Kelas: H
Kelompok: 2
Devi Romadhina 175040101111016
Dita Anjarsari Agustin 175040101111017
Novia Yurika Wulandari 175040101111023
Tiyas Eka Oktaviani 175040101111036
Wafa Nur Izzah 175040101111048
Shofiya Salsabila 175040101111057
Sesilia Kindlywati Siboro 175040101111102
Sintia Fauzia 175040101111107
Cindy Citra Yolanda 175040101111124
Bethari Wisnu Dewayani 175040101111127
Kelas
Kriteria Deskripsi
lereng
A Datar < 3%
B Landai atau berombak 3 – 8%
C Agak miring atau bergelombang 8 – 15%
D Miring atau berbukit 15 – 30%
E Agak curam 30 – 45%
F Curam 45 – 65%
G Sangat curam > 65%
Kepekaan erosi tanah (nilai K) dibedakan atas:
Kelas
Kriteria Deskripsi
kepekaan erosi
KE1 Sangat rendah 0,00 – 0,10
KE2 Rendah 0,11 – 0,20
KE3 Sedang 0,21 – 0,32
KE4 Agak tinggi 0,33 – 0,43
KE5 Tinggi 0,44 – 0,55
KE6 Sangat tinggi 0,56 – 0,64
Kerusakan erosi yang telah terjadi (erosi masa lalu) dibedakan menjadi
Kelas
kerusakan Kriteria Deskripsi
erosi
Eo Tidak ada erosi Tidak ada lapisan yang hilang
e1 Ringan < 25% hilang
e2 Sedang 25 – 75% lapisan atas hilang
>75% lapisan atas sampai < 25% lapisan
e3 Agak berat
bawah hilang
e4 Berat >25% lapisan bawah hilang
e5 Sangat berat Erosi parit
3. Kedalaman Tanah (k)
Kedalaman efektif tanah adalah kedalaman tanah yang baik bagi pertumbuhan akar
tanaman, yaitu sampai pada lapisan yang tidak dapat ditembus oleh akar tanaman (Rayes, 2007).
Lapisan tersebut dapat berupa kontak lithic, lapisan padas keras, padas liat, padas rapuh atau
phlintit. Kedalaman efektif tanah diklasifikasikan sebagai berikut:
Kedalaman
Kriteria Deskripsi
efektif
k0 Dalam > 90 cm
k1 Sedang 50 – 90 cm
k2 Dangkal 25 – 50 cm
k3 Sangat dangkal < 25 cm
4. Tekstur tanah
Tektur tanah mempengaruhi kapasitas tanah untuk menahan air dan
permeabilitas tanah serta berbagai sifat fisik dan kimia tanah lainnya. Definisi
kelas struktur tanah mengacu pada system USDA.
Kelas tekstur
Deskripsi
tanah
t1 Tanah bertekstur halus (liat berpasir, liat berdebu dan liat)
Tanah bertekstur agak halus (lempung liat berpasir, lempung
t2
berliat, dan lempung liat berdebu)
Tanah bertekstur sedang (lempung, lempung berdebu, dan
t3
debu)
Tanah bertekstur agak kasar (lempung berpasir, lempung
t4
berpasir halus, dan lempung berpasir halus)
t5 Tanah bertekstur kasar (pasir berlempung, pasir)
5. Permeabilitas tanah (p)
Permeabilitas tanah adalah kemampuan tanah untuk mengalirkan air. Permeabilitas
tanah dikelompokkan sebagai berikut:
Kelas
permeabili Kriteria Deskripsi (cm/jam)
tas tanah
P1 Lambat < 0,5
P2 Agak lambat 0,5 – 2,0
P3 Sedang 2,0 – 6,25
P4 Agak cepat 6,25 – 12,5
P5 Cepat >12,5
6. Drainase
Drainase yang berasal dari bahasa inggris drainage mempunyai arti
mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Drainase secara umum
dapat didefenisikan sebagai suatu tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan air,
baik yang berasal dari air hujan, rembesan, maupun kelebihan air irigasi dari suatu
kawasan/lahan, sehingga fungsi kawasan/lahan tidak terganggu. Drainase dapat
juga di artikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya
dengan salinitas. Jadi, darinase menyangkut tidak hanya air permukaan tapi juga
air tanah (Suripin, 2004).
Drainase tanah diklasifikasikan sebagai berikut:
d0 = berlebihan (terkuras berlebihan); air yang berlebihan segera keluar dari
tanah dan tanah hanya akan bertahan sedikit air sehingga tanaman akan
segera memperbaiki kekurangan air
d1 = baik; tanah memiliki peredaran udara (aerasi) yang baik Seluruh profil
tanah dari atas hingga ke bawah> 150 cm) berwarna cerah yang seragam dan
tidak mengandung karatan (coklat bercak-bercak kuning, coklat atau kelabu).
d2 = agak baik; tanah beraerasi baik di daerah perakaran. Tidak ada bercak-
bercak berwarna kuning, coklat atau kelabu pada lapisan atas dan bagian atas
lapisan bawah (hingga sekitar 60 cm dari permukaan tanah).
d3 = agak buruk; lapisan atas tanah beraerasi baik; tidak ada bercak-bercak
kuning, kelabu atau coklat. Bercak-bercak di sekitar seluruh lapisan bawah
(sekitar 40 cm dari permukaan tanah /.
d4 = Buruk; bagian bawah lapisan atas (dekat permukaan) ada warna atau
bercak-bercak kelabu, coklat dan kekuningan.
d5 = sangat buruk; seluruh lapisan sampai permukaan tanah berwarna kelabu dan
tanah lapisan bawah berwarna kelabu atau ada bercak-bercak kebiruan, atau
ada udara yang menggenang di permukaan tanah dalam waktu yang lama
sehingga meningkatkan pertumbuhan tanaman.
7. Faktor-faktor Khusus
Faktor-faktor Khusus Faktor-faktor penghambat lain yang mungkin ada
adalah batu, bahaya banjir dan salinitas.
a. Batu dan Kerikil
Bahan kasar dapat berada di dalam lapisan tanah atau di atas permukaan
tanah. Bahan kasar yang terdapat di dalam lapisan 20 cm atau di bagian atas tanah
yang berukuran lebih besar dari 2 mm dibedakan sebagai berikut:
a) Kerikil, adalah bahan kasar yang berdiameter > 2 mm 7,5 cm (jika berbentuk
bulat) atau sampai 15 cm sumbu panjang (jika berbentuk pipih). Kerikil di
dalam lapisan 20 cm permukaan tanah dikelompokkan sebagai berikut
b0 = tidak ada atau sedikit (< 15% volume tanah)
bl = sedang (15-50 % volume tanah)
b2 = banyak (50-90% volume tanah)
b3 = sangat banyak (> 90% volume tanah)
b) Batu kecil, adalah bahan kasar atau batu berdiameter 7,5 cm sampai 25 cm
(jika berbentuk bulat), atau sumbu panjangnya berukuran 15 40 cm (jika
berbentuk pipih). Jumlah batu kecil dikelompokkan sebagai berikut:
b0 = tidak ada atau sedikit (0 - 15% volume tanah).
b1 = sedang (15-50% volume tanah); pengolahan tanah mulai agak sulit dan
pertumbuhan tanaman agak terganggu.
b2 = banyak (50 90 % volume tanah); pengolahan tanah sangat sulit dan
pertumbuhan tanaman terganggu.
b3 = sangat banyak (> 90 % volume tanah); pengolahan tanah tidak
mungkin dilakukan dan pertumbuhan tanaman terganggu.
Batu di atas permukaan tanah-tanah ada dua macam, yaitu batuan lepas
yang terletak di atas permukaan tanah (dalam bahasa Inggris disebut stone), dan
batuan tersingkap yang berada di atas permukaan tanah yang merupakan bagian
dari batuan besar yang terbenam di dalam tanah. Pengelompokan batuan di atas
permukaan tanah adalah sebagai berikut:
a. Batuan lepas, adalah batu yang tersebar di atas permukaan tanah dan
berdiameter > dari 25 cm (berbentuk bulat) atau bersumbu memanjang lebih
dari 40 cm (berbentuk pipih). Penyebaran batuan lepas di atas permukaan
tanah di kelompokkan sebagai berikut
b0 = tidak ada (< 0,01 % luas areal).
b1 = sedikit (0,01%- 3 % permukaan tanah tertutup); pengolahan tanah
dengan mesin agak terganggu tetapi tidak mengganggu pertumbuhan
tanaman.
b2 = sedang (3% 15 % permukaan tanah tertutup); pengolahan tanah mulai
agak sulit dan luas daerah produktif berkurang.
b3 = banyak (15% - 90% permukaan tanah tertutup); peng- olahan tanah dan
penanaman menjadi sangat sulit.
b4 = sangat banyak (> 90% permukaan tanah tertutup); tanah sama sekali
tidak dapat digunakan untuk produksi pertanian.
b. Batuan tersingkap (rock). Penyebaran batuan tersingkap di kelompokkan
sebagai berikut:
b0 = tidak ada (< dari 2 % permukaan tanah tertutup).
b1 = sedikit (2% - 10% permukaan tanah tertutup); pengolahan tanah dan
penanaman agak terganggu.
b2 = sedang (10% - 50% permukaan tanah tertutup); pengolahan tanah dan
penanaman terganggu.
b3 = banyak (50% 90% permukaan tanah tertutup); pengolahan tanah dan
penanaman sangat terganggu. sangat banyak (> 90 % permukaan tanah
tertutup); tanah sama sekali tidak dapat diolah.
c. Bahaya Banjir / Genangan
Bahaya banjir atau penggenangan dikelompokkan sebagai berikut:
O0= tidak pernah (dalam periode satu tahun tanah tidak pernah kebanjiran
selama > 24 jam).
O1 kadang-kadang (tanah kebanjiran > 24 jam dan terjadinya tidak teratur
dalam periode < satu bulan).
02= selama waktu satu bulan dalam setahun tanah secara teratur kebanjiran
untuk selama > 24 jam
03 selama 2 5 bulan dalam setahun, secara teratur selalu dilanda banjir yang
lamanya lebih dari 24 jam.
04 = selama waktu 2 6 bulan tanah selalu dilanda banjir secara teratur yang
lamanya > 24 jam. 3.
d. Salinitas
Salinitas tanah dinyatakan dalam kandungan garam larut atau hambatan
listrik ekstrak tanah berikut:
g0 = bebas (< 0,15% garam larut; 0-4 (EC x 103) mmhos per cm pada suhu
25°C).
g1 = sedikit terpengaruh (0,15 0,35% garam larut; 4 8 (EC x 10) mmhos/cm
pada suhu 25°C)
g2 = cukup terpengaruh (0,35 0,65% garam larut; 8 - 15 (EC x 109)
mmhos/cm pada suhu 25°C).
g3 = sangat terpengaruh (> 0,65% garam larut; > 15 (EC x 103 mmhos/cm
pada suhu 25C)
Berdasarkan definisi kelas dan subkelas kemampuan lahan serta
pengelompokan sifat-sifat atau kualitas lahan, maka hubungan antara kelas
kemampuan dan kriteria klasifikasi lahan, oleh Arsyad (1989) disusun menjadi
suatu matriks seperti tertera pada Tabel 9.3 yang berlaku secara umum untuk
daerah beriklim basah dan panas.
Faktor Kelas Kemampuan Lahan
I II III IV V VI VII VI
Penghambat/
II
Pembatas
1. Lereng A B C D A E F G
2. Kepekaa KE1, KE3 KE4, (*) (*) (*) (*) (*)
n erosi KE2 KE5
3. Tingkat eo e1 e2 e3 (* e4 e5 (*)
erosi *)
4. Kedalam k0 k1 k2 k2 (*) k3 (*) (*)
an tanah
5. Tekstur t1,t2, t1,t2, t1,t2,t3 t1,t2,t3 (*) t1,t2,t3 t1,t2,t3 t5
lapisan t3 t3 ,t4 ,t4 ,t4 ,t4
atas
6. Tekstur sda sda sda sda (*) sda sda t5
lapisan
bawah
7. Permeab P2, P2, P2, P3, P2, P3 P1 (*) (*) P5
ilitas P3 P3
P4 P4
8. Drainase d1 d2 d3 d4 d5 (**) (**) d0
9. Kerikil / b0 b0 b1 b2 b3 (*) (*) b4
batuan
10. Bahaya O0 O1 O2 O3 O4 (**) (**) (*)
banjir
11. Garam / g0 g1 g2 g3 (* g3 (*) (*)
salinitas *)
(*
6. STUDI KASUS
Kemampuan lahan untuk arahan penggunaan lahan pada lereng timur laut
gunung agung kabupaten karangasem-Bali. Terdapat 12 lahan yang diobservasi
yaitu 1-12. Langkah pertama untuk menentukan kelas kemampuan lahan daerah
penelitian adalah membuat peta unit lahan. Unit lahan merupakan sebidang lahan
yang memiliki kondisi sama dalam hal bentuk lahan, jenis tanah, kemiringan
lereng, dan penggunaan lahan. Ada beberapa faktor pembatas dalam menentukan
kemampuan lahan Tekstur atas, tekstur bawah, lereng permukaan, drainase,
kedalaman efektif, erosi, kerikil/ batuan dan banjir.
Pada lahan 1 termasuk kelas III, dengan faktor penghambat/pembatas berupa
kedalaman efektif tanah (k). Pada lahan 2 juga tergolong kelas III dengan faktor
pembatas utama berupa tekstur tanah (t), dan kedalaman efektif tanah (k). lahan 3
memiliki kemampuan lahan kelas III dengan faktor pembatas/penghambat berupa
kedalaman efektif tanah (k) dan kerikil/batuan (b). lahan 8 tergolong kelas III,
dengan faktor penghambat berupa kedalaman efektif tanah (k), keadaan erosi (e),
dan kerikil/batuan (b). Kemampuan lahan pada unit lahan ini tergolong cukup
tinggi karena lahan kelas III dapat digunakan untuk jenis tanaman semusim.
Lahan kelas III dapat dimanfaatkan untuk berbagai penggunaan, di antaranya
untuk pertanian tanaman semusim, tanaman yang memerlukan pengolahan tanah,
tanaman rumput, padang rumput, hutan produksi, hutan lindung, dan cagar alam.
Sementara untuk penggunaan nonpertanian, lahan kelas III dapat digunakan untuk
kegiatan rekreasi serta obyek penelitian.
Sedangkan pada lahan 4 mempunyai kemampuan lahan kelas IV, dengan
beberapa faktor pembatas, di antaranya adalah kedalaman efektif tanah (k),
keadaan erosi (e), dan kerikil/batuan (b). Pada lahan 7 juga tergolong kelas IV,
dengan faktor penghambat/pembatas berupa kedalaman efektif tanah (k). lahan 9
memiliki kemampuan lahan yang tergolong kelas IV, dengan faktor pembatas
berupa kerikil/batuan (b). Sedangkan pada lahan 10 adalah kelas IV, dengan faktor
pembatas/penghambat utama yaitu kedalaman efektif tanah (k). Pada lahan 12
tergolong memiliki kemampuan lahan kelas IV, dengan faktor penghambat atau
pembatas berupa kedalaman efektif tanah (k) dan kerikil/batuan (b). Kemampuan
lahan pada unit ini tergolong sedang, karena hambatan dan ancaman kerusakan
pada lahan kelas IV lebih besar dari pada lahan kelas III. Pilihan tanaman pada
lahan kelas IV juga lebih terbatas. Jika digunakan untuk tanaman semusim
diperlukan pengelolaan yang lebih hati-hati dan tindakan konservasi yang lebih
sulit diterapkan dan dipelihara. Tindakan tersebut seperti pembuatan teras bangku,
saluran bervegatasi dan dam penghambat, di samping tindakan yang dilakukan
untuk memelihara kesuburan dan kondisi fisik tanah. Tanah pada lahan kelas IV
ini masih dapat dijadikan lahan pertanian dengan tingkatan pengawetan tanah
yang lebih khusus dan lebih berat.
Kemampuan lahan kelas 4 terdapat pada lahan 5, 6, dan 11. Pada lahan 5
faktor pembatas berupa kedalaman efektif tanah (k). Sedangkan pada lahan 6
faktor penghambatnya yaitu kedalaman efektif tanah (k) dan kerikil/batuan (b).
Dan pada lahan 11 faktor penghambatnya berupa kedalaman efektif tanah (k).
Kemampuan lahan ini lebih buruk dari kemampuan lahan pada unit-unit lahan
sebelumnya. Potensi unit lahan tergolong rendah karena lahan pada kelas ini
mempunyai faktor penghambat berat yang menyebabkan penggunaan tanah sangat
terbatas. Lahan kelas VI mempunyai ancaman kerusakan yang sangat sulit untuk
dihilangkan. Namun demikian lahan kelas VI masih dapat digunakan untuk
beberapa penggunaan, seperti penggunaan lahan yang dapat diupayakan adalah
hutan produksi, hutan lindung dan cagar alam.
DAFTAR PUSTAKA
Budiarta, I Gede. 2014. Analisis Kemampuan Lahan untuk Arahan Penggunaan
Lahan pada Lereng Timur Laut Gunung Agung Kabupaten Karangasem-
Bali. Media Komunikasi Geografi 15 (1): 19-32.
Rayes, M. Luthfi. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Yogyakarta:
C.V ANDI OFFSET.
Simanungkalit, N. M. 2011. Evaluasi Kemampuan Lahan dan Penggunaan Lahan
Pertanian di Sub DAS Gotigoti Daerah Aliran Sungai Batangtoru
Kabupaten Tapanuli Utara. Jurnal Geografi 3 (1): 1-16.
Suripin.2004. Sistem Drainase Yang Berkelanjutan, Edisi Pertama, Andi,
Yogyakarta.