Anda di halaman 1dari 9

PENATAAN KAWASAN WISATA DENGAN PRINSIP PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN

Objek wisata adalah segala sesuatu yang ada di daerah tujuan wisata yang merupakan daya
tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat tersebut. Menurut SK
MENPARPOSTEL No.: KM. 98/PW.102/MPPT-87, objek wisata adalah semua tempat atau
keadaan alam yang memiliki sumber daya wisata yang dibangun dan dikembangkan sehingga
mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan.

Objek wisata dapat berupa wisata alam seperti gunung, danau, sungai, pantai, laut, atau
berupa objek bangunan seperti museum, benteng, situs peninggalan sejarah, dan lain-lain.

Penataan Kawasan Wisata merupakan upaya membangun, memperbaiki, ataupun


menciptakan tatanan dan aktifitas wisata yang didukung oleh prasarana dan sarana
wisata yang lebih efektif dan efisien, di suatu lingkungan tertentu berdasarkan
potensi wisata yang dimiliki. Suatu kawasan bisa memiliki satu atau lebih potensi
objek wisata, misalnya: (1) wisata alam; (2) wisata pendidikan; (3) wisata
kebudayaan; (4) wisata pertanian; (5) wisata kesehatan; (6) wisata olah raga; (7)
wisata keagamaan, dan sebagainya. Penataan Kawasan Wisata berbasis Prinsip
Pembangunan Berkelanjutan memiliki 3 pilar, yaitu: (1) sosial; (2) ekonomi, dan (3)
lingkungan.

Pemahaman Penataan Kawasan Wisata berdasarkan Prinsip Pembangunan


Berkelanjutan, yaitu: (1) penataan kawasan wisata harus mampu mengembangkan
kehidupan sosial masyarakat setempat, yang selanjutnya juga akan berdampak
positif bagi kehidupan sosial masyarakat sekitarnya. Hal ini berarti Penataan
Kawasan Wisata harus mampu meningkatkan kualitas kehidupan sosial masyarakat,
dengan dilakukannya Penataan Kawasan Wisata diharapkan perilaku masyarakat
makin baik, motivasi berusaha makin tinggi, semangat bekerja sama dan hubungan
antar warga makin baik ; (2) penataan kawasan wisata harus mampu meningkatkan
perekonomian masyarakat setempat, dan juga masyarakat sekitarnya. Hal ini berarti
Penataan Kawasan Wisata mampu memberikan jaminan terjadinya peningkatan
perekonomian masyarakat melalui usaha yang terkait dengan pariwisata; dan (3)
penataan kawasan wisata harus mengindahkan lingkungan, dan menjamin
kelestarian lingkungan. Hal ini bermakna, Penataan Kawasan Wisata menyatu
dengan pembangunan lingkungan, sehingga lingkungan tidak hanya dibangun
fisiknya pada periode awal penataan, namun juga dirawat dan dipelihara dengan
baik, sehingga kualitas lingkungan terjaga dengan baik.

Berdasarkan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan, maka syarat-syarat yang harus


dipenuhi agar Penataan Kawasan Wisata berhasil adalah: (1) penataan kawasan
wisata harus dimulai dari potensi yang ada dan nilai-nilai keseharian yang dimiliki
masyarakat; (2) ada motivasi kuat dari masyarakat untuk mengembangkan; (3)
sebagian besar masyarakat telah melakukana usaha layanan yang terkait dengan
kegiatan pariwisata; atau (4) hasil penataan kawasan dipastikan akan melibatkan
peran penuh masyarakat dalam pelaksanaannya.

Selanjutnya yang diperlukan adalah Skenario Penataan Kawasan Wisata, berikut ini
disampaikan Skenario Penataan Kawasan Wisata:
1. Lakukan analisis potensi wisata yang dimiliki, misalnya: wisata alam (laut, pantai,
pegunungan, lembah, kawah gunung, menikmati matahari terbit, tenggelam, dan
sebagainya); wisata pendidikan (museum, kebun raya, kampus atau sekolah yang
indah dan tertata rapi disertai manajemen pendidikan yang baik, merupakan objek
wisata pendidikan); wisata kebudayaan (tradisi masyarakat, kerajinan tangan, musik,
tarian, dan berbagai kesenian yang khas, tempat bersejarah, karakteristik arsitektur,
dan sebagainya. Seluruh potensi wisata yang dimiliki di kawasan yang akan ditata
dirinci sedetail-detailnya. Jika terdapat banyak potensi wisata, maka harus dapat
dibuat hirarki, dari yang berpotensi tinggi dan sudah menjadi komoditas ekonomi
masyarakat, hingga yang masih berupa aset dan perlu pengembangan lebih lanjut.
2. Lakukan analisis, siapa saja yang akan berperan dalam kawasan wisata, dan dari
mana saja asal sumberdaya manusia penggerak kawasan wisata, baik masyarakat
yang melayani para wisatawan, hingga profil wisatawan. Dengan demikian, akan
terlihat lingkup sumberdaya manusia penggerak kegiatan kawasan.
3. Lakukan analisis aktifitas yang telah berlangsung di kawasan wisata, dan lakukan
pengembangan aktifitas untuk meningkatkan kualitas layanan wisatawan.
Selanjutnya tetapkan seluruh jenis aktifitas yang akan berlangsung di kawasan
wisata.
4. Lakukan proses desain fisik kawasan, pertimbangan utama adalah menghadirkan
desain kawasan yang spesifik, dan sesuai dengan tema kawasan.
5. Lakukan analisis sistem pengelolaan kawasan, sehingga kawasan memiliki
manajemen pengelolaan yang baik.
6. Lakukan analisis kebutuhan dana untuk penataan dan pengelolaan kawasan,
disertai sumber-sumber dana untuk pembiayaan.
7. Lakukan analisis manfaat penataan kawasan, baik manfaat sosial, ekonomi, dan
manfaat bagi lingkungan hidup.
8. Lakukan analisis dan tetapkan jadwal penataan kawasan.
9. Pelaksanaan dan koordinasi dengan pihak-pihak yang berperan dalam
penyelengaraan penataan dan pengelolaan kawasan wisata.

Demikianlah langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam Penataan Kawasan


Wisata dengan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan. Masih banyak yang perlu
diperhatikan terkait dengan pengelolaan yang pasti spesifik untuk setiap kawasan
wisata dan untuk setiap jenis layanan.

Pengertian obyek dan daya tarik wisata menurut Marpaung (2002:78) adalah suatu bentukan dari
aktifitas dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung
untuk datang ke suatu daerah atau tempat tertentu. Obyek dan daya tarik wisata sangat erat
hubungannya dengan travel motivation dan travel fashion, karena wisatawan ingin mengunjungi
serta mendapatkan suatu pengalaman tertentu dalam kunjungannya.

Menurut UU RI No 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan, dinyatakan bahwa obyek dan daya tarik
wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata baik itu pembangunan obyek dan daya
tarik wisata, yang dilakukan dengan cara mengusahakan, mengelola dan membuat obyek-obyek baru
sebagai obyek dan daya tarik wisata. Dalam undang-undang di atas, yang termasuk obyek dan daya
tarik wisata terdiri dari :

1. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta
flora dan fauna, seperti : pemandangan alam, panorama indah, hutan rimba dengan tumbuhan
hutan tropis serta binatang-binatang langka.

2. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala,
peninggalan sejarah, seni budaya, pertanian (wisata agro), wisata tirta (air), wisata petualangan,
taman rekreasi, dan tempat hiburan lainnya.

3. Sasaran wisata minat khusus, seperti : berburu, mendaki gunung, gua, industri dan kerajinan,
tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat-tempat ibadah, tempat- tempat ziarah, dan lain-lain.

4. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek
dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Dengan demikian pariwisata
meliputi Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata.

Daya tarik yang tidak atau belum dikembangkan semata-mata hanya merupakan sumber daya
potensial dan belum dapat disebut daya tarik wisata, sampai adanya suatu jenis pengembangan
tertentu, misalnya penyediaan aksesibilitas atau fasilitas. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
Obyek dan Daya Tarik Wisata dalam penelitian ini adalah keindahan alam di Lokawisata Teluk Kiluan
serta keasrian alam yang masih terjaga.

Menurut SK Menparpostel No. KM 98 PW. 102 MPPT –87 yaitu : “Objek wista adalah suatu tempat
atau keadaan alam yang memiliki sumber daya alam yang dibangun dan dikembangkan sehingga
mempunyai daya tarik yang diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan”.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. A. Pariwisata dan Kepariwisataan

Pariwisata berkaitan dengan manusia dan masyarakatnya, Untuk itu perlu dijelaskan
mengenai pengertian dari Pariwisata, Kepariwisataan, Wisata dan Wisatawan. Menurut
Yoeti (1991:103) Pariwisata berasal dari dua kata yakni, yakni Pari dan Wisata. Pari
dapat diartikan sebagai banyak, berkali-kali, berputar-putar atau lengkap. Sedangkan
wisata dapat diartikan sebagai perjalanan atau berpergian yang dalam hal ini sinonim
dengan kata travel dalam bahasa Inggris. Atas dasar itu maka kata pariwisata dapat
diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu
tempat ke tempat yang lain, yang dalam bahasa Inggris disebut tour.
Kemudian menurut Soekadijo (1997:8), pariwisata ialah segala kegiatan dalam
masyarakat yang behubungan dengan wisatawan. Ahli lain, Budiyanto (1997:7)
menyebutkan bahwa wisata berarti perjalanan yang dilakukan seseorang dengan maksud
mencari kesenangan.

Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 pada pasal 1, poin ke 3 dijelaskan


bahwa Pariwisata adalah berb agai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan
Pemerintah Daerah.

Kepariwisataan menurut Undang-undang No.10 Tahun 2009 adalah keseluruhan kegiatan


yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang
muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan
dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah Daerah, dan pengusaha.

Menurut World Tourism Organisation (WTO) kepariwisataan adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan penyelenggaraan wisata. Kepariwisataan dalam bentuk industri tidak
mengambil alih industri lainnya di dalam suatu negara, melainkan ia merupakan suatu
industri yang berdiri sendiri, yang pada hakikatnya membantu dan melengkapi
percepatan pertumbuhan industri lainnya. Sebagai industri ia tidak menggali atau
mengeksplorasi kekayaan alam suatu negara, melainkan memberi serta menambah
lapangan dan kesempatan kerja bagi anggota-anggota masyarakat dalam lingkungan
industri tersebut.

1. Wisata dan Wisatawan

Menurut Undan g-undang No.10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, wisata adalah
kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseoran g atau sekelompok orang dengan
mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau
mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu
sementara. Wisata adalah kegiatan perjalanan (travel) yang dilakukan atas keinginan
sendiri (sukarela), bersifat sementara waktu, bertujuan untuk menikmati objek dan daya
tarik wisata di suatu daerah.

Menurut Tourism Society in Britain (1976:89) wisata adalah kepergian oran g-orang
sementara dalam jangka waktu pendek ke tempat-tempat tujuan di luar tempat tinggal
dan pekerjaan sehari-harinya serta kegiatan-kegiatan mereka selama berada di tempat-
tempat tujuan tersebut mencakup berbagai maksud.

Jadi pengertian wisata tersebut mengandung 4 unsur yaitu:

 Kegiatan perjalanan;

 Dilakukan secara sukarela;

 Bersifat sementara;

 Memanfaatkan waktu luang, bertujuan untuk bersenang-senang


Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 2009 pasal 1 tentang kepariwisataan,
Wisatawan adalah Orang yang melakukan kegiatan wisata. Jadi menurut pengertian
tersebut, semua orang yang melakukan perjalanan wisata dinamakan Wisatawan.
Adapun tujuannya yang penting, perjalanan itu bukan untuk menetap dan tidak untuk
mencari nafkah ditempat yang dikunjungi. Dalam bahasa Inggris wisatawan itu disebut
tourist. Oleh para pakar pariwisata dan organisasi internasional untuk kepentingan
tertentu, pengertian tourist ini diberi persyaratan seperti kegiatan perjalanan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang den gan mengunjungi tempat tertentu
untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik
wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara

Wisata Alam

Wisata alam adalah bentuk kegiatan rekreasi dan pariwisata yang memanfaatkan potensi
sumberdaya alam, baik dalam keadaan alami maupun setelah ada usaha budidaya, sehingga
memungkinkan wisatawan memperoleh kesegaran jasmaniah dan rohaniah, men-dapatkan
pengetahuan dan pengalaman serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam
(Anonymous, 1982 dalam Saragih, 1993).

Wisata alam merupakan kegiatan rekreasi dan pariwisata yang memanfaatkan potensi alam
untuk menikmati keindahan alam baik yang masih alami atau sudah ada usaha budidaya, agar
ada daya tarik wisata ke tempat tersebut. Wisata alam digunakan sebagai penyeimbang hidup
setelah melakukan aktivitas yang sangat padat, dan suasana keramean kota. Sehingga dengan
melakukan wisata alam tubuh dan pikiran kita menjadi segar kembali dan bisa bekerja
dengan lebih kreatif lagi karena dengan wisata alam memungkinkan kita memperoleh
kesenangan jasmani dan rohani. Dalam melakukan wisata alam kita harus melestarikan area
yang masih alami, memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya
masyarakat setempat sehinga bias menjadi Desa wisata, agar desa tersebut memiliki potensi
wisata yang dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti alat transportasi atau penginapan.
(anonimous).

1) Agrowisata

Agrowisata merupakan terjemahan dari istilah Bahasa Inggris, agrotourism. Agroberarti


pertanian dan tourismberarti pariwisata/kepariwisataan. Agrowisata adalah berwisata ke
daerah pertanian. Pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat, perkebunan,
peternakan dan perikanan (Sudiasa, 2005:11).

Yoeti (2000:143) dalam bukunya “Ekowisata, Pariwisata Berwawasan Lingkungan Hidup”


mengatakan bahwa agrowisata merupakan salah satu alternatif potensial untuk dikembangkan
di desa. Kemudian batasan mengenai agrowisata dinyatakan bahwa agrowisata adalah suatu
jenis pariwisata yang khusus menjadikan hasil pertanian, peternakan, perkebunan sebagai
daya tarik bagi wisatawan.

R.S. Damardjati (1995:5) dalam bukunya “Istilah-istilah Dunia Pariwisata” mengatakan


bahwa yang dimaksud dengan agrowisata adalah wisata pertanian dengan objek kunjungan
daerah pertanian atau perkebunan yang sifatnya khas, yang telah dikembangkan sedemikian
rupa sehingga berbagai aspek yang terkait dengan jenis tumbuhan yang dibudidayakan itu
telah menimbulkan motivasi dan daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjunginya. Aspek-
aspek itu antara lain jenis tanaman yang khas, cara budidaya dan pengelolaan produknya,
penggunaan teknik dan teknologi, aspek kesejarahannya, lingkungan alam dan juga sosial
budaya disekelilingnya.

2) Ekowisata

Ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang sangat erat hubungannya dengan prinsip
konservasi. Menurut pemikiran Millar (Iwan Nugroho, 2011 : 121), ditemukan empat isu
konservasi yang berkaitan dengan ekowisata :

 Kegiatan wisata yang cenderung berkarakter massal (mass Tourism). Karakteristik


industri pariwisata umumnya menghasilkan pengaruh yang signifikan dan massal.

 Obyek wisata yang spesifik. Industri pariwisata umumnya memiliki sarana akomodasi
yang terstandarisasi dengan kenyamanan tertentu, misalnya fasilitas parkir, toilet atau
kamar hotel.

 Pemberdayaan penduduk lokal. Sekalipun orientasi utama ekowisata adalah


konservasi, namun insentif ekonomi harus mangalir khususnya pada penduduk lokal.

 Penelitian dan pengembangan. Faktor-faktor yang tidak terhitung (intangible) di


dalam sumber daya alam masih belum banyak teridentifikasi. Ekowisata merupakan
jenis pariwisata yang menekankan pada pentingnya konservasi.

Menurut Wold Conservation Union (WCU) mnyebutkan Ekowisata adalah: “perjalanan


wisata ke ewilayah-wilayah yang lingkungan alamnya masih asli, dengan menghargai
warisan budaya dan alamnya, mendukung upaya-upaya konservasi, tidak menghasilkan
dampak negatif, dan memberikan keuntungan sosial ekonomi serta menghargai partisipasi
penduduk lokal”.

Selanjutnya Wood mendefinisikan ekowisata adalah: “sebagai bentuk usaha atau sektor
ekonomi wisata alam yang dirumuskan sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan.Pada
intinya, Ekowisata merupakan jenis wisata baru, yang berwawasan terhadap lingkungan,
memanfaatkan alam yang masih alami dan tidak merusak isinya.

Definisi ekowisata yang pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society
(1990) sebagai berikut : ” Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami
yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan
kesejahteraan penduduk setempat ” Semula ekowisata dilakukan oleh wisatawan pecinta alam
yang menginginkan di daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari disamping budaya dan
kesejahteraan masyarakatnya tetap terjaga.

1. Daya Tarik Wisata

Daya Tarik Wisata sejatinya merupakan kata lain dari obyek wisata namun sesuai peraturan
pemerintah Indonesia tahun 2009 kata obyek wisata sudah tidak relevan lagi untuk
menyebutkan suatu daerah tujuan wisatawan maka digunakanlah kata “ Daya Tarik Wisata”
maka untuk mengetahui apa arti dan makna dari daya tarik wisata di bawah ini adalah
beberapa definisi/pengertian mengenai DayaTarik Wisata menurut beberapa ahli :
1. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 2009, Daya Tarik
Wisata dijelaskan sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan
nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia
yang menjadi sasaran atau kunjungan wisatawan.

2. Yoeti dalam bukunya “Pengantar Ilmu Pariwisata” tahun 1985 menyatakan bahwa
daya tarik wisata atau “tourist attraction”, istilah yang lebih sering digunakan, yaitu
segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah
tertentu

3. Nyoman S. Pendit dalam bukunya “ Ilmu Pariwisata” tahun 1994 mendefiniskan daya
tarik wisata sebagai segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan
dilihat.

4. Dari beberapa pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Daya tarik
wisata adalah segala sesuatu yang mempunyai daya tarik, keunikan dan nilai yang
tinggi, yang menjadi tujuan wisatawan datang ke suatu daerah tertentu.

Syarat-Syarat Objek Wisata atau Daya Tarik Wisata:

Sebuah objek Wisata atau Daya Tarik Wisata yang baik harus dapat mendatangkan
wisatawan sebanyak-banyaknya, menahan meraka di tempat atraksi dalam waktu yang
cukup lama dan memberi kepuasan kepada wisatawan yang datang berkunjung. Untuk
mencapai hasil itu, beberapa syarat harus dipenuhi, yaitu:

1. Kegiatan (act) dan objek (artifak) yang merupakan atraksi itu sendiri harus
dalam keadaan yang baik.

2. Karena atraksi wisata itu disajikan dihadapan wisatawan, maka cara


penyajiannya h arus tepat.

3. Objek/atraksi adalah terminal dari suatu mobilitas spasial suatu perjalanan. Oleh
karena itu juga h arus memenuhi semua determinan mobilitas spasial, yaitu
akomodasi, transportasi, dan promosi serta pemasaran.

4. Keadaan di objek wisata harus dapat menahan wisatawan cukup lama.

1. Daerah Tujuan Wisata

Menurut UU No. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan , daerah tujuan pariwisata yang
selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu
atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum,
fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi
terwujudnya kepariwisataan.

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Destinasi Wisata memiliki 3 artian, yaitu
;
1. daerah yg memiliki objek wisata yg ditunjang oleh masyarakat dan prasarana
pariwisata;

2. tempat yang menjadi sasaran kunjungan wisata;

3. daerah yang berdasarkan kesiapan prasarana dan sarana dinyatakan siap menerima
kunjungan wisatawan;

1. Kawasan Wisata dan Pembangunan Wisata

Kawasan Wisata adalah sebuah area dengan luas tertentu yang dibangun atau
disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. Sedangkan Usaha Pariwisata adalah
kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata, menyediakan objek dan
daya tarik wisata, usaha-usaha sarana pariwisata dan usaha-usaha lain yang terkait.

Pembangunan pariwisata merupakan pembangunan sektor -sektor dan komponen-


komponen yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan industri pariwisata.
Menurut Suyitno (2001:18) komponen wisata terdiri atas sarana transportasi, sarana
akomodasi, sarana makan-minum, objek wisata dan atraksi, sarana hiburan, toko
cindera mata, dan pramuwisata. Dalam pengembangan pariwisata harus disertai p emban
gunan dalam bidang-bidang lain karena pariwisata dipandang sebagai sistem dimana
antar a aspek satu dan lainnya memiliki ketergantungan.

1. B. Danau

Danau adalah bagian dari permukaan bumi berupa cekungan yang ada di daratan yang berisi
air tawar maupun air asin.

1. Danau vulkanik adalah danau yang terbentuk di kawah atau kepundan yang batuannya
kedap air kemudian terisi oleh air hujan.
Contoh danau kepundan, yaitu:
– Danau Kelimutu (Flores, NTT)
– Danau Kelud
– Danau Kerinci.

2. Danau tektonik adalah danau yang terbentuk karena ada kegiatan tektonik berupa
patahan sehingga ada bagian kulit bumi yang mengalami pemerosotan sehingga
terbentuklah celah yang kemudian berisi air sungai atau air hujan.
Contoh danau tektonik adalah:
– Danau laut tawar
– Danau di atas
– Danau di bawah
– Danau singkarak
– Danau malinjao
– Danau poso
– Danau tempe
– Danau madanak
– Danau sibenreng
– Danau touti
– Danau liboto
– Danau rawapening.

3. Danau tektovulkanik adalah danau yang terbentuk selain karena adanya kegiatan
vulkanisme berupa letusan gunung yang disertai kegiatan vulkanisme gunung lapisan
batuan.
Contohnya yaitu Danau Toba.

4. Danau bendungan adalah danau yang terbentuk karena aliran sungai sengaja
dibendung sehingga aliran sungai tersumbat dan terbentuklah genangan.
Contohnya:

– Danau jatiluhur (Jawa Barat, membendung Sungai Citarum)


– Danau cirata (Jawa Barat, membendung Sungai Citarum)
– Danau saguling (Jawa Barat, membendung Sungai Citarum)
– Danau gajah mungkur (membendung Sungai Brantas)
– Danau karangkates (membendung Sungai Bengawan Solo)
– Danau gendung ombo (membendung Sungai Serang).

1. Danau glasial adalah danau yang terbentuk pada zaman es mencair, pada masa itu es
yang mencair membentuk lidah-lidah gletser atau es. Lidah-lidah gletser yang
bergerak mengikis batuan dan hasil kikisannya diendapkan di suatu tempat
membentuk tanggul batuan yang disebut dengan morena.
Contohnya:
– Danau great bear
– Danau Michigan.

Anda mungkin juga menyukai