Anda di halaman 1dari 14

FITOREMEDIASI

MAKALAH
KESEHATAN LINGKUNGAN
Potensi Fitoremediasi Eceng Gondok (Eichornia crassipes)
Dalam Mereduksi Logam Berat Seng (Zn) Dari Perairan
Danau Tempe Kabupaten Wajo

Dosen: Dr. Ana Rossiana, M.Si.

Disusun oleh :

KELOMPOK 6
Ari Febry Setiawan (1710815310004)
Alya Dita Aliyanti (1810815120024)
Fadlianoor (1810815210018)
Frissilia Destania (1810815220004)
M. Rifky Falahudin R (1810815110025)

PROGRAM STUDI S1-TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
20192017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt. karena atas ridho-Nya makalah yang
berjudul ” Potensi Fitoremediasi Eceng Gondok (Eichornia crassipes) Dalam Mereduksi
Logam Berat Seng (Zn) Dari Perairan Danau Tempe Kabupaten Wajo” ini dapat diselesaikan
dan diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur matakuliah Bioeremediasi. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, Kami sebagai penulis pun sadar
bahwa kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Namun sebagai manusia, kita pun harus
berusaha memberikan yang terbaik dalam hal apapun. Oleh karena itu kritik dan saran dari
dosen pengampu yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada dosen mata kuliah Kesehatan
Lingkungan yang telah memberikan bimbingan untuk membuat makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat secara khusus bagi kami maupun secara umum bagi
pembacanya. Semoga Allah swt. senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Banjarbaru, 4 April 2017


DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2

BAB I ...................................................................................................................................................... 5

PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 5

1.1. Latar Belakang ........................................................................................................................ 5

1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................................... 6

1.3. Tujuan ..................................................................................................................................... 6

BAB II..................................................................................................................................................... 7

PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 7

2.1. Pengertian Fitoremediasi.............................................................................................................. 7

2.2. Mekanisme Fitoremediasi ............................................................................................................ 7

2.2.1. Mekanisme Fitoremediasi Pada Logam Berat .................................................................... 10

2.3. Fitoremediasi Pada Tanaman Eceng Gondok ............................................................................ 11

BAB III ................................................................................................................................................. 13

PENUTUP ............................................................................................................................................ 13

3.1. Kesimpulan ................................................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................... 13


BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik di darat,
perairan maupun udara. Logam berat yang sering mencemari lingkungan terutama adalah
merkuri (Hg), timbal (Pb), cadmium (Cd), arsenik (Ar), chromium (Cr), nikel (Ni) dan besi
(Fe) (Palar, 2004). Salah satu lingkungan yang mudah tercemar yaitu perairan, sebab limbah
dari industri berupa limbah cair kebanyakan langsung dibuang ke sungai tanpa diolah terlebih
dahulu.

Logam berat dapat meracuni tubuh makhluk hidup apabila terakumulasi di dalam tubuh
dalam waktu yang lama dan di atas ambang batas toleran. Sebaliknya beberapa jenis logam
biasanya digunakan untuk pertumbuhan kehidupan biologis, misalnya pada pertumbuhan alga
atau tanaman air lain. Apabila tidak ada logam maka pertumbuhannya akan terhambat,
namun jumlah yang berlebihan akan mempengaruhi kegunaannya karena menimbulkan

Terjadinya kontaminasi tanah dan air oleh logam – logam berat misalnya sebagai akibat
dariaktivitas manusia, pertanian dan industry. Diantara logam berat tersebut, logam timbal
(Pb) merupakan pencemar potensial yang mudah terakumulasi dalam tanah dan sedimen.
Peraturan pemerintah Nomor 18 Tahun 1999, menyatakan logam timbal (Pb) adalah salah
satu logam berat yang termasuk ke dalam kelompok bahan beracun dan berbahaya (B3).
Keberadaann logam timbal di perairan dpat bertambah bila terjadi introduksi dari berbgai
sumber yang mengandung logam tersebut. Logam timbal diperairan berada dalam berbagai
keadaan, baik berbetuk ion bebas maupun kompleks yang larut tersorbsi (Bahri. 2010).

Konsep mengolah air limbah dengan menggunakan media tanaman atau lebih populer
disebut “fitoremediasi” telah lama dikenal oleh manusia, bahkan digunakan juga untuk
mengolah limbah berbahaya (B3) atau untuk limbah radioaktif. Fitoremediasi adalah
penggunaan tumbuhan atau pohon untuk menyisihkan atau menetralkan kontaminan, seperti
yang berada dalam tanah atau air yang tercemar.

Fakta membuktikan bahwa tumbuhan air dapat mengakumulasi logam – logam dari
lingkungannya dan kadarnya bertambah pada trofik dengan pengaruh akumulasinya.
(Miretzky, dkk. 2004 dalam Bahri, 2010). Diantara tumbuhan air yang hidupnya mengapung
adalah eceng gondok (Eichornia crassipes). Dipilihnya enceng gondok karena berdasarkan
penelitian-penelitian sebelumnya tanaman ini memiliki kemampuan untuk mengolah limbah,
baik itu berupa logam berat, zat organik maupun anorganik.

Eceng gondok (Eichornia crassipes) merupakan tumbuhan akuatik yang secara


teroritis dapat menyerap air dan unsur yang terdapat didalamnya sehingga dapat digunakan
sebagai bioindikator dalam penyebaran radionuklida dan depolutan pada limbah radiaktif.
(Setiawati. 2004).

1.2.Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian fitoremediasi ?
2. Bagaimana mekanisme fitoremediasi ?

1.3.Tujuan
1. Mengetahui tujuan fitoremediasi
2. Mengetahui mekanisme fitoremediasi
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Fitoremediasi
Fitoremidiasi didefinisikan sebagai penggunaan tanaman atau tumbuhan untuk
menyerap mendegradasi, menghilangkan, menstabilkan atau menghancurkan bahan
pencemar khususnya logam berat maupun senyawa organik lainnya . Pada penelitian
fitoremediasi di lapangan ada beberapa persyaratan bagi tanaman yang akan
digunakan dalam penelitian terebut. Tidak semua jenis tanaman dapat digunakan
karena tidak semua tanaman dapat melakukan metabolisme, volatilisasi dan
akumulasi semua polutan dengan mekanisme yang sama (Caroline dan Moa, 2015).

Keuntungan fitoremediasi adalah dapat bekerja pada senyawa organik dan


anorganik, prosesnya dapat dilakukan secara insitu dan eksitu, mudah diterapkan dan
tidak memerlukan biaya yang tinggi, teknologi yang ramah lingkungan dan bersifat
estetik bagi lingkungan, serta dapat mereduksi kontaminan dalam jumlah yang
besar.Sedangkan kerugian fitoremediasi ini adalah prosesnya memerlukan waktu
lama, bergantung kepada keadaan iklim, dapat menyebabkan terjadinya akumulasi
logam berat pada jaringan dan biomasa tumbuhan, dan dapat mempengaruhi
keseimbangan rantai makanan pada ekosistem.

Kemampuan biologis dan kimia pohon di atas tanah (misalnya, pengurangan


polusi udara) Tampaknya dipahami dengan baik oleh kebanyakan orang. Studi telah
menunjukkan bahwa pohon bisa ditangkap jumlah yang luar biasa dari partikel dari
atmosfer untuk meningkatkan kualitas udara lokal (Beckett et al. 2000).

2.2. Mekanisme Fitoremediasi


Tanaman memiliki kapasitas untuk menyerap, menurunkan, Transform, kontaminan
sequester selain menghasilkan biomassa. Durasi Fitoremediasi, jenis dan jumlah spesies
yang dibutuhkan di tempat tertentu bergantung pada Karakteristik dan sebagian besar
jenis kontaminan. Faktor yang paling penting itu Harus dipertimbangkan dimana
fitoremediasi digunakan adalah:
1. Kategori Kontaminan
2. Spesies Tumbuhan
3. Tingkat Kontaminasi
4. Area Terkontaminasi
5. Ukuran dan Kedalaman
6. Kondisi Lokasi (ketersediaan unsur hara, kandungan bahan organik tanah, air
tanah, tanah Aerasi)
7. Jenis dan jumlah tanaman yang dibutuhkan (Hettiarachchi et al 2012).
Fitoremediasi pada tanaman terjadi melalui mekanisme yang berbeda. Amerika
Serikat Badan Perlindungan Lingkungan (Dewan Teknologi Interstate dan Regulatory
Council [ITRC] 2009) mendefinisikan mekanisme ini sebagai Phytotechnologies sejak,
dari sudut pandang peraturan, bersih Tujuannya bisa mencakup penahanan, remediasi,
atau keduanya.
Tanaman memiliki kemampuan untuk memperbaiki situs yang terkontaminasi
dengan beberapa cara. Itu Sistem akar adalah tempat mekanisme utama yang mencegah
toksisitas dapat ditemukan. Kontaminan diaduk oleh akar, sementara pelepasannya
bersifat organik dan anorganik Eksudat di rhizosfer. Eksudat akar memiliki peran
penting dalam mempengaruhi Jumlah dan aktivitas mikroorganisme, agregasi dan
stabilitas partikel tanah, Ketersediaan kontaminan Tanaman adalah host untuk aerobik
dan anaerobik Mikroorganisme dan akar dan tunas meningkatkan aktivitas mikroba.
Mereka juga Meningkatkan evapotranspirasi, menyerap senyawa di akar dan
memperlambat pergerakan kontaminan dalam tanah.

Studi penelitian mengklasifikasikan teknologi fitoremediasi ke dalam kategori


utama: Phytoextraction, phytovolatilization, phytodegradation, rhizodegradation,
rhizofiltrasi, Fitostabilisasi dan kontrol hidrolik. Ada kesamaan di antara mereka, jadi a
Kombinasi teknologi mungkin lebih berhasil. Semua teknologi memengaruhi Massa
kontaminan di tanah, sedimen atau air (EPA 2000; Kvesitadze et al 2006; Van Epps
2006; Dordio & Carvalho 2011; Ali et al 2013).
Menurut Boros dan Micle (2014) mekanisme kerja fitoremediasi mencakup
proses fitoekstraksi, rhizofiltrasi, fitodegradasi, fitostabilisasi dan fitovolatilisasi.
1. Fitoekstraksi adalah penyerapan logam berat oleh akar tanaman dan
mengakumulasi logam berat tersebut ke bagian-bagian tanaman seperti akar, batang dan
daun.
2. Rhizofiltrasi adalah pemanfaatan kemampuan akar tanaman untuk menyerap,
mengendapkan, mengakumulasi logam berat dari aliran limbah.
3. Fitodegradasi adalah metabolisme logam berat di dalam jaringan tanaman oleh
enzim seperti dehalogenase dan oksigenase.
4. Fitostabilisasi adalah kemampuan tanaman dalam mengekkresikan
(mengeluarkan) suatu senyawa kimia tertentu untuk mengimobilisasi logam berat di
daerah rizosfer (perakaran).
5. Fittovolatilisasi terjadi ketika tanaman menyerap logam berat dan melepaskannya
ke udara lewat daun dan ada kalanya logam berat mengalami degradasi terlebih dahulu
sebelum dilepas lewat daun.
Untuk phytovolatilization, penilaian risiko kesehatan lingkungan harus dilakukan
Pastikan bahwa toksin yang dilepaskan tidak akan membahayakan. Studi tentang
fitoremediasi Selenium (Se) dan merkuri (Hg) menunjukkan bahwa penyebaran yang
mudah menguap sangat encer dan tidak Menimbulkan ancaman apapun (Boros dan
Micle 2014).
Pada tingkat seluler dan molekuler tanaman ada banyak mekanisme yang terlibat
dalam Interaksi dan pengambilan elemen yang berbeda. Sistem yang dijelaskan
sebelumnya belum tentu Eksklusif di setiap tanaman individu (Boros dan Micle
2014).Saat tanaman mengalami organik Kontaminan, karena mereka buatan manusia
dan asing untuk fisiologi tanaman, mereka memasuki tanaman Melalui difusi, namun
dalam kasus anorganik, karena keduanya mengandung nutrisi atau serupa Alam,
mereka bergerak melalui dengan protein transportasi
2.2.1. Mekanisme Fitoremediasi Pada Logam Berat

Tanaman hidup bisa dilihat sebagai a Pompa berbasis solar karena mampu
mengekstrak dan memusatkan unsur-unsur tertentu Lingkungan yang terkontaminasi.
Setelah panen tanaman yang kaya akan akumulasi Kontaminan, proses berikut mungkin
pengeringan, ashing atau pengomposan (Raskin et al 1997).
Revathi & Venugopal (2013) mekanisme biokimia tanaman dalam kasus
fitoremediasi logam berat adalah :
1. Adsorpsi - permukaan akar merupakan faktor kunci karena menyerap unsur
Nutrisi, mengikat polutan dan nutrisi dan menyukai interaksi antara tanaman Akar dan
mikroba tanah dengan tujuan meningkatkan bioavailabilitas logam;
2. Akumulasi dan transportasi: - Peran protein transporter - protein dan peptida yang
meningkatkan pengikatan logam Pada tanaman dapat memperbaiki toleransi atau akumulasi
logam; - Agen pengkelat (chelator alami dan sintetis) - agen pengkelat ditambahkan ke
Tanah membantu meningkatkan bioavailabilitas logam, pengambilan dan translokasi logam
berat;
3. Translokasi - akar sel ion logam penyerapan dan transportasi mereka ke pucuk,
Proses di mana sistem transportasi membran memiliki peran utama;
4. Detoksifikasi - hyperaccumulators memiliki karakteristik besar menjadi sangat
Efisien dalam detoksifikasi dan penyerapan tanpa efek fitotoksik Untuk adsorpsi sejumlah
besar logam berat; - Kompartementalisasi vakuolar - vakuola adalah tempat penyimpanan
utama yang berat Logam di dalam sel tanaman dan ada kompartementalisasi vakuolar untuk
mengendalikan Distribusi dan konsentrasi ion logam untuk membatasi bagian lain dari sel
Memiliki akses terhadap kontaminan; - pengoksidasi - ion logam diubah menjadi keadaan
volatil;
5. hiperakumulasi - ion logam terkonsentrasi untuk> 0,1-1% dari kering Berat
tanaman.
2.3. Fitoremediasi Pada Tanaman Eceng Gondok
Proses fitoremediasi melibatkan mitigasi Konsentrasi polutan di tanah yang
terkontaminasi, air Atau udara dengan tanaman mampu mengandung, menurunkan atau
Menghilangkan logam, pestisida, pelarut, bahan peledak, Minyak mentah dan
turunannya (Raskin, 1996).
Beberapa tanaman air dapat mengakumulasi logam dan banyak spesies menderita
phytoxicity sementara yang lain tumbuh dengan mudah dengan adanya logam. Terdapat
tujuh spesies dalam keluarga Pontederiaceae dan Tiga genus Genera yang Eichhornia
(Kunth), Hetherauteria (Puiz dan Par) dan Pontederia (L). Genus Eichhornia terdiri dari
tiga spesies yaitu; E. crassipes (umum eceng gondok), E. Azurea (berakar eceng gondok)
dan E. paniculata (Eceng gondok tropis Brasil). Genus Hetherauteria juga memiliki tiga
spesies yang H. reniforms (Ginjal daun lumpur pisang), H. dubia (rumput lumpur daun
pisang) dan H. Limosa (Blue lumpur pisang) sementara genus pontederia hanya memiliki
satu spesies, P. crassipes (Richard, 1999).
Di Afrika, E. crassipes pertama kali dilaporkan di sungai Nil Sungai pada tahun
1956 dan telah menyebar pada tahun 1966 ke Jebel Bendungan Aulia di dekat Khartoun
(Cook, 1976). E. crassipes pertama kali dilaporkan di Lagos pada tahun 1984. memiliki
Diperluas ke bagian lain negara termasuk Yenagoa, Bayelsa State, Ahoada dan Sungai
Choba Negara Bagian Rivers semua di Delta Niger Area Nigeria. Spesies invasif
mengambang ini Eichhornia mungkin adalah tanaman paling produktif Spesies di Dunia
Sungai dan kanal. Dedaunan Dari tanaman tersebut mewakili 60-70% enceng gondok
Biomassa tanaman dan tingkat turn over daun dapat berkisar 60-70% per bulan (Schmitz
et al, 1993)
Eceng gondok menyebabkan masalah di banyak daerah Dunia dengan mengganggu
aktivitas manusia seperti Memancing, irigasi dan navigasi. Ini juga berbentuk mikro
Habitat beberapa hewan air, burung dan penyakit Vektor. Dekomposisi tanaman jika
besar Biomassa tanaman terbunuh sekaligus, bisa habis Semua oksigen di dalam air.
Terlepas dari semua masalah ini Dibuat eceng gondok beberapa laporan positif Telah
direkam Misalnya sudah Dilaporkan bermanfaat dalam pembuatan biogas karena
Kandungan metana 64% (Gopal, 1987). Itu juga Digunakan sebagai pupuk, untuk pakan
ternak, produksi kertas dan untuk pemurnian air (Isichei et al., 2003).

Eichhornia crassipes, merupakan tanaman air mengambang bebas termasuk


kedalam family Pontederiaceae. Tanaman ini memiliki kandungan nitrogen tinggi dan
dalam kombinasi dengan kotoran sapi, bisa digunakan untuk produksi biogas
(Bhattacharya dan Pawan 2010 ). Besar tingkat bio-produksi massal, toleransi yang
tinggi terhadap polusi, dan Kapasitas penyerapan logam berat dan unsur hara (Chanakya
Et al. 1993 ; Singhal dan Rai 2003 ; Ingole dan Bhole 2003 ; Liao dan Chang 2004 ;
Jayaweera dan Kasturiarachchi 2004 ; Swarna- latha et al. 2015 ) Memenuhi syarat
untuk digunakan dalam pengolahan air limbah Kolam.
BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan, Fitoremediasi adalah penggunaan
tanaman atau tumbuhan untuk menyerap mendegradasi, menghilangkan, menstabilkan
atau menghancurkan bahan pencemar khususnya logam berat maupun senyawa organik
lainnya. Terdapat beberapa tahap mekanisme kerja dalam fitoremediasi yaitu
Fitoekstraksi, Rhizofiltrasi, Fitodegradasi, Fitostabilisasi dan Fittovolatilisasi.

DAFTAR PUSTAKA
Bahri, Syamsul. 2010. Firoremediasi Timbal (Pb) dalam Air Tercemar oleh Tumbuhan Air
Great Duckweed (Spirodela polyrhiza). Jurnal Teknik Hidraulik. Vol.1 No,2 : 95 –
192.

Beckett, P. K., Freer-Smith, P., and Taylor, G. (2001). Effective Tree Species For Local
Air Quality Management. Journal of Arboriculture. 26 (1).

Boros, Melania dan Micle, Valer. 2014. Study on the mechanisms of phytoremediation.
Journal of Environmental Research and Protection. 11 (3) : 1 – 7.

Caroline, Jenny dan Moa. 2015. Fitoremediasi Logam Timbal (Pb) Menggunakan
Tanaman Melati Air (Echinodorus palaefolius) Pada Limbah Industri Peleburan
Tembaga dan Kuningan. Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan.
Surabaya : Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya.

Dordio A., Carvalho A. J. P., 2011 Phytoremediation: An option for removal of organic
xenobiotics from water. In: Handbook of phytoremediation. Nova Science
Publishers, Inc., New York, Chapter 2, pp. 51-92.

Hettiarachchi G. M., Nelson N. O., Agudelo-Arbelaez S. C., Mulisa Y. A., Lemunyon J.


L., 2012 Phytoremediation: protecting the environment with plants. Kansas State
University.

Isichei, T.O, Ukpe, U.U and John, O.O, (2003). Production of paper from water Hyacinth
(Eichhornia crassipes) Journal of Nigerian Environmental Society (JNES), pp 1,3:413-416.

Raskin, .I., (1996). Plant Genetic Engineering. Proc. Nat. Acad. Sci., pp; 93; 3164-3166.

Richard, P.W., (1999). Atlas of Florida Vascular Plant Gamesville, FL, University Press,
Florida.

Raskin I., Smith R. D., Salt D. E., 1997 Phytoremediation of metals: using plants to
remove pollutants from the environment. Plant Biotechnology 8:221–226.

Revathi S., Venugopal S., 2013 Physiological and biochemical mechanisms of heavy
metal tolerance. International Journal of Environmental Sciences 3(5):1339-1354.

Setiawati. 2005. Kajian Eceng Gondok Sebagai Fitoremediasi 134Cs. Jurnal Penelitian.
Vol. 7 No. 1 : 11 – 15.

Schmitz, D.C., Schard, J.D., Leslie, S.J., Dray Jr. F.A. Oshorne, J.A, and Nelson, B.V.
(1993). The Ecological impact and management. History of three invasive Alien
Aquatic Plant Species in Florida. B.N. Mcknight (ed). Biological Pollution. The
control and impact of invasive exotic species. Indiana Academy of Science
Indianapolis, IN.

Anda mungkin juga menyukai