Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM LINGKUNGAN

PERCOBAAN 2
KEBISINGAN

NAMA : MUHAMMAD WILDY FADHILY JOEDANER PUTRA


NIM : 1710815110013
KELOMPOK : VI
ASISTEN : DANIEL GUNTUR LAKSANA PUTRA

NILAI PARAF

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2019
PERCOBAAN 2
KEBISINGAN

I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengukur tingkat pada suatu
tempat dan mengetahui cara pengukuran tingkat kebisingan.

II. TUNJAUAN PUSTAKA


Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau
kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Kebisingan
dibagi menjadi tiga macam berdasarkan asal sumbernya (Wardhana, 2001)
yaitu kebisingan impulsif, kebisingan kontinyu, dan kebisingan semi
kontinyu. Kadiyali (2009) menyatakan efek merugikan dari kebisingan lalu
lintas dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu efek subjektif, efek
perilaku, dan efek psikologis. Untuk mengukur kebisingan digunakan alat
audiometer, noisemeter, sound level meter dan satuannya dinyatakan dalam
ukuran decibel Aweighted (dBA). Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
(1996) memaparkan bahwa untuk kawasan permukiman tingkat kebisingan
maksimum yang diperbolehkan berkisar 55 dBA. (Handayani et al., 2016)
Pertumbuhan kawasan permukiman semakin tahun semakin
mengalami peningkatan sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk.
Hal ini juga berhubungan dengan meningkatnya pengguna kendaraan
bermotor, terutama di Indonesia. Hal ini juga menyebabkan meningkatnya
volume kendaraan di area permukiman, yang secara tidak langsung
menimbulkan dampak kebisingan bagi penghuni di sekitar pemukiman
tersebut (kenyamanan). Bahkan peningkatan jumlah kendaraan bermotor
yang selalu meningkat tidak sebanding dengan prasarana yang ada, dan
lalulintas semakin padat pada jalan yang sempit. Pengendara yang melewati
jalan di sekitar permukiman juga tidak menghiraukan kecepatan kendaraan
yang mereka gunakan, sehingga kondisi ini menyebabkan rawan
kecelakaan dan menimbulkan gangguan kenyamanan serta kesehatan
manusia yang ditimbulkan oleh kebisingan suara kendaraan bermotor.
Karena seringnya pengendara tidak mengikuti kecepatan yang telah
disarankan, sehingga warga yang bermukim di sekitar permukiman tersebut
membuat alat pengendali kecepatan vertikal yang sering kita sebut dengan
istilah “polisi tidur”. (Handayani et al., 2016)
Intensitas kebisingan (bunyi) adalah arus energi per satuan luas yang
dinyatakan dalam satuan desibel (dB). Maka ada batasan nilai untuk
intensitas agar dapat didengar maupun mendengar.
Menurut keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Baku tingkat
kebisingan yaitu :

Peruntukan Kawasan/ Tingkat kebisingan


Lingkungan Kegiatan DB (A)
a. Peruntukan Kawasan
1. Perumahan dan Pemukiman 55
2. Perdagangan dan Jasa 70
3. Perkantoran dan Perdagangan 65
4. Ruang Terbuka Hijau 50
5. Industri 70
6. Pemerintahan dan Fasilitas Umum 60
7. Rekreasi 70
8. Khusus
- Bandar Udara *)
- Stasiun Kereta Api *)
- Pelabuhan Laut 70
- Cagar budaya 60
b. Lingkungan Kegiatan
1. Rumah Sakit atau sejenisnya 55
2. Sekolah atau sejenisnya 55
3. Tempat ibadah atau sejenisnya 55
Sumber : : Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1996
Menurut keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun
1996. Pengukuran tingkat kebisingan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Cara Sederhana
Dengan sebuah sound level meter biasa diukur tingkat tekanan bunyi dB (A)
selama 10 (sepuluh) menit untuk tiap pengukuran. Pembacaan dilakukan
setiap 5 (lima) detik.
2. Cara Langsung
Dengan sebuah integrating sound level meter yang mempunyai fasilitas
pengukuran LTM5, yaitu Leq dengan waktu ukur setiap 5 detik, dilakukan
pengukuran selama 10 (sepuluh) menit. Waktu pengukuran dilakukan
selama aktifitas 24 jam (LSM) dengan cara pada siang hari tingkat aktifitas
yang paling tinggi selama 16 jam (LS) pada selang waktu 06.00 – 22.00 dan
aktifitas malam hari selama 8 jam (LM) pada selang 22.00 – 06.00.

Setiap pengukuran harus dapat mewakili selang waktu tertentu dengan


menetapkan paling sedikit 4 waktu pengukuran pada siang hari dan pada malam
hari paling sedikit 3 waktu pengukuran, sebagai contoh :
- L1 diambil pada jam 07.00 mewakili jam 06.00 – 09.00
- L2 diambil pada jam 10.00 mewakili jam 09.00 – 11.00
- L3 diambil pada jam 15.00 mewakili jam 14.00 – 17.00
- L4 diambil pada jam 20.00 mewakili jam 17.00 – 22.00
- L5 diambil pada jam 23.00 mewakili jam 22.00 – 24.00
- L6 diambil pada jam 01.00 mewakili jam 24.00 – 03.00
- L7 diambil pada jam 04.00 mewakili jam 03.00 – 06.00

Keterangan :
- Leq : Equivalent Continuous Noise Level atau tingkat Kebisingan
Sinambung Setara ialah nilai tingkat kebisingan dari kebisingan yang berubah
ubah (fluktuatif) selama waktu tertentu, yang setara dengan tingkat kebisingan
dari kebisingan ajeg (steady) pada selang waktu yang sama.
Satuannya adalah dB (A).
- LTM5 : Leq dengan waktu sampling 5 detik
- LS : Leq selama siang hari
- LM : Leq selama malam hari
- LSM : Leq selama siang dan malam hari

Kebisingan lingkungan didukung oleh faktor yang meliputi kegiatan


industri, transportasi, kegiatan perumahan, dan lainnya. Kebisingan lalu lintas
adalah salah satu masalah kebisingan lingkungan, penyebab utama masalah ini
adalah kendaraan bermotor, pesawat terbang, dan kereta api. Polusi kebisingan
lalu lintas mungkin merupakan salah satu pencemaran sehari-hari yang kita
abaikan, menganggapnya mengganggu tetapi tidak benar-benar merusak
kesehatan atau kesejahteraan kita. Ini karena kebisingan yang terjadi hanya
masalah lokal dan tidak dipindahkan ke tempat yang jauh seperti polusi udara
dan air. (Abdullah et al., 2019)
Dalam bidang kesehatan, kebisingan diartikan sebagai suara yang dapat
menurunkan pendengaran, baik secara kualitatif (penyempitan spektrum
pendengaran) maupun secara kuantitatif (peningkatan ambang pendengaran),
berkaitan dengan faktor intensitas, frekuensi, dan pola waktu. Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 718/Menkes/Per/XI/1987, kebisingan
adalah terjadinya bunyi yang tidak diinginkan sehingga mengganggu dan atau
dapat membahayakan kesehatan. Bising ini merupakan kumpulan nadanada
dengan bermacam-macam intensitas yang tidak diingini sehingga mengganggu
ketentraman orang terutama pendengaran (Anshari et al, 2018)
Kebisingan menyebabkan berbagai gangguan terhadap tenaga kerja,
seperti gangguan fisiologis, gangguan psikologis,gangguan komunikasi dan
ketulian. Ada juga yang menggolongkan gangguan kebisingan berupa
gangguan auditory, misalnya gangguan terhadap pendengaran dan gangguan
non-auditory seperti komunikasi terganggu, ancaman bahaya keselamatan,
menurunnya performance kerja, kelelahan dan stress. Dampak kebisingan
terhadap kesehatan pekerja secara lebih rinci dapat digambarkan sebagai
berikut :
1. Gangguan fisiologis
Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi,
basal metabolisme, konstruksi pembuluh darah kecil terutama pada bagian
kaki, dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.
2. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang kosentrasi,
susah tidur, emosi dan lain-lain. Pemaparan jangka waktu lama dapat
menimbulkan penyakit, psikosomatik seperti gastristis, penyakit jantung
koroner dan lain-lain.
3. Gangguan Komunikasi
Gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan
mungkin terjadi kesalahan, terutama bagi pekerja baru yang belum
berpengalaman. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung akan
mengakibatkan bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan tenaga kerja,
karena tidak mendengar teriakan atau isyarat tanda bahaya dan tentunya
akan dapat menurunkan mutu pekerjaan dan produktifitas kerja.
4. Gangguan Keseimbangan
Gangguan keseimbangan ini mengakibatkan gangguan fisiologis seperti
kepala pusing, mual dan lain-lain.
5. Gangguan Terhadap Pendengaran (Ketulian)
Diantara sekian banyak gangguan yang ditimbulkan oleh bising, gangguan
terhadap pendengaran adalah gangguan yang paling serius karena dapat
menyebabkan hilangnya pendengaran atau ketulian. Ketulian ini dapat
bersifat progresif atau awalnya bersifat sementara tapi bila bekerja terus
menerus di tempat bising tersebut maka daya dengar akan menghilang
secara menetap atau tuli (Buchari, 2007).

Pengendalian kebisingan terhadap kesehatan pekerja pada dasarnya


dapat dilakukan terhadap sumbernya, perjalanannya dan penerimanya.
Penanganan kebisingan terhadap sumbernya dengan cara desain akustik,
dengan mengurangi vibrasi, mengubah struktur dan lainnya. Penanganan
kebisingan terhadap perjalanannya dengan cara jarak diperjauh, akustik
ruangan dan enclosure Penanganan kebisingan terhadap penerimanya
dengan cara alat pelindung telinga, enclosure (mis.dalam control room) dan
administrasi dengan rotasi dan mengubah schedule kerja (Buchari, 2007)

III. MATERI DAN METODE


A. ALAT
Alat-alat yang digunakan adalah Sound Level Meter, stopwatch dan
alat tulis.

B. METODE
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah pengukuran
tingkat kebisingan pada suatu tempat dengan cara dilakukan pengukuran di
titik sampel yang telah ditentukan. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan alat Sound Level Meter selama 10 menit dengan bantuan
stopwatch. Hasil pengukuran dicatat setiap 5 detik kemudian dihitung dan
dibandingkan dengan nilai baku tingkat kebisingan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. HASIL
Tabel 1. Data Lapangan Tingkat Kebisingan L1

WAKTU TINGKAT KEBISINGAN PADA MENIT KE-(DB)


(DETIK) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
5 44,6 40,3 70,1 57,4 38,8 46,7 72,5 70 44,2 51
10 54,6 43,9 44 44,5 45,8 55,6 62,5 23 50,1 55,6
15 66,6 67,6 55,5 48,2 64,5 53,5 79 71,1 53,2 45,8
20 44,8 50,5 47,6 48,3 46 44,7 56,8 43,3 50,4 58,9
25 42,1 63,3 56,3 54,5 53,9 22,8 61,4 46,6 45,1 80,2
30 49,4 38,2 44,6 51,1 77,3 74,5 51 61,8 61,3 52,9
35 52,4 47,5 45,3 63,9 55,6 51,2 70,6 72,1 55,5 51,2
40 49,1 59 59,6 48,2 44,7 39,2 64,7 73,3 66,5 57,7
45 51,7 48 56,4 42,1 44,7 71,4 68,9 50,5 61,9 50,5
50 71 50,8 55,9 48,8 46,8 52,6 48,8 48 64 55,2
55 62,9 51,6 81,3 55 57,6 64,3 60,1 50 68,2 51,8
60 58,9 61,2 59,1 45,2 44,5 51,4 49,3 56,9 56,9 48,2

Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi L1


INTERVAL NILAI
FREKUENSI
BISING TENGAH
22,8 - 30,2 26,5 2
30,3 - 37,7 34 0
37,8 - 45,2 41,5 20
45,3 - 52,7 49 38
52,8 - 60,2 56,5 28
60,3 - 67,7 64 16
67,8 - 75,2 71,5 12
75,3 - 82,7 79 4
JUMLAH 120

Diketahui
Data maksimal = 81,3
Data minimal = 22,8
Range = 81,3 – 22,8 = 58,5
Jumlah Kelas = 1 + 3.3 log 120 = 7,9

Interval kelas = r⁄k = 58,5⁄7,9 = 7,4

Tabel 2. Data Lapangan Tingkat Kebisingan L2

WAKTU TINGKAT KEBISINGAN PADA MENIT KE-(DB)


(DETIK) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
5 47,3 44,0 56,4 63,9 44,1 64,3 52,5 68,9 44,6 74,4
10 50,6 17,0 51,7 52,5 60,3 56,1 70,6 38,7 56,5 73,2
15 45,6 58,1 27,4 78,3 69,5 41,9 75,0 69,4 59,7 78,4
20 70,3 75,0 52,3 68,1 70,9 53,0 60,9 36,7 49,3 61,3
25 68,3 63,5 51,4 43,3 44,4 69,2 57,4 55,3 74,6 56,5
30 60,1 35,0 53,2 41,9 64,4 65,1 54,6 53,6 62,8 72,8
35 53,9 61,4 42,8 62,8 65,0 52,1 49,7 45,5 60,3 64,8
40 53,9 48,0 75,0 73,3 54,9 50,3 60,4 61,7 54,3 70,9
45 49,9 67,4 39,9 66,3 47,7 33,7 67,3 53,5 78,8 71,2
50 30,4 57,2 71,3 63,8 50,1 70,3 48,3 52,8 55,7 72,5
55 42,3 57,8 65,7 40,7 46,6 54,7 67,0 54,7 44,6 51,6
60 62,1 46,0 63,4 49,1 69,4 45,6 56,8 59,9 63,9 68,8

Tabel 2.1 Distribusi Frekuensi L2


INTERVAL NILAI
FREKUENSI
BISING TENGAH
17 -24,9 20,95 1
25 - 32,9 28,95 2
33 - 40,9 36,95 6
41 - 48,9 44,95 19
49 - 56,9 52,95 33
57 - 64,9 60,95 25
65 - 72,9 68,95 24
73 - 78,8 74,85 10
JUMLAH 120

Diketahui
Data maksimal = 78,8
Data minimal = 17,0
Range = 78,8 – 17,0 = 61,8
Jumlah Kelas = 1 + 3.3 log 120 = 7,9

Interval kelas = r⁄k = 61,8⁄7,9 = 7,9

Tabel 3. Data Lapangan Tingkat Kebisingan L3


Tabel 4. Data Lapangan Tingkat Kebisingan L4

WAKTU TINGKAT KEBISINGAN PADA MENIT KE-(DB)


(DETIK) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
5 53,2 54,7 61,9 51,7 66,6 44,0 62,3 58,8 56,3 65,0
10 46,0 55,0 44,5 54,1 69,3 61,7 52,7 52,9 40,5 69,1
15 47,7 61,5 70,7 48,8 67,4 59,3 55,0 69,6 48,2 54,0
20 50,7 55,2 57,7 57,5 67,9 59,8 71,2 62,7 55,2 60,4
25 47,8 50,1 48,1 36,9 61,7 50,4 55,4 71,6 58,1 43,4
30 65,8 59,8 47,9 63,4 60,4 72,8 43,1 52,5 60,2 46,7
35 60,3 61,2 56,9 65,4 66,8 57,5 46,3 69,4 74,6 63,9
40 55,3 45,7 67,5 53,4 59,9 67,9 74,9 51,7 52,8 42,7
45 60,5 59,4 54,7 28,4 65,4 50,6 47,1 53,7 62,4 59,3
50 61,4 48,9 68,2 55,0 50,3 60,2 73,0 59,8 61,4 70,4
55 56,5 59,6 47,7 61,7 63,0 50,0 65,1 45,7 54,1 57,9
60 71,7 46,2 49,8 69,9 60,8 56,7 66,2 59,5 71,1 59,7

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi L4


INTERVAL NILAI
FREKUENSI
BISING TENGAH
28,4-33,9 31,15 1
34 - 39,9 36,95 2
40 - 46,9 43,45 8
47 - 52,9 49,95 18
53 - 58,9 55,95 24
59 - 64,9 61,95 32
65 - 69,9 72,45 13
70 - 74,9 72,45 11
JUMLAH 120

Diketahui
Data maksimal = 74,9
Data minimal = 28,4
Range = 74,9 – 28,4 = 46,5
Jumlah Kelas = 1 + 3.3 log 120 = 7,9

Interval kelas = r⁄k = 46,5⁄7,9 = 5,9

Tabel 5. Data Lapangan Tingkat Kebisingan L5

Tabel 6. Data Lapangan Tingkat Kebisingan L6

WAKTU TINGKAT KEBISINGAN PADA MENIT KE-(DB)


(DETIK) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
5 41,3 60,7 44,3 43,6 48,6 48,9 63,2 47,2 72,3 73,1
10 45,1 48,0 58,8 49,8 55,4 60,3 78,7 69,5 54,5 48,6
15 45,3 51,4 63,5 42,8 47,9 63,7 76,8 30,1 44,1 45,2
20 46,8 69,6 43,8 49,7 53,6 56,7 5,9 41,9 54,7 54,5
25 50,4 59,9 61,0 55,1 44,4 74,6 77,2 43,8 57,8 50,5
30 53,5 44,4 48,3 41,9 55,9 71,7 67,2 43,4 65,3 64,6
35 56,0 68,0 56,2 56,0 70,5 58,5 67,5 45,8 54,4 38,8
40 59,3 54,3 55,1 59,1 53,2 52,2 58,5 49,9 49,0 52,8
45 60,1 47,2 51,2 40,1 33,7 63,2 54,6 49,9 70,6 69,8
50 61,2 55,9 45,1 64,0 58,9 55,3 73,6 54,6 64,7 65,8
55 62,5 54,0 51,5 48,7 27,8 59,5 64,6 40,6 61,5 47,3
60 71,4 64,9 57,7 54,9 67,8 73,1 62,9 40,4 74,4 50,5

Tabel 7. Data Lapangan Tingkat Kebisingan L7

Perhitungan

B. PEMBAHASAN
Praktikum kebisingan dilaksanakan pada hari Kamis, 28
November 2019 di Asrama Rusunawa. Praktikan melakukan percobaan
untuk Praktikum kebisingan dilaksanakan pada hari Kamis, 28
November 2019 di Masjid Al Baythar. Sampel diambil pada waktu pagi
hari sekitar pukul 08.00-09.00 WITA, cuaca pada saat pengambilan
sampel begitu cerah. Pengukuran kebisingan dilakukan dengan cara
sederhana, dengan sound level meter biasa diukur tingkat tekanan bunyi
ssaat dBA selama 10 menit untuk tiap pengukuran. Pembacaan
dilakukan setiap 5 detik dilakukan oleh 3 orang yaitu satu orang megang
pengukur waktu memberikan aba-aba pembacaan tingkat kebisingan
setiap 5 detik dalam waktu 10 menit, orang kedua megang sound level
meter dan menekan tombol hold pada saat orang pertama memberi aba-
aba, dan orang ketiga mecatat tingkat kebisingan dari sound level meter.
Cara menggunakan sound level meter ini yang pertama ialah
mengaktifkan alat ukur tersebut, kemudian pilih selektor pada posisi fast
untuk jenis kebisingan continue, selanjutnya pilih selektor range
intensitas kebisingan. Hasil pengukuran berupa angka yang ditunjukkan
pada monitor. Setelah mendapatkan hasil, tulis hasil perhitungan dan
hitung rata-rata kebisingannya maka akan diketahui hasil pengukuran
dari kebisingannya.
Data kebisingan yang didapat kemudian di analisa dengan
perhitungan data leq 1 menit, dihitung dengan menggunakan rumus:
Leq (1 menit) = 10log 1/60 (∑ ni x 10 Li/12)
Rumus ini digunakan pada setiap menit hingga di peroleh data Leq
1 menit sampai 10 menit. Setelah masing-masing nilai Leq 1 menit
diperoleh maka di lanjutkan dengan perhitungan Leq 10 menit dengan
rumus:
LEQ (10 menit) : 10log 1/10 (∑ ni x 10 Li/10)
ni = jumlah pengamatan, Li = merupakan nilai tengah kelas I
(dBA). Praktikum ini menggunakan waktu di pagi hari dan dibagi
menjadi 8 kelompok. Perhitungan LSM data dari L1 – L7 dikumpulkan
terlebih dahulu seperti yang ada pada tabel 3, 5, 7, 9, 11, 13, dan15,
kemudian
menghitung Ls dengan rumus :
LS = 10 log 1/16 {T1.100.1.L1 + … + T4.100.1.L4}
didapatkan hasil 63,17 dBA.
menghitung Lm dengan rumus :
LM = 10 log 1/8 {T5.100.1.L5 + … + T7.100.1.L7}
didapatkan hasil 62,7 dBA.
Cara mengetahui kebisingan sudah melampaui tingkat kebisingan
maka perlu dicari untuk nilai LSM dari pengukuran lapangan yaitu
dengan rumus:
LSM = 10 log 1/24 {16.100.1.LS + … + 8.100.1(LM+5) }
didapatkan hasil 107,97 dBA.
Hasil ini membuktikan tingkat kebisingan yang berada di jalan
depan Masjid Al Baytar melebihi batas maksimum sebesar 107,97 dBA
yang seharusnya hanya 60dBA untuk dikawasan ULM dikarenakan
kecepatan kendaraan yang melintas melebihi 20km/jam.

V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan pada praktikum ini maka dapat di ambil
kesimpulan sebagai berikut:
1) Pengukuran tingkat kebisingan dilakukan dengan cara sederhana,
dengan sound level meter biasa diukur dengan tingkat tekanan bunyi
sesaat dBA selama 10 menit setiap 5 detik untuk tiap pengukuran.
Pembacaan dilakukan oleh 3 orang yaitu satu orang megang pengukur
waktu memberikan aba-aba pembacaan tingkat kebisingan setiap 5 detik
dalam waktu 10 menit, orang kedua megang sound level meter dan
menekan tombol hold pada saat orang pertama memberi aba-aba, dan
orang ketiga mecatat tingkat kebisingan dari sound level meter.
2) Hasil keseluruhan dari L1 – L7 yaitu pada LS adalah 63,17 dBA, LM
adalah 62,7 dBA dan LSM adalah 107,97 dBA. Hasil ini membuktikan
bahwa tingkat kebisingan yang berada di depan Masjid Al Baytar
melebihi batas maksimum sebesar 107,97 dBA yang mana seharusnya
60 dBA dikarenakan kecepatan kendaraan yang melintas melibihi 20
km/jam.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, S., Helmi, A. A., Annuar, A. Z., & Mansor, W. N. W. (2019).


SENSITIVITY AND SUITABILITY OF ENVIRONMENTAL NOISE
MONITORING DEVICE : A PRELIMINARY STUDY. 10(02), 858–864.

Anshari, M. H., Artika, K. D., & Kuswoyo, A. (2018). ANALISA PENGUKURAN


TINGKAT KEBISINGAN SEPEDA MOTOR BERDASARKAN RPM DAN
JUMLAH KENDARAAN. 5, 7–10.

Buchari. (2007). Bahaya Kebisingan.

Handayani, D., Hermawan, F. K., & Mahmudah, A. (2016). Hubungan peningkatan


kebisingan, penurunan kecepatan dan dimensi tinggi speed bump di permukiman
surakarta. (3), 106–112.

Menteri, L. H. (1996). BAKU TINGKAT KEBISINGAN.

Anda mungkin juga menyukai