Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PENANGANAN BENCANA BANJIR DI DAERAH


KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA

DOSEN PEMBIMBING : M. DALMANTO, AKS, MPS,SP

Oleh :

DEWANTI ( PO71241230610 )

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


POLTEKKES KEMENKES JAMBI
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul tentang
“Penanganan Bencana Banjir di Daerah Musi Rawas Utara”. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas matakuliah Paket Pelayanan Awal Minimum Kespro
dalam situasi Darurat Bencana.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, tentu masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, penulis juga menerima segala
kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata diharapkan semoga makalah tentang “Penanganan Bencana
Banjir di Daerah Musi Rawas Utara” ini, dapat memberikan manfaat terhadap
pembaca, mahasiswa khususnya.

Musi Rawas Utara, Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBARiv
BAB 1. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum...................................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus..................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan...................................................................................3
1.4.1 Manfaat Teoritis...............................................................................3
1.4.2 Manfaat Praktis.................................................................................3
BAB 2. Gambaran Umum Wilayah 4
2.1 Luas dan Letak Wilayah.........................................................................4
2.2 Kondisi Topografi....................................................................................7
2.3 Kondisi Klimatologi.................................................................................8
2.4 Kondisi Geologi........................................................................................8
2.5 Kondisi Hidrologi...................................................................................10
BAB 3. Fakta Terjadinya Bencana Banjir 12
BAB 4. Faktor Penyebab Dampak Banjir.........................................................13
BAB 5. Upaya Yang Telah Dilakukan...............................................................14
BAB 6. Strategi Cara Mengatasi........................................................................17
BAB 7. Kesimpulan Dan Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 21

DAFTAR GAMBAR

iii
Halaman

Gambar 1. Ribuan Rumah Warga Terendam Banjir..............................................16


Gambar 2. Mengamankan Barang dan Mematikan Jaringan Listrik.....................17
Gambar 3. Warga Berbondong-Bondong Mengungsi...........................................19

iv
BAB 1.
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan ini, tidak ada makhluk hidup atau organisasi yang dapat
terhindar dari kerusakan akibat musibah/bencana. Bencana tersebut dapat
disebabkan oleh alam, seperti: banjir, angin ribut, gempa bumi, dan petir, maupun
yang disebabkan oleh ulah manusia, seperti: kebakaran, kecelakaan (di darat, di
laut atau di udara), sabotase, huru-hara/kerusuhan, dan hal-hal lain yang
merugikan. Banjir merupakan bencana alam yang paling dapat diramalkan
kedatangannya, karena berhubungan dengan besarnya curah hujan (Christian,
Jayanti, & Widjasena, 2015).
Ditinjau dari karakteristik geografis dan geologis wilayah, Indonesia
adalah salah satu kawasan rawan bencana banjir. Sekitar 30% dari 500 sungai
yang ada di Indonesia melintasi wilayah penduduk padat. Lebih dari 220 juta
penduduk, sebagian adalah miskin dan tinggal di daerah rawan banjir. Pada
umumnya bencana banjir tersebut terjadi di wilayah Indonesia bagian barat yang
menerima curah hujan lebih tinggi dibandingkan dengan di bagian Timur
(Bakornas, 2017).
Pada umumnya banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di atas
normal, sehingga sistim pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak sungai
alamiah serta sistem saluran drainase dan kanal penampung banjir buatan yang
ada tidak mampu menampung akumulasi air hujan tersebut sehingga meluap.
Kemampuan/daya tampung sistem pengaliran air dimaksud tidak selamanya sama,
tetapi berubah akibat adanya sedimentasi, penyempitan sungai akibat phenomena
alam dan ulah manusia, tersumbat sampah serta hambatan lainnya (Bakornas,
2017).
Penggundulan hutan di daerah tangkapan air hujan (catchment area) juga
menyebabkan peningkatan debit banjir karena debit/pasokan air yang masuk ke
dalam sistem aliran menjadi tinggi sehingga melampaui kapasitas pengaliran dan
menjadi pemicu terjadinya erosi pada lahan curam yang menyebabkan terjadinya
sedimentasi di sistem pengaliran air dan wadah air lainnya. Disamping itu
berkurangnya daerah resapan air juga berkontribusi atas meningkatnya debit
2

banjir (Bakornas, 2017). Gambaran bencana banjir tersebut menimbulkan situasi


yang tidak normal atau keadaan darurat, yang menuntut adanya tindakan-tindakan
untuk menanggulanginya, agar situasi yang serba tidak menentu menjadi normal
kembali dan kerugian yang ditimbulkan/diderita dapat ditekan seminimal
mungkin (Christian, Jayanti, & Widjasena, 2015).
Manajemen bencana merupakan upaya sistematis dan komprehensif untuk
menanggulangi semua kejadian bencana secara cepat, tepat, dan akurat untuk
menekan korban dan kerugian yang ditimbulkan (Ramli, 2010). Menejemen
bencana (disaster management) mengkaji bencana beserta segala aspek yang
berkaitan dengan bencana, terutama risiko bencana dan bagaimana menghindari
risiko bencana. Lebih lanjut Ramli (2010) mengemukakan pentingnya manajemen
bencana untuk: (a) mempersiapkan diri menghadapi semua bencana atau kejadian
yang tidak diinginkan, (b) menekan kerugian dan korban akibat dampak suatu
bencana, (c) meningkatkan kesadaran semua pihak dalam masyarakat tentang
bencana untuk terlibat dalam proses penanganan bencana, dan (c) melindungi
anggota masyarakat dari bahaya atau dampak bencana.
Oleh karena itu, penanganan bencana banjir sangat penting untuk
dilakukan, khususnya pada tahapan tanggap bencana. Sehingga diperlukan
manajemen bencana banjir yang tepat dan sesuai pada tahapan tanggap bencana.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang penanganan bencana banjir pada tahapan
tanggap bencana, dalam makalah ini penulis akan membahas lebih lanjut tentang
“Penanggulangan Bencana Banjir di Daerah Musi Rawas Utara”.

1.2 Rumusan Masalah


“Bagaimana Penanganan Bencana Banjir di Daerah Musi Rawas Utara?”
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui Penanganan Bencana Banjir di Daerah Musi Rawas Utara.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui Fakta terjadinya bencana banjir.
b. Mengetahui Faktor Penyebab dampak banjir.
c. Mengetahui Upaya Yang Telah Dilakukan.
d. Mengetahui Strategi Cara Mengatasi.
3

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan tentang Penanganan Bencana Banjir di Daerah
Musi Rawas Utara dalam konteks Ilmu Manajemen Bencana Alam.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Manfaat Bagi Penulis
Manfaat yang dapat dirasakan langsung oleh penulis dapat berupa
pengalaman berharga dalam menyusun makalah tentang Penanganan
Bencana Banjir di Daerah Musi Rawas Utara ini. Dengan demikian
penulis bisa mengetahui bahwa bencana banjir sangat berisiko terjadi,
sehingga diperlukan kewaspadaan tinggi dengan melakukan berbagai
tindakan tanggap bencana banjir.
b. Manfaat Bagi Pembaca
Manfaat yang diperoleh pembaca dapat berupa informasi tentang
Penanganan Bencana Banjir di Daerah Musi Rawas Utara. Dengan
demikian diharapkan pembaca bisa lebih memahami tentang fakta
terjadinya bencana banjir, faktor Penyebab dampak banjir, upaya yang
telah dilakukan dan Strategi Cara Mengatasinya.………………………
4

BAB II
Gambaran Umum Wilayah

A. Luas dan Letak Wilayah


Kabupaten Musi Rawas Utara merupakan salah satu kabupaten di ujung barat
wilayah Provinsi Sumatera Selatan. Kabupaten ini adalah Daerah Otonomi Baru
berdasarkan UU Nomor 16 tahun 2013 dan merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten
Musi Rawas. Secara geografis, Kabupaten Musi Rawas Utara terletak antara 102°4‟0‟‟ BT-
103°22‟13‟‟ BT dan 2°19‟15‟‟ LS-3°6‟30‟‟ LS. Letaknya yang
merupakan salah satu kabupaten paling barat di Provinsi Sumatera Selatan membuat
Kabupaten Musi Rawas Utara berbatasan langsung dengan beberapa provinsi lain, yaitu
Provinsi Jambi dan Provinsi Bengkulu. Berikut batas wilayah administrasi dari Kabupaten
Musi Rawas Utara :
 Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi
 Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera
Selatan
 Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera
Selatan
 Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu Kabupaten
Musi Rawas Utara beribukota di Muara Rupit, Kecamatan Rupit
dengan luas wilayah secara keseluruhan mencapai 600.865,51Ha. Secara administratif,
Kabupaten Musi Rawas Utara terbagi menjadi 7 kecamatan, dengan kecamatan terluas
adalah Kecamatan Ulu Rawas yang mencapai lebih dari seperempat luas wilayah
Kabupaten Musi Rawas Utara yaitu mencapai 24,18%. Sedangkan Kecamatan Karang
Dapo merupakan kecamatan dengan luas wilayah terkecil yaitu kurang dari 5% dari luas
wilayah Kabupaten Musi Rawas Utara. Pembagian wilayah administrasi Kabupaten Musi
Rawas Utara secara lebih jelas tersaji dalam tabel dan peta administrasi berikut.
5

Tabel 2.1.1.A.1
Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Musi Rawas Utara

Luas Wilayah Persentase


No. Kecamatan
(Ha)* (%)*
1 Karang Dapo 54.875,51 9,13
2 Karang Jaya 140.803,48 23,43
3 Nibung 60.292,57 10,03
4 Rawas Ilir 108.813,45 18,11
5 Rawas Ulu 49.816,88 8,29
6 Rupit 40.973,73 6,82
7 Ulu Rawas 145.287,89 24,18
Jumlah / Total 600.865,51 100
Secara administratif, lebih rinci Kabupaten Musi Rawas Utara terbagi menjadi 89
wilayah, yang terdiri dari 82 wilayah desa dan 7 wilayah kelurahan. Kecamatan Rawas Ulu
dan Kecamatan Rupit merupakan dua kecamatan dengan jumlah desa yang terbanyak,
yaitu masing-masing 17 desa. Kecamatan dengan jumlah desa paling sedikit yaitu
Kecamatan Ulu Rawas, yaitu 7 desa. Pembagian administrasi dan ibukota serta jumlah
desa per kecamatan di Kabupaten Musi Rawas Utara tersaji dalam tabel berikut :

Tabel 2.1.1.A.2
Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Musi Rawas Utara
Banyaknya
No. Kecamatan Ibukota Kelurahan/Desa Jumlah Nama Kelurahan/Desa
Kelurahan Desa
Karang Dapo, Karang Dapo I,
Biaro Lama, Biaro Baru, Bina
1 Karang Dapo Karang Dapo 1 8 9
Karya, Setia Marga, Aringin,
Rantau Kadam, Kerta Sari
Bukit Ulu, Sukaraja, Lubuk
Kumbung, Tanjung Agung, Rantau
Telang, Muara Batang Empu,
Sukamenang, Terusan, Karang
2 Karang Jaya Karang Jaya 1 14 15
Jaya, Muara Tiku, Embacang
Lama, Embacang Baru, Rantau
Jaya, Bukit
Langkap, Embacang Baru Hilir
Jadi Mulya, Kerani Jaya, Sumber
Makmur, Mulya Jaya, Kelumpang
Karang Jaya, Srijaya Makmur, Karya
3 Nibung 1 10 11
Makmur Makmur, Tebing Tinggi, Bumi
Makmur,
Sumber Sari, Jadi Mulya I
Beringin Makmur I, Bingin Teluk,
4 Rawas Ilir Bingin Teluk 1 12 13 Mandi Angin, Beringin Sakti,
Beringin Makmur II,
6

Banyaknya
No. Kecamatan Ibukota Kelurahan/Desa Jumlah Nama Kelurahan/Desa
Kelurahan Desa
Tanjung Raja, Belani, Batu Kucing,
Pauh, Pauh I, Air Bening, Ketapat
Bening, Mekar
Sari
Pangkalan, Teladas, Kerta Dewa,
Pulau Lebar, Sungai Baung,
Surulangun, Pasar Surulangun,
Sungai Jauh, Sungai Kijang,
Pasar
5 Rawas Ulu 1 16 17 Lesung Batu Muda, Lesung Batu,
Surulangun
Lubuk Kemang, Remban, Lubuk
Mas, Sungai Lanang, Simpang
Nibung Rawas, Sukomoro

Tanjung Beringin, Noman, Batu


Gajah, Maur Baru, Maur Lama,
Bingin Rupit, Muara Rupit, Lubuk
Rumbai, Pantai, Lawang Agung,
6 Rupit Muara Rupit 1 16 17 Sungai Jernih, Karang Waru,
Karang Anyar, Noman Baru, Batu
Gajah Baru,
Beringin Jaya, Lubuk Rumbai Baru

Kuto Tanjung, Napal Licin,


7 Ulu Rawas Muara Kulam 1 6 7 Sosokan, Muara Kulam, Muara
Kuis, Pulau Kidak, Jangkat

Sumber :

1. Peta Administrasi Kabupaten Musi Rawas Utara


2. Musi Rawas Utara Dalam Angka, 2020 (*)
7

Gambar 2.1.1.A.2
Peta Administrasi Kabupaten Musi Rawas Utara

B. Kondisi Topografi
Hasil analisis peta topografi Kabupaten Musi Rawas Utara menunjukkan bahwa
topografi Kabupaten Musi Rawas Utara cukup bervariasi, terdiri dari pegunungan,
perbukitan dan dataran. Hampir 30% dari luas wilayah Kabupaten Musi Rawas Utara di
sebelah barat termasuk deretan Pegunungan Bukit Barisan yang memanjang dari ujung
Provinsi Nangroe Aceh Darussalam sampai ujung Provinsi Lampung. Pegunungan Bukit
Barisan melintasi sebagian Kecamatan Ulu Rawas dan Kecamatan Karang Jaya di
Kabupaten Musi Rawas Utara. Kemiringan lereng di daerah ini mencapai >40% sehingga
dikategorikan sebagai pegunungan dengan akses jalan yang relatif sulit untuk dilalui.
Bagian tengah Kabupaten Musi Rawas Utara merupakan daerah dataran dengan
kemiringan lereng <25%. Setidaknya ada dua sungai besar dan beberapa anak sungai yang
mengalir di daerah ini sehingga banyak pula menghasilkan bentukan-bentukan fluvial.
Daerah dataran ini setidaknya mencapai hampir 50% dari luas wilayah Kabupaten Musi
Rawas Utara di bagian tengah. Topografi wilayah di bagian timur Kabupaten Musi
Rawas Utara merupakan perbukitan
8

dengan kemiringan lereng berkisar antara 25-40% dan elevasi antara 75-125 m dpal.
Sebagian besar daerah di Kecamatan Nibung dan Kecamatan Rawas Ilir memiliki
topografi demikian. Secara umum, wilayah Kabupaten Musi Rawas Utara memiliki
topografi yang beragam, mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi. Ketinggian
wilayah kabupaten ini berkisar antara 125-250 meter di atas permukaan laut.

C. Kondisi Klimatologi
Iklim merupakan keadaan atau kondisi cuaca yang mungkin terjadi pada suatu
wilayah dalam jangka waktu yang relatif panjang/lama. Oleh karena itu, iklim suatu
wilayah dapat berbeda-beda, tergantung pada kondisi atau karakteristik wilayahnya.
Karakteristik wilayah ini dapat berupa letak lintang yang pengaruhnya dapat memicu
adanya curah hujan, tingkat radiasi matahari, dan evapotranspirasi.
Kabupaten Musi Rawas Utara memiliki iklim tropis dan basah dengan curah
hujan rata-rata per bulan pada tahun 2015 sebesar 324 mm dengan rata- rata hari hujan
16 hari per buannya. Curah hujan rata-rata tertinggi dan hari hujan terbanyak pada
bulan Desember yakni 461 mm dengan 20 hari hujan pada bulan tersebut.

D. Kondisi Geologi
1) Formasi Geologi
Kondisi Geomorfologi kabupaten Musi Rawas Utara secara garis besar terbagi
atas tiga kenampakan morfologi, yaitu Pegunungan Bukit Barisan di sebelah barat,
Dataran Rendah Fluvial di bagian tengah dan Perbukitan Lipatan di bagian timur.
Pegunungan Bukit Barisan ini disusun oleh tiga kenampakan morfologi yaitu: Cuesta,
Perbukitan Terkikis dan Kipas Alluvial. Secara geologi Pegunungan Bukit Barisan ini
didominasi oleh Batuan-batuan berumur tersier, diantaranya adalah dari Formasi
Hulusimpang, Formasi Kasiro dan Papan betupang. Selain itu secara ditemui juga batuan
tua berumur Kapur dan Jura diantaranya adalah dari Formasi Peneta dan Formasi Rawas.
Selain itu secara setempat juga muncul batuan terobosan Granit dan Andesit, baik yang
berumur tersier maupun pra-tersier. Dataran Rendah Fluvial tersusun atas batuan
berumur
9

Kuarter yaitu Formasi Kasai, Endapan Aluvial dan Endapan Rawa. Selain itu di daerah
dataran ini juga ditemui batuan terobosan seperti andesit, diorit dan granit. Perbukitan
Lipatan tersusun oleh batuan tersier dari Formasi Muara Enim dan Formasi Air Benakat.
Keduanya muncul secara berselang seling mengikuti tubuh antiklin dan sinklin. Selain itu
juga ditemui endapan aluvial sungai dan endapan rawa.
Pada tabel dan peta berikut ini dapat dilihat luasan formasi geologi dan sebaran
formasi geologi di Kabupaten Musi Rawas Utara.

Tabel 2.1.1.D.1
Formasi Geologi dan Luasannya di Kabupaten Musi Rawas Utara
No Nama Formasi Kode Luas Area (Km2)
1 Formasi Asai Ja 4,99
2 Formasi Mersip Jm 4,11
3 Granit Arai-Angai Kgr 24,56
4 Formasi Peneta KJp 153,93
5 Formasi Rawas KJr 62,85
6 Formasi Kasiro Teok 45,03
7 Formasi Papan Betupang Teop 184,69
8 Formasi Hulu Simpang Tomh 1.419,10
9 Formasi Air Benakat Tma 373,18
10 Formasi Bal Tmba 70,29
11 Formasi Muara Enim Tmpm 2.323,24
12 Formasi Lakitan Tmpl 40,71
13 Intrusi Dasit Tmda 0,99
14 Intrusi Diorit Tmdi 10,86
15 Intrusi Andesit Tman 109,89
16 Granit Seblat Tpgr 24,87
17 Satuan Breksi Gunungapi Tua Qhv 145,40
18 Satuan Breksi Gunungapi Qv 3,62
19 Formasi Kasai QTk 341,99
20 Endapan Rawa Qs 528,80
21 Endapan Aluvium Qa 127,81
Total 6.008,55
Sumber : Peta Geologi Lembar 0913-1013, Badan Geologi ESDM, diolah, 2014

2) Struktur Geologi
Kondisi struktur geologi Kabupaten Musi Rawas Utara berupa struktur lipatan
antiklin dan sinklin yang berarah Barat laut–Tenggara, dan beberapa
10

berarah Barat daya–Timur laut. Struktur sesar dan sekar umumnya memiliki
kelurusan Barat daya–Timur laut dan Barat laut–Tenggara. Kondisi struktur
geologi yang demikian disebabkan oleh pergerakan lempeng Samudera Hindia
ke arah timurlaut dengan kecepatan rata-rata 6 cm/tahun yang menunjam ke
bawah Lempeng Eurasia. Pergerakan ini menghasilkan Sistem Sesar Sumatera
yang dikenal dengan Patahan Semangko membentang dari utara hingga selatan
Pulau Sumatera dengan kelurusan Barat laut–Tenggara dan gerakan relatif
menganan (dekstral). Patahan semangko ini masih aktif hingga saat ini. Pada
gambar berikut ini dapat dilihat kondisi struktur geologi di Kabupaten Musi
Rawas Utara.

E. Kondisi Hidrologi
1. Sungai
Kabupaten Musi Rawas Utara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi
Sumatera Selatan yang memiliki potensi sungai yang cukup besar dengan keberadaan
Sungai Rawas dan Sungai Rupit. Kedua sungai besar yang termasuk dalam DAS Musi
tersebut memiliki anak-anak sungai yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Musi
Rawas Utara dan beberapa kabupaten lain. Sungai-sungai ini pada umumnya
dimanfaatkan tidak hanya untuk kepentingan irigasi/pertanian dan peternakan namun
juga sebagai salah satu sumber penyedia air untuk kebutuhan domestik seperti sumber
air baku untuk air bersih, kepentingan mandi dan mencuci, juga menjadi sarana rekreasi
dan sasaran penambangan bahan galian golongan C.
Sungai Rawas memiliki debit rata-rata 123,87 m³/detik. Sungai ini melalui Kecamatan Ulu
Rawas sebagai daerah hulu, Kecamatan Rawas Ulu pada bagian tengah dan Kecamatan
Rawas Ilir sebagai daerah hilir. Hasil analisis kualitas air yang dilakukan Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Musi Rawas Utara menunjukkan bahwa pada bagian hulu
dan tengah dari Sungai Rawas memenuhi Baku Mutu Lingkungan. Sementara pada bagian
hilir Sungai Rawas menunjukkan kondisi air dengan status mutu air tercemar ringan
akibat kandungan TSS (Total Suspended Solid) dan BOD (Biological Oxygen Demand) yang
melebihi baku mutu. Sungai Rupit memiliki debit rata-rata 54,64 m³/detik. Sungai ini
melalui Kecamatan Karang Jaya dan Kecamatan Rupit. Hasil analisis kualitas air yang
dilakukan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Musi Rawas menunjukkan bahwa pada
11

bagian hulu sungai di Kecamatan Karang Jaya memenuhi Baku Mutu Lingkungan,
sementara pada bagian tengah dan hilir singai yang berada di Kecamatan Rupit
menunjukkan kondisi air dengan status mutu air tercemar ringan akibat kandungan BOD
(Biological Oxygen Demand) yang melebihi baku mutu. Hal ini didasarkan pada Kriteria
Mutu Air Kelas I sesuai dengan Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 16 Tahun
2005 tentang Baku Mutu Kualitas Air Sungai. Berdasarkan hasil perhitungan sinousitas
sungai atau derajat kelengkungan sungai, diketahui bahwa Sungai Rawas dan Sungai Rupit
memiliki bentuk sungai yang bermeander dengan sinousity rate masing-masing mencapai
1,90 dan 1,64. Konsekuensi dari bentuk sungai yang demikian adalah rawan terjadi
erosi pada meander bagian luar serta sedimentasi pada meander sungai bagian dalam.
Selain itu, kecepatan aliran sungai yang relatif lamban disebabkan karena banyaknya
kelokan mengakibatkan potensi banjir di daerah sekitar aliran sungai, terlebih bila curah
hujan sedang tinggi. Proses-proses demikian mengakibatkan munculnya bentukan-
bentukan fluvial, diantaranya dataran banjir, gosong sungai lengkung dalam, pointbar,
pothole, rawa belakang, mender terpenggal dan danau tapal kuda (oxbow lake).
2. Danau
Danau merupakan salah satu potensi air permukaan yang terdapat di Kabupaten Musi
Rawas Utara. Setidaknya terdapat 2 danau di Kabupaten Musi Rawas Utara, yaitu Danau
Raya di Desa Sungai Jernih Kecamatan Rupit dan Danau Merung di Desa Sungai Jauh
Kecamatan Rawas Ilir. Danau Raya sudah direncanakan menjadi salah satu obyek wisata.
Hal ini dibuktikan dengan keseriusan pemerintah untuk mulai mengelola wisata di sekitar
danau. Namun sulitnya akses jalan menuju danau ini menjadi hambatan bagi
perkembangan pariwisata. Saat ini, Danau Raya banyak dimanfaatkan sebagai tempat
memancing bagi masyarakat sekitar. Sementara itu Danau Merung merupakan danau yang
digunakan sebagai sarana irigasi untuk mengairi areal persawahan di Kabupaten Musi
Rawas Utara, terutama Kecamatan Rawas Ilir dan Kecamatan Rupit.
BAB III
Fakta Terjadinya Bencana Banjir

3.1 Definisi Bencana Banjir


Banjir adalah peristiwa terjadinya genangan (limpahan) air di area tertentu sebagai akibat
meluapnya air sungai/danau/laut yang menimbulkan kerugian baik materi maupun non-materi
terhadap manusia dan lingkungan. Banjir bisa terjadi perlahan-lahan dalam waktu lama atau terjadi
mendadak dalam waktu yang singkat yang disebut banjir bandang
Banjir merupakan peristiwa ketika air menggenangi suatu wilayah yang biasanya tidak
digenangi air dalam jangka waktu tertentu. Banjir biasanya terjadi karena curah hujan turun terus
menerus dan mengakibatkan meluapnya air sungai, danau, laut atau drainase karena jumlah air yang
melebihi daya tampung media penopang air dari curah hujan tadi (BNPB, 2017).

3.2 Mekanisme Terjadinya Banjir


Terjadinya banjir disebabkan oleh beberapa hal, antara lain menurut Depkes RI (2007):
a. Curah hujan yang tinggi dalam waktu yang lama.
b. Terjadinya hambatan di muara sungai akibat terjadinya pasang naik yang bersamaan dengan
puncaknya volume air yang mengalir di sungai.
c. Perubahan kondisi lahan pada daerah aliran sungai (DAS) baik di hulu, tengah dan hilir akibat
adanya penebangan hutan, pengembangan pemukiman, industri dan lain-lain.
d. Terjadinya penurunan permukaan tanah akibat penyedotan air tanah secara berlebihan terutama di
daerah perkotaan.
e. Perubahan penggunaan lahan dari daerah pertanian, perkebunan dan hutan menjadi permukiman
yang menyebabkan berkurangnya daerah resapan air.
f. Pembangunan drainase yang tidak memperhitungkan kondisi lahan.

Selain disebabkan faktor alami, yaitu curah hujan yang tinggi, banjir juga terjadi karena ulah
manusia. Contoh, berkurangnya kawasan resapan air karena alih fungsi lahan, penggundulan hutan
yang meningkatkan erosi dan mendangkalkan sungai, serta perilaku tidak bertanggung jawab seperti
membuang sampah di sungai dan mendirikan hunian di bantaran sungai. (BNPB, 2017)
13

BAB IV
Faktor Penyebab Dampak Bencana Banjir

4.4 Dampak Bencana Banjir


Masalah Kesehatan yang timbul diantaranya penyakit-penyakit sebagai berikut Menurut
Depkes RI (2007):
a. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
b. Diare
c. Penyakit kulit
d. Gastritis
e. Kecelakaan (luka, tersengat listrik, tenggelam dll)
f. Leptospirosis
g. Conjungtivitis
h. Gigitan binatang berbisa
i. Typhus abdominalis
Selain terjadinya peningkatan beberapa penyakit, bencana banjir juga mengakibatkan
rusaknya sanitasi lingkungan yang mengakibatkan:
a. Kerusakan lingkungan yang parah.
b. Tercemarnya sarana sumber air bersih, sehingga sulit untuk mendapatkan air bersih untuk
rumah tangga.
c. Luapan air dari got-got dan sungai-sungai serta menyebarnya sampah dan limbah.
d. Tidak berfungsinya jamban dan meluapnya septic tank.
14

BAB V
Upaya Yang Telah Dilakukan

5.5 Upaya Penanggulangan Banjir


Upaya yang perlu dilakukan untuk menanggulangi terjadinya banjir menurut BNPB antara
lain:
5.5.1 Prabencana
a. Mengetahui istilah-istilah peringatan yang berhubungan dengan bahaya banjir, seperti Siaga I
sampai dengan Siaga IV dan langkah-langkah apa yang harus dilakukan.
b. Mengetahui tingkat kerentanan tempat tinggal kita, apakah berada di zona rawan banjir.
c. Mengetahui cara-cara untuk melindungi rumah kita dari banjir.
d. Mengetahui saluran dan jalur yang sering dilalui air banjir dan apa dampaknya untuk rumah kita.
e. Melakukan persiapan untuk evakuasi, termasuk memahami rute evakuasi dan daerah yang lebih
tinggi.
f. Membicarakan dengan anggota keluarga mengenai ancaman banjir dan merencanakan tempat
pertemuan apabila anggota keluarga terpencar-pencar.
g. Mengetahui bantuan apa yang bisa diberikan apabila ada anggota keluarga yang terkena banjir.
h. Mengetahui kebutuhan-kebutuhan khusus anggota keluarga dan tetangga apabila banjir terjadi.
i. Membuat persiapan untuk hidup mandiri selama sekurangnya tiga hari, misalnya persiapan tas
siaga bencana, penyediaan makanan dan air minum.
j. Mengetahui bagaimana mematikan air, listrik, dan gas
k. Mempertimbangkan asuransi banjir.
l. Berkaitan dengan harta dan kepemilikan, maka Anda bisa membuat catatan harta kita,
mendokumentasikannya dalam foto, dan simpan dokumen tersebut di tempat yang aman.
m. Menyimpan berbagai dokumen penting di tempat yang aman
n. Hindari membangun di tempat rawan banjir kecuali ada upaya penguatan dan peninggian
bangunan rumah.
o. Perhatikan berbagai instrumen listrik yang dapat memicu bahaya saat bersentuhan dengan air
banjir.
p. Turut serta mendirikan tenda pengungsian dan pembuatan dapur umum.
q. Melibatkan diri dalam pendistribusian bantuan.
r. Menggunakan air bersih dengan efisien.
15

5.5.2 Saat Bencana


a. Apabila banjir akan terjadi di wilayah Anda, maka simaklah informasi dari berbagai media
mengenai informasi banjir untuk meningkatkan kesiapsiagaan.
b. Apabila terjadi banjir, segeralah evakuasi ke tempat yang lebih tinggi.
c. Waspada terhadap arus bawah, saluran air, kubangan, dan tempat-tempat lain yang tergenang air.
d. Ketahui risiko banjir dan banjir bandang di tempat Anda, misalnya banjir bandang dapat terjadi
di tempat Anda dengan atau tanpa peringatan pada saat hujan biasa atau deras.
e. Apabila Anda harus bersiap untuk evakuasi: amankan rumah Anda. Apabila masih tersedia
waktu, tempatkan perabot di luar rumah atau di tempat yang aman dari banjir. Barang yang lebih
berharga diletakan pada bagian yang lebih tinggi di dalam rumah.
f. Matikan semua jaringan listrik apabila ada instruksi dari pihak berwenang. Cabut alat-alat yang
masih tersambung dengan listrik. Jangan menyentuh peralatan yang bermuatan listrik apabila
Anda berdiri di atas/dalam air.
g. Jika ada perintah evakuasi dan anda harus meninggalkan rumah: Jangan berjalan di arus air.
Beberapa langkah berjalan di arus air dapat mengakibatkan Anda jatuh.
h. Apabila Anda harus berjalan di air, berjalanlah pada pijakan yang tidak bergerak. Gunakan
tongkat atau sejenisnya untuk mengecek kepadatan tempat Anda berpijak.
i. Jangan mengemudikan mobil di wilayah banjir. Apabila air mulai naik, abaikan mobil dan
keluarlah ke tempat yang lebih tinggi. Apabila hal ini tidak dilakukan, Anda dan mobil dapat
tersapu arus banjir dengan cepat.
j. Bersihkan dan siapkan penampungan air untuk berjaga-jaga seandainya kehabisan air bersih.
k. Waspada saluran air atau tempat melintasnya air yang kemungkinan akan dilalui oleh arus yang
deras karena kerap kali banjir bandang tiba tanpa peringatan.
5.5.3 Pasca Bencana
a. Hindari air banjir karena kemungkinan kontaminasi zat-zat berbahaya dan ancaman kesetrum.
b. Waspada dengan instalasi listrik.
c. Hindari air yang bergerak.
d. Hindari area yang airnya baru saja surut karena jalan bisa saja keropos dan ambles.
e. Hindari lokasi yang masih terkena bencana, kecuali jika pihak yang berwenang membutuhkan
sukarelawan.
f. Kembali ke rumah sesuai dengan perintah dari pihak yang berwenang.
g. Tetap di luar gedung/rumah yang masih dikelilingi air.
h. Hati-hati saat memasuki gedung karena ancaman kerusakan yang tidak terlihat seperti pada
16

fondasi.
i. Perhatikan kesehatan dan keselamatan keluarga dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan
air bersih jika anda terkena air banjir.
j. Buang makanan yang terkontaminasi air banjir.
k. Dengarkan berita atau informasi mengenai kondisi air, serta di mana mendapatkan bantuan
perumahan/shelter, pakaian, dan makanan.
l. Dapatkan perawatan kesehatan di fasilitas kesehatan terdekat.
m. Bersihkan tempat tinggal dan lingkungan rumah dari sisa-sisa kotoran setelah banjir.
n. Lakukan pemberantasan sarang nyamuk Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
o. Terlibat dalam kaporitisasi sumur gali.
p. Terlibat dalam perbaikan jamban dan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL).

Gambar 1. Ribuan Rumah Warga Terendam Banjir


17

BAB VI
STRATEGI CARA MENGATASI

3.2 Konsep Manajemen Bencana Banjir pada Tahapan Tanggap Bencana


Saat terjadi bencana banjir, maka hal-hal yang harus dilakukan adalah berikut ini menurut
BNPB (2017):
a. Apabila banjir akan terjadi di wilayah Anda, maka simaklah informasi dari berbagai media
mengenai informasi banjir untuk meningkatkan kesiapsiagaan.
b. Apabila terjadi banjir, segeralah evakuasi ke tempat yang lebih tinggi.
c. Waspada terhadap arus bawah, saluran air, kubangan, dan tempat-tempat lain yang tergenang air.
d. Ketahui risiko banjir dan banjir bandang di tempat Anda, misalnya banjir bandang dapat terjadi
di tempat Anda dengan atau tanpa peringatan pada saat hujan biasa atau deras.
e. Apabila Anda harus bersiap untuk evakuasi: amankan rumah Anda. Apabila masih tersedia
waktu, tempatkan perabot di luar rumah atau di tempat yang aman dari banjir. Barang yang lebih
berharga diletakan pada bagian yang lebih tinggi di dalam rumah.
f. Matikan semua jaringan listrik apabila ada instruksi dari pihak berwenang. Cabut alat-alat yang
masih tersambung dengan listrik. Jangan menyentuh peralatan yang bermuatan listrik apabila
Anda berdiri di atas/dalam air.

Gambar 2. Mengamankan Barang dan Mematikan Jaringan Listrik


g. Jika ada perintah evakuasi dan anda harus meninggalkan rumah: Jangan berjalan di arus air.
Beberapa langkah berjalan di arus air dapat mengakibatkan Anda jatuh.
h. Apabila Anda harus berjalan di air, berjalanlah pada pijakan yang tidak bergerak. Gunakan
tongkat atau sejenisnya untuk mengecek kepadatan tempat Anda berpijak.
i. Jangan mengemudikan mobil di wilayah banjir. Apabila air mulai naik, abaikan mobil dan
keluarlah ke tempat yang lebih tinggi. Apabila hal ini tidak dilakukan, Anda dan mobil dapat
tersapu arus banjir dengan cepat.
j. Bersihkan dan siapkan penampungan air untuk berjaga-jaga seandainya kehabisan air bersih.
k. Waspada saluran air atau tempat melintasnya air yang kemungkinan akan dilalui oleh arus yang
18

deras karena kerap kali banjir bandang tiba tanpa peringatan.


Selain itu, menurut Bakornas (2007), beberapa kegiatan yang harus dilakukan pada tahapan
tanggap bencana banjir, antara lain:
a. Pendirian POSKO
b. Pengerahan personil (Tim Reaksi Cepat)
1) Mengerahkan kekuatan personil dari berbagai unsur operasi (pemerintah dan non-
pemerintah) terutama untuk penyelamatan dan perlindungan (SAR) dengan membentuk TRC
untuk memberikan pertolongan/ penyelamatan dan inventarisasi kerusakan.
c. Pemenuhan kebutuhan dasar dalam penampungan sementara.
1) Distribusi bantuan (hunian sementara, pangan dan sandang) Pada tahap awal, bantuan pangan
berupa makanan siap-santap.
2) Pendirian dapur umum.
d. Pemberian layanan air bersih, jamban dan sanitasi lainnya.
e. Pemberian layanan kesehatan, perawatan dan rujukan.
f. Pengoperasian peralatan - Mengoperasikan peralatan sesuai kebutuhan di lapangan, termasuk
alat-alat berat.
g. Pengerahan sarana transportasi udara/laut
1) Dilakukan pada situasi/kondisi tertentu yang memerlukan kecepatan untuk penyelamatan
korban bencana dan distribusi bantuan kepada masyarakat/korban bencana terisolasi.
h. Koordinasi dan Komando
1) Setiap kejadian penting dilaporkan kepada POSKO SATLAK PB/ SATKORLAK
PB/BAKORNAS PB. Komando dilakukan oleh penanggungjawab (Incident Commander). Di
tingkat nasional penanggungjawab adalah Kalakhar BAKORNAS PB, di tingkat Provinsi
adalah Danrem dan di tingkat Kabupaten/Kota adalah Dandim.
2) Penyampaian laporan perkembangan penanganan bencana ke media massa melalui POSKO
SATLAK PB dan SATKORLAK PB.
Berdasarkan uraian kasus dan beberapa teori tentang manajemen bencana banjir pada tahapan
tanggap bencana di atas, warga juga telah melakukan beberapa hal yang harus dilakukan saat terjadi
banjir menurut BNPB (2017), yaitu saat air mulai menggenangi pemukiman warga, warga pun mulai
berbondong bodong mengungsi serta menyelamatkan barang-barang berharga ke tempat yang lebih
tinggi serta yang tak tergenang oleh banjir tersebut. Sebagian warga kemudian memilih mengungsi
ke rumah kerabat di desa yang berbeda untuk sementara waktu. Untuk ternak sapi, diungsikan ke
tanah lapang belakang kantor desa.
19

Gambar 3. Warga Berbondong-Bondong Mengungsi


Selain itu, pihak BPBD Kabupaten Muratara Dinas Kesehatan Kabupaten Muratara juga
sudah melaksanakan beberapa kegiatan yang harus dilakukan pada tahapan tanggap bencana banjir
yaitu pihak BPBD Kabupaten Muratara juga telah mendirikan Posko Tanggap Siaga Banjir di sekitar
lokasi dan membagikan bantuan kepada para korban yaitu berupa bantuan makanan berupa nasi
bungkus, selimut, makanan bayi, air mineral, dan Dinas Kesehatan Kab. Muratara juga sudah
membuka posko kesehatan bagi korban banjir.
Berdasarkan beberapa hal tersebut di atas, pelaksanaan manajemen bencana banjir pada
tahapan tanggap bencana di Kabupaten Muratara, sudah sesuai dengan panduan teori yang ada,
meskipun tidak semuanya bisa terlaksana. Akan tetapi, menurut penulis hal tersebut sudah cukup
baik dan pemerintah Kabupaten Muratara sangat sigap dalam menangani bencana banjir yang terjadi.
Namun, kedepannya pelaksanaan manajemen bencana banjir pada tahapan tanggap bencana harus
lebih ditingkatkan ke arah yang lebih baik lagi. Sehingga diharapkan kesejahteraan masyarakat yang
terkena dampak dari bencana banjir, bisa merasa lebih meningkat dan mereka tidak merasa hidupnya
penuh dengan penderitaan.
20

BAB VII
PENUTUP

7.1 Simpulan
Banjir adalah peristiwa terjadinya genangan (limpahan) air di area tertentu sebagai akibat
meluapnya air sungai/danau/laut yang menimbulkan kerugian baik materi maupun non-materi
terhadap manusia dan lingkungan. Berdasarkan beberapa teori tentang manajemen bencana banjir
pada penanganan bencana, pelaksanaan manajemen bencana banjir pada tahapan tanggap bencana di
Kabupaten Muratara, sudah sesuai dengan panduan teori yang ada, meskipun tidak semuanya bisa
terlaksana. Akan tetapi, menurut penulis hal tersebut sudah cukup baik dan pemerintah Kabupaten
Muratara sangat sigap dalam menangani bencana banjir yang terjadi. Namun, kedepannya
pelaksanaan manajemen bencana banjir pada tahapan tanggap bencana harus lebih ditingkatkan ke
arah yang lebih baik lagi.

4.2 Saran
Makalah yang kami susun semoga dapat membantu kita untuk lebih memahami tentang
penanggulangan bencana banjir di Daerah Kabupaten Musi Rawas Utara. Dan semoga di masa yang
akan datang, proses penanggulangan bencana banjir pada tahapan tanggap bencana dapat semakin
berkembang dan bisa lebih baik lagi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Sehingga,
diharapkan kedepannya dapat mengembangkan dan memajukan proses penanggulangan bencana
banjir yang ada di Kabupaten Musi Rawas Utara.
Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kesalahan,
kekurangan, serta kejanggalan baik dalam penulisan maupun dalam pengonsepan materi. Untuk itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar ke depan lebih baik dan kami
berharap kepada semua pembaca mahasiswa khususnya, untuk lebih ditingkatkan dalam pembuatan
makalah yang akan datang.
21

DAFTAR PUSTAKA

Bakornas, P. (2017). Pedoman Penanggulangan Bencana Banjir. Jakarta: Badan Koordinasi


Nasional Penanganan Bencana.

BNPB. (2017). Buku Saku Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana. Jakarta: BNPB.

Christian, K. R., Jayanti, S., & Widjasena, B. (2015). Analisis Sistem Tanggap Darurat Bencana
Banjir di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal) , 465-
474.

Depkes, RI. (2007). Penanggulangan Bencana Banjir . Jakarta.

Ramli, Koehatman. (2010). Pedoman Praktis Manajemen Bencana. Jakarta: Dian Rakyat.
Kompas.id. (2024, Januari 12) About Us: Empat Sungai di Rupit Meluap Ribuan Rumah Warga
Kebanjiran. Dipetik Januari 11, 2024, dari detik.com.………………………………………….

Anda mungkin juga menyukai