Anda di halaman 1dari 7

MANAJEMEN RISIKO BENCANA

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Bencana

Dosen Pengampu: Forman Novrindo Sidjabat, S.KM., M.Kes (Epid)

Disusun Oleh:

1. Dandi Setyono (10320015)


2. Esti Vita Wulansari (10320020)
3. Melinda Dwi Agustina (10320035)
4. Natta Ardila (10320037)
5. Shinta Pratama (10320048)

PROGAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
2021/2022
A. Definisi Manajemen Risiko Bencana
Menurut Syarief dan Kondoatie (2006) dalam Carter (2001) Manejemen risiko
bencana merupakan pengelolaan bencana sebagai suatu ilmu pengetahuan terapan
yang dilakukan dengan observasi secara sistematis dan analisis bencana untuk
meningkatkan tindakan-tindakan (measures), pencegahan (preventif), pengurangan
(mitigasi), persiapan, respon darurat dan pemulihan.
Menurut Agus Rahmat (2006:12) Manajemen risiko bencana adalah seluruh
kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan penanggulangan bencana, sebelum,
saat, dan sesudah terjadi bencana. Tujuan dari manajemen risiko bencana antara lain
sebagai berikut:
a. Mengurangi atau menghindari kerugian secara fisik, ekonomi maupun jiwa yang
dialami oleh perorangan atau masyarakat dan negara.
b. Mengurangi penderitaan korban bencana.
c. Mempercepat pemulihan.
d. Memberikan informasi kepada masyarakat dan pihak berwenang mengenai risiko
bencana.

B. Menilai Risiko dan Kerentanan


Risiko (risk) adalah peluang munculnya yang mengakibatkan kerugian atau
kerusakan yang sudah diperikaran akibat interaksi antara bahaya dari alam atau
manusia. Pengkajian atau analisis risiko (risk assessment/analysis) merupakan suatu
metodologi untuk menentukan sifat dan cakupan risiko dengan menganalisis terhadap
potensi bahaya dan mengevaluasi kerentanan yang dapat menimbulkan ancaman atau
kerugian bagi makhluk hidup.
Dalam upaya pengurangan risiko bencana (PRB) atau disaster risk reduction
(DDR) faktor penentu risiko bencana menjadi acuan untuk menentukan langkah-
langkah pengelolaan bencana. Faktor penentu risiko tersebut ada 3, yaitu:
a. Ancaman
Ancaman merupakan kejadian yang dapat menganggu kehidupan
masyarakat dan menyebabkan korban jiwa, kerusakan harta benda, kehilangan
rasa aman, kelumpuhan ekonomi dan kerusakan lingkungan serta dampak
psikologis. Ancaman dapat dipengaruhi oleh faktor:
a) Alam (gempa bumi, tsunami, angin kencang, topan, gunung meletus)
b) Manusia (konflik, perang, kebakaran pemukiman, wabah penyakit,
kegagalan teknologi, pencemaran, terorisme)
c) Alam dan manusia (banjir, tanah longsor, kelaparan, kebakaran hutan,
kekeringan)
b. Kerentanan
Kerentanan merupakan suatu kondisi yang ditentukan oleh faktor-
faktor fisik, sosial, ekonomi, geografi yang dapat menyebabkan turunnya
kemampuan masyarakat dalam menghadapi bencana.
c. Kapasitas
Kemampuan sumber daya oleh tiap orang atau kelompok di suatu
wilayah yang dapat digunakan dan ditingkatkan untuk mengurangi risiko
bencana. Berupa pencegahan, mengurangi dampak, kesiapsiagaan dan
keterampilan mempertahankan hidup dalam situasi darurat.

Untuk melakukan analisis risiko (risk assessment/analysis) dapat


dilakukan dengan tahapan/langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pengumpulan dan Pengolahan Data


Data yang dikumpulkan meliputi :
1. Inventarisasi ancaman atau bahaya menurut wilayah ( banjir, tanah
longsor, gempa bumi, konflik, dan lain-lain)
2. Kerentanan
3. Data demografi
4. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Kesehatan
5. Ketersediaan Tenaga Kesehatan
6. Data Cakupan Pelayanan Kesehatan
7. Manajemen (peraturan pendukung, sistem peringatan dini, sistem
pembiayaan, rencana penanganan dan lain-lain)

Data dapat disajikan dalam bentuk peta yang menggambarkan topografi


wilayah, jenis ancaman/bahaya, demografi, sumber daya dll.

b. Menetapkan Jenis Bahaya


Kelompok jenis ancaman/bahaya:
1. Tsunami
2. Gempa bumi
3. Letusan gunung berapi
4. Angin puting beliung
5. Banjir
6. Tanah longsor
7. Kebakaran hutan
8. Kekeringan
9. KLB penyakit menular
10. Kecelakaan transportasi atau industri
11. Konflik dengan kekerasan

c. Menetapkan Variabel Penilaian


1. Karakteristik bahaya
a) Frekuensi, gambaran kemungkinan suatu bahaya atau ancaman terjadi.
Misal: sering, jarang, kemungkinan kecil terjadi atau tidak pasti.
b) Intensitas, diukur dari kekuatan dan kecepatan secara kuantitatif atau
kualitatif. Misalnya: banjir diukur dari ketinggiannya (cm) dan konflik
dapat diukur dari jenis senjata yang digunakan (benda tumpul, senjata
tajam atau api, bom dll).
c) Dampak, pengukuran seberapa besar akibat terhadap kehidupan. Misal:
parah, sedang, ringan.
d) Keluasan, luas daerah yang terkena dapat diukur dengan
memanfaatkan tingkat wilayah administratrif (desa, kecamatan,
kabupaten/kota).
e) Ukuran waktu (time frame), rentang waktu mulai dari tanda-tanda awal
hingga terjadinya dan lama proses bencana berlangsung.
2. Kerentanan
a) Fisik
- Kekuatan struktur bangunan fisik terhadap bencana (rumah,
fasilitas umum, perkantoran, dll)
- Sistem transportasi dan telekomunikasi (akses jalan, sarana
angkutan, jaringan komunikasi, dll)
b) Sosial
Meliputi unsur demografi (proporsi keluarga rentan, status kesehatan,
budaya, status sosial ekonomi, dll)
c) Ekonomi
Meliputi dampak primer (kerusakan/kehilangan harta benda, mata
pencaharian, dll) dan dampak sekunder (inflasi, dll)
3. Manajemen
a) Kebijakan, ada tidaknya kebijakan, peraturan perundang-undangan,
Perda, dan lain-lain tentang penanggulangan bencana.
b) Kesiapsiagaan, ada tidaknya sistem peringatan dini, rencana
penanganan dan peran serta masyarakat meliputi kesadaran dan
kepedulian terhadap bencana.

d. Penetapan Cara Penilaian


Penilaian berdasarkan:
1. Masing-masing jenis bahaya/ancaman
2. Penilaian dilakukan terhadap masing-masing variabel
3. Berdasarkan data empiris, pengalaman dan perkiraan
4. Untuk penilaian variabel karakteristik bahaya dan kerentanan:
a) 1 = risiko rendah
b) 2 = risiko sedang
c) 3 = risiko tinggi

C. Cara Menentukan Risiko


Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada
suatu kawasan dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa
terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan
gangguan kegiatan masyarakat. dalam menghitung besaran risiko bencana suatu
wilayah dapat dilakukan dengan rumus : R = H x V/C .

Keterangan:

R = Risiko Bencana

H = Hazard (Ancaman) , merupakan suatu kejadian yang mempunyai potensi untuk


menyebabkan terjadinya kecelakaan, cedera, hilangnya nyawa atau kehilangan harta
benda.
V = Vulnerability ( Kerentanan), adalah rangkaian kondisi yang menentukan termasuk
bahaya alam maupun buatan yang dapat menimbulkan bencana (disaster) atau tidak.

C = Capacity (Kapasitas), merupakan kapasitas yang tersedia untuk pemulihan


kembali setelah terjadi bencana.

Selain itu dalam Manajemen Risiko Bencana terdapat 3 tahapan yaitu:

1. Identifikasi Risiko
Identifikasi Risiko dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar potensi
bahaya yang akan terjadi di lingkungan. Hal ini dapat diketahui dengan
mengetahui karakter dan sifat bahaya sehingga dapat dilakukan langkah-langkah
pengamanan agar tidak terjadi kecelakaan.
2. Penilaian Risiko
Penilaian risiko dapat dilakukan setelah mengidentifikasi semua
kemungkinan bahaya. Hal ini dimaksudkan untuk menentukan prioritas
pengendalian terhadap tingkat risiko bencana dengan meninjau aspek kuantitatif
(kemungkinan) dan aspek kualitatif (dampak).
3. Pengendalian Risiko
Setelah memberikan penilaian terhadap risiko, langkah berikutnya adalah
melakukan tindakan pengendalian risiko yang dilakukan terhadap seluruh bahaya
yang ditemukan dalam proses identifikasi bahaya dan mempertimbangkan
peringkat risiko.
DAFTAR PUSTAKA

Husein, A., & Onasis, A. (2017). Bahan Ajar Kesehatan Lingkungan: Manajemen Bencana.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kasidi. (2014). Manajemen Risiko, Edisi Kedua. Bogor: Ghalia Indonesia.

Mada, L. G. (2016). Mitigasi Bencana Geologi. Retrieved from


https://mitgeo.ft.ugm.ac.id/artikel/. Diakses 13, April 2022.

Paidi. (2012). Pengelolaan Manajemen Risiko Bencana Alam di Indonesia. Widya, 321, 37.

Anda mungkin juga menyukai