PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD ) merupakan salah salah satu masalah
diprediksikan akan
evaluasi program.
Untuk memahami pelaksanaan surveilans DBD ini, dibutuhkan praktek pelaksanaan
surveilans DBD agar setiap mahasiswa jurusan epidemiologi mempunyai kemampuan
maksimal untuk melaksanakan program pencegahan dan pemberantasan penyakit penular
secara umum dan penyakit DBD secara khusus.
B. Tujuan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran kejadian penyakit Demam Berdarah
Dengue ( DBD) yang terjadi di Rumah Sakit Faisal dan Rumah Sakit Daya
Tujuan Khusus
1. Mengetahui jumlah kasus dan kemtaian penyakit DBD di RS Faisal dan RS
Daya pada tahun 2002, 2003 dan 2004
2. Mengetahui distribusi kasus DBD perbulan di RS Faisal dan RS Daya pada
tahun 2002, 2003 dan 2004
3. Mengetahui gambaran epidemiologi penyakit DBD menurut umur, jenis kelamin
pada RS Faisal dan RS Daya pada tahun 2002, 2003 2004
C. Manfaat Praktikum
1.
Manfaat praktis
Hasil praktikum survailans penyakit DBD ini merupakan
salah satu
sumber
informasi pelaksanaan survailans rumah sakit di Rumah Sakit Faisal dan Rumah
Sakit Daya dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan ( masyarakat ) dimasa
yang akan datang.
2.
Manfaat ilmiah
Hasil praktikum ini diharapkan menjadi salah satu sumber bacaan ( pustaka ) bagi
mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat dalam membahas pelaksanaan survailan
epidemiologi penyakit DBD.
3.
Manfaat institusi
Hasil praktikum ini diharapkan menjadi masukan bagi FKM UNHAS khususnya
dalam pelaksanaan praktikun survailans.
4.
Manfaat induvidu
Meningkatkan kemampuan ( pengetahuan, keterampilan dan sikap ) mahasiswa
dalam pelaksanaan survailans epidemiologi penyakit DBD secara khusus
(survailans epidemiologi penyakit secara umum ) baik ditingkat masyarakat,
Puskesmas, Rumah Sakit dan Dinas kesehatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti dan aedes albopiktus. Penyakit ini
belum ada obatnya, pertolongan utama yang dapat dilakukan adalah memberi minum
sebanyak mungkin atau memberi infus, selain itu dapat juga diberi obat penurun panas dan
atau kompres dingin ( Dinkes Prop. Sul-Sel 2004)
Berat ringannya penyakit DBD sangat ditentukan oleh daya tahan tubuh seseorang,
jika kebetulan daya tubuhnya kuat maka virus penyebabnya akan mati dalam waktu lebih
kurang satu minggu, kemudian penderitanya akan sembuh.( Depkes RI 2002 )
A. Etiologi (Penyebab ) DBD
Penyakit Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus ( Dengue ) yaitu suatu
virus yang menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada system
pembekuan darah (trombosit ), sehingga mengakibatkan perdarahan. ( Dinkes Prop.
Sulsel 2002 )
B. Vektor dan Cara penularan
1. Vektor yang berperan dalam penularan penyakit DBD adalah
a.
ditularkan melalui gigitan/mengisap darah orang yang sakit BDB dan tidak
sakit DBD tetapi didalamya terdapat virus dengue.
c.
Virus dengue yang terhisap akan berkembang biak dan menyebar keseluruh
tubuh nyamuk aedes aegypti termasuk ke kelenjar liurnya.
d.
e.
bila orang yang ditulari tidak memiliki kekebalan tubuh, maka segera akan
menderita penyakit demam berdarah dengue ( DBD )
demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari, dengan suhu
badan antara 38 C samapi 40 C
2.
3.
4.
Stadium I
Bentuk abortif, penderita tidak merasakan sesuatu gejala apapun
2.
Stadium II
Dengue klasik, penderita mengalami demam tinggi 4 7 hari, nyeri-nyeri
pada tulang, diikuti dengan munculnya bintik merah pada kulit
3.
Stadium III
Dengue haemoragic Fever ( Demam Berdarah Dengue ), gejalanya sama
dengan dengue klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung, mulut dan
seterunya sebagai manifestasi pendarahan.
4.
Stadium IV
Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan
syok/presyok, dimana pada bentuk ini sering terjadi kematian.
b.
Dewasa 3 x 1 tabel/hari
3. rujuk ke tenaga kesehatan, Puskemas atau rumah sakit bila ditemukan tanda positif
Untuk mencegah penyakit DBD, nyamuk penularnya harus diberantas karena
vaksin pencegahan belum ada. Cara yang dianggap paling tepat untuk memberantas
nyamuk aedes aegypti adalah memberantas jentik-jentik dan membersihkan tempat
berkembang biaknya atau pemberantasan sarang nyamuk DBD ( PSN-DBD ). Setiap
keluarga harus melaksanakan PSN-DBD secara teratur dirumah dan dilingkungannya
sekurang-kurangnya seminggu sekali.
Cara
melaksanakan
PSN-DBD
ditingkat
keluarga
dan
lingkungannya
tempat-tempat penampungan air yang sulit dikuras atau didaerah yang sulit air bersih
sehingga perlu penampungan air hujan.
Untuk pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan pendekatan kepada tokoH
masyarakat dan kader kesehatan yang sangat dekat dengan masyarakatnya. Langkahlangkah yang dapat dilakukan oleh tokoh masyarakat dan kader kesehatan dengan
fasilitasi petugas kesehatan adalah :
1. Kunjungan rumah untuk penyuluhan perorangan dan keluarga
2. Penyuluhan di posyandu, kelompok pengajian dan arisan
3. Penyuluhan melalui media seperti poster, spanduk, leaflet dan lain-lain
4. Penggalangan masyarakat melalui pembentukan kelompok kerja DBD.
Untuk identifikasi
menurut petunjuk
dan cermat mengenai distribusi, frekwensi dan faktor-faktor yang berkaitan dengan
penyebab penyakit untuk kepentingan
penyakit.
Secara garis besar survailan epidemiologi dapat dibagi menjadi :
1. Survailans aktif (atau biasa juga disebut surveilans rutin ), yaitu pengumpulan
data yang dilakukan secara langsung untuk mempelajari penyakit tertentu dalam
waktu yang relatif singkat dan dilakukan oleh petugas kesehatan secara teratur
seminggu sekali atau 2 minggu sekali untuk mencatat ada atau tidaknya kasus
baru penyekit tertentu
2. Survailans Pasif, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari laporan bulanan
sarana pelayanan kesehatan, dari data yang diperoleh dapat diketahui distribusi
geografis tentang penyakit, perubahan-perubahan yang terjadi dan kebutuhan
tentang penelitian sebagai tindak lanjut.
Langkah-langkah dalam melakukan surveilans epidemiologi dimulai dari :
1. Pengumpulan / pencatatan kejadian (data) yang dapat dipercaya dengan sumber:
e. Pencatatan kematian
f. Laporan penyakit dan wabah
g. Pemeriksaan laboratorium
h. Penyelidikan peristiwa penyakit dan wabah serta distribusi vektor dan
reservoir penyakit
i. Survai
j. Penggunaan obat-obatan, serum dan vaksin
k. Keterangan penduduk dan lingkungan ( data statistik )
2. Pengolahan data untuk dapat memberikan keterangan yang berarti
3. Analisis dan interpretasi data untuk keperluan kegiatan
4. Penyerbarluasan data/keterangan termasuk umpan balik
5. perencanaan penanggulangan khusus dan program pelaksanaannya
6. Evaluasi dan penilaian hasil kegiatan
IR
X K
X K
CFR
X K
10
BAB III
METODOLOGI
A.
Metode Praktikum
Metode praktikum dilakukan berdasarkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif
1.
2.
dengan
penderita
dan
keluarganya,
dengan
Pengolahan Data
Data yang dikumpulkan diolah dalam bentuk tabel/grafik dan narasi dan hasilnya
dianalisas kemudian dituangkan dalam bentuk laporan hasil praktikum Survailan
epidemiologi DBD ( terlampir )
C.
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tahun
RSU Daya
1
2002
2
2003
3
2004
RSU Faisal
1
2002
2
2003
2
2004
Sumber data: Data Primer
Jumlah
Penderita
Jumlah
yang mati
CFR
(0/0)
140
165
119
0
0
2
0
0
1,70
98
152
214
3
3
2
3,06
1,97
0,93
terjadi
12
A.
September sampai dengan November dan mulai menurun sampai kasus terendah
pada bulan April.
13
Tabel 2
Grafik Distribusi Kasus DBD per Bulan di RS Daya
tahun 2002, 2003 dan 2004
puskesmas juga disisi lain memberikan pelayanan Rumah Sakit ) sehingga terlihat
penurunan penderita penyakit DBD yang di tangani oleh RSU Daya selama tiga
tahun berturut-turut.
15
kebiasaan hidup
dan
penanganan kasus secara dini oleh puskesmas dan masyarakat cenderung tidak
dilakukan sehingga terlihat peningkatan penderita penyakit DBD yang di tangani
oleh RS Faisal selama tiga tahun berturut-turut.
Dari gambaran distribusi kasus perbulannya di RSU Daya dan RS Faisal dapat diambil
beberapa praduga untuk ditelaah lebih lanjut diantaranya :
1. Adanya pola distribusi penyakit DBD yang sama di RSU Daya dan Faisal yaitu
adanya kecenderungan peningkatan kasus
dan
penanganan
penyakit
DBD
di
tingkat
B.
16
17
1.
pada golongan umur 5-14 tahun yaitu sebanyak 45 kasus dari 98 kasus yang
dilayani, dengan jumlah kematian sebanyak 2 orang (CFR 3,1 %) pada golongan
umur tersebut. Pada tahun 2003 jumlah kasus terbanyak bergeser ke golongan
umur 15-44 tahun yaitu sebanyak 73 kasus dari 152 kasus
yang dilayani
namun kematian masih terjadi pada golongan umur 5-14 tahun yaitu 2 orang
(CFR = 3,6 %), demikian pula pada tahun 2004 jumlah kasus terbanyak berkisar
pada golongan umur 15-44 tahun yaitu sebanyak 90 kasus dari 214 kasus yang
dilayani namun kematian masih berkisar pada golongan umur 5-14 tahun yaitu 2
orang ( CFR = 2,7 % )
Tabel 4
Jumlah penderita dan CFR Demam Berdarah Dengue di RS Faisal
menurut umur tahun 2002. 2003 dan 2004
Gol.
Umur
Tahun 2002
Kasus Mati CFR
< 1tahun
4
0
0.0
1 - 4 thn
15
0
0.0
5 -14 thn
45
2
4.4
15-44 thn
32
1
3.1
> 45 thn
2
0
0.0
Jumlah
98
3
3.1
Sumber data : data Primer RS Faisal
Tahun 2003
Kasus Mati CFR
0
23
55
73
1
152
0
0
2
1
0
3
0
0
3.6
1.4
0
2.0
Tahun 2004
Kasu Mat CFR
s
i
8
0
0
36
0
0
73
2
2.7
90
0
0
7
0
0
214
2
0.9
Dari gambaran distribusi penyakit DBD menurut umur pada RS Faisal ini,
dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.
18
penyakit DBD pada usia Sekolah Dasar ( SD ) dan Sekolah Menengah Pertama (
SMP ) dan kemudian perhatian mulai turun pada usia diatas.
2.
golongan usia lainnya bila dilihat dari jenis pakaian yang dikenakan.
Tabel 5
Grafik Distribusi Kasus DBD Menurut Umur di RS Faisal
tahun 2002, 2003 dan 2004
19
tertinggi justru terjadi pada jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 2 orang
( CFR = 4,2 % ).
Tabel 6
Jumlah penderita dan CFR Demam Berdarah Dengue di RS Faisal
menurut jenis kelamin tahun 2002, 2003 dan 2004
Jenis
Kelamin
Tahun 2002
Kasus Mati CFR
Tahun 2003
Kasus Mati CFR
Laki-Laki
50
1
2.0
75
48
2
4.2
77
Jumlah
98
3
3.1
152
Sumber Data : Data Primer RS Faisal
Perempuan
2
1
3
2.7
1.3
2.0
Tahun 2004
Kasu Mat CFR
s
i
101 1
0.9
113 1
0.9
214
2
0.9
Pada tahun 2003 jumlah kasus bergeser pada jenis kelamin perempuan
yaitu sebanyak 77 penderita dari 152 penderita tetapi justru kematian masih
terbanyak pada jenis kelamin laki-laki yaitu 2 orang ( CFR = 2,7 ). Demikian
halnya pada tahun 2004
kelamin perempuan dengan jumlah kematian dengan jenis kelamin laki-laki dan
perempuan masing-masing adalah satu.
Tabel 7
Grafik Distribusi Kasus DBD Menurut Umur di RS Faisal
tahun 2002, 2003 dan 2004
20
bergerseran ini tidak terlalu terlalu bermakna karena hanya selisi 3-11 penderita
saja. Artinya semua jenis kelamin baik laki-laki mapun perempuan mempunyai
resiko yang sama untuk menderita penyakit DBD
2.
Jumlah kematian dari tahun 2002 sampai tahun 2004 per jenis
kelamin bisa ditekan atau mengalami penurunan, namun jika tidak disertai dengan
jumlah kasus yang dilayani dimana dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.
Artinya tindakan pencegahan agar pasien yang sakit tidak menjadi mati tidak
dibarengi dengan tindakan pencegahan primer.
3.
21
Di Rumah Sakit Umum Daya jumlah penderita pada tahun 2002 banyak
terdapat pada golongan umur 5-14 tahun yaitu sebanyak 59 penderita dari 140
penderita yang dilayani,
yaitu sebanyak 67
penderita dari 165 penderita yang dilayani, baik ditahun 2002 dan 2003 tidak
terjadi kematian untuk semua golongan umur.
Tabel 8 Jumlah penderita dan CFR Demam Berdarah Dengue di RSU Daya
menurut umur tahun 2002. 2003 dan 2004
Gol.
Umur
< 1tahun
1 - 4 thn
5 -14 thn
15-44 thn
> 45 thn
Jumlah
Tahun 2002
Kasus Mati CFR
Tahun 2003
Kasus Mati CFR
0
27
59
51
3
140
0
34
67
60
4
165
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Tahun 2004
Kasu Mat CFR
s
i
0
0
0
26
0
0
44
2
4.5
46
0
0
3
0
0
119
2
1.7
22
Dari gambaran distribusi penyakit DBD menurut umur tersebut diatas pada
RSU Daya, dapat diambil beberapa keterangan sebagai berikut :
1.
2.
Ditahun 2002 dan 2003 untuk semua golonagn umur tidak terjadi
kematian tetapi ditahun 2004 terjadi kematian yaitu pada golongan umur 5-14
tahun. Artinya kejadian kematian ini menggambarkan kurangnya tindakan
pencegahan atau penanggulangan dini penyakit DBD di masyarakat dan juga
penanganan kasus di Rumah Sakit.
4.
23
banyak ditemukan
yaitu 72 penderita dari 140 penderita yang dilayani, tidak terjadi kematian untuk
jenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Demikian pula ditahun 2003 jenis
kelamin perempuan banyak ditemuan yaitu 86 penderita dari 165 penderita yang
dilayani tampa adanya kematian.
Ditahun 2004 ditemukan kematian untuk jenis kelamin perempuan yaitu 2
orang dari 2 orang jumlah kemtaian di tahun tersebut, namun jumlah penderita
terbanyak justru terjadi pada jenis kelamin laki-laki
Tabel 10
Grafik Distribusi Kasus DBD Menurut Umur di RS Daya
tahun 2002, 2003 dan 2004
Tabel 11 Jumlah penderita dan CFR Demam Berdarah Dengue di RSU Daya
menurut jenis kelamin tahun 2002, 2003 dan 2004
Jenis
Kelamin
Tahun 2002
Kasus Mati CFR
Tahun 2003
Kasus Mati CFR
Tahun 2004
Kasu Mat CFR
24
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
68
72
140
0
0
0
0
0
0
79
86
165
0
0
0
0
0
0
s
60
59
119
i
0
2
2
0
3.4
1.7
Dari gambaran distribusi penyakit DBD menurut jenis kelamin tersebut diatas
pada RSU Daya, dapat diambil beberapa pembahasan sebagai berikut :
1. Walaupun terjadi bergeseran penderita DBD pada jenis kelamin perempuan di
tahun 2002 dan 2003 ke laki-laki di 2004, namun bergerseran ini tidak terlalu
terlalu bermakna karena hanya selisi 2- 5 penderita saja. Artinya semua jenis
kelamin baik laki-laki mapun perempuan mempunyai resiko yang sama untuk
menderita penyakit DBD
2. Terjadi kematian ditahun 2004 dimana sebelumnya ditahun 2002 dan 2003 tidak
terjadi kematian. Sehingga kejadian ini bisa menunjukkan dimasyarakat telah
terjadi peningkatan kasus yang bermakna atau bisa jadi penanganan pasien di
rumah sakit yang kurang maksimal.
25
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1.
Jumlah kasus DBD tahun 2002 dan 2003 di RSU Daya masing-masing
sebanyak 140 penderita dan 165 penderita dengan angka kematian ( CFR = 0 % ) .
Sementara pada tahun 2004 jumlah kasus sebanyak 119 orang ditemukan angka
kematian 2 orang ( CFR 1,7 % )
2.
3.
Adanya pola distribusi penyakit DBD yang sama di RSU Daya dan
Faisal yaitu adanya kecenderungan peningkatan kasus
pada bulan-bulan
selama 3 tahunn
berturut-turut.
b.
dan
penanganan
kasus
penyakit
DBD
di
tingkat
26
27
kematian tetapi ditahun 2004 terjadi kematian yaitu pada golongan umur
5-14 tahun. Artinya kejadian kematian ini
menggambarkan kurang
perempuan di tahun 2002 dan 2003 ke laki-laki di 2004, namun bergerseran ini
tidak terlalu terlalu bermakna karena hanya selisi 2- 5 penderita saja. Artinya
semua jenis kelamin baik laki-laki mapun perempuan mempunyai resiko yang
sama untuk menderita penyakit DBD
b.
B, SARAN
Hasil Pelaksanaan praktikum Survailans Epidemiologi penyakit DBD di
Rumah Sakit telah lebih memberikan gambaran atau kesimpulan jumlah penderita dan
jumlah kematian baik dilihat dari ditribusi waktu per bulannya, distribusi/factor
orang/penderita yang dilihat dari jenis kelamin dan golongan umur termasuk distribusi
tempat dalam hal ini Rumah Sakit Daya dan RS Faisal yaitu semakin tingginya jumlah
kasus dan jumlah kematian DBD di rumah sakit menunjukkan rendahnya tindakan
pencegahan dan penanggulangan serta penanganan kasus di masyarakat/Puskesmas
demikian sebaliknya, namun gambaran ini kurang mendapat perhatian. Untuk itu
28
2.
3.
29
Daftar Pustaka
Ditjen PPM-PL, Depkes RI. Pedoman Survailan dan Respon KLB dalam rangka Reduksi
Campak di Indonesia. Jakarta 2002
Dinkes Prop. Sul-Sel. Pedoman Penyuluhan Demam Berdarah Dengue (DBD), Makassar,
2002
Dinkes Prop. Sul-Sel, Buletin Epidemiologi Propinsi Sulawesi Selatan. Makasar 2002
Dinkes Prop. Sul-Sel, Buletin Epidemiologi Propinsi Sulawesi Selatan. Makasar 2003
Ditjen PPM-PL, Depkes RI. Berita Epidemiologi, Jakarta 1999.
FKM-UNHAS, Buku Diktat Perkuliahan Penyakit Menular, Makasar 2000.
30