blue spells)
N.
Kelemahan tubuh
O. Hipoksia & laktat ↑
O2 di otak
Asidosis metabolik
kesadaran kejang
kompensasi
Bayi/anak cepat lelah : polisitemia
Jangka panjang sirkulasi kolateral
P.
jika menetek,berjalan, beraktifitas
Q. Perdarahan
Trombosis
Ggn nutrisi kurang dr keb
R. aktivitas tubuh
Intoleransi
Gangguan PK : embolisme paru PK : syok hipovolemik
S. pola nafas Gangguan keseimbangan
Gangguan pertumbuhan &
T.
perkembangan cairan & elektrolit
Gangguan perfusi jaringan
U.
V.
MRS
Anak Orang tua
W.anak
Takut pada Krg pengetahuan klg ttg cara merawat anak dg asma
Kecemasan anak Kecemasan orang tua,perubahan proses keluarga, koping keluarga inefektif
Karena adanya VSD yang besar dan stenosis pulmonal maka akan terjadi
perubahan hemodinamik. Stenosis pulmonal yang terjadi itu menyebabkan darah yang
berasal dari vena cava superior dan inferior seluruhnya akan tertampung dalam
ventrikel kanan. Kemudian masuk ke aorta tanpa membebani ventrikel kiri, sehingga
timbul hipertrofi ventrikel kanan sedangkan ventrikel kiri relatif kecil. VSD tersebut
menyebabkan terjadinya shunt kanan ke kiri sehingga timbul sianosis. Stenosis
pulmonal menyebabkan aliran darah ke pulmo jadi menurun sehingga terjadi
hipoksemia yang dikompensasi dengan polisitemia.
G. Penatalaksanaan
Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan untuk
memutus patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara :
1. Medika Mentosa
Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC, IM atau IV untuk menekan pusat
pernafasan dan mengatasi takipneu.
Natrium Bikarbonat 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis
Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian disini tidak begitu tepat karena
permasalahan bukan karena kekurangan oksigen, tetapi karena aliran darah ke
paru menurun. Dengan usaha di atas diharapkan anak tidak lagi takipnea,
sianosis berkurang dan anak menjadi tenang. Bila hal ini tidak terjadi dapat
dilanjutkan dengan pemberian :
Propanolol 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut
jantung sehingga serangan dapat diatasi. Dosis total dilarutkan dengan 10 ml
cairan dalam spuit, dosis awal/bolus diberikan separohnya, bila serangan belum
teratasi sisanya diberikan perlahan dalam 5-10 menit berikutnya.
Berikan transfusi darah bila kadar hemoglobin kurang dari 15 g/dl, sekali
pemberian 5 ml/kgBB
Propanolol oral 1 mg/kg/hari dalam 4 dosis dapat digunakan untuk serangan
sianotik
Bila ada defisiensi zat besi segera diatasi
Pemberian Prostaglandin E1 untuk sianosis atau pada keadaan akut (vasodilator
arteriol dan menghambat agregasi trombosit)
Pemberian Vasopressor pada awal serangan atau jika terapi lain gagal
(methoxamine, phenylephrine)
Hindari dehidrasi
3. Pembedahan
a. Bedah paliatif
Bedah paliatif yang biasa dilakukan adalah operasi B-T (Blalock-Taussig) Shunt
yang bertujuan meningkatkan sirkulasi pulmonal dengan menghubungkan
a.subklavia dengan a.pulmonalis yang ipsilateral. Umumnya operasi paliatif
dilakukan pada bayi kecil atau dengan hipoplasia a.pulmonalis dan pasien yang
sering mengalami sianotik. Selain BT Shunt terdapat pula Potts Shunt, Waterston
Shunt, dan Glenn Shunt. Tetapi BT Shunt merupakan yang paling sering digunakan
karena memberikan hasil yang paling baik. Tetapi BT Shunt juga menimbulkan
beberapa komplikasi walaupun angka kejadiannya sangat kecil. Komplikasi yang
mungkin terjadi antara lain : hipoplasia pada lengan, gangren pada digitalis, cedera
nervus frenikus, stenosis a.pulmonal.
b. Bedah Korektif
Pada bedah korektif dilakukan koreksi total yang dapat didahului atau tanpa bedah
paliatif. Bila arteri pulmonalis tidak terlalu kecil, umumnya koreksi total dilakukan
pada pasien tetralogi Fallot di bawah usia 2 tahun.
H. Komplikasi
1. Trombosis pulmonal
Trombosis disebabkan karena meningkatnya viskositas darah yang disebabkan oleh
polisitemia. Dehidrasi dapat meningkatkan resiko untuk terjadinya trombosis.
Trombosis dapat terjadi di mana saja tapi yang berbahaya jika terjadi di paru dan
otak.
2. CVA thrombosis
3. Abses otak
Penyakit jantung bawaan sianotik dengan pirau dari kanan ke kiri, terutama terjadi
pada anak yang berusia lebih dari 2 tahun, dikenal luas sebagai faktor predisposisi
abses otak. Pada penderita ditemukan polisitemia dengan aliran darah yang lambat,
sehinga dapat menyebabkan terjadinya infark kecil di dalam otak yang merupakan
tempat abses mulai timbul. Aliran darah pirau dari kanan ke kiri, tidak difiltrasi di
paru-paru, sehingga memudahkan terjadinya septikemia. Hal-hal tersebut
merupakan faktor predisposisi terjadinya abses otak pada penderita penyakit
jantung bawaan sianotik. Terjadinya abses dapat dibagi menjadi empat stadium,
yaitu: fase serebritis dini, fase serebritis lambat, pembentukan kapsul dini dan
pembentukan kapsul lambat. Abses otak pada penyakit jantung bawaan sianotik
biasanya soliter, sering terdapat pada lobus frontalis, temporalis, dan parietalis.
4. Perdarahan
Bayi dengan sianosis disertai dengan lamanya polisetimia akan mengakibatkan
trombositopenia dan kelainan pembekuan darah.
5. Endokarditis
6. Aritmia
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA