Anda di halaman 1dari 10

MENGANTISIPASI BAHAYA BANJIR DI KOTA

Oleh

1) PUTU WIDYA ANGGARINI (35)


2) PUTU DINAR RADISTYA PRABHANDARI (32)
3) PUTU PANDE MEGA SATYANI (33)
4) NI WAYAN PRADNYA ANDINI (31)
5) PUTU SATRIA ANANTA RUSTIKA (34)
6) SATYA DAMARTA WIDANTARA (36)

SMA NEGERI 2 SEMARAPURA

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi


Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nyalah makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan makalah yang berjudul
“Mengantisipasi Bahaya Banjir di Kota” ini dalam rangka memenuhi nilai tugas
mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Penulis Menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan


kekurangan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan
yang penulis miliki. Oleh karena itu, semua kritik dan saran pembaca akan penulis
terima dengan senang hati demi perbaikan makalah lebih lanjut.

Makalah ini dapat penuh selesai berkat adanya bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya. Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak, terutama rekan
kelompok 7 yang telah memberikan masukan demi kelancaran dan kelengkapan
makalah ini. Akhimya, semoga makalah yang jauh dari sempuma ini ada
manfaatnya.

Semarapura, Januari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………. i
DAFTAR ISI …………………………………………………......................... ii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang Masalah …………………………………….. 2
1.2 Rumusan Masalah …………………………………................. 2
1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………….. 2
1.4 Manfaat Penulisan …………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………... 3
2.1 Upaya dalam mengantisipasi bahaya banjir di kota…………….. 3
2.2 Kendala yang muncul dalam mengantisipasi bahaya banjir di kota… 3
2.3 Solusi dalam mengantisipasi bahaya banjir di kota………………… 4
BAB III PENUTUP ……………………………………………………... 6
3.1 Simpulan ……………………………………………………… 6
3.2 Saran-Saran …………………………………………………... 6
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 7

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang setiap tahunnya dilanda banjir, fenomena tersebut
merupakan permasalahan yang harus segera diselesaikan, sebab telah menjadi rutinitas kota–kota
besar yang ada di Indonesia dan banyak menimbulkan kerugian. Banjir merupakan bencana yang
penting di Indonesia ditinjau dari sisi frekuensinya, tercatat 108 kali dari keseluruhan 343
peristiwa bencana penting dengan persentase sebesar 33,3%.

Bencana yang disebabkan oleh faktor hidrometeorologi ini selalu meningkat setiap tahunnya.
Meskipun terkadang tidak menimbulkan banyak korban jiwa, bencana ini tetap saja merusak
infrastruktur dan menganggu stabilitas perekonomian masyarakat secara signifikan. Oleh karena
itu, masyarakat harus siap untuk mengantisipasi setiap jenis bencana banjir yang datang.

Sebagai bahaya alam (natural hazard) banjir selalu menggenangi lahan-lahan rendah di
sekitar sungai akibat ketidakmampuan alur sungai menampung dan mengalirkan air, sehingga air
meluap keluar alur melampaui tanggul dan menggenangi daerah sekitarnya seperti dataran banjir
dan dataran alluvial.

Secara alamiah hujan akan meresap ke dalam tanah dan diikat oleh akar pepohonan,
kemudian dialirkan melalui sungai hingga bermuara ke laut. Namun pada kenyataannya banjir
sering dijumpai di permukiman warga, dikarenakan banyaknya penggunaan lahan berupa beton
dan kurangnya ruang terbuka hijau kota yang menyebabkan air tergenang di daratan selama
beberapa waktu.

Hal yang menyebabkan banjir adalah kurangnya kesadaran masyarakat dalam membuang
sampah. Secara umum sarana drainase di perkotaan sudah baik, hanya saja banyak di antaranya
yang mengalami alih fungsi sehingga tidak lagi bisa menahan laju banjir. Selain itu banyak
masyarakat yang membuang sampah ke sungai sehingga berpotensi menyumbat aliran air. Faktor
lain yang turut memberikan kontribusi terhadap dampak bencana banjir adalah lemahnya kontrol
terhadap penggunaan lahan (land use) pada zona-zona rentan banjir. Faktor ini hanyalah salah
satu dari banyak faktor lain yang menyebabkan tingginya resiko bencana banjir, namun faktor
tersebut menunjukkan rendahnya efektifitas instrumen penataan ruang dalam mengatasi
persoalan banjir.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut, ada tiga permasalahan yang diulas dalam makalah ini
sebagai berikut.

1. Bagaimana upaya dalam mengantisipasi bahaya banjir di kota?


2. Kendala apa yang muncul dalam mengantisipasi bahaya banjir di kota?
3. Bagaimanakah solusi dalam mengatasi kendala yang muncul dalam mengantisipasi bahaya banjir
di kota?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Dari tiga permasalahan yang diulas, tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui upaya dalam mengatasi bahaya banjir di kota


2. Untuk engetahui kendala yang muncul dalam mengantisipasi bahaya banjir di kota
3. Untuk mengatasi kendala dalam mengantisipasi bahaya banjir di kota

1.4 MANFAAT
Adapun manfaat penulisan makalah ini sebagai berikut.

1. Bagi masyarakat Indonesia, makalah ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengantisipasi
bahaya banjir di perkotaan.
2. Bagi Pemerintah, makalah ini dapat menjadi sumber informasi dan masukan bagi pemerintah
terkait yang memilki wewenang dalam mencegah dan mengatasi banjir.

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Upaya Dalam Mengantisipasi Bahaya Banjir di Kota

Mengantisipasi masalah banjir harus melihat sistem kesimbangan air untuk suatu kawasan
atau wilayah tertentu. Daya tampung suatu kawasan tertentu atau DAS terhadap air hujan harus
dilihat berdasarkan keseimbangan siklus hidrologinya. Oleh karena itu, dalam penanggulangan
banjir prinsip keseimbangan siklus air dan daya tampung alamiah di suatum kawasan atau DAS
tertentu harus di kelola dengan sebaik-baiknya.

2.1.1 Mencegah Banjir dengan Membersihkan Selokan

Membersihkan selokan secara rutin dapat mengantisipasi banjir. Memeriksa selokan secara
berkala dan memastikan selokan tidak ada penyumbatan. Penyumbatan bisa menjadi salah satu
faktor penyebab banjir karena air tidak mengalir dengan lancar. Jika hujan datang, maka air
hujan tidak bisa mengalir ke tempat lain sehingga terjadi banjir. Oleh sebab itu, penting untuk
memastikan tidak ada penyumbatan yang terjadi di selokan.

2.1.2 Menghindari membuat bangunan di pinggir sungai

Saat ini semakin banyak yang membangun di pinggir sungai, padahal itu bisa menyebabkan
banjir. Pembangunan rumah atau bangunan di pinggir sungai akan mempersempit sungai. Selain
itu, sampah rumah tangga berpotensi masuk ke dalam sungai.

2.1.3 Menjaga dan membersihkan saluran air secara rutin

Perawatan saluran air dan membersihkannya secara rutin bisa mengantisipasi banjir. Hal ini
bisa dilakukan secara bergotong royong oleh warga di sekitar saluran air tersebut. Hal ini
bertujuan untuk memastikan bahwa saluran air siap menampung jika curah hujan meninggi
sehingga tidak terjadi banjir.

2.1.4 Kesadaran dari masyarakat setempat

Upaya ini sangat penting untuk mengantisipasi terjadinya banjir karena masyarakat perlu
sadar akan pentingnya bahaya bencana banjir dan saling mengingatkan pentingnya pencegahan
tersebut.

3
2.2 Kendala Dalam Mengantisipasi Bahaya Banjir
Dalam mengantisipasi bahaya banjir di kota terutama di kota kota besar, terdapat banyak
kendala yang muncul. Adapun kendala yang muncul dalam mengantisipasi bahaya banjir
di perkotaan sebagai berikut.

1. Tidak Adanya Pola Hidup Bersih di Masyarakat


2. Tidak Adanya Perencanaan dan Pemeliharaan Sistem Drainase yang Baik
3. Tidak Adanya Upaya Konservasi Faktor Penyeimbang Lingkungan Air
4. Hambatan dalam pengendalian banjir yaitu pembebasan lahan terkait upaya
memperbesar kapasitas tampungan sungai.

2.3 Solusi Mengatasi Kendala Dalam Mengantisipasi Bahaya Banjir di Kota


Setiap kendala terdapat solusi umtuk mengatasinya, beberapa solusi tersebut
dapat dijabarkan sebagai berikut.

2.3.1 Penerapan Konsep Water Front Villages

Penerapan konsep Water Front Villages, yaitu menempatkan sungai atau


kali berikut areal bantarannya sebagai halaman muka rumah. Dengan
menempatkan sungai sebagai halaman muka, maka akan timbul niat dan kepekaan
masyarakat untuk lebih memperindah wajah depan rumah tinggalnya masing-
masing. Sebaliknya, bila rumah membelakangi sungai, maka cenderung sungai
dijadikan tempat pembuangan sampah padat, limbah cair dan tak terurus. Lihat
contoh-contoh yang sudah banyak diterapkan di negara maju, dimana rumahrumah
mempunyai teras yang menghadap ke sungai dengan pemandangan panorama
gemericik aliran sungai yang sangat teduh dan alami.

2.3.2 Konsistensi Penerapan Pembangunan Berwawasan Lingkungan

Perbaikan dan Pemeliharaan sistem drainase secara menyeluruh dari daerah


hulu sampai hilir. Hal ini perlu koordinasi antar kabupaten atau bahkan antar
propinsi, khususnya dalam penyusunan RTRW yang berwawasan lingkungan.
Perlunya penyediaan dan pengelolaan areal bantaran kali atau sungai atau bahkan
langkah penertiban. Penerapan suatu batasan luas lahan yang boleh dibangun, yaitu
sebesar 70%, sebenarnya juga sudah mencukupi sebagai salah satu syarat untuk
mencegah berkurangnya daya tampung suatu kawasan terhadap air hujan yang
turun dengan curah secara maksimal. 30% RTH harus pula ditaati oleh semua
komponen pemanfaatan lahan terbuka. Perlunya menjaga kawasan hijau di daerah
hulu sudah menjadi keharusan dan kompensasi-kompensasi sebagai gantinya
penutupan lahan terbuka dengan cara pengerasan dan pendirian bangunan di
atasnya harus pula terus digalakkan. Salah satu bentuk kompensasi yang sering kali
dilaksanakan adalah pembuatan waduk resapan atau sumur resapan yang
mempunyai kapasitas sesuai dengan daya tampung dari seluas lahan yang tertutup
oleh bangunan.

2.3.3 Pencegahan Land Subsidence dengan Cara Ground Water Injection

Pencegahan terjadinya land subsidence dapat dilakukan dengan ground


water injection. Injeksi air tanah ini lebih diarahkan pada lapisan air tanah dalam.
Injeksi air tanah dengan kualitas air yang memenuhi syarat tertentu harus
dilakukan dengan segera, baik pada daerah hulu maupun hilir. Konsep sumur
resapan sebenarnya hampir sama dengan ground water injection, namun proses
peresapannya dilakukan secara alamiah atau dengan cara gravitasi biasa. Berbeda
dengan sistem injeksi, dimana pemasukan air tanah ke dalam lapisan-lapisan
penyimpan air tanah dilakukan dengan tenaga pompa. Hal ini diperlukan untuk
melawan atau mencegah terjadinya restrukturisasi lanjut yang dapat menyebabkan
kebuntuan permanen dari rongga-rongga lapisan batuan pasir kasar yang berada
pada kedalaman batas air tanah tertekan.

5
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Secara umum dapat disimpulkan bahwa permasalahan banjir, khususnya di


Daerah perkotaan yang padat penduduknya ini disebabkan oleh karena buruknya
sistem manajemen atau pengelolaan DAS (Daerah Aliran Sungai). Permasalahan
yang telah terlanjur menjadi besar ini bahkan menjadi semakin kompleks. Baik
aparat Pemda dari tingkat Kabupaten sampai tingkat Kelurahan serta masyarakat
telah menyadari bahwa permasalahan banjir ini harus diurai berdasarkan faktor-
faktor penyebabnya dan selanjutnya tahap demi tahap program penanggulangan
banjir diprioritaskan untuk dilaksanakan dengan komitmen yang kuat dari seluruh
stakeholder.

3.2 SARAN

Disarankan dalam upaya mengantisipasi masalah banjir di wilayah perkotaan


yang padat penduduknya, pemerintah dan seluruh warga harus mampu berperan
sebagai pelopor yang memiliki kiat-kiat khusus dan komitmen yang kuat untuk
memberi contoh, serta memacu kesungguhan dari seluruh stakeholder.

6
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompas.com/sains/read/2021/11/09/120000623/cara-mencegah-banjir

https://www.ruparupa.com/blog/10-cara-mencegah-banjir-yang-bisa-kamu-lakukan/

Anda mungkin juga menyukai