Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

RUANG LINGKUP ILMU SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah :

Sosio Budaya Masyarakat Pesisir

Dosen Pengampu : NURHAYATI, S.Si.T., M.Si

DISUSUN OLEH :

Kelompok 1

IKM-11/Semester 4

INDA PUSPITASARI (0801213437)

WIDYA ANGRAINI SIREGAR (0801213432)

SYAFIRDA ALIFAH LUBIS (0801213441)

M. HARI NURCHOLISH (0801213447)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

KAMPUS V TEBING TINGGI

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur selalu kami ucapkan kepada hadirat Allah SWT yang
senantiasa melimpahkan rahmat, karunia serta hidayah-Nya kepada kita semua
sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah ini. Kami selaku penyusun
Makalah ini menyampaikan ucapan Terima Kasih kepada Dosen Pembimbing
Kami yaitu Ibu Nurhayati, S.Si.T., M.Si yang mana telah memberikan arahan
dan bimbingan dalam membuat Makalah ini.

Dalam menyusun Makalah ini kami menyadari masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami selaku penyusun membutuhkan masukan
seperti saran dan kritik yang sifatnya membangun demi memperbaiki dan dapat
meningkatkan kualitas penulisan Makalah atau tugas lainnya dimasa yang akan
datang.

Dan kami berharap Makalah ini dapat memberikan suatu manfaat bagi
kami penyusun dan para pembaca, Aamiin.

Tebing Tinggi, 28 Februari 2022

Pemakalah 1

2
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................... 2

BAB II LANDASAN TEORI ..............................................................


2.1 Pengertian Ilmu Sosial dan Budaya................................... 4
2.2 Ruang Lingkup Ilmu Sosial dan Budaya Masyarakat ....... 5
2.2.1 Ruang Lingkup Ilmu Sosial Dasar ........................... 5
2.2.2 Ruang Lingkup Ilmu Budaya Dasar ......................... 5
2.2.3 Ruang Lingkup Ilmu Sosial dan Budaya Dasar ....... 6
2.3 Manusia Sebagai Makhluk Budaya ................................... 6
2.3.1 Etika dan Estetika Berbudaya .................................. 7
2.3.2 Hubungan Antara Etika dengan Kebudayaan .......... 7
2.3.3 Hubungan antara Manusia dengan Estetika ............. 8
2.4 Manusia Sebagai Makhluk Peradaban .............................. 8
2.5 Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial ................ 9
2.5.1 Manusia Sebagai Makhluk Individu ........................ 9
2.5.2 Manusia sebagai Makhluk Sosial............................. 10
2.6 Sosial Budaya Masyarakat Pesisir ..................................... 11

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ........................................................................ 17
3.2 Saran .................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat pesisir adalah sekumpulan masyarakat yang hidup bersama-


sama mendiami wilayah pesisir membentuk dan memiliki kebudayaan yang khas
yang terkait dengan ketergantungannya pada pemanfaatan sumber daya pesisir.
Pada umumnya masyarakat pesisir bermata pencaharian pada sektor sumber daya
kelautan seperti nelayan, pembudidaya ikan, penambangan pasir, dan transportasi
laut.

Profesi sebagai nelayan pada umumnya didapatkan secara turun-temurun


dari nenek moyang. Pemanfaatan potensi laut sudah menjadi kebiasaan dan cara
utama dalam memenuhi kebutuhan hidup masyarakat pesisir. Meskipun dengan
sumber daya laut yang melimpah tetapi pada kenyataannya masyarakat pesisir
dominan berada dalam garis kemiskinan. Belum optimalnya pembangunan di
bidang perikanan dapat dilihat dari adanya lingkaran kemiskinan yang menjerat
nelayan hingga saat ini.

Dengan sistem sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat pesisir yang


tentunya berbeda dengan kelompok masyarakat lainnya, masyarakat pesisir juga
memiliki keragaman budaya yang tidak kalah dengan masyarakat lain. Contohnya
seperti dengan kebudayaan perang obor, pesta baratan, dan sedekah laut. Dalam
penulisan makalah ini akan dibahas mengenai ruang lingkup ilmu sosial dan
budaya masyarakat serta sosial budaya masyarakat pesisir.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu apa saja ruang lingkup
ilmu sosial dan budaya serta bagaimana penerapan sosial budaya masyarakat
pesisir?

2
1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu untuk mengetahui ruang


lingkup ilmu sosial dan budaya serta bagaimana penerapan sosial budaya
masyarakat pesisir.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ilmu Sosial dan Budaya

Ilmu sosial dan budaya dasar (ISBD) adalah cabang ilmu yang merupakan
gabungan dari dua ilmu lainnya yaitu ilmu sosial yang juga sosiologi (socio:
masyarakat, tanda: ilmu) dan ilmu budaya yang merupakan cabang dari ilmu
sosial. Ilmu sosial adalah cabang ilmu yang menggunakan berbagai disiplin ilmu
untuk mengatasi masalah sosial, sedangkan ilmu budaya adalah ilmu yang
mencakup pengetahuan budaya dan mempelajari masalah manusia dan budaya.

Sosiologi berasal dari kata latin socius yang berarti teman dan logos yang
berarti pengetahuan. Jadi, sosiologi adalah ilmu tentang persahabatan atau
pertemanan. Definisi persahabatan ini diperluas cakupannya hingga mencakup
sekelompok orang yang tinggal bersama dalam satu tempat, atau bisa juga disebut
komunitas. Oleh karena itu, sosiologi juga diartikan sebagai pengetahuan tentang
kehidupan sosial atau hubungan antar manusia. Istilah sosiologi pertama sekali
dikemukakan oleh Auguste Comte dalam bukunya yang berjudul Cours de la
Philosovie Positive.

Menurut Comte, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara


manusia dengan manusia lain dalam kelompok sosial. Secara garis besar,
sosiologi mempelajari masyarakat sebagai kompleks hubungan, interaksi,
kekuatan, dan pranata sosial. Sosiologi membantu kita memahami realitas atau
fakta sosial yang sering terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Ilmu sosial
bertujuan untuk dapat menjawab permasalahan yang dihadapi masyarakat dalam
kehidupan sehari-harinya.

Menurut Soejono, sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada


pencarian kehidupan kelompok dan produk yang dihasilkan dari kehidupan
kelompok itu.

Menurut Alan Johnson, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang


kehidupan serta perilaku karena keterkaitannya dengan sistem sosial sehingga

4
sistem tersebut dapat mempengaruhi individunya, serta bagaimana individu
tersebut dapat mempengaruhi sistemnya.

Ilmu sosial adalah ilmu yang mencakup semua aspek kehidupan, mulai
dari karakteristik individu, interaksi antar individu, interaksi antara individu dan
kelompok, bahkan interaksi antar kelompok. Konflik dengan demikian muncul
dalam interaksi tersebut, dan konflik di sini secara luas didefinisikan tidak hanya
sebagai isu, tetapi juga sebagai komunikasi yang menjalin hubungan timbal balik.
Ilmu sosial juga digunakan untuk mempelajari hubungan ini.

Kebudayaan mengandung pengertian yang luas, meliputi pemahaman


perasaan suatu bangsa yang kompleks, yaitu kepercayaan, seni, moral, hukum,
adat istiadat (kebiasaan) yang diperoleh dari anggota masyarakat. Kebudayaan
dalam kaitannya dengan ilmu budaya dasar adalah penciptaan, penertiban, dan
pengolahan nilai-nilai insani; tercakup di dalamnya usaha memanusiakan diri di
dalam alam lingkungan, baik fisik maupun sosial.

2.2 Ruang Lingkup Ilmu Sosial dan Budaya Masyarakat

2.2.1 Ruang lingkup Ilmu Sosial Dasar :

1) Individu, keluarga, dan masyarakat


2) Masyarakat kota dan desa
3) Masalah penduduk
4) Pelapisan sosial
5) Pemuda dan sosialisasi
2.2.2 Ruang lingkup Ilmu Budaya Dasar
1) Manusia dan pandangan hidup
2) Manusia dan keindahan
3) Manusia dan keadila
4) Manusia dan cinta kasih
5) Manusia dan tanggung jawab
6) Manusia dan kegelisahan
7) Manusia dan harapan

5
2.2.3 Ruang lingkup dari Ilmu Sosial Budaya Dasar
1) Pengantar ISBD
2) Manusia sebagai makhluk budaya
3) Manusia dan peradaban
4) Manusia sebagai makhluk individu dan sosial

2.3 Manusia Sebagai Makhluk Budaya

Menurut Dr. H. Aep Saepuloh (2019), kemanusiaan dan kebudayaan


merupakan salah satu ikatan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan ini.
Sebagai ciptaan Tuhan yang paling sempurna, manusia adalah orang-orang
terpelajar. Manusia dapat menciptakan budayanya sendiri dan mewariskannya dari
generasi ke generasi. Budaya adalah alat yang ampuh dalam sejarah kehidupan
manusia yang dapat dikembangkan dan dikembangkan melalui sikap budaya yang
dapat mendukungnya.

Kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta, yaitu budhayah yang arti


lainnya (budi dan akal). Definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli, yaitu:

1. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun


temurun dari satu generasi ke generasi lain, yang disebut superorganik.
2. Edward B.Taylor, kebudayaan merupakan yang kompleks di dalamnya
terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat dan kemampuan-kemampuan yang didapat oleh masyarakat.
3. Selo Soemarjan dan Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya,
rasa, dan cipta masyarakat.

Dalam sosiologi, manusia dan budaya dianggap ganda, yaitu keduanya


berbeda tetapi merupakan satu kesatuan. Orang menciptakan budaya, dan setelah
budaya yang menyesuaikan kehidupan masyarakat agar sesuai dengan kehidupan
masyarakat itu sendiri. Contoh sederhana yang bisa kita lihat adalah hubungan
antara manusia dan aturan sosial. Aturan dibuat pertama kali oleh manusia, dan
setelah aturan dibuat, manusia yang membuat aturan harus mematuhi aturan yang
mereka buat. Dari sini dapat disimpulkan bahwa manusia tidak dapat hidup tanpa
kebudayaan, karena kebudayaan merupakan perwujudan manusia itu sendiri.

6
Terdiri dari apa budaya tidak menyimpang terlalu jauh dari kehendak mereka
yang menciptakannya.

2.3.1 Etika Dan Estetika Berbudaya

Menurut Keraf (1998), etika secara harfiah berasal dari kata Yunani ethos
(jamak: ta etha), artinya sama persis dengan moralitas, yaitu kebiasaan yang baik.
Adat-istiadat baik ini kemudian menjadi sistem nilai yang menjadi pedoman dan
tolok ukur perilaku baik dan buruk. Secara etimologis, etika adalah ajaran baik
dan buruk. Etika memiliki arti yang sama dengan moralitas (Latin mores),
keduanya merupakan predikat yang berbicara tentang nilai moral, atau amoralitas,
baik dan buruk.

Dalam KBBI (1998), kata akhlak memiliki tiga arti, salah satunya adalah
nilai benar dan salah yang dianut oleh suatu kelompok atau masyarakat. Dari
beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah seperangkat
aturan/norma/pedoman yang mengatur tingkah laku manusia, termasuk apa yang
harus dilakukan dan apa yang harus ditinggalkan.

Ini berarti bahwa moralitas membantu manusia mengadopsi sikap dan


perilaku yang tepat dalam kehidupan. Etika pada akhirnya membantu kita
memutuskan tindakan apa yang perlu kita ambil, dan bersama-sama kita perlu
memahami bahwa etika ini dapat diterapkan pada setiap aspek atau aspek
kehidupan kita, jadi etika ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan
aspek atau aspek kehidupan manusia.

2.3.2 Hubungan antara Etika dengan Kebudayaan

Etika sangat erat kaitannya dengan moralitas. Manusia dapat


menggunakan moralitas sebagai wadah untuk mengevaluasi sifat dan perilakunya.
Etika selalu relevan dengan budaya karena merupakan interpretasi atau evaluasi
budaya. Etika memiliki nilai kebenaran yang harus selalu disesuaikan dengan
budaya karena tidak mutlak dan memiliki standar moral yang berbeda tergantung
dari budaya tempat kita hidup dan masyarakat tempat kita hidup. Baik atau
buruknya suatu tindakan tergantung pada budaya pada saat itu.. Prinsip moral

7
sebaiknya disesuaikan dengan normanorma yang berlaku, sehingga suatu hal
dikatakan baik apabila sesuai dengan budaya yang berlaku di lingkungan sosial
tersebut.

2.3.3 Hubungan Antara Manusia dan Estetika

Di era Romantisisme Prancis, keindahan berarti mampu menyampaikan


keagungan, sedangkan di era Realisme, kecantikan berarti mampu menyampaikan
apa adanya. Dan di Belanda, pada masa de Stjil, keindahan berarti kemampuan
menyusun warna dan ruang serta kemampuan mengabstraksi objek.

Manusia merasakan keindahan jika mereka menyukai atau menikmati


sesuatu. Namun, ini tidak mungkin memiliki efek baik atau buruk, karena tidak
mungkin memprediksi apa yang disukai manusia. Manusia pada dasarnya
menyukai hal-hal yang baik, namun tidak menutup kemungkinan bahwa manusia
juga menyukai hal-hal yang buruk, termasuk perilaku yang menyimpang.

2.4 Manusia Sebagai Makhluk Peradaban

Peradaban dapat diartikan sebagai hubungan dengan kewarganegaraan,


karena diambil dari kata civies (Latin) atau civil (Inggris), yang berarti warga
negara dari negara maju. Dalam hal ini dapat diartikan dalam dua cara:

a) proses menjadi berkeadaban,


b) suatu masyarakat manusia yang sudah berkembang atau maju.
Peradaban adalah identik dengan gagasan tentang kemajuan sosial, baik
dalam bentuk kemenangan akal dan rasionalitas terhadap dogma maupun doktrin
agama, memudarnya norma-norma lokal tradisional dan perkembangan pesat ilmu
pengetahuan alam dan teknologi. Menjadi beradab adalah menjadi santun dan
berakhlak baik dan peduli pada orang lain, bersih dan sopan dan higienis dalam
kebiasaan pribadi dan sebagainya.

Oswald membuat perbedaan antara budaya dan peradaban. Dalam


pandangannya, kedua hal tersebut merupakan dua jalan hidup yang berlawanan.
Oswald percaya bahwa budaya lebih dominan dalam hal nilai-nilai spiritual,
menekankan perkembangan individu manusia di bidang spiritual dan moral. Pada

8
saat yang sama, peradaban, dalam pandangannya, lebih cenderung pada hal-hal
material yang menekankan kesejahteraan. Peradaban pada dasarnya memiliki
hubungan yang erat dengan kebudayaan. Kebudayaan pada hakekatnya adalah
hasil cipta, rasa dan karsa manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Kreativitas
manusia (rasionalitas) menghasilkan pengetahuan. Kemampuan indrawi manusia
melalui organ inderanya melahirkan berbagai proyek seni dan bentuk seni. Pada
saat yang sama, niat manusia menuntut kesempurnaan hidup, kemuliaan, dan
kebahagiaan, sehingga menghasilkan berbagai aktivitas kehidupan manusia untuk
memenuhi kebutuhan, dan biasanya digunakan untuk menyebut bagian atau unsur
dari kebudayaan yang harus maju dan indah.

Peradaban merupakan tahap tertentu dari kebudayaan masyarakat tertentu


pula, yang telah mecapai kemajuan tertentu yang dicirikan oleh tingkat ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni yang telah maju. Salah satu ciri yang penting
dalam definisi peradaban adalah berbudaya.

2.5 Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial

2.5.1 Manusia Sebagai Makhluk Individu

Manusia dapat berlaku sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.


Sebagai individu dengan kepribadian khasnya berada di tengah-tengah individu
lain yang sekaligus mematangkannya sebagai pribadi. Individu sendiri berasal dari
kata ‘in’ dan ‘devided’. Dalam Bahasa Inggris ‘in’ salah satunya mengandung
pengertian ‘tidak’, sedangkan ‘devided’ artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak
terbagi, atau satu kesatuan. Dalam bahasa Latin individu berasal dari kata
‘individium’ yang berarti ‘yang tak terbagi’, jadi merupakan suatu sebutan yang
dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan tak terbatas.

Adapun ciri lain dari manusia sebagai makhluk individu yang baik
menurut Dr. H. Aep Saepuloh (2019), diantaranya:

a. Mereka mempunyai persepsi yang betul berkenaan realiti


b. Mereka mempunyai keupayaan yang tinggi untuk menerima diri
mereka sendiri, menerima diri orang lain dan menerima fitrah alam.

9
c. Mereka spontan.
d. Mereka memfokuskan perhatian dan penyelesaian masalah.
e. Mereka memerlukan privasi dan suka bersendirian.
f. Mereka berjiwa merdeka dan tidak mau tunduk pada sekatan budaya.
g. Mereka mudah menghargai emosi dan mudah memberikan reaksi
emosi.
h. Mereka lebih kerap mengalami saat-saat ke puncak kepuasan
i. Mereka mempunyai nilai kemanusiaan yang lebih tinggi.
j. Mereka mempunyai hubungan yang sehat dengan individuindividu di
sekeliling mereka.
k. Mereka mempunyai nilai-nilai dan sikap yang lebih demokratik.
l. Mereka lebih kreatif.
m. Mereka mempunyai nilai-nilai yang mereka susun dan amalkan sendiri.

2.5.2 Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan


masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakkan dirinya dalam
berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat
dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena
pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi)
dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau
tidak hidup di tengah-tengah manusia. Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia
tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia
bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa
mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya. Dapat disimpulkan, bahwa
manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu:

1) Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.


2) Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain.
3) Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
4) Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengahtengah
manusia.

10
Adapun yang menyebabkan manusia selalu bermasyarakat antara lain
karena adanya dorongan kesatuan biologis yang terdapat dalam naluri manusia,
misalnya :
a. Hasrat untuk memenuhi keperluan makanan dan minuman
b. Hasarat untuk membela diri
c. Hasrat untuk mengadakan keturunan
Hal ini dinyatakan semenjak manusia lahir yang dinyatakan untuk
mempunyai dua keinginan pokok, yaitu :
1. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia di sekelilingnya.
2. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya.

Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik saling mempengaruhi


antara individu, kelompok sosial, serta masyarakat. Selain itu, interaksi sosial
merupakan proses dimana orang-orang yang berkomunikasi tersebut dapat saling
mempengaruhi dalam pikiran maupun tindakan.

2.6 Sosial Budaya Masyarakat Pesisir

Istilah sistem sosial-budaya mencakup 3 (tiga) konsep, yakni masyarakat,


kebudayaan, dan sistem. Masyarakat adalah sejumlah organisme dari species yang
sama, yakni manusia, yang saling tergantung. Kebudayaan adalah tingkah-laku
hasil belajar yang dilaksanakan bersama-sama oleh para warga masyarakat,
bersama dengan produk material dan immaterial dari tingkah-laku tersebut. Kata
kata masyarakat dan kebudayaan digabungkan bersama membentuk kata sosial-
budaya, sedangkan sistem merupakan kumpulan dari bagian-bagian yang saling
berinteraksi atau saling berhubungan agar berfungsi sebagai satuan keseluruhan
(Kauffman, 1980).

Malinowski (1939) kemudian mendefinisikan perilaku budaya sebagai


implementasi, adaptasi, dan penerapan aturan organisasi sosial, nilai, kebiasaan,
ide, kepercayaan, dan sebagainya. Dia percaya perilaku ini ditularkan secara
sosial, bukan berdasarkan biologis. Akibatnya perilaku tersebut bersifat cair dan
rentan dipengaruhi oleh budaya luar, akibatnya mengalami perubahan dalam
setiap bentuk sosial budaya. Demikian pula setiap aspek budaya maritim memiliki
peran dalam kehidupan individu dan bersifat dinamis. Interaksi terus-menerus

11
antara manusia dengan lingkungannya dan sumber daya alam akan mengarah pada
pengembangan berbagai pengetahuan yang dimasukkan ke dalam evaluasi
masyarakat terhadap lingkungannya.

Antropolog dengan menggunakan perspektif budaya dan antropologi


merujuk pada setiap fenomena sosial yang diamati sebagai sistem sosial budaya.
Mereka menggunakan istilah ini untuk menggambarkan tradisi, kebiasaan, dan
kepercayaan bersama yang membentuk budaya yang berbeda. Jika merujuk pada
komunitas di pesisir, orang sering menggunakan istilah bangunan budaya untuk
menjelaskan unsur-unsur cara hidup mereka. Masyarakat yang tinggal di wilayah
pesisir sangat bergantung pada budaya dan lingkungan di sekitarnya. Ini karena
daerah-daerah tersebut memiliki unsur-unsur tertentu yang mempengaruhi
kehidupan mereka, seperti menangkap ikan, berburu, dan mengumpulkan hasil
laut. Selain itu, masyarakat di daerah ini mengolah dan menjual ikan dan hasil
laut lainnya. Pernyataan ini merinci kehidupan para nelayan. Orang-orang ini
mencari atau berburu ikan sementara yang lain mengumpulkannya untuk dijual.

Masyarakat pesisir ditentukan oleh gaya hidup, kebiasaan, dan


karakteristik yang mereka miliki bersama. Mereka tinggal di daerah perbatasan
antara darat dan laut; disinilah tempat memancing berlangsung. Karena
masyarakat ini bertahan hidup dari sumber daya ikan, mereka mengembangkan
budaya mereka sendiri yang disebut budaya masyarakat pesisir. Masyarakat dapat
menggunakan budaya pesisir untuk memahami teori, metode, teknik, dan bahasa.
Ini juga berisi seni, kepercayaan, dan organisasi sosial. Selain itu, memiliki
organisasi ekonomi, politik dan teknologi. (Mahfudlah, 2017).

Masyarakat pesisir dan kecil Indonesia menunjukkan berbagai


kepercayaan budaya. Ini karena cara lingkungan alam mereka mempengaruhi
kehidupan sehari-hari mereka. Karena pengaruh tersebut, cara mereka mengelola
sumber daya alam terus berubah dengan cara baru. Masyarakat pulau-pulau kecil
dan pesisir tidak selalu memilih lautan sebagai sumber pendapatan utama mereka.
Pasalnya, wilayah perairan yang berbeda terlihat berbeda dengan kepribadian
yang unik (Kompas, 2014).

12
Malinowski (1939) mengatakan bahwa sistem sosial budaya masyarakat
terbentuk karena kebutuhan untuk memenuhi tuntutan psikobiologis dan menjaga
kesinambungan hidup kelompok sosial tertentu. Kebutuhan tersebut mencakup
gizi (nutrition), reproduksi (reproduction), kenyamanan (bodily comforts),
keamanan (safety), relaksasi (relaxation), pergerakan (movement), dan
pertumbuhan (growth). Terkait dengan pemenuhan kebutuhan tersebut, maka
munculah tingkah laku yang khas (cultural behaviour) dari sebuah masyarakat
sesuai dengan kondisi alam sebagai bahan untuk pemenuhan kebutuhan tersebut.

Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak pulau dan wilayah


pesisir. Indonesia juga memiliki beragam kebudayaan yang masih dilakukan oleh
masyarakat. Beragam kebudayaan tersebut didasarkan atas suku, agama, maupun
tempat tinggal. Adanya beragam kebudayaan banyak melahirkan tradisi-tradisi
yang hingga kini masih dijalani maupun tradisi yang sudah mulai hilang dihapus
oleh zaman Tradisi-tradisi yang ada tidak terlepas dari kepercayaan dinamisme
dan animisme yang merupakan warisan dari kepercayaan leluhur. Setiap adanya
prosesi ritual selalu dikaitkan dengan kepercayaan kepercayaan mistik, yang
terjadi di berbagai pulau di Indonesia seperti Sumatra, Sulawesi, Kalimantan,
Jawa, Papua, Bali, Maluku, maupun Nusa Tenggara (Fauziah, 2015).

Dilihat dari aspek kepercayaan, masyarakat pesisir masih menganggap


bahwa laut memilki kekuatan magic sehingga mereka masih sering melakukan
adat pesta laut atau sedekah laut. Namun, dewasa ini sudah ada dari sebagian
penduduk yang tidak percaya terhadap adat-adat seperti pesta laut tersebut.
Mereka hanya melakukan ritual tersebut hanya untuk formalitas semata. Begitu
juga dengan posisi nelayan sosial, pada umumnya, nelayan bergolong kasta
rendah (Rama, 2013).
Seperti halnya masyarakat pesisir di wilayah Jepara memiliki beragam
tradisi yang secara khusus berkaitan dengan wilayah itu sendiri, antara lain:
1) Perang Obor,
2) Posta baratan,
3) Perayaan hari jadi Kabupaten Jepara yang memperingati penobatan
Putri Retna Kencana, yang dinobatkan sebagai penguasa Kabupaten

13
Jepara dengan nama Nimas Ratu Kalinyamatan dengan Sedekah Laut.
Sedekah laut biasanya dilakukan pada hari ke 7 bulan Syawal. Tradisi
sedekah laut yaitu membunuh kerbau, daging kerbau dikonsumsi dan
dijadikan slametan, kepala malah dilambaikan sebagai ungkapan rasa
terima kasih dan penolakan hala. Tradisi sedekah laut lainnya antara
lain arak-arakan, slametan dan ziarah ke makam leluhur, serta pesta
wayang kulit semalaman (Indrahti dkk, 2017).

Mengingat potensi sumberdaya alam pesisir dan laut yang sangat besar,
masyarakat pesisir secara umum diharapkan menjadi masyarakat yang sejahtera.
Namun realita menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat pesisir, khususnya
nelayan, masih terbelakang. Hal ini sangat paradoks dibandingkan dengan potensi
sumber daya kelautan dan perikanan Indonesia yang sangat kaya namun
masyarakat pesisir yang menggantungkan hidupnya pada sektor kelautan hidup
dalam kemiskinan. Budaya masyarakat pesisir Indonesia sering diekspresikan
dalam bentuk tradisi atau adat istiadat yang diwariskan secara turun-temurun.
Adat-istiadat yang sebagian hanya terekam secara lisan, sedikit banyak
merupakan ciri khas suatu kelompok masyarakat itu sendiri. Salah satu bentuk
budaya masyarakat pesisir adalah: Ritual Masyarakat pesisir di Indonesia
mengadakan berbagai upacara. Salah satunya adalah upacara tahunan untuk
berterima kasih kepada alam atas sumber dayanya bagi para nelayan. Ini adalah
rasa terima kasih manusia kepada pemberi kehidupan dan alam. Meski memiliki
istilah yang berbeda, namun semuanya memiliki arti dan tujuan yang sama, yaitu
bersyukur kepada Tuhan atas makanan dari laut. Bagian dari ritual tersebut adalah
membuang hasil panen, bagian ternak (ayam, kambing atau kerbau) dan makanan
ke laut sebagai tanda terima kasih atas makanan yang didapat dari laut selama ini
dan dengan harapan akan datang hari yang lebih baik.

Sistem sosial, ekonomi dan budaya masyarakat pesisir tentunya berbeda


dengan kelompok masyarakat lainnya. Sistem tersebut meliputi sistem ekonomi,
pranata sosial, sosial budaya, adat istiadat, sistem etika dan tata krama, serta tokoh
masyarakat dan pengaruhnya. Selain memiliki sistem yang berbeda, masyarakat
pesisir memiliki permasalahan yang berbeda pula (Kusnadi 2009: 43). Persoalan

14
yang harus mereka hadapi antara lain: kemiskinan, ketimpangan sosial,
keterbatasan dana dan teknologi, rendahnya kualitas sumber daya manusia
(SDM), ketergantungan pada cuaca laut, dan tidak adanya kebijakan pemerintah
yang paling menguntungkan masyarakat nelayan.

Masyarakat pesisir membutuhkan bentuk kegiatan otentik yang dapat


menumbuhkan ekonominya tanpa menghilangkan budaya dan identitas
masyarakat pesisir. Oleh karena itu, diperlukan suatu bentuk kegiatan yang
berbasis komunitas. Berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang
desentralisasi dan daerah yang memberikan wewenang kepada daerah untuk
mengurus sendiri segala urusan daerahnya. Begitu juga dengan wilayah pesisir,
ketua masyarakat atau kepala suku dapat bekerjasama dengan penduduk untuk
mengurus pesisir dari lautnya sexual dengan adat mereka.

Kerajinan tangan, tarian, alat tradisional dan lain-lain menjadi bukti betapa
masyarakat pesisir ini, seperti halnya masyarakat Kaldupa, memiliki keragaman
budaya yang tak kalah dengan masyarakat lainnya. Jenis pengalaman penggunaan
lainnya sangat jelas dan banyak berhubungan dengan komunitas. Penghargaan dan
pelestarian nilai-nilai budaya tentunya merupakan hal yang sangat penting untuk
tercapainya pelestarian budaya masyarakat, karena bagaimanapun modernnya
suatu masyarakat, sulit untuk mencapai keharmonisan tanpa nilai-nilai tersebut.
Nilai-nilai budaya adalah norma-norma kehidupan selain Al-Qur'an dan As-
Sunnah serta peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh masyarakat dan
pemerintah ( Heriyani, 2009).

Tradisi masyarakat pesisir sangat mementingkan aktivitas laut, jauh


sebelum teknologi mekanis modern terhubung dengan perahu mereka, mereka
sudah lama mengangkut panggayo dari satu tempat ke tempat lain. Panggayo
(bahasa masyarakat pesisir di Maluku), atau dalam bahasa Indonesia berarti
berperahu, merupakan bentuk kearifan lokal dan adaptasi masyarakat pesisir
untuk melanjutkan mata rantai kehidupan di wilayah yang dikelilingi laut.
(Heriyani, 2009).

15
Bagi masyarakat pesisir, menangkap ikan dengan cara tradisional
dianggap sebagai cara yang tepat untuk menjaga hubungan persahabatan dengan
lingkungan alam tempat mereka bergantung, selain melestarikan budaya nenek
moyang mereka. Kedekatan mereka dengan lingkungan alam dibuktikan dengan
terjaganya flora dan fauna yang tersebar di pantai dan laut tempat mereka
bergantung.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kebudayaan memiliki arti yang luas meliputi pemahaman perasaan suatu


bangsa yang berupa kepercayaan, seni, moral, hukum, dan adat istiadat yang
diperoleh dari anggota masyarakat. Kebudayaan dan kemanusiaan merupakan satu
hal yang tak terpisahkan dalam kehidupan. Manusia yang menciptakan budaya itu
dan manusia juga yang mewariskan budaya tersebut dari generasi ke generasi
selanjutnya. Seperti halnya pada masyarakat pesisir yang pada umumnya memiliki
profesi sebagai nelayan di mana profesi tersebut merupakan sudah turun temurun
dari nenek moyang mereka. Adapun adat istiadat yang juga menjadi turun-
temurun sampai saat ini masih dijalankan contohnya yaitu dengan perang obor,
posta baratan, dan juga sedekah laut di mana tradisi ini yaitu dengan
mengorbankan kerbau, kemudian daging kerbau tersebut dikonsumsi untuk
dijadikan selamatan. Kepala dari kerbau tersebut dilambangkan sebagai ungkapan
rasa terima kasih dan penolak hala.

3.2 Saran

Saran dari penulis bagi pembaca adalah untuk senantiasa menjaga


keragaman budaya yang ada pada negeri kita agar tidak terkontaminasi oleh
budaya luar.

17
DAFTAR PUSTAKA

Mumtazinur. 2019. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Banda Aceh : Lembaga
Kajian Konstitusi Indonesia (LKKI).

Elly M. Dkk. 2017. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta : KENCANA

L.Daris. 2017. Dinamika Sosial Masyarakat Pesisir.Yogyakarta : Leutika


Nouvalitera
C. Yuliatry,dkk. 2019. Sosial Budaya Masyarakat Maritim. Jakarta Pusat :
Amfarad Press
Herimanto dan Winarno. 2021. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Rawamangun :
PT. Bumi Aksara
M.Fajrie. 2016. Budaya Masyarakat Pesisir Wedung Jawa Tengah melihat gaya
komunikasi dan tradisi pesisiran. Jawa Tengah : CV. Mangku Bumi
Media

Mustar,dkk.2020. Ilmu Budaya Dasar. Medan : Yayasan Kita Menulis

Syafrizal,dkk.2021. Pengantar Ilmu Sosial. Medan : Yayasan Kita Menulis

Anda mungkin juga menyukai