Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan
hidayah- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta
salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat,
serta generasi penerusnya hingga akhir zaman.
Makalah yang berjudul “Mitigasi Bencana Banjir di Konawe Utara ” ini
disusun untuk memenuhi syarat mata kuliah Mitigasi Bencana, Fakultas Teknik,
Universitas Lakidende. Makalah ini berisi tentang bentuk-bentuk mitigasi yang
dilakukan oleh Masyarakat maupun Pemerintah dalam mengurangi dampak atau
risiko bencana banjir.
Disadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini mendapat
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada Bapak , selaku Dosen mata Kuliah Mitigasi Bencana yang dengan sabar
membimbing, mengarahkan serta memberikan ilmunya kepada penulis.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak
yang terkait dan yang paling penting adalah bermanfaat bagi masyarakat. Kritik
dan Saran sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Unaaha, 26 November 2019

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................1
1.3 Tujuan.....................................................................................................................1
1.4 Manfaat...................................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................2
2.1 Pengertian banjir.....................................................................................................2
2.2 Penyebab terjadinya banjir.....................................................................................2
2.3 Dampak yang Ditimbulkan oleh Banjir.....................................................................2
2.4 Penanggulangan banjir............................................................................................3
BAB III.................................................................................................................................5
PEMBAHASAN....................................................................................................................5
3.1 Bencana Banjir Konawe Utara..................................................................................5
3.2 Mitigasi Bencana Banjir...........................................................................................6
BAB IV..............................................................................................................................12
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................................12
4.1 Kesimpulan.............................................................................................................12
4.2 Saran......................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bencana banjir merupakan limpahan air yang melebihi tinggi muka air
normal sehingga melimpah dari palung sungai yang menyebabkan genangan pada
lahan rendah di sisi sungai. Bencana banjir tidak dapat dicegah, namun dapat
dikendalikan dengan mengurangi dampak kerugian akibat bencana tersebut,
sehingga perlu dipersiapkan penanganan secara cepat, tepat, dan terpadu.
Umumnya banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi diatas normal, sehingga
sistem pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak sungai serta sistem
drainase penampung banjir buatan yang tidak mampu menampung akumulasi air
hujan tersebut sehingga meluap (Nurjanah, R. Sugiharto, Dede Kuswana, Siswato
BP, Adikoesoemo, 2011).
Meluapnya air sungai dan anak sungai atau yang lebih sering dikatakan
banjir merupakan bencana yang kerap terjadi dan menggenangi di
Kota/Kabupaten seluruh Indonesia. Kabupaten Konawe merupakan salah satu
kabupaten di Indonesia yang berada di Provinsi Sulawesi Tenggara yang rawan
bencana banjir.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah pada makalah ini
yaitusebagai berikut:
1. Bagaimana bencana banjir yang terjadi di Konawe Utara ?
2. Bagaimana mitigasi bencana yang tepat untuk menanggulangi bencana
banjir ?

1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Mengetahui bencana banjir yang terjadi di Konawe Utara.
2. Mengetahui mitigasi bencana yang tepat untuk menanggulangi bencana
banjir.

1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Membantu mahasiswa untuk mengetahui cara mitigasi bencana banjir.
2. Memaparkan peran penting mitigasi bencana terhadap rantai
kehidupan masyarakat.
3. Menjadi sarana pengetahuan tentang cara mitigasi bencana banjir
bagi mahasiswa.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian banjir


Banjir merupakan peristiwa yang terjadi ketika terdapat suatu aliran air
yang berlebihan merendam daratan.

2.2 Penyebab terjadinya banjir


Penyebab terjadinya banjir antara lain sebagai berikut:

a. Tingginya curah hujan di hulu sungai.

b. Hutan di hulu sungai banyak di tebangi, padahal hutan berfungsi


sebagai unsur hidrolis (penyimpan air) dan orologis (pengatur air) di
musim kemarau.

c. Berubahnya fungsi hutan dari hutan lindung menjadi hutan produksi.

d. Beralihnya fungsi hulu sungai dari kawasan resapan air menjadi


kawasan pemukiman.

e. Beralinya fungsi hulu dan aliran sungai menjadi areal perkebunan dan
pertanian.

f. Menyempitnya aliarn sungai akibat pembanguna yang bertambah ke


arah bagian tengah sungai.

g. Sungai yang semakin dangkal akibat kuatnya erosi yan di bawa


oleh sungai berupa material lumpur, pasir, kerikil, dan kayu hasil
penebangan liar.

h. Masyarakat banyak yang membuang sampah di sungai sehingga air


sungai terhambat dan terhalang oleh sampah yang menumpuk di sungai.

2.3 Dampak yang Ditimbulkan oleh Banjir

a. Primer
Kerusakan fisik: Mampu merusak berbagai jenis struktur, termasuk
jembatan, mobil, bangunan, sistem selokan bawah tanah, jalan raya, dan kanal.

2
b. Sekunder

1. Persediaan air: Kontaminasi air → Air minum bersih mulai langka.


2. Penyakit: Kondisi tidak higienis → Penyebaran penyakit bawaan air.
3. Pertanian dan persediaan makanan → Kelangkaan hasil tani
disebabkan oleh kegagalan panen.
4. Pepohonan → Spesies yang tidak sanggup akan mati karena tidak
bisa bernapas.
5. Transportasi → Jalur transportasi rusak, sulit mengirimkan bantuan
darurat kepada orang-orang yang membutuhkan.

c. Dampak tersier/jangka panjang

Ekonomi: Kesulitan ekonomi karena kerusakan pemukiman yang terjadi


akibat banjir; dalam sector pariwisata, menurunnya minat wiasatawan; biaya
pembangunan kembali; kelangkaan makanan yang mendorong kenaikan harga,
dll.
Dari berbagai dampak negatif yang ditimbulkan, ternyata banjir (banjir
air skala kecil) juga dapat membawa banyak keuntungan, seperti mengisi
kembali air tanah, menyuburkan serta memberikan nutrisi kepada tanah. Air
banjir menyediakan air yang cukup di kawasan kering dan semi-kering yang
curah hujannya tidak menentu sepanjang tahun. Air banjir tawar memainkan
peran penting dalam menyeimbangkan ekosistem di koridor sungai dan
merupakan faktor utama dalam penyeimbangan keragaman makhluk hidup di
dataran. Banjir menambahkan banyak nutrisi untuk danau dan sungai yang
semakin memajukan industri perikanan pada tahun-tahun mendatang, selain itu
juga karena kecocokan dataran banjir untuk pengembangbiakan ikan (sedikit
predasi dan banyak nutrisi).

2.4 Penanggulangan banjir


Penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri atas tiga tahap yang
meliputi tahap pra bencana, tahap tanggap darurat dan tahap pasca bencana.
Pelaksanaan kegiatan pada setiap tahap menganut prinsip-prinsip sebagai berikut

1. Tahap Pra Bencana

Dalam tahap pra bencana kegiatan mitigasi bencana dilakukan secara


konsisten dan berkelanjutan dalam bentuk penegakan hukum/peraturan
pemerintah pusat dan daerah dalam pembangunan fisik di lapangan yang
bertujuan untuk mengurangi dampak kerugian yang terjadi bila ada bencana
seperti dengan mematuhi rencana tata ruang dan tata bangunan yang telah
ditetapkan. Kesiapsiagaan dilakukan untuk memastikan upaya yang cepat dan
tepat yang perlu ditempuh dalam menghadapi situasi darurat.

3
2. Tahap Tanggap Darurat

Dalam tahap tanggap darurat kegiatan mitigasi bencana, dukungan


yang diberikan dalam kegiatan evakuasi korban bencana adalah penyediaan
dan pengoperasian peralatan yang diperlukan untuk mendukung dan memberikan
akses bagi pelaksanaan kegiatan pencarian dan evakuasi korban bencana beserta
harta bendanya di lokasi dan keluar dari lokasi bencana. Pelaksanaan kegiatan
tanggap darurat utamanya dilakukan untuk memulihkan kondisi dan fungsi
prasarana dan sarana yang rusak akibat bencana yang bersifat darurat/sementara
namun harus mampu mencapai tingkat pelayanan minimal yang dibutuhkan, dan
menyediakan berbagai sarana yang diperlukan bagi perawatan dan penampungan
sementara para pengungsi korban bencana.

3. Tahap Pasca Bencana

Dalam tahap pasca bencana kegiatan mitigasi bencana, kegiatan


rehabilitasi da rekonstruksi yang dilaksanakan harus diupayakan untuk
melibatkan peran serta masyarakat. Bantuan dari pemerintah diutamakan berupa
stimulan yang diharapkan akan dapat mendorong tumbuhnya keswadayaan
masyarakat. Pekerjaan rehabilitasi dan rekonstruksi diutamakan bagi prasarana
dan sarana serta rumah bagi masyarakat yang tidak mampu dengan pendekatan
tridaya dalam pelaksanaannya (permukiman).

4
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Bencana Banjir Konawe Utara


Konawe Utara, yang berjarak lebih kurang 1.700 kilometer dari Jakarta,
berstatus daerah langganan banjir di Sultra. Namun bencana di 2019 ini jadi
yang terparah, mengalahkan petaka serupa pada 1997.Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Konawe Utara menyebut bahwa banjir dipicu
meluapnya Sungai Lalindu, Sungai Walasolo, dan Sungai Wadambali. Ketiganya
bermuara di Daerah Aliran Sungai (DAS) Lasolo.
Banjir bikin 7 kecamatan kena banjir, 9.609 jiwa mengungsi, 370 rumah
hanyut, dan 1.962 terendam (lihat infografik). Taksiran kerugian material akibat
banjir mencapai Rp674,8 miliar --tak beda jauh dengan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) Konawe Utara 2019 yang berkisar Rp850 miliar.
Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) jadi
pijakannya. Curah hujan nan tinggi bikin debit air mencapai 8.500 meter kubik
per detik. Padahal kapasitas DAS Lasolo hanya 5.000 meter kubik per detik.
Penyebab lain adalah drainase yang buruk, pendangkalan sungai, perambahan
hutan, juga fungsi lahan jadi pemicu banjir.
Menurut Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Sultra., sekilas ada jarak
yang jauh antara area tambang (utara) dengan wilayah banjir (timur). Masalahnya,
area tambang berada di wilayah ketinggian. Alhasil sisa material pertambangan
mudah terbawa arus banjir hingga ke sungai.Material itu memicu sedimentasi di
sungai, dan terjadilah pendangkalan. Inilah yang membuat debit air yang besar
tidak mampu dikendalikan, dan meluber ke permukiman, terjadi dari tahun ke
tahun. Terutama antara 2006-2011 yang jadi musim semi investasi pertambangan
di Sultra.WALHI Sultra mencatat ada 81 izin usaha pertambangan (IUP) yang
beroperasi di Konawe Utara --berburu nikel, emas, kromit, dan batu kapur.Adapun
Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sultra mencatat hanya ada 57 IUP
CnC (Clean and Clear) di Konawe Utara. Di sektor perkebunan sawit, paling tidak
ada empat perusahaan yang beroperasi di sekitar DAS Lasolo, yakni: PT Damai
Jaya Lestari (DJL), Sultra Prima Lestari, PT Mulya Tani, dan PTPN XXIII.
Aktivitas pertambangan dan perkebunan sawit itu diduga mengakibatkan
perubahan area hutan di Konawe Utara. Perubahan area hutan bisa dilihat lewat
data Global Forest Watch. Salah satu indikator adalah hilangnya 38.400 hektare
tutupan pohon di Konawe Utara, antara 2001-2017. Statistik olahan
WALHI Sultra menyebut ada 458 hektare hutan primer di Konawe Utara yang
beralih fungsi jadi area tambang dan sawit. Alih fungsi serupa juga terjadi pada
3.777 hektare hutan sekunder. Deforestisasi itu terjadi sepanjang 2000-2016.
Perubahan area hutan itu, menurut WALHI Sultra, tak bisa dilepaskan dari
maraknya Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) yang dikeluarkan KLHK.
merujuk Dinas Kehutanan Sultra, saat ini ada 50 IPPKH di Bumi Anoa. Konawe
Utara tercatat sebagai kabupaten dengan IPPKH paling banyak (23 izin,
mencakup 10.158 hektare). Semua izin itu diberikan untuk usaha pertambangan.

5
Pun, sebanyak 12 izin berada di DAS Molore dan Morombo. Keduanya bermuara
ke DAS Lasolo yang meluap kala banjir.

Bencana banjir di Konawe Utara bersengkarut dengan dugaan korupsi


yang melibatkan Aswad Sulaiman, mantan Bupati Konawe Utara (2011-2016).
Aswad juga pernah jadi penjabat bupati sementara pada awal pendirian Konawe
Utara (2007-2009). Pada 3 Oktober 2017, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
menetapkan Aswad sebagai tersangka penerima suap Rp13 miliar atas pemberian
izin eksplorasi, izin usaha pertambangan, dan izin operasi produksi di Konawe
Utara.Hingga kini kasus tersebut masih dalam tahap penyidikan KPK.

Aswad diduga mencabut sepihak kuasa pertambangan yang sebagian besar


dikuasai PT. Antam. Setelahnya, dia malah menerima permohonan izin eksplorasi
dari delapan perusahaan tambang lewat 30 surat keputusan kuasa permohonan
eksplorasi.Langkah itu diduga bikin rugi negara kira-kira Rp2,7 triliun --lebih.
Taksiran itu berasal dari penjualan material tambang yang proses perizinannya
dinyana melawan hukum."Izin-izin itu (yang dikeluarkan Aswad) jadi landasan
perusahaan tambang beroperasi. Aktivitas itu diduga merusak lingkungan dan
memicu banjir. Mereka, misalnya, jarang mereklamasi lubang bekas tambang,"
kata Saharuddin, Direktur Eksekutif WALHI Sultra.

Ini mengingatkan agar kasus Aswad jadi cermin bagi semua pejabat
di Sultra. Dia minta para pembesar lokal menata kembali izin pertambangan dan
perkebunan.Lebih-lebih, bila dibandingkan dengan kerugian akibat bencana,
keberadaan tambang malah tak signifikan. Ada 393 pemegang IUP tambang, tapi
sumbangsihnya hanya Rp99,8 miliar dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sultra
2018."Sumbangan untuk daerah tidak sampai 100 miliar, tapi kerusakannya
hampir 1 triliun. Ini harus dievaluasi,".

3.2 Mitigasi Bencana Banjir


Mitigasi bencana merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana sesuai dengan Undang-
undang No. 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana.

Pengelolaan bencana alam seperti banjir dapat dilakukan dengan tindakan


mitigasi. Tindakan mitigasi memiliki 2 sifat, yaitu mitigasi pasif serta mitigasi
aktif. Mitigasi pasif lebih cenderung bersifat non fisik, contohnya kerangka
hukum/perundangan, insentif-disinsentif, pendidikan dan pelatihan, peningkatan
kesadaran masyarakat, Rencana Tata Ruang, pengembangan kelembagaan, dan
lain-lain. Sedangkan mitigasi aktif, merupakan suatu upaya yang sifatnya
fisik, seperti pembuatan bangunan waduk, tanggul, perkuatan struktur bangunan,
dan lain-lain.

6
Manajemen Bencana Banjir

Secara umum kegiatan manajemen bencana dapat dibagi dalam tiga


kegiatan utama, yaitu:
 Kegiatan pra bencana yang mencakup kegiatan pencegahan,
mitigasi, dan kesiapsiagaan
 Kegiatan saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap
darurat untuk meringankan penderitaan sementara, seperti kegiatan
search and rescue (SAR), bantuan darurat dan pengungsian.
 Kegiatan pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan dan
rekonstruksi.

1. Kegiatan Pra Bencana

a. Pencegahan
Kegiatan pencegahan banjir dapat dilakukan dengan beberapa cara
antara lain sebagai berikut:

 Tidak membuang sampah/limbah padat ke sungai, saluran dan


sistem drainase,
 Tidak membangun jembatan dan atau bangunan yang
menghalangi atau mempersempit palung aliran sungai,
 Tidak tinggal dalam bantaran sungai
 Tidak menggunakan dataran retensi banjir untuk permukiman atau

untuk hal‐hal lain di luar rencana peruntukannya

 Menghentikan penggundulan hutan di daerah tangkapan air,


 Menghentikan praktek pertanian dan penggunaan lahan yang dengan
kaidah-kaidah korservasi air dan tanah, dan ikut mengendalikan laju
urbanisai dan pertumbuhan penduduk.

b. Mitigasi

Mitigasi bencana banjir dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu


mitigasi sebelum, saat dan sesudah banjir.
 Mitigasi Sebelum Terjadi Banjir

Ada beberapa hal yang harus kita lakukan sebelum terjadinya


bencana banjir sebagai tahap kesiap-siagaan, diantaranya :
 Melatih diri dan anggota keluarga hal-hal yang harus dilakukan
apabila terjadi bencana banjir.
 Mendiskusikan dengan semua anggota keluarga tempat di mana
anggota keluarga akan berkumpul usai bencana terjadi.
 Mempersiapkan tas siaga bencana yang berisi keperluan yang
dibutuhkan seperti: Makanan kering seperti biskuit, air minum, kotak

7
kecil berisi obat- obatan penting, lampu senter dan baterai cadangan,
Lilin dan korek api, kain sarung, satu pasang pakaian dan jas hujan,
surat berharga, fotokopi tanda pengenal yang dimasukkan kantong
plastik, serta nomor-nomor telepon penting. Kegiatan yang dapat
dilakukan untuk mengurangi risiko banjir:
- Buat sumur resapan bila memungkinkan.
- Tanam lebih banyak pohon besar.
- Membentuk kelompok masyarakat pengendali banjir.
- Membangun atau menetapkan lokasi dan jalur evakuasi bila terjadi
banjir.
- Membangun sistem peringatan dini banjir.
- Menjaga kebersihan saluran air dan limbah.
- Memindahkan tempat hunian ke daerah bebas banjir atau
tinggikan bangunan rumah hingga batas ketinggian banjir jika
memungkinkan.
- Mendukung upaya pembuatan kanal atau saluran dan bangunan.

- Pengendali banjir dan lokasi evakuasi.

- Bekerjasama dengan masyarakat di luar daerah banjir untuk


menjaga daerah resapan air.

 Mitigasi Saat Terjadi Banjir

Saat terjadinya banjir, ada beberapa hal yang perlu


kita waspadai/perhatikan, yaitu :
 Jangan panik.
 Pada saat terjadi bencana banjir, warga yang berada di daerah rawan
bencana banjir diminta memantau perkembangan cuaca, bila hujan
terus terjadi tidak henti-hentinya, diimbau waspada dan berhati- hati
untuk mengantisipasi hal- hal yang tidak diinginkan.
 Pada saat dan setelah bencana terjadi, berbagai aktivitas
kesehatan harus dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan para
korban serta mencegah memburuknya derajat kesehatan masyarakat
yang terkena bencana. Pada tahapan tanggap darurat, energi yang
cukup besar biasanya dicurahkan untuk evakuasi korban.
 Ketika melihat air datang, Jauhi secepat mungkin daerah banjir.
segera selamatkan diri dengan berlari secepat mungkin menuju tempat
yang tinggi.
 Apabila kamu terjebak dalam rumah atau bangunan, raih benda
yang bisa mengapung sebisanya.
 Dengarkan jika ada informasi darurat tentang banjir.
 Hati-hati dengan listrik. Matikan peralatan listrik/sumber listrik.

8
 Selamatkan barang-barang berharga dan dokumen penting
sehingga tidak rusak atau hilang terbawa banjir.
 Pantau kondisi ketinggian air setiap saat sehingga bisa menjadi
dasar untuk tindakan selanjutnya.
 Ikut mendirikan tenda pengungsian, pembuatan dapur umum.
 Terlibat dalam pendistribusian bantuan.
 Mengusulkan untuk mendirikan pos kesehatan.

 Mitigasi Sesudah Terjadi Banjir

Beberapa tindakan yang dapat dilakukan sesudah terjadi bencana


banjir, antara lain:
 Pemberian bantuan misalnya tempat perlindungan darurat bagi
mereka yang kehilangan tempat tinggalnya.
 Membersihkan tempat tinggal dan lingkungan rumah.
 Terlibat dalam perbaikan jamban dan saluran pembuangan air limbah
(SPAL).
 Pemberian bantuan yang meliputi kesehatan lingkungan, dan
pemberantasan penyakit, pelayanan kesehatan serta distribusi logistik
kesehatan dan bahan makanan.
 Menjaga agar sistem pembuangan limbah dan air kotor agar tetap
bekerja pada saat terjadi banjir.
 Menjauhi kabel atau instalasi listrik lainnya.
 Menghindari memasuki wilayah yang rusak kecuali dinyatakan
aman misal bangunan yang rusak atau pohon yang miring.
 Memeriksa dan menolong diri sendiri kemudian menolong orang
di dekat kamu yang memerlukan bantuan.
 Mencari anggota keluarga.
 Jika keadaan sudah aman, masuk rumah dengan hati-hati, jangan
menyalakan listrik kecuali telah dinyatakan aman.
 Membersihkan lumpur
 Periksa persediaan makanan dan air minum. Jangan minum air dari
sumur terbuka karena sudah terkontaminasi. Makanan yang telah
terkena air banjir harus dibuang karena tidak baik untuk kesehatan.

c. Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir

Kesiapsiagaan terhadap bencana banjir dapat dikelompokkan


kedalam dua tahap yaitu sebagai berikut:
 Tahap sebelum terjadi banjir

Kegiatan yang dilakukan adalah meningkatkan


kesiapsiagaan menghadapi ancaman bahaya banjir, meliputi:
1. Penyebarluasan peraturan perundang-undangan atau informasi-informasi,
baik dari Pemerintah maupun pemerintah daerah, berkaitan dengan

9
masalah banjir;
2. Pemantauan lokasi-lokasi rawan (kritis) secara terus-menerus;
3. Optimasi pengoperasian prasarana dan sarana pengendali banjir;
4. Penyebarluasan informasi daerah rawan banjir, ancaman/bahaya, dan
tindakan yang harus diambil oleh masyarakat yang tinggal di daerah rawan
bencana;
5. Peningkatan kesiapsiagaan organisasi dan manajemen pengendalian banjir
dengan menyiapkan dukungan sumber daya yang diperlukan dan berorientasi
kepada pemotivasian individu dalam masyarakat setempat agar selalu siap
sedia mengendalikan ancaman/bahaya;
6. Persiapan evakuasi ke lokasi yang lebih aman;
7. Penyediaan bahan-bahan banjiran untuk keadaan darurat, seperti: karung
plastik, bronjong kawat, dan material-material pengisinya (pasir, batu ,dan
lain-lain), dan disediakan pada lokasi-lokasi yang diperkirakan
rawan/kritis;
8. Penyediaan peralatan berat (backhoe, excavator, truk, buldozer, dan lain-
lain) dan disiapsiagakan pada lokasi yang strategis, sehingga sewaktu-
waktu mudah dimobilisasi;
9. Penyiapan peralatan dan kelengkapan evakuasi, seperti: speed boat,
perahu, pelampung, dan lain-lain.

 Tahap Saat terjadi banjir

Kegiatan yang dilakukan dititikberatkan pada:

1. Penyelenggaraan piket banjir di setiap posko.


2. Pengoperasian sistem peringatan banjir (flood warning system)
3. Pemantauan tinggi muka air dan debit air pada setiap titik pantau.
4. Melaporkan hasil pemantauan pada saat mencapai tingkat siaga kepada
dinas/instasi terkait, untuk kemudian diinformasikan kepada masyarakat sesuai
dengan Standar Prosedur Operasional Banjir.
5. Peramalan banjir dapat dilakukan dengan cara:

 Analisa hubungan hujan dengan banjir (rainfall – runoff relationship),


 Metode perambatan banjir (flood routing),
 Metode lainnya.

6. KomunikasiSistim komunikasi digunakan untuk kelancaran penyampaian


informasi dan pelaporan, dapat menggunakan radio komunikasi, telepon,
faximili, dan sarana lainnya.
7. Gawar/Pemberitaan Banjir (Pemberitaan) dilakukan dengan sirine,
kentongan, dan/atau sarana sejenis lainnya dari masing-masing pos pengamatan
berdasarkan informasi dari posko banjir.

10
2. Kegiatan Saat Terjadi Bencana

Tanggap Darurat

Tanggap darurat ditujukan untuk meningkatkan kemampuan


mengatasi keadaan darurat akibat banjir, dilakukan dengan cara:
 Mengerahkan sumber daya, seperti: personil, bahan banjiran,
peralatan, dana dan bantuan darurat;
 Menggerakkan masyarakat dan petugas satuan tugas penanggulangan
bencana banjir;
 Mengamankan secara darurat sarana dan prasarana pengendali
banjir yang berada dalam kondisi kritis; dan
 Mengevakuasi penduduk dan harta benda.
3. Kegiatan Pasca Bencana

a. Pemulihan
Pemulihan dilakukan terhadap sarana dan prasarana sumber daya
air serta lingkungan akibat bencana banjir kepada fungsi semula, melalui:
 Inventarisasi dan dokumentasi kerusakan sarana dan prasarana
sumber daya air, kerusakan lingkungan, korban jiwa, dan perkiraan
kerugian yang ditimbulkan;
 Merencanakan dan melaksanakan program pemulihan, berupa:
rehabilitasi, rekonstruksi atau pembangunan baru sarana dan
prasarana sumberdaya air; dan
 Penataan kembali kondisi sosial ekonomi masyarakat yang terkena
bencana banjir

b. Rekonstruksi

Rekonstruksi bencana banjir yang dilakukan antara lain


sebagai berikut:
1. Pembangunan kembali secara permanen prasarana dan sarana
permukiman, pemerintahan dan pelayanan masyarakat (kesehatan,
pendidikan dan lain-lain),
2. Pembangunan kembali prasarana dan sarana ekonomi (jaringan
perhubungan, air bersih, sanitasi dan drainase, irigasi, listrik dan
telekomunikasi dan lain- lain),
3. Pembangunan kembali prasarana dan sarana sosial (ibadah, budaya
dan lain- lain).

11
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas penulis dapat menarik beberapa
kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Banjir di Konawe Utara terjadi karena beberapa factor yaitu;
intensitas curah hujan, topografi, jenis perubahan tata guna lahan,
perubahan penggunaan lahan, dan pejabat pemerintahan yang tidak
amanah.
2. Pengelolaan bencana banjir dapat dilakukan dengan tindakan mitigasi.
Tindakan mitigasi memiliki 2 sifat, yaitu mitigasi pasif serta mitigasi
aktif. Mitigasi pasif lebih cenderung bersifat non fisik. Sedangkan
mitigasi aktif, merupakan suatu upaya yang sifatnya fisik.Secara umum
kegiatan manajemen bencana dapat dibagi dalam tiga kegiatan utama,
yaitu:
a. Kegiatan pra bencana.
b. Kegiatan saat terjadi bencana
c. Kegiatan pasca bencana

4.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mencoba memberikan


masukan yang mungkin dapat berguna bagi penanganan banjir di Konawe Utara.
Sebaiknya seluruh warga membuat musyawarah dalam penanganganan masalah
banjir seperti tindakan kesiap siagaan warga terhadap banjir datang, tindakan
yang seharusnya dilakukan di setiap rumah dalam mengatasi banjir datang,
penyuluhan tentang kegiatan yang dapat mengurangi resiko banjir, tindakan saat
terjadi banjir dan setelah banjir kepada seluruh warga Konawe Utara.

12
DAFTAR PUSTAKA

Pedoman Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Prasarana sarana


ke-pu-an
Kementerian Pekerjaan Umum.

Rangga, C.K. dan Supriharjo, R.D. 2011. Mitigasi Bencana Banjir di


Konawe
Utara. Jurnal Teknik Pomits. 2 (I): 25-30.

Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana.

Yusuf, Yasin. 2005. Anatomi Banjir Kota Pantai. Surakarta: Pustaka


Cakra
Surakarta

https://beritagar.id/artikel/laporan-khas/banjir-konawe-utara-aroma-korupsi-
dan-kejahatan-lingkungan

http://balisafety.baliprov.go.id/

http://id.shvoong.com/exact-sciences/earth-sciences/2154828-jenis-jenis-
banjir/

http://dhenirahman.net16.net/
http://dearakhmania.blog.com/2010/10/08/ciri-ciri-banjir/
www.scribd.com/.../PEDOMAN-Penanggulangan-Banjir2007-by-Bakornas

13

Anda mungkin juga menyukai