Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH EKOLOGI LAHAN RAWA

KLASIFIKASI LAHAN RAWA


DI KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN

Dosen Pembimbing:
Muhammad Firmansyah, S.T., M.T.

Oleh:
Gusti Melly Agustina 1610815120008
Gusti Rizka Amalia H1E115006
Heru Renaldy Akbar 1610815310006
Kintan Fitriani Permata Sari 1610815220011
Muhammad Ichsan Nugroho 1610815210015
Nur Janatul Lailani 1610815220022

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S – 1 TEKNIK LINGKUNGAN
BANJARBARU
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
memberikan materi sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Ekologi Lahan
Rawa ini. Serta kepada teman-teman yang telah memberikan dukungan kepada
kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini, masih banyak
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, semua kritik dan saran yang membangun
sangat kami perlukan dalam pembuatan makalah ini. Semoga dengan selesainya
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta lingkungan sekitar kita.

Banjarbaru, 2018

Penyusun

2
DAFTARISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2


DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 4
1.3 Tujuan ................................................................................................... 4
1.4 Manfaat ................................................................................................. 4
BAB II ISI
2.1 Pengertian dan Karakteristik Lahan Rawa .......................................... 6
2.2 Klasifikasi/Jenis Lahan Rawa di Kabupaten Banjar, Kalimantan
Selatan ................................................................................................. 6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 11
3.2 Saran .................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 12

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia mempunyai kawasan rawa yang sangat luas, oleh
Nugroho et.al (1991) diperkirakan mencapai 33.4 juta hektar atau hampir
20% dari luas daratan kepulauan nusantara (197944 juta hektar). Salah
satu tipologinya adalah lahan rawa lebak (nontidal swamp).
Memberdayakan ini menjadi alternatif mengatasi keterbatasan lahan
pertanian serta mempunyai beberapa keuntungan antara lain: (1)
ketersediaan air yang melimpah, (2) topografi nisbi datar, (3) letak yang
tidak jauh dari sungai sehingga memudahkan pencapaian menggunakan
alur sungai, (4) memungkinkan pemilikan lahan yang luas atau ideal bagi
pengembangan usaha tani secara mekanis (2 ha per KK) dapat tersedia.
Disisi lain, marjinalitas lahan berupa pengendalian tata air, rendahnya
kerapatan lindak, dan adanya lapisan pirit (FeS) merupakan kendala
aktivitas pertanian khususnya penyiapan lahan, sehingga mekanisasi dan
penyiapan lahan harus dilakukan secara hati-hati (Noor, 2007).
Pada 11 Provinsi potensial termasuk Kalimantan Selatan dan
Sumatera Selatan yang memiliki lahan rawa terluas, mampu menambah
produksi GKG sebesar 3,5 juta ton dari lahan seluas 2,78 juta hektar
melalui peningkatan Indeks Pertanaman (IP). Fakta ini menunjukkan
bahwa peran lahan rawa`semakin strategis, ditinjau dari luas lahan maupun
produktivitasnya yang masih dapat ditingkatkan (Wakhid, N. dan
Syakhbuddin, H., 2013).

1.2 Rumusan Masalah


Beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam pembahasan
makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan lahan rawa?
2. Masuk klasifikasi/jenis manakah lahan rawa di Kabupaten Banjar,
Kalimantan Selatan?

1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa itu lahan rawa.
2. Untuk mengetahui klasifikasi/jenis lahan rawa di Kabupaten Banjar,
Kalimantan Selatan.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dalam pembuatan makalah ini adalah:

4
1. Setelah mempelajari materi tentang lahan rawa, diharapkan kita
semua dapat memahaminya baik pengertian, karakteristik, dan lain
sebagainya.
2. Sebagai salah satu sumber literatur dalam perkembangan dibidang
Teknik Lingkungan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Karakteristik Lahan Rawa


Lahan rawa adalah lahan yang sepanjang tahun, atau selama waktu
yang panjang dalam setahun, selalu jenuh air (saturated water), atau
tergenang (waterlogged). Oleh karena itu, yang menjadi peranan utama
dalam menggambarkan dinamika lahan rawa gambut adalah fluktuasi air
atau naik turunnya air permukaan di lahan (hidrologi). Kondisi ini
dipengaruhi oleh bentuk topografi lahan yang umumnya datar sampai agar
datar, dan jarak dari lahan ke laut. Akibat fluktuasi air ini akan
berpengaruh terhadap dinamika tanah gambut di dalamya (Suriadikarta, D.
A. 2012).
Lahan rawa terdiri atas tanah aluvial dan gambut. Tanah aluvial
dapat merupakan endapan laut (marine sediment), endapan sungai
(fluviatil sediment) atau campuran (fluvio marine sediment) (Widjaja-
Adhi, 1986). Selain tanah- tanah tersebut terdapat tanah-tanah peralihan
yang tergantung kepada ketebalan dan kadar bahan organik lapisan atas.
Tanah itu adalah: 1) Tanah Glei Humik bila berkadar bahan organik tinggi
tetapi belum mencapai persyaratan untuk disebut tanah gambut, 2) Glei
Bergambut bila lapisan atas memenuhi untuk disebut gambut tetapi
ketebalannya tidak memenuhi, yaitu kurang dari 40 cm. Tanah Glei Humik
sama dengan tanah Glei Humus rendah, sedangkan Glei Bergambut sama
dengan tanah Glei Humus (Subagjo H., 2006)

2.2 Klasifikasi/Jenis Lahan Rawa di Kabupaten Banjar, Kalimantan


Selatan
Kabupaten Banjar sebagai salah satu lumbung padi di Kalimantan
Selatan mempunyai luas lahan pertanian dengan total 8.602.952 Ha.
Terdiri dari lima tipe lahan yang didominasi oleh lahan pasang surut
dengan persentasi 44%. Begitu keterangan Kepala Dinas Tanaman Pangan
dan Hortikultura (TPH) Kabupaten Banjar, Ir H Muhammad Fachry MP,
saat konferensi pers di Aula Barakat, Selasa (24/7).
Potensi lahan Kabupaten Banjar dengan lima tipe lahan, lahan
kering seluas 13.757 Ha, pasang surut 32.252 Ha, sawah tadah hujan
13.446 Ha, irigasi 5.497 Ha dan rawa atau lebak 8.538 Ha. Untuk potensi
lahan pertanian bukan sawah di Kabupaten Banjar ada seluas 320.602 Ha
yang terdiri dari 7 tipe, diantaranya tegal kebun seluas 36.832 Ha, ladang
seluas 21.084 Ha, perkebunan 62.605 Ha, hutan rakyat 16.850 Ha.
Menurut Noor (2007) rawa lebak diartikan sebagai kawasan rawa
dengan bentuk wilayah berupa cekungan dan merupakan wilayah yang
dibatasi oleh satu atau dua tanggul sungai (levee) atau antara dataran tinggi

6
dengan tanggul sungai. Lahan rawa lebak memiliki topografi berupa
cekungan dan merupakan dataran banjir dengan masa genangan lebih
panjang. Pengaruh arus pasang surut dari air laut sangat lemah bahkan
hampir nihil. Ketentuan umum untuk kategorikan sebagai rawa lebak
adalah apabila genangan air minimal 50 cm dan lamanya genangan
minimal 3 bulan. Bentang alam (landscape) wilayah rawa lebak meliputi
wilayah tanggul sungai, dataran banjir (flood-plain) sampai lahan burit
(hinterland), termasuk sebagian wilayah rawa pedalaman atau rawa
belakang (back swamp).
Luas lahan rawa lebak di Indonesia diperkirakan mencapai 13,28
juta ha yang terdiri atas lebak dangkal 4,167 juta ha, lebak tengahan 6,075
juta ha, dan lebak dalam 3,038 juta ha. Lahan lebak yang berpotensi untuk
areal pertanian diperkirakan seluas 10,19 juta ha tetapi yang dibuka baru
seluas 1,55 juta ha sedangkan yang dimanfaatkan untuk pertanian sekitar
0,729 juta ha. Dari lahan yang telah dimanfaatkan tersebut, yang ditanami
padi hanya sekitar 694.291 ha dan yang ditanami padi 2 kali setahun baru
sekitar 62.844 ha. Dengan demikian masih terdapat areal lahan sangat luas
yang bisa dimanfaatkan untuk pertanian (Alihamsyah, 2005). Lahan rawa
lebak ini utamanya tersebar di tiga pulau besar yaitu Sumatra, Kalimantan
dan Papua. Sisanya tersebar di Pulau Sulawesi dan sebagian kecil Pulau
Jawa. Namun dari luasan rawa lebak 13,28 juta hektar tersebut baru 730
ribu hektar yang telah direklamasi dan dimanfaatkan umumnya untuk
pertanian, sisanya masih berupa lahan hutan atau rawa monoton (Balittra,
2001 diacu dalam Noor, 2007).
Ditinjau dari aspek potensi, secara umum lahan lebak sebenarnya
lebih baik dari lahan pasang surut, oleh karena tanah lahan lebak tersusun
dariendapan sungai (fluviatil), yang tidak mengandung bahan sulfidik/pirit.
Terkecualitentunya pada zona peralihan antara lahan lebak dan lahan
pasang surut. Bagian yang potensial untuk pertanian dari lahan lebak
adalah pematang (atau lebak dangkal), dan lebak tengahan, yang umumnya
dijadikan persawahan lebak dengan pertanaman palawija dan sayuran pada
galengan sawah, atau di bagianguludan/bedengan pada sistem surjan,
terutama pada lebak pematang. Sementara lebak dalam, karena bentuknya
mirip suatu cekungan, kondisi airnyarelatif masih tetap dalam walaupun di
musim kemarau, sehingga lebih sesuaiuntuk budidaya perikanan tawar
(Subagjo, 2006).
Menurut Adimihardja et al. (2006) dalam pengelolaan lahan rawa
ada duaprinsip yang harus dipertimbangkan, yaitu (a) apakah lahan rawa
akandireklamasi secara total (total reclaimed) atau (b) hanya direklamasi
sebagian(minimum disturbance). Kedua prinsip tersebut perlu ditetapkan
sebelummemutuskan untuk mengelola lahan rawa, baik untuk pertanian,
pemukimantransmigran maupun untuk penggunaan yang lainnya. Strategi

7
yang akandikembangkan di dalam mengelola lahan rawa berbeda antara
kedua prinsip tersebut.
Selain sebagai sumber pertumbuhan produksi pertanian, rawa lebak
jugamempunyai fungsi lingkungan, antara lain sebagai pengendali banjir,
pengendalikekeringan, penyimpan dan pendaur air, penawar pencemaran
lingkungan, danpenghasil bahan bakar (kayu arang, gambut). Manfaat
rawa ini sebagaipenyangga lingkungan, sehingga rawa sejatinya harus
ditempatkan dalam suaturancangan pengelolaan terpadu antara dua
kepentingan yang salingmenguntungkan, antara kepentingan produksi
dengan kepentingan ekologi ataulingkungan sehingga tercapai upaya
pengembangan yang seimbang danberkelanjutan (Noor, 2007).

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

9
DAFTAR PUSTAKA

Alihamsyah T. 2005. Pengembangan Lahan Rawa Lebak untuk Usaha Pertanian.


Banjarbaru: Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Khairah, S. J. 2011. Potensi Pengembangan Lahan Rawa Lebak untuk Perluasan
Lahan Padi di Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan.Tesis
Magister Sains. Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah
Noor, M. 2007. Rawa Lebak Ekologi, Pemanfaatan, dan Pengembangannya.
Jakarta: Rajawali Pers.
Rendy. 2018. Ini Potensi Pertanian di Kabupaten Banjar, Lahan Rawa Lebak 8.538
Ha. https://www.kanalkalimantan.com/ini-potensi-pertanian-di-kabupaten-
banjar-lahan-rawa-lebak-8-538-ha/ (diakses pada 25 September 2018)
Subagjo, H. 2006. Klasifikasi dan penyebaran lahan rawa. Buku karakteristik dan
pengelolaan lahan rawa. Hlm 1-22. Balai Besar Litbang Sumberdaya
Lahan Pertanian. Badan Litbang Pertanian. 2006.
Suriadikarta, D.A. 2012. Teknologi Pengelolaan Lahan Rawa Berkelanjutan:
Studi Kasus Kawasan Ex PLG Kalimantan Tengah. Jurnal Sumberdaya
Lahan Vol. 6 No. 1. ISSN 1907-0799
Wakhid, N. dan Syakhbuddin, H. 2013. Peta Kalender Tanam Padi Lahan Rawa
Lebak di Kalimantan Selatan Di Tengah Perubahan Iklim Global (Crop
Calender Map of Paddy in South Kalimantan Fresh Swampland in Facing
Global Climate Change). Jurnal Ilmiah Geomatika. Volume 19 No. 1 (32-
39)
Widjaja-Adhi. I P.G. 1986. Pengelolaan lahan rawa pasang surut dan lebak.
Jurnal Badan Litbang Pertanian V(1):1-9.

10

Anda mungkin juga menyukai