Anda di halaman 1dari 56

ASKEP ASTHMA

Ns. Nuh Huda, M.Kep.,Sp.Kep.MB


Anatomi Sist. Respirasi
Definisi
Asma adalah
peradangan kronis dari bronkhus
yang menyebabkan udema dan
penyempitan jalan nafas.
gangguan pada bronkus yang ditandai adanya
bronkospasme periodik yang reversible
(kontriksi berkepanjangan saluran napas
bronkus). Sering juga disebut sebagai penyakit
saluran napas reaktif
adalah komplikasi dari asma yang berat dan
mengancam jiwa. Episode akut spasme bronkus
yang terjadi cenderung meningkat. Dengan
spasme bronkus yang berat, beban untuk usaha
bernapa meningkat menjadi 5-10 kali lebih berat,
sehingga dapat menyebabkan kor-pulmunal akut
(gagal jantung kanan karena penyakit paru).
Ketika udara terjebak, denyut paradoksal
(misalnya tekanan darah menurun >10 mmHg
selama inspirasi), terjadi akibat obstruksi aliran
balik vena. Bila kondisi tersebut tidak ditangani
maka dapat terjadi henti napas maupun henti
jantung.

Status asmatikus
Etiologi
 Alergen :
– Serbuk sari
– Debu, piaraan, serangga
– Makanan seperti : ikan, telur, kacang, susu,
kedelai
– Zat adiktif
– Getah
 Diagnosis asma dibuat berdasarkan
manifestasi klinis, hasil spirometri dan
respon terhadap terapi. Spirometri
menunjukan penurunan aliran udara
ekspirasi puncak (peak expiratory flow rate
(PEFR), volume ekspirasi paksa (force
expiratory volume, FEV), dan kapasitas
vital paksa (force vital capacity (FVC).
 Kapasitas residu fungsional, kapasitas total
paru dan volume residual meningkat
karena adanya udara yang terperangkap
didalam paru. Asma di definisikan sebagai
peningkatan volume ekspirasi paksa dalam
1 detik (FEV1), setelah inhalasi preparat
bronkodilator beta-agonis sehingga
menimbulkan obstruksi jalan napas yang
reversible.
Klasifikasi
 Ekstrinsik (alergi)  Instrinsik (non alergi)
– 90 % kasus – 10 % kasus
– Khas pada masa anak2 – Berkembang setelah
– Riwayat keluarga : ada usia 30 th
alergi – Lebih banyak wanita
– Exzema – Biasanya mengikuti
– Berkurang saat remaja infeksi pernafasan
– 75 % dapat muncul
dikemudian hari
Etiologi
 Iritan :
– Infeksi : pilek karena virus, bronkhitis,
sinusitis
– Obat : aspirin, NSAID, Beta Bloker
– Asap rokok
– Faktor lingkungan : kabut, perubahan cuaca,
asap
– Faktor dalam rumah : cat, deterjen, deodoran,
parfum
Etiologi
– Waktu malam
– Latihan, terutama dalam kondisi dingin
– Faktor pekerjaan : zat kimia, debu, gas, logam
– Faktor emosional : tertawa, menangis,
berteriak, tertekan
– Faktor hormonal : sindrom premenstrual
Patofisiologi
Alergen CO2 
Mediator Kimiawi:
Iritan histamin, leukotrin dll
Infeksi Sesak nafas

Peradangan Udema
Penyempitan
Mukus
Spasme
Bronkhus Wheezing
Batuk

Hipersensitivitas Remodeling Status


Asmatikus
Patofisiologi, manifestasi dan penatalksanaan asma

Pajanan allergen dan iritan,


stress, udara dingin, latihan dan
factor lain

Steroid

Stimulasi IgE
Stabilisator sel
mast Pengubah
Anti Histamine Degranulasi sel mast leukotri en

Histamine SRS-A Prostaglandin Bradikinin Leukotrein

Hiper responsive saluran napas


Antikolinergik

Sekresi mukus Inflamasi Bronkho spasme

Bronkhodilator
Batuk non Steroid Beta2 agonis
produktif metilxantine Mengi

Dada sesak Napas pendek

manifestasi Aliran
variabilitas
terapi puncak

pathofisologi
Sebelum serangan Asthma
Selama Serangan Asthma
Tanda dan Gejala
 Tanda Utama :
– Nafas cepat, terutama saat aktivitas atau
malam hari
– Wheezing, suara mengi saat ekspirasi
– Batuk, mungkin kronik, biasanya memburuk
saat malam atau pagi hari. Mungkin terjadi
setelah aktivitas, atau terpapar udara dingin
– Sesak nafas, mungkin disertai atau tidak tanda
di atas
Prosedur Diagnostik
 Laboratorium
– Pada pemeriksaan AGD (gas darah Arteri)
mungkin didapatkan hipoksemia, hiperkarbia,
asidosis respiratorik
– Bila disertai infeksi akan terjadi leukositosis,
peningkatan eosinofil pada asthma tipe alergi
– Pemeriksaan darah merah terjadi polisitemia
Prosedur Diagnostik
 Radiografi
– Foto Rontgen dada diperlukan untuk
mengetahui adanya infeksi dan kemungkinan
penyakit kronik
 Tes Fungsi Paru (TFP)
– Pada asthma didapatkan volume-volume paru
meningkat, tetapi kapasitas paru normal
Penatalaksanaan
 Bronchodilator : menyebabkan otot
bronkhus relaks
 Anticholinegic : sama dengan
bronkhodilator
 Anti-inflamatory Agent (Kortikosteroid) :
Menurunkan udema dan iritasi pada
bronkhus
 Chromolyn Sodium : Mencegah serangan
Penatalaksanaan
 “Jika pasien mengalami serangan asma
akut dan tidak ada obat didekatnya, maka
serangan kadang berkurang dengan
pernapasan mengerucutkan bibir (pursed
lips breathing) yang dapat meningkatkan
tekanan dalam jalan napas, sehingga tetap
terbuka dan udara yang terjebak dapat
dikeluarkan dengan lebih mudah”.
Teknik (pursed lips breathing)
Penatalaksanaan
 Bronkhodilator
– Menyebabkan otot bronkhus relaks
– Dibagi menjadi :
• Obat-obat simpatomimetik (Ventolin)
• methyl-xanthine (Aminophylline)
– Disarankan diberikan secara inhalasi karena
langsung bekerja di paru dan efek samping
yang rendah
Penatalaksanaan
– Mekanisme kerja bronkhodilator
Penatalaksanaan
 Anti-inflamatory Agents (Kortikosteroid) :
– Menurunkan udema dan iritasi pada bronkhus
– Contoh : Prednisone
– Mekanisme kerja :
Penatalaksanaan
 Chromolyn Sodium
– Tidak berguna untuk menghentikan serangan,
hanya digunakan untuk profilaksis atau
diberikan awal sebelum bronkhodilator
– Mekanisme kerja : mencegah pelepasan
histamin sehingga menurunkan
bronkhospasme
– Efektif digunakan 5 – 60 menit sebelum
kontak dengan faktor pencetus. Lama aksi 3 –
4 jam
Pengkajian
 Keluhan
– Sesak nafas yang dapat disertai batuk, RR
meningkat dan suara mengi
 Riwayat :
– Biasa terjadi masa anak-anak (2 – 6 tahun)
– Pada usia paruh baya lebih banyak perempuan
– Riwayat paparan : alergen, asap rokok, debu,
infeksi pernafasan karena virus
Klasifikasi keparahan asma
Stadium Gejala Gejala malam hari Fungsi paru-paru

Stadium 4 Gejala terus menerus timbul sering FEV1, atau PEF ≤ 60%
Persisten berat Aktifitas fisik terbatas prediksi
Eksaserbasi sering terjadi Variabilitas PEF>30%
Stadium 3 Gejala terjadi setiap hari >1 kali seminggu FEV1 atau FEV> 60%
Persisten sedang  Harus menggunakan obat hirup hingga <80% prediksi
agonis beta2 kerja pendek setiap Variabilitas PEF >30%
hari
 Eksaserbasi mempengaruhi
aktifitas
 Eksaserbasi ≥2 kali seminggu :
dapat berlangsung beberapa hari
Stadium 2 Gejala >2 kali seminggu tetapi < 1 >2 kali sebulan FEV1, atau PEF ≥80%
Persisten ringan kali sehari prediksi
Eksaserbasi dapat mempengaruhi Variabilitas PEF 20-
aktifitas 30%
Stadium 1 Gejala ≤ 2 kali seminggu < 2 kali sebulan FEV1, atau PEF ≥80%
Intermiten Diantara eksaserbasi akan prediksi
ringan asimtimatik dan PEF normal Variabilitas PEF >20%
Eksaserbasi hanya singkat (beberapa
jam – beberapa hari); intensitas
bervariasi
*FEV1 volume ekspirasi paksa dalam 1 detik; PEF aliran ekspirasi puncak
 Pengkajian dasar untuk status pulmonal
meliputi oksimetri nadi (pulse oximetri)
dan analisa gas darah arteri (AGD).
Oksimetri nadi biasanya menunjukan
saturasi oksigen yang rendah. Sedangkan
hasil AGD biasanya menunjukan beberapa
derajat hipoksemia, pada kasus yang berat
terjadi peningkatan tekanan partial karbon
diaoskida arteri (PaCO2).
Pengkajian
 Pengkajian Fisik
– Selama serangan perawat mengkaji adanya
dispneu, wheezing dan batuk
– Bila ada infeksi batuk biasanya produktif
– Mengeluh dada sesak dan lemas
– Di antara serangan tanda-tanda hilang
Pengkajian
 Pengkajian Psikososial
– Aspek sosial
– Aspek ekonomi
– Aspek psikologis
Pengkajian
 Pengkajian Psikososial
– Aspek sosial :
• klien mungkin memilih mengisolasi diri karena
dispneu berhubungan dengan kemampuan
bersosialisasi dengan temannya. Teman-teman
klien mungkin menghindar karena gangguan
batuk-batuk, sputum berlebihan dan sesak yang
dialami klien
Pengkajian
 Pengkajian Psikososial
– Aspek ekonomi :
• Status ekonomi mungkin dipengaruhi oleh
penyakit. Adanya pendapatan atau asuransi
kesehatan akan menyelesaikan masalah ini.
• Jika klien adalah kepala keluarga, mungkin
diperlukan peran pengganti. Perubahan ini dapat
mempengaruhi harga diri klien
Pengkajian
 Pengkajian Psikososial
– Aspek psikologis :
• Perawat mengkaji pengaruh psikologis dan
kemampuan penyelesaian masalahnya
• Cemas dan takut karena dispneu dan perasaan
ketidakmampuan bernafas mempengaruhi
partisipasi klien
Pengkajian
 Pemeriksaan Penunjang
– Pengkajian laboratorium
– Pengkajian radiografi
– Pengkajian lain-lain
Dignosa Keperawatan
 Diagnosa Utama
– Gangguan pertukaran gas b.d udara yang terjebak,
limitasi airflow, kelemahan otot pernafasan, produksi
mukus berlebihan
– Pola nafas tidak efektif s.d. obstruktif airflow
(penyempitan airway), fatigue, penurunan energi
– Bersihan jalan nafas tidak efektif s.d. sekresi
berlebihan, fatigue dan penurunan energi, batuk
inefektif
– Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuhs.d.
dispneu, sekresi berlebihan, anoreksia, fatigue
Dignosa Keperawatan
 Diagnosa Utama
– Cemas s.d. hilangnya kontrol selama episode dispneu,
serangan asma, perubahan status kesehatan, krisis
situasi
– Intoleransi aktivitas s.d. fatigue, dispneu dan tidak
seimbangnya suplay dan kebutuhan oksigen
– Resiko tinggi terhadap infeksi s.d. sekresi yang
terhambat, bersihan jalan nafas tidak efektif
– Kelemahan s.d. kesulitan melaksanakan perawatan diri
Diagnosa Keperawatan
 Diagnosa Tambahan :
– Fatigue s.d. perubahan dalam energi
metabolik, hipoksemia
– Defisit pengetahuan s.d. tidak mengetahui
sumber-sumber informasi
– Perubahan pola seksual s.d. fatigue
– Ketidakmampuan mempertahankan ventilasi
spontan s.d. kelemahan otot-otot pernafasan
Diagnosa Keperawatan
 Diagnosa Tambahan :
– Tidak efektifnya managemen terapi s.d. defisit
pengetahuan, penurunan suport sistem
– Gangguan pola tidur s.d. dispneu, hospitalisasi
– Perubahan proses berfikir s.d. hipoksemia,
deprivasi tidur
Intervensi Keperawatan
 Dx Kep : gangguan pertukaran gas
– Tujuan :
• Klien dapat mendemonstrasikan tehnik dan
metode yang benar yang dapat mendukung
perbaikan oksigenasi
• Klien mendemonstrasikan tehnik yang
benar untuk menormalkan PaCO2
Data pendukung
 Data mayor : Dispneu, PCO2
meningkat/menurun, PO2 menurun,
takhikardia, pH arteri menurun/meningkat,
bunyi napas tambahan
 Data minor : pusing, pandangan kabur,
sianosis, daiforesis, gelisah, pch, pola
napas abnormal (cepat/lambat,
regular/ireguler, dalam/dangkal), warna
kulit abnormal (pucat/kebiruan), kesadaran
Hasil yang diharapkan
 : pertukaran gas adekuat dapat dibuktikan
dengan : 1) berkurangnya mengi saat
ekspirasi/inspirasi, 2) berkurangnya ronkhi,
3) saturasi oksigen>95%, 4) PaO2 >60
mmHg, PaCO2 <45 mmHg, pH 7,35-7,45,
5)tidak ada sianosis, 6) berkurangnya batuk
tidak produktif
Intervensi Keperawatan
 Intervensi keperawatan :
– Kaji oksigenasi pasien meliputi :
• Tingkat kesadaran
• Warna kulit, sianosis, membran mukosa
• Pulse oksimetry
• Pola nafas, RR, dan kedalamannya,
Ekspansi dada, dispneu, cuping hidung,
pernafasan bibir, fase ekspirasi yang
memanjang dan penggunaan otot-otot bantu
– Instruksikan klien dan monitor
penempatan alat-alat oksigen (mis :
kanul nasal)
Intervensi Keperawatan
 Ajarkan tehnik konservasi energi :
– Anjurkan duduk saat beraktivitas (telpon, mengupas
dll)
– Ajari pasien tidak menahan nafas saat beraktivitas
– Beritahukan bahwa aktivitas yang melibatkan tangan
mungkin meningkatkan aktivitas
– Rencanakan istirahat diantara periode aktivitas
 Ajari klien melakukan :
– Nafas bibir
– Pernafasan diafragma
– Terapi relaksasi
– Teknik mengontrol batuk
Intervensi Keperawatan
 Rencanakan dengan Pasien dan keluarga aktivitas
harian
 Kaji kualitas dan kauntitas sputum
 Kelolah medikasi (bronkhodilator ddan steroid)
 Ajari Pasien dan keluarga bahaya dari oksigen
yang berlebihan
 Ajari Pasien tanda-tanda hiperkapnea : pusing
dan bingung
Bersihan jalan napas tidak efektif b.d
produksi secret dan bronkospasme

 Yaitu ketidakmampuan membersihkan


secret atau obstruksi jalan napas untuk
mempertahankan kepatenan jalan napas.
Produksi mukusa yang berlebih, apalagi
tidak bisa keluar dan terjadinya spasme
jalan napas akan menyebabkan kepatenan
jalan napas terganggu.
Data yang perlu dikaji adalah :

 Data mayor : batuk tidak efektif, tidak


mampu batuk, sputum berlebih, mengi,
wheezing/ronkhi
 Data Minor : dispneu, sulit bicara,
ortopneu, gelisah, sianosis, bunyi napas
menurun, frekuensi napas berubah, pola
napas berubah
Hasil yang diharapkan
 Pasien mempunyai jalan napas efektif yang
dibuktikan dengan 1) berkurangnya mengi
saat inspirasi/ekspirasi, 2) menurunnya
ronkhi, 3) berkurangnya batuk kering yang
tidak produktif
Intervensi

 Bila napas terganggu, lakukan suction


 Perhatikan adanya infeksi paru, maka
perhatikan warna dan konsistensi sputum
 Ajarkan batuk secara efektif
 Perbanyak minum untuk mengencerkan
secret dan menggantikan cairan yang
hilang akibat napas yang cepat
 Tingkatkan kelembapan ruangan
 Bila secret tidak bisa dikeluarkan, lakukan
postural drainase, perkusi paru, vibrasi,
ekspektoran serta rubah posisi secara berkala
 Berikan perawatan oral setiap 2-4 jam, untuk
menghilangkan rasa dari secret dan melembabkan
mukosa mulut
 Kolaborasi terapi farmakologi sesuai tingkatan
keparahan
– Jangka panjang (untuk mengontrol asma
persisten, dan dapat mengurangi inflamasi);
misalnya steroid inhalasi
 Jangka pendek (untuk meringankan gejala
obstruksi udara yang akut) misalnya agonis beta2
dan steroid oral
*pada pasien yang tidak berespon terhadap agen inhalasi, teofilin dan aminofilin (bronkodilator
lemah) perlu diawasi efek keracunan dan perlu di evaluasi secara ketat.
Pola napas tidak efektif b.d.
Terganggunya ekhalasi dan kecemasan

 Bila inspirasi dan atau ekspirasi tidak


mampu memberikan ventilasi adekuat,
oleh karena spasme jalan napas, maka
pasien tidak dapat memasukan atau
mengeluarkan udara ke paru seperti yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
oksigen jaringan. Kecemasan dengan
dispneu adalah penyebab lain dari masalah
pola napas
Data yang perlu dikaji untuk
menegakkan diagnosis ini adalah :

 Data mayor : adanya dispneu, penggunaan


otot bantu napas, fase ekspirasi
memanjang, pola napas abnormal
(takipneu, bradipneu, hiperventilasi,
kusmaul, cynestoke)
 Data minor : pernapasan pursed lips,
pernapasan cuping hidung (PCH), diameter
thorak anterior-posterior meningkat,
ventilasi semenit menurun, tekanan
Hasil yang diharapkan
 : pola napas pasien membaik dengan
kriteria dibuktikan dengan 1) turunnya laju
respirasi ke batas normal, 2) dispneu
berkurang, napas cuping hidung berkurang,
penggunaan otot bantu napas berkurang, 3)
berkurangnya tanda kecemasan, 4)
kembalinya AGD dalam batas normal, 5)
saturasi oksigen >95%, 6) pengukuran
kapasitas vital kembali normal atau lebih
dari 40% dari prediksi.
Intervensi :

 Kaji pasien secara berkala, amati kecepatan dan


kedalaman napas
 Kaji pola napas seperti sesak, bibir yang mengerucut,
napas cuping hidung, retraksi sternum, intercostal atau
fase ekspirasi yang memanjang, ‘selama serangan akut
dapat dilakukan pemeriksaan berkelanjutan’
 Letakan posisi pasien posisi fowler dan berikan oksigen
sesuai kebutuhan
 Monitor AGD dan saturasi oksigen untuk mengetahui
efektifitas terapi
 Bandingkan hasil uji fungsi paru dengan yang normal
 Rencanakan aktifitas bila tidak ada disfungsi pernapasan
Evaluasi

 Pada umumnya episode asma dapat


diredakan dengan cepat bila tidak ada
masalah lain yang mendasari, seperti
infeksi. Harapannya pasien dirawat hanya
sebentar, rencanakan pendekatan yang
terkoordinasi untuk pengkajian dan
perawatan lanjutan
Selanjutnya
 Baca Nanda, SDKI dan NIC dan NOC

Anda mungkin juga menyukai