Anda di halaman 1dari 15

MANAJEMEN BENCANA DAN KEPERAWATAN DISASTER

“BANJIR”

LEMBAR TUGAS KELOMPOK

Dosen Fasilitator:
Merina Widyastuti, S.Kep., Ns., M.Kep

Oleh Kelompok 4

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
TAHUN 2018
1

MANAJEMEN BENCANA DAN KEPERAWATAN DISASTER

“BANJIR”

Disusun untuk memenuhi penilaian Tugas Mata Kuliah Manajemen Bencana


dan Keperawatan Disaster

Nama Kelompok :
1. Asih Rohani NIM. 1711005
2. Edy Ernawan NIM. 1711011
3. Ratna Dewi Wulansari NIM. 1711026
4. Siti Fatmawati NIM. 1711029
5. Siti Harri S. NIM. 1711030
6. Siti Winarni NIM. 1711031
7. Raden M. Arifin NIM. 1711044
8. Ari Sunarti NIM. 1711046

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
TAHUN 2018
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad dan hidayah-
Nya pada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan seminar kelompok
Manajemen Bencana dan Keperawatan Disaster ini sesuai dengan waktu yang
telah ditentukannya.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan dan kelancaran karya tulis bukan


hanya karena kemampuan penulis tetapi banyak ditentukan oleh bantuan dari
berbagai pihak, yang telah dengan ikhlas membantu penulis demi terselesaikannya
penulisan, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada ibu Merina
Widyastuti, S.Kep.,Ns.,M.Kep yang telah membantu memberikan masukan untuk
tugas seminar kelompok Manajemen Bencana dan Keperawatan Disaster ini.

Selanjutnya, penulis menyadari bahwa makalah seminar Manajemen


Bencana dan Keperawatan Disaster ini masih banyak kekurangan dan masih jauh
dari kesempurnaan. Maka dari itu saran dan kritik yang konstruktif senantiasa
penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap, semoga karya tulis ilmiah ini dapat
memberikan manfaat bagi siapa saja yang membaca terutama bagi Civitas Stikes
Hang Tuah Surabaya.

Surabaya, 20 November 2018

Penulis

ii
3

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 1
1.3 Tujuan..................................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................3


2.1 Definisi Banjr......................................................................................... 3
2.2 Jenis-jenis Banjir.......................................................................................... 3
2.3 Penyebab Banjir........................................................................................... 4
2.4 Masalah Kesehatan Akibat Banjir................................................................ 5
2.5 Upaya Sebelum Banjir.................................................................................. 5
2.6 Upaya Saat Banjir......................................................................................... 7
2.7 Upaya Pasca Banjir...................................................................................... 8
2.8 Tingkat Kerusakan Akibat Banjir................................................................. 9
2.9 Kebijakan dan Strategi................................................................................. 10

BAB 3 PENUTUP..............................................................................................12
5.1 Kesimpulan............................................................................................. 12
5.2 Saran....................................................................................................... 12
Daftar pustaka.....................................................................................................
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bencana adalah peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan
dan penghidupan masyarakat. Bencana dapat disebabkan baik oleh faktor alam
dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis( UU 24/2007).
Salah satu bencana yang hampir terjadi setiap tahun di Indonesia adalah
Banjir. Menurut (Yulaelawati, 2008) banjir adalah peristiwa meluapnya aliran
sungai akibat air melebihi kapasitas tampungan sungai sehingga meluap dan
menggenangi dataran atau daerah yang lebih rendah di sekitarnya. Menurut data
statistik yang diambil dari situs (http://dibi.bnpb.go.id/), mengenai distribusi tipe
bencana dan korban jiwa pada tahun 1815 hingga tahun 2015, banjir menempati
urutan pertama dengan 5.600 peristiwa dan jumlah korban jiwa dibawah 34.000
orang. Selain itu, banjir juga merupakan bencana alam yang mempunyai tingkat
frekuensi terjadinya bencana sebesar 34 % disusul oleh bencana angin kencang.
Karena banjir termasuk bencana yang hampir setiap tahun melanda
Indonesia, maka dari itu diperlukan suatu langkah untuk penanggulangan dan
mitigasi bencananya. Hal tersebut diperlukan untuk menngurangi resiko dan
dampak dari bencana ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud bencana banjir ?
2. Bagaimana penyebab terjadinya banjir ?
3. Upaya apa yang dilakukan dalam bencana banjir ?
4. Bagaimana tingkat kerusakan akibat banjir ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa itu bencana banjir
2 Mengetahui penyebab terjadinya banjir
3 1
Mengetahui apa saja yang dilakukan dalam bencana banjir
4 Mengetahui tingkat kerusakan akibat banjir
2

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Banjir


Banjir merupakan fenomena alam yang biasa terjadi di suatu kawasan yang
banyak dialiri oleh alirasn sungai dan saat ini sepertinya sudah menjadi langganan
bagi beberapa daerah dan kota besar di Indonesia ketika musim penghujan tiba.
Banjir pada hakikatnya hanyalah salah satu outputdari pengelolan DAS yang tidak
tepat. Banjir bisa disebabkan oleh beberapa hal yaitu curah hujan yang sangat
tinggi, karakteristik DAS, penyempitan saluran drainase dan perubahan
penggunaan lahan (Simajuntak, 2014).
Sedangkan menurut (Gultom, 2012) banjir dapat didefinisikan sebagai
tergenangnya suatu tempat akibat meluapnya air yang melebihi kapasistas
pembuangan air disuatu wilayah dan dapat menimbulkan kerugian fisik, sosial,
dan ekonomi.

2.2 Jenis-jenis Banjir


Menurut UU Nomor 24 tahun 2007 dari lingkup bencana alam, terdapat
definisi dari dua buah jenis banjir, yakni banjir dan banjir bandang. Banjir adalah
terendamnya suatu daerah karena volume air yang meningkat. Sementara, banjir
bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba dengan debit air yang besar
yang disebabkan terbendungnya aliran sungai pada alur sungai.
Selain itu menurut Paripurno (2013) terdapat tiga jenis banjir disertai dengan
bagaimana penyebab terjadinya banjir tersebut. Jenis banjir yang disebutkan
yakni: Banjir kilat, Banjir luapan sungai, dan banjir pantai.
1. Banjir Kilat
Banjir kilat adalah banjir yang terjadi hanya dalam waktu delapan jam setelah
hujan lebat mulai turun. Biasanya jenis banjir ini sering dihubungkan dengan
banyaknya awan kumulus, kilat dan petir yang keras, badai tropis atau cuaca
dingin.Umumnya banjir kilat diakibatkan oleh meluapnya air hujan yang sangat
deras. Namun, selain hal tersebut juga dapat disebabkan oleh faktor lain, seperti:
bendungan yang gagal menahan debit air yang meningkat, es yang tiba-tiba
meleleh, dan berbagai perubahan besar dibagian hulu sungai.

3
3

2. Banjir Luapan Sungai


Banjir luapan sungai adalah banjir yang terjadi dengan proses yang cukup lama,
walaupun terkadang proses tersebut tidak diperhatikan, sehingga datangnya banjir
terasa mendadak dan mengejutkan. Banjir tipe ini biasanya bertipe musiman atau
tahunan, dan mampu berlangsung sangat lama. Penyebab utamanya adalah
kelongsoran di daerah yang biasanya mampu menahan kelebihan debit air.
3. Banjir Pantai
Banjir pantai biasanya dikaitkan dengan terjadinya badai tropis. Banjir yang
membawa bencana dari luapan air hujan sering bertambah parah karena badai yang
dipicu angin kencang di sepanjang pantai. Hal ini mengakibatkan air garam akan
membanjiri daratan karena dampak perpaduan gelombang pasang.

2.3 Penyebab Banjir


Terjadinya banjir disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
1. Curah hujan yang tinggi dalam waktu yang lama.
2. Terjadinya hambatan di muara sungai akibat terjadinya pasang naik yang
bersamaan dengan puncaknya volume air yang mengalir di sungai.
3. Perubahan kondisi lahan pada daerah aliran sungai (DAS) baik di hulu,
tengah dan hilir akibat adanya penebangan hutan, pengembangan pemukiman,
industri dan lain-lain.
4. Terjadinya penurunan permukaan tanah akibat penyedotan air tanah secara
berlebihan terutama di daerah perkotaan.
5. Perubahan penggunaan lahan dari daerah pertanian, perkebunan dan hutan
menjadi permukiman yang menyebabkan berkurangnya daerah resapan air.
6. Pembangunan drainase yang tidak memperhitungkan kondisi lahan.
7. Adanya kebiasaan masyarakat yang membuang sampah padat ke saluran
drainase dan sungai yang mengakibatkan pendangkalan dan penyempitan alur
sungai serta menghambat aliran.

2.4 Masalah Kesehatan Akibat Banjir


Pada saat bencana banjir dan pasca banjir biasanya timbul masalah
kesehatan di berbagai tempat permukiman dan di tempat umum yang terkena
genangan. Masalah Kesehatan yang timbul diantaranya penyakit-penyakit
sebagai berikut:
1. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
2. Diare
3. Penyakit Kuliit
4. Gastritis
5. Leptospirosis
4

6. Conjungtivis
7. Typus abdominalis
Selain terjadinya peningkatan beberapa penyakit, bencana banjir juga
mengakibatkan rusaknya sanitasi lingkungan yang mengakibatkan:
1. Kerusakan lingkungan yang parah.
2. Tercemarnya sarana sumber air bersih, sehingga sulit untuk mendapatkan air
bersih untuk rumah tangga.
3. Luapan air dari got-got dan sungaisungai serta menyebarnya sampah dan
limbah.
4. Tidak berfungsinya jamban dan meluapnya septic tank.

2.5 Upaya Sebelum Banjir


Langkah-langkah yang dilakukan sebelum kejadian banjir, antara lain:
1. Membuat peta wilayah
Dengan adanya peta kita dapat dengan mudah memperkirakan wilayah yang
akan tertimpa bencana banjir, sekaligus sebagai dasar pegangan kita untuk
merencanakan kegiatan kesiapsiagaan dalam penanggulangan bencana banjir,
misalnya, menentukan lokasi pos kesehatan pada daerah rawan banjir.

2. Koordinasi lintas program dan lintas sektor


Kegiatan awal dalam kesiapsiagaan dengan menyelenggarakan pertemuan dari
tingkat atas sampai tingkat bawah. Pertemuan lintas program diselenggarakan di
instansi masingmasing dengan melibatkan seluruh program terkait, sedangkan
pertemuan lintas sektor diselenggarakan di bawah koordinasi Bakornas PBP di tingkat
pusat, Satkorlak PBP di tingkat provinsi, Satlak PBP di tingkat Kabupaten/Kota dan
Satgas di tingkat Kecamatan
3. Pelatihan terpadu
Pelatihan dilakukan dengan melibatkan petugas dari berbagai sektor antara lain
dari Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Dinas Kimpraswil, TNI, Polri, PMI, Dinas
Kebersihan, Hansip, SAR dan instansi terkait lainnya yang terlibat dalam
penanggulangan bencana banjir. Dalam pelatihan penanggulangan masalah kesehatan
akibat banjir disertai dangan kegiatan gladi posko dan gladi lapangan. Pada latihan
gladi lapangan di tingkat puskesmas diperagakan upaya triase, P3K dan cara merujuk
korban. Gladi lapangan melibatkan lintas sektor dan masyarakat untuk meningkatkan
kerjasama teknis operasional di lapangan.
4. Peningkatan penyuluhan kesehatan masyarakat
5

Himbauan kepada masyarakat untuk mempersiapkan pengungsian apabila terjadi


banjir antara lain menyiapkan peralatan dan kebutuhan pribadi, makanan dan
minuman, dokumen penting, dan peralatan rumah tangga lainnya.
5. Pembentukan Tim kesehatan dan mobilisasi tenaga kesehatan
Dalam penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana banjir perlu
dipersiapkan tenaga kesehatan secara khusus (bisa berenang, mendayung,
mengoperasionalkan perahu karet dan keterampilan lainnya) dan memobilisasi tenaga
tersebut ke lokasi bencana.
6. Peran masyarakat dalam penanggulangan bencana banjir
Mengikutsertakan anggota masyarakat dalam proses penanggulangan bencana
banjir dan dampaknya. Sementara itu, peran yang dapat dilakukan masyarakat antara
lain:

a. Sebelum banjir:
1). Kerja bakti membersihkan saluran air
2). Menutup dan menimbun benda-benda yang dapat menjadi sarang
nyamuk.
3). Membuang sampah pada tempatnya, dll.
b. Saat banjir:
1). Terlibat dalam pendistribusian bantuan.
2). Membantu proses evakuasi korban.
3). Ikut mendirikan tenda pengungsian, pembuatan dapur umum, dll.
c. Sesudah banjir:
1). Membersihkan tempat tinggal dan lingkungan rumah.
2). Terlibat dalam kaporisasi sumur gali.
3). Terlibat dalam perbaikan jamban dan saluran pembuangan air limbah
(SPAL), dll.

2.6 Upaya Saat Banjir


Upaya yang dilakukan saat terjadinya banjir, antara lain:
1. Membuka pos kesehatan
Pos kesehatan disiapkan berikut dengan peralatan, obat dan bahan habis
pakai, ketenagaan serta identitas baik untuk pos kesehatan maupun petugas.
2. Membantu evakuasi korban
Melakukan evakuasi melalui rute yang aman menuju posko yang telah
ditentukan sebelumnya. Evakuasi ini diutamakan pada anak-anak, wanita
dan usia lanjut. Pada kegiatan ini melibatkan unsur SAR, Polisi, TNI,
Hansip, PMI dan tenaga kesehatan terlatih, serta masyarakat.
3. Memberikan pertolongan pada korban
6

Pertolongan pada pasien diberikan oleh tenaga kesehatan dengan maksud


untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian. Sedangkan pertolongan
korban pengungsian akan dilakukan secara lintas sektor yang melibatkan
Dinas Sosial, PMI, Kimpraswil, Hansip, dan sektor lainnya dibawah
koordinasi Satlak PBP.

4. Memberikan pelayanan kesehatan gratis


Pelayanan kesehatan diberikan secara gratis pada pos pelayanan kesehatan
yang buka 24 jam dan pelayanan kesehatan keliling.
5. Merujuk penderita jika diperlukan
Untuk memberikan pelayanan kesehatan rujukan, dapat berkoordinasi
dengan beberapa rumah sakit pemerintah dan swasta terdekat. Untuk itu
diperlukan komunikasi dan jalinan kerjasama dalam upaya memberikan
pelayanan kesehatan lebih baik.
6. Melakukan penilaian kesehatan secara cepat (rapid health assessment)
Penilaian cepat dilakukan bersamaan dengan pelayanan kesehatan darurat
(emergency). Upaya pertolongan akan berhasil dengan baik apabila kita
mengetahui persoalan yang ada di lapangan. Yang perlu mendapat perhatian
dalam penilaian kesehatan secara cepat, antara lain, jumlah korban
(meninggal, luka berat, luka ringan), ketersediaan obat, tenaga, fasilitas
kesehatan dll.
7. Membuat pencatatan dan pelaporan
Untuk memudahkan evaluasi kegiatan dibutuhkan ketertiban dan kerapian
dalam pencatatan dan pelaporan. Pelaporan juga dipakai sebagai bukti
adanya suatu kegiatan.

2.7 Upaya Pasca Banjir


Kegiatan yang dapat dilakukan pasca banjir, antara lain:
1. Melakukan perbaikan kualitas air bersih (kaporisasi, pemberian PAC,
aquatab)
Banjir menyebabkan terjadinya pencemaran sumber air bersih.
Perbaikan kualitas air dapat dilakukan dengan pemberian penjernih air
cepat (Poly Aluminium Chlorine/PAC 1 sachet untuk 20 liter), tawas (1
sendok teh untuk 20 liter). Kegiatan kaporisasi dilakukan setelah
penjernihan air dengan (Ca OCl2 14,4 mg/hari dengan sisa chlor 0,2
mg/l).
7

2. Melakukan Desinfeksi
Untuk menghindari terjadinya infeksi akibat pencemaran lingkungan
diperlukan upaya pemberian bahan desinfektan pada barang, tempat dan
peralatan lain khususnya untuk sterilisasi peralatan kesehatan.
3. Melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
Untuk mencegah timbulnya kejadian luar biasa (KLB), diperlukan upaya
pemberantasan sarang nyamuk. Kegiatan yang dapat dilakukan antara
lain dengan 3M (menguras, menutup dan mengubur) tempat-tempat
yang memungkinkan nyamuk berkembang biak, pengasapan (fogging).
4. Membantu perbaikan jamban dan sarana pembungan air limbah (SPAL)
Perbaikan sarana jamban keluarga oleh tenaga kesehatan dapat
dilakukan dengan memberikan bantuan teknis dan bahan stimulant
antara lain semen, besi, cetakan closet dll.
5. Melakukan surveilans penyakit potensi KLB
Upaya pemantauan terhadap perkembangan penyakit yang potensial
menjadi KLB tetap harus dilakukan (leptospirosis, typoid, malaria,
disentri), walaupun banjir telah berlalu. KLB sering terjadi justru disaat
banjir telah surut. Tercemarnya sumber air bersih, buruknya sanitasi
lingkungan, turunnya daya tahan tubuh merupakan variabel yang
memicu terjadinya KLB.
6. Evaluasi
Setiap kegiatan dalam penanggulangan masalah kesehatan akibat
bencana perlu dilakukan kegiatan evaluasi. Tujuan evaluasi untuk
mengetahui kekurangan dan keberhasilan serta sebagai acuan untuk
penyusunan kegiatan berikutnya.

2.8 Tingkat Kerusakan Akibat Banjir


Dampak bencana akan terjadi pada beberapa aspek (sebagian besar di
wilayah Indonesia bagian barat) dengan tingkat kerusakan berat pada aspek-
aspek berikut menurut (Bakornas PB, 2007) :
1. Aspek Penduduk, antara lain berupa korban jiwa/meninggal, hanyut,
tenggelam, luka luka, korban hilang, pengungsian, berjangkitnya wabah dan
penduduk terisolasi.
2. Aspek Pemerintahan, antara lain berupa kerusakan atau hilangnya dokumen,
arsip, peralatan dan perlengkapan kantor dan terganggunya jalannya
pemerintahan.
8

3. Aspek Ekonomi, antara lain berupa hilangnya mata pencaharian, tidak


berfungsinya pasar tradisional, kerusak, hilangnya harta benda, ternak dan
terganggunya perekonomian masyarakat.
4. Aspek Sarana/Prasarana, antara lain berupa kerusakan rumah penduduk,
jembatan, jalan, bangunan gedung perkantoran, fasilitas sosial dan fasilitas
umum, instalasi listrik, air minum dan jaringan komunikasi.
5. Aspek Lingkungan, antara lain berupa kerusakan eko-sistem, obyek wisata,
persawahan/lahan pertanian, sumber air bersih dan kerusakan
tanggul/jaringan irigasi.

2.9 Kebijakan dan Strategi


Terdapat beberapa kebijakan dan strategi menurut Bakornas PB, 2007 dalam
penanggulangan bencana banjir :
1. Kebijakan
a. Penanggulangan bencana menjadi tanggungjawab Pemerintah dan
Masyarakat dengan memberdayakan komponen dan potensi masyarakat
secara maksimal.
b. Penanggulangan bencana tetap memperhatikan kearifan lokal dan
mempertimbangkan aturan/norma yang berlaku secara universal.
c. Penanggulangan bencana dilakukan sejak dini untuk mencegah
meluasnya dampak bencana, terutama korban manusia.
d. Penanganan bencana dilakukan dengan memprioritaskan keselamatan
jiwa manusia, dan target utama kelompok rentan.
e. Penanggulangan bencana di Kabupaten/Kota koordinasikan oleh dan
menjadi tanggungjawab Bupati/ Walikota selaku Ketua SATLAK PB. Di
tingkat Provinsi, dikoordinasikan oleh dan menjadi tanggungjawab
Gubernur selaku Ketua SATKORLAK PB.
f. Penanggulangan bencana lintas-Kabupaten/Kota dikoordinasikan oleh
dan menjadi tanggungjawab Gubernur selaku Ketua SATKORLAK PB.
2. Strategi
a. Mengaktifkan POSKO untuk memantau dan mengendalikan operasi
penanganan bencana/kedaruratan.
b. Mengerahkan semua sumber-daya dengan mengutamakan sumber-daya
dan potensi lokal.
c. Mengerahkan unsur TNI dan POLRI untuk mendukung pelaksanaan
operasi tanggap darurat.
9

d. Menurunkan TRC dan melakukan penilaian kerusakan serta taksiran


kebutuhan dan prediksi perkembangan kejadian untuk tanggap darurat,
pemulihan darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi.
e. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang perkembangan
penanganan bencana.

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
. banjir merupakan fenomena alam yang biasa terjadi disuatu Kawasan yang
banyak dialiri oleh aliran sungai dan ini sepertinya sudah menjadi langganan bagi
beberapa daerah daerah dan kota besar di Indonesia ketika musim penghujan tiba.
Jenis banjir terdapat 3 jenis yakni : banjir kilat, banjir luapan sungai, dan banjir
pantai.
Upaya dalam mitigasi bencana banjir dibagi menjadi upaya sebelum banjir
(missal: pembangunan tanggul, pengerukan sungai), upaya mitigasi non structural
(missal: memonitor dan mengevaluasi data curah hujan), serta peran serta
masyarakat (missal: tidak membuang sampah disaluran air).
Dampak bencana akan terjadi pada beberapa aspek (sebagian besar di
wilaya Indonesia bagian barat) dengan tingkat kerusakan berat pada aspek-aspek
meliputi aspek penduduk, aspek pemerintahan, aspek ekonomi, aspek
sarana/prasarana, dan aspek lingkungan.

3.2 Saran
10

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mencoba memberikan


masukan yang mungkin dapat berguna bagi penanganan banjir di daerah yang
rawan banjir. Sebaiknya seluruh warga membuat musyawarah dalam penanganan
masalah banjir seperti tindakan kesiapsiagaan warga terhadap banjir datang,
tindakan yang seharusnya dilakukan disetiap rumah dalam mengatasi banjir
datang, penyuluhan tentang kegiatan yang dapat mengurangi resiko banjir,
tindakan saat terjadiny banjir dan setelah banjir kepada seluruh warga.

12
11

DAFTAR PUSTAKA

Hidayati, D. (2005). Panduan Siaga Bencana Berbasis Masyarakat. KOMUNIKA,


65.
Simajuntak, E. (2014). PELUANG INVESTASI INFRASTRUKTUR BIDANG
PEKERJAAN UMUM. Jakarta: Dinas Pekerjaan Umum.
UU No. 27 Tahun 2007 tentang Mitigasi Bencana
www.scribd.com/.../PEDOMAN-Penanggulangan-Banjir2007-by-Bakornas - Tem
bolok - Mirip
https://bencanakesehatan.net/images/referensi/ebook/PEDOMAN
%20Penanggulangan%20Banjir2007%20-%20BAKORNAS.pdf (diakses 19
November 2018 pukul 09.30 WIB)
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/penanganan-
krisis/buku_banjir_2006.pdf (diakses 19 November 2018 pukul 10.00 WIB)

Anda mungkin juga menyukai