MAKALAH
Oleh :
Puji syukur ke hadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kasus
Penanggulangan Bencana Banjir pada Tahapan Tanggap Bencana”. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Manajemen Bencana Alam D3
Keperawatan Kampus Lumajang Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Jember.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada Ibu Arista Maisyaroh, S.
Kep. Ners., M. Kep., selaku dosen matakuliah Manajemen Bencana Alam D3
Keperawatan Universitas Jember Kampus Lumajang yang telah memberi tugas
makalah tentang “Kasus Penanggulangan Bencana Banjir pada Tahapan Tanggap
Bencana” dan kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, tentu masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, penulis juga menerima segala
kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata diharapkan semoga makalah tentang “Kasus Penanggulangan
Bencana Banjir pada Tahapan Tanggap Bencana” ini, dapat memberikan manfaat
terhadap pembaca, mahasiswa khususnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR iv
BAB 1. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum...................................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus..................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan...................................................................................3
1.4.1 Manfaat Teoritis................................................................................3
1.4.2 Manfaat Praktis.................................................................................3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 Definisi Bencana Banjir...........................................................................5
2.2 Mekanisme Terjadinya Banjir................................................................5
2.3 Klasifikasi Banjir.....................................................................................6
2.4 Dampak Bencana Banjir.........................................................................6
2.5 Upaya Penanggulangan Banjir...............................................................7
BAB 3. KASUS DAN PEMBAHASAN 11
3.1 Contoh Kasus Bencana Banjir..............................................................11
3.2 Konsep Manajemen Bencana Banjir pada Tahapan Tanggap
Bencana...................................................................................................12
BAB 4. PENUTUP 17
4.1 Simpulan.................................................................................................17
4.2 Saran.......................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA 18
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
iv
BAB 1. PENDAHULUAN
alamiah serta sistem saluran drainase dan kanal penampung banjir buatan yang
ada tidak mampu menampung akumulasi air hujan tersebut sehingga meluap.
Kemampuan/daya tampung sistem pengaliran air dimaksud tidak selamanya sama,
tetapi berubah akibat adanya sedimentasi, penyempitan sungai akibat phenomena
alam dan ulah manusia, tersumbat sampah serta hambatan lainnya (Bakornas,
2007).
Penggundulan hutan di daerah tangkapan air hujan (catchment area) juga
menyebabkan peningkatan debit banjir karena debit/pasokan air yang masuk ke
dalam sistem aliran menjadi tinggi sehingga melampaui kapasitas pengaliran dan
menjadi pemicu terjadinya erosi pada lahan curam yang menyebabkan terjadinya
sedimentasi di sistem pengaliran air dan wadah air lainnya. Disamping itu
berkurangnya daerah resapan air juga berkontribusi atas meningkatnya debit
banjir (Bakornas, 2007). Gambaran bencana banjir tersebut menimbulkan situasi
yang tidak normal atau keadaan darurat, yang menuntut adanya tindakan-tindakan
untuk menanggulanginya, agar situasi yang serba tidak menentu menjadi normal
kembali dan kerugian yang ditimbulkan/diderita dapat ditekan seminimal
mungkin (Christian, Jayanti, & Widjasena, 2015).
Manajemen bencana merupakan upaya sistematis dan komprehensif untuk
menanggulangi semua kejadian bencana secara cepat, tepat, dan akurat untuk
menekan korban dan kerugian yang ditimbulkan (Ramli, 2010). Menejemen
bencana (disaster management) mengkaji bencana beserta segala aspek yang
berkaitan dengan bencana, terutama risiko bencana dan bagaimana menghindari
risiko bencana. Lebih lanjut Ramli (2010) mengemukakan pentingnya manajemen
bencana untuk: (a) mempersiapkan diri menghadapi semua bencana atau kejadian
yang tidak diinginkan, (b) menekan kerugian dan korban akibat dampak suatu
bencana, (c) meningkatkan kesadaran semua pihak dalam masyarakat tentang
bencana untuk terlibat dalam proses penanganan bencana, dan (c) melindungi
anggota masyarakat dari bahaya atau dampak bencana.
Oleh karena itu, penanganan bencana banjir sangat penting untuk
dilakukan, khususnya pada tahapan tanggap bencana. Sehingga diperlukan
manajemen bencana banjir yang tepat dan sesuai pada tahapan tanggap bencana.
3
b. Diare
c. Penyakit kulit
d. Gastritis
e. Kecelakaan (luka, tersengat listrik, tenggelam dll)
f. Leptospirosis
g. Conjungtivitis
h. Gigitan binatang berbisa
i. Typhus abdominalis
Selain terjadinya peningkatan beberapa penyakit, bencana banjir juga
mengakibatkan rusaknya sanitasi lingkungan yang mengakibatkan:
a. Kerusakan lingkungan yang parah.
b. Tercemarnya sarana sumber air bersih, sehingga sulit untuk
mendapatkan air bersih untuk rumah tangga.
c. Luapan air dari got-got dan sungai-sungai serta menyebarnya sampah dan
limbah.
d. Tidak berfungsinya jamban dan meluapnya septic tank.
e. Apabila Anda harus bersiap untuk evakuasi: amankan rumah Anda. Apabila
masih tersedia waktu, tempatkan perabot di luar rumah atau di tempat yang
aman dari banjir. Barang yang lebih berharga diletakan pada bagian yang
lebih tinggi di dalam rumah.
f. Matikan semua jaringan listrik apabila ada instruksi dari pihak berwenang.
Cabut alat-alat yang masih tersambung dengan listrik. Jangan menyentuh
peralatan yang bermuatan listrik apabila Anda berdiri di atas/dalam air.
g. Jika ada perintah evakuasi dan anda harus meninggalkan rumah: Jangan
berjalan di arus air. Beberapa langkah berjalan di arus air dapat
mengakibatkan Anda jatuh.
h. Apabila Anda harus berjalan di air, berjalanlah pada pijakan yang tidak
bergerak. Gunakan tongkat atau sejenisnya untuk mengecek kepadatan tempat
Anda berpijak.
i. Jangan mengemudikan mobil di wilayah banjir. Apabila air mulai naik,
abaikan mobil dan keluarlah ke tempat yang lebih tinggi. Apabila hal ini tidak
dilakukan, Anda dan mobil dapat tersapu arus banjir dengan cepat.
j. Bersihkan dan siapkan penampungan air untuk berjaga-jaga seandainya
kehabisan air bersih.
k. Waspada saluran air atau tempat melintasnya air yang kemungkinan akan
dilalui oleh arus yang deras karena kerap kali banjir bandang tiba tanpa
peringatan.
2.5.3 Pasca Bencana
a. Hindari air banjir karena kemungkinan kontaminasi zat-zat berbahaya dan
ancaman kesetrum.
b. Waspada dengan instalasi listrik.
c. Hindari air yang bergerak.
d. Hindari area yang airnya baru saja surut karena jalan bisa saja keropos dan
ambles.
e. Hindari lokasi yang masih terkena bencana, kecuali jika pihak yang
berwenang membutuhkan sukarelawan.
f. Kembali ke rumah sesuai dengan perintah dari pihak yang berwenang.
10
Keempat sungai yang merendam dua desa tersebut antara lain Sungai Menjangan
Mati, Sungai Aftur 12, Sungai Aftur 16 dan Sungai Banter. Keempat sungai ini
memang kerap meluap bila musim hujan tiba. Namun menurut Wawan, selain
akibat luapan sungai, banjir juga disebabkan oleh tanggul di Sungai Aftur 12 yang
jebol selebar 2,5 meter usai hujan deras mengguyur sejak hari Sabtu (22/12/2018)
tersebut.
Ketinggian air yang merendam rumah warga pun berkisar antara 50 cm hingga
satu meter. Dari data yang dihimpun BPBD Kabupaten Lumajang, di Desa
12
Rowokangkung terdapat tiga dusun yang terdampak, yaitu Dusun Genitri (248
KK, 758 jiwa), Dusun Banter (271 KK, 823 jiwa) dan Dusun Blimbing (368 KK,
985 jiwa). Sedangkan di Desa Sidorejo, yang terdampak adalah Dusun Wungurejo
(535 KK, 1.613 jiwa) dan Dusun Penggung Kidul (141 KK, 536 jiwa).
Menurut warga, air dengan cepat masuk ke dalam rumah warga. Air pun mulai
menggenangi pemukiman warga yang memang letak rumahnya dapat dibilang
dibawah rata rata tanah disekitarnya. Warga pun mulai berbondong bodong
mengungsi serta menyelamatkan barang barang berharga ke tempat yang lebih
tinggi serta yang tak tergenang oleh banjir tersebut. Sebagian warga kemudian
memilih mengungsi ke rumah kerabat di desa yang berbeda untuk sementara
waktu. Untuk ternak sapi, diungsikan ke tanah lapang belakang kantor desa.
Banjir dari luapan 4 sungai ini juga membuat sumur warga keruh sehingga tidak
layak dikonsumsi. Akibatnya warga kekurangan akses air bersih.
Warga lain juga mengeluhkan kondisi kesehatan mereka yang mulai terganggu
akibat lama beraktivitas di atas genangan. Warga membutuhkan obat-obatan
karena mulai terserang gatal-gatal di bagian kaki.
Pihak BPBD Kabupaten Lumajang juga telah mendirikan Posko Tanggap Siaga
Banjir di sekitar lokasi dan membagikan bantuan kepada para korban yaitu berupa
bantuan makanan berupa nasi bungkus, selimut, makanan bayi, air mineral, dan
Dinas Kesehatan Kab. Lumajang juga sudah membuka posko kesehatan bagi
korban banjir. (Wicaksono, 2018)
k. Waspada saluran air atau tempat melintasnya air yang kemungkinan akan
dilalui oleh arus yang deras karena kerap kali banjir bandang tiba tanpa
peringatan.
Selain itu, menurut Bakornas (2007), beberapa kegiatan yang harus
dilakukan pada tahapan tanggap bencana banjir, antara lain:
a. Pendirian POSKO
b. Pengerahan personil (Tim Reaksi Cepat)
1) Mengerahkan kekuatan personil dari berbagai unsur operasi (pemerintah
dan non-pemerintah) terutama untuk penyelamatan dan perlindungan
(SAR) dengan membentuk TRC untuk memberikan pertolongan/
penyelamatan dan inventarisasi kerusakan.
c. Pemenuhan kebutuhan dasar dalam penampungan sementara.
1) Distribusi bantuan (hunian sementara, pangan dan sandang) Pada tahap
awal, bantuan pangan berupa makanan siap-santap.
2) Pendirian dapur umum.
d. Pemberian layanan air bersih, jamban dan sanitasi lainnya.
e. Pemberian layanan kesehatan, perawatan dan rujukan.
f. Pengoperasian peralatan - Mengoperasikan peralatan sesuai kebutuhan di
lapangan, termasuk alat-alat berat.
g. Pengerahan sarana transportasi udara/laut
1) Dilakukan pada situasi/kondisi tertentu yang memerlukan kecepatan untuk
penyelamatan korban bencana dan distribusi bantuan kepada
masyarakat/korban bencana terisolasi.
h. Koordinasi dan Komando
1) Setiap kejadian penting dilaporkan kepada POSKO SATLAK PB/
SATKORLAK PB/BAKORNAS PB. Komando dilakukan oleh
penanggungjawab (Incident Commander). Di tingkat nasional
penanggungjawab adalah Kalakhar BAKORNAS PB, di tingkat Provinsi
adalah Danrem dan di tingkat Kabupaten/Kota adalah Dandim.
2) Penyampaian laporan perkembangan penanganan bencana ke media massa
melalui POSKO SATLAK PB dan SATKORLAK PB.
15
makanan berupa nasi bungkus, selimut, makanan bayi, air mineral, dan Dinas
Kesehatan Kab. Lumajang juga sudah membuka posko kesehatan bagi korban
banjir.
Berdasarkan beberapa hal tersebut di atas, pelaksanaan manajemen
bencana banjir pada tahapan tanggap bencana di Kabupaten Lumajang, sudah
sesuai dengan panduan teori yang ada, meskipun tidak semuanya bisa terlaksana.
Akan tetapi, menurut penulis hal tersebut sudah cukup baik dan pemerintah
Kabupaten Lumajang sangat sigap dalam menangani bencana banjir yang terjadi.
Namun, kedepannya pelaksanaan manajemen bencana banjir pada tahapan
tanggap bencana harus lebih ditingkatkan ke arah yang lebih baik lagi. Sehingga
diharapkan kesejahteraan masyarakat yang terkena dampak dari bencana banjir,
bisa merasa lebih meningkat dan mereka tidak merasa hidupnya penuh dengan
penderitaan.
BAB 4. PENUTUP
4.1 Simpulan
Banjir adalah peristiwa terjadinya genangan (limpahan) air di area tertentu
sebagai akibat meluapnya air sungai/danau/laut yang menimbulkan kerugian baik
materi maupun non-materi terhadap manusia dan lingkungan. Berdasarkan uraian
kasus dan beberapa teori tentang manajemen bencana banjir pada tahapan tanggap
bencana, pelaksanaan manajemen bencana banjir pada tahapan tanggap bencana
di Kabupaten Lumajang, sudah sesuai dengan panduan teori yang ada, meskipun
tidak semuanya bisa terlaksana. Akan tetapi, menurut penulis hal tersebut sudah
cukup baik dan pemerintah Kabupaten Lumajang sangat sigap dalam menangani
bencana banjir yang terjadi. Namun, kedepannya pelaksanaan manajemen
bencana banjir pada tahapan tanggap bencana harus lebih ditingkatkan ke arah
yang lebih baik lagi.
4.2 Saran
Makalah yang kami susun semoga dapat membantu kita untuk lebih
memahami tentang penanggulangan bencana banjir pada tahapan tanggap
bencana. Dan semoga di masa yang akan datang, proses penanggulangan bencana
banjir pada tahapan tanggap bencana dapat semakin berkembang dan bisa lebih
baik lagi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Sehingga, diharapkan
kedepannya dapat mengembangkan dan memajukan proses penanggulangan
bencana banjir yang ada di Kabupaten Lumajang.
Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari bahwa masih terdapat
banyak kesalahan, kekurangan, serta kejanggalan baik dalam penulisan maupun
dalam pengonsepan materi. Untuk itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun agar ke depan lebih baik dan kami berharap kepada semua
pembaca mahasiswa khususnya, untuk lebih ditingkatkan dalam pembuatan
makalah yang akan datang.
18
DAFTAR PUSTAKA
Christian, K. R., Jayanti, S., & Widjasena, B. (2015). Analisis Sistem Tanggap
Darurat Bencana Banjir di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus. Jurnal
Kesehatan Masyarakat (e-Journal) , 465-474.