Anda di halaman 1dari 22

KASUS PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR PADA

TAHAPAN TANGGAP BENCANA

MAKALAH

Oleh :

1. Achmad Fauzi (01/162303101001)


2. Fidiatur Roifa (17/162303101047)
3. Muntiyatul Choiro Safitri (28/162303101081)
4. Nining Lia Fatma (31/162303101084)
5. Novita Siti Fatimah (33/162303101092)
6. Nurinda Fitra Ayu Lestari (34/162303101099)
7. Sumia (43/162303101127)
8. Ulfatul Hasanah (44/162303101129)
Tingkat 3A

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN KAMPUS LUMAJANG


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kasus
Penanggulangan Bencana Banjir pada Tahapan Tanggap Bencana”. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Manajemen Bencana Alam D3
Keperawatan Kampus Lumajang Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Jember.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada Ibu Arista Maisyaroh, S.
Kep. Ners., M. Kep., selaku dosen matakuliah Manajemen Bencana Alam D3
Keperawatan Universitas Jember Kampus Lumajang yang telah memberi tugas
makalah tentang “Kasus Penanggulangan Bencana Banjir pada Tahapan Tanggap
Bencana” dan kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, tentu masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, penulis juga menerima segala
kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata diharapkan semoga makalah tentang “Kasus Penanggulangan
Bencana Banjir pada Tahapan Tanggap Bencana” ini, dapat memberikan manfaat
terhadap pembaca, mahasiswa khususnya.

Lumajang, 18 Maret 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR iv
BAB 1. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum...................................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus..................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan...................................................................................3
1.4.1 Manfaat Teoritis................................................................................3
1.4.2 Manfaat Praktis.................................................................................3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 Definisi Bencana Banjir...........................................................................5
2.2 Mekanisme Terjadinya Banjir................................................................5
2.3 Klasifikasi Banjir.....................................................................................6
2.4 Dampak Bencana Banjir.........................................................................6
2.5 Upaya Penanggulangan Banjir...............................................................7
BAB 3. KASUS DAN PEMBAHASAN 11
3.1 Contoh Kasus Bencana Banjir..............................................................11
3.2 Konsep Manajemen Bencana Banjir pada Tahapan Tanggap
Bencana...................................................................................................12
BAB 4. PENUTUP 17
4.1 Simpulan.................................................................................................17
4.2 Saran.......................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA 18

iii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Ribuan Rumah Warga Terendam Banjir...............................................11


Gambar 2. Mengamankan Barang dan Mematikan Jaringan Listrik.....................13
Gambar 3. Warga Berbondong-Bondong Mengungsi............................................15

iv
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan ini, tidak ada makhluk hidup atau organisasi yang dapat
terhindar dari kerusakan akibat musibah/bencana. Bencana tersebut dapat
disebabkan oleh alam, seperti: banjir, angin ribut, gempa bumi, dan petir, maupun
yang disebabkan oleh ulah manusia, seperti: kebakaran, kecelakaan (di darat, di
laut atau di udara), sabotase, huru-hara/kerusuhan, dan hal-hal lain yang
merugikan. Banjir merupakan bencana alam yang paling dapat diramalkan
kedatangannya, karena berhubungan dengan besarnya curah hujan (Christian,
Jayanti, & Widjasena, 2015).
Ditinjau dari karakteristik geografis dan geologis wilayah, Indonesia
adalah salah satu kawasan rawan bencana banjir. Sekitar 30% dari 500 sungai
yang ada di Indonesia melintasi wilayah penduduk padat. Lebih dari 220 juta
penduduk, sebagian adalah miskin dan tinggal di daerah rawan banjir. Pada
umumnya bencana banjir tersebut terjadi di wilayah Indonesia bagian barat yang
menerima curah hujan lebih tinggi dibandingkan dengan di bagian Timur
(Bakornas, 2007).
Secara umum daerah yang memiliki resiko tinggi adalah di wilayah
Indonesia bagian barat, karena curah hujannya lebih tinggi dibandingkan dengan
di bagian Timur.Berdasarkan data BMG, di beberapa provinsi yang berpotensi
rawan banjir pada bulan Nopember 2007 (awal musim penghujan), diperkirakan
terjadi bencana banjir dengan tingkat potensitinggi terjadi di 20 Kabupaten/Kota,
tingkat potensi menengah terjadi di 50 Kabupaten/Kota dan tingkat potensi rendah
terjadi di 50 Kabupaten/Kota. Sedangkan pada bulan Desember 2007, terjadi
bencana banjir dengan tingkat potensitinggi di 90 Kabupaten/Kota, tingkat potensi
menengah terjadi di 83 Kabupaten/Kota dan tingkat potensi rendah terjadi di 36
Kabupaten/Kota (Bakornas, 2007).
Pada umumnya banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di atas
normal, sehingga sistim pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak sungai
2

alamiah serta sistem saluran drainase dan kanal penampung banjir buatan yang
ada tidak mampu menampung akumulasi air hujan tersebut sehingga meluap.
Kemampuan/daya tampung sistem pengaliran air dimaksud tidak selamanya sama,
tetapi berubah akibat adanya sedimentasi, penyempitan sungai akibat phenomena
alam dan ulah manusia, tersumbat sampah serta hambatan lainnya (Bakornas,
2007).
Penggundulan hutan di daerah tangkapan air hujan (catchment area) juga
menyebabkan peningkatan debit banjir karena debit/pasokan air yang masuk ke
dalam sistem aliran menjadi tinggi sehingga melampaui kapasitas pengaliran dan
menjadi pemicu terjadinya erosi pada lahan curam yang menyebabkan terjadinya
sedimentasi di sistem pengaliran air dan wadah air lainnya. Disamping itu
berkurangnya daerah resapan air juga berkontribusi atas meningkatnya debit
banjir (Bakornas, 2007). Gambaran bencana banjir tersebut menimbulkan situasi
yang tidak normal atau keadaan darurat, yang menuntut adanya tindakan-tindakan
untuk menanggulanginya, agar situasi yang serba tidak menentu menjadi normal
kembali dan kerugian yang ditimbulkan/diderita dapat ditekan seminimal
mungkin (Christian, Jayanti, & Widjasena, 2015).
Manajemen bencana merupakan upaya sistematis dan komprehensif untuk
menanggulangi semua kejadian bencana secara cepat, tepat, dan akurat untuk
menekan korban dan kerugian yang ditimbulkan (Ramli, 2010). Menejemen
bencana (disaster management) mengkaji bencana beserta segala aspek yang
berkaitan dengan bencana, terutama risiko bencana dan bagaimana menghindari
risiko bencana. Lebih lanjut Ramli (2010) mengemukakan pentingnya manajemen
bencana untuk: (a) mempersiapkan diri menghadapi semua bencana atau kejadian
yang tidak diinginkan, (b) menekan kerugian dan korban akibat dampak suatu
bencana, (c) meningkatkan kesadaran semua pihak dalam masyarakat tentang
bencana untuk terlibat dalam proses penanganan bencana, dan (c) melindungi
anggota masyarakat dari bahaya atau dampak bencana.
Oleh karena itu, penanganan bencana banjir sangat penting untuk
dilakukan, khususnya pada tahapan tanggap bencana. Sehingga diperlukan
manajemen bencana banjir yang tepat dan sesuai pada tahapan tanggap bencana.
3

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang penanggulangan bencana banjir pada


tahapan tanggap bencana, dalam makalah ini penulis akan membahas lebih lanjut
tentang “Kasus Penanggulangan Bencana Banjir pada Tahapan Tanggap
Bencana”.

1.2 Rumusan Masalah


“Bagaimana Kasus Penanggulangan Bencana Banjir pada Tahapan
Tanggap Bencana?”

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui Kasus Penanggulangan Bencana Banjir pada Tahapan
Tanggap Bencana.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi bencana banjir.
b. Mengetahui mekanisme bencana banjir.
c. Mengetahui klasifikasi bencana banjir.
d. Mengetahui contoh kasus bencana banjir.
e. Mengetahui konsep manajemen bencana banjir pada tahapan tanggap
bencana.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan tentang Kasus Penanggulangan Bencana Banjir
pada Tahapan Tanggap Bencana dalam konteks Ilmu Manajemen Bencana Alam.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Manfaat Bagi Penulis
Manfaat yang dapat dirasakan langsung oleh penulis dapat berupa
pengalaman berharga dalam menyusun makalah tentang Kasus
Penanggulangan Bencana Banjir pada Tahapan Tanggap Bencana ini, serta
penulis juga bisa memperoleh informasi secara langsung dari berbagai
macam sumber ilmiah tentang definisi bencana banjir, mekanisme bencana
banjir, klasifikasi bencana banjir, contoh kasus bencana banjir, dan konsep
4

manajemen bencana banjir pada tahapan tanggap bencana. Dengan


demikian penulis bisa mengetahui bahwa bencana banjir sangat berisiko
terjadi, sehingga diperlukan kewaspadaan tinggi dengan melakukan
berbagai tindakan tanggap bencana banjir.
b. Manfaat Bagi Pembaca
Manfaat yang diperoleh pembaca dapat berupa informasi tentang Kasus
Penanggulangan Bencana Banjir pada Tahapan Tanggap Bencana. Dengan
demikian diharapkan pembaca bisa lebih memahami tentang definisi
bencana banjir, mekanisme bencana banjir, klasifikasi bencana banjir,
contoh kasus bencana banjir, dan konsep manajemen bencana banjir pada
tahapan tanggap bencana.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Bencana Banjir


Banjir adalah peristiwa terjadinya genangan (limpahan) air di area tertentu
sebagai akibat meluapnya air sungai/danau/laut yang menimbulkan kerugian baik
materi maupun non-materi terhadap manusia dan lingkungan. Banjir bisa terjadi
perlahan-lahan dalam waktu lama atau terjadi mendadak dalam waktu yang
singkat yang disebut banjir bandang
Banjir merupakan peristiwa ketika air menggenangi suatu wilayah yang
biasanya tidak digenangi air dalam jangka waktu tertentu. Banjir biasanya terjadi
karena curah hujan turun terus menerus dan mengakibatkan meluapnya air sungai,
danau, laut atau drainase karena jumlah air yang melebihi daya tampung media
penopang air dari curah hujan tadi (BNPB, 2017).

2.2 Mekanisme Terjadinya Banjir


Terjadinya banjir disebabkan oleh beberapa hal, antara lain menurut
Depkes RI (2007):
a. Curah hujan yang tinggi dalam waktu yang lama.
b. Terjadinya hambatan di muara sungai akibat terjadinya pasang naik yang
bersamaan dengan puncaknya volume air yang mengalir di sungai.
c. Perubahan kondisi lahan pada daerah aliran sungai (DAS) baik di hulu, tengah
dan hilir akibat adanya penebangan hutan, pengembangan pemukiman,
industri dan lain-lain.
d. Terjadinya penurunan permukaan tanah akibat penyedotan air tanah secara
berlebihan terutama di daerah perkotaan.
e. Perubahan penggunaan lahan dari daerah pertanian, perkebunan dan hutan
menjadi permukiman yang menyebabkan berkurangnya daerah resapan air.
f. Pembangunan drainase yang tidak memperhitungkan kondisi lahan.
Selain disebabkan faktor alami, yaitu curah hujan yang tinggi, banjir juga
terjadi karena ulah manusia. Contoh, berkurangnya kawasan resapan air karena
6

alih fungsi lahan, penggundulan hutan yang meningkatkan erosi dan


mendangkalkan sungai, serta perilaku tidak bertanggung jawab seperti membuang
sampah di sungai dan mendirikan hunian di bantaran sungai. (BNPB, 2017)

2.3 Klasifikasi Banjir


Adapun jenis jenis banjir antara lain:
2.3.1 Banjir Kilat
Banjir kilat adalah banjir yang terjadi hanya dalam waktu delapan jam
setelah hujan lebat mulai turun. Biasanya jenis banjir ini sering dihubungkan
dengan banyaknya awan kumulus, kilat dan petir yang keras, badai tropis atau
cuaca dingin.Umumnya banjir kilat diakibatkan oleh meluapnya air hujan yang
sangat deras. Namun, selain hal tersebut juga dapat disebabkan oleh faktor lain,
seperti: bendungan yang gagal menahan debit air yang meningkat, es yang tiba-
tiba meleleh, dan berbagai perubahan besar dibagian hulu sungai.
2.3.2 Banjir Luapan
Sungai Banjir luapan sungai adalah banjir yang terjadi dengan proses yang
cukup lama, walaupun terkadang proses tersebut tidak diperhatikan, sehingga
datangnya banjir terasa mendadak dan mengejutkan. Banjir tipe ini biasanya
bertipe musiman atau tahunan, dan mampu berlangsung sangat lama. Penyebab
utamanya adalah kelongsoran di daerah yang biasanya mampu menahan kelebihan
debit air.
2.3.3 Banjir Pantai
Banjir pantai biasanya dikaitkan dengan terjadinya badai tropis. Banjir
yang membawa bencana dari luapan air hujan sering bertambah parah karena badai
yang dipicu angin kencang di sepanjang pantai. Hal ini mengakibatkan air garam akan
membanjiri daratan karena dampak perpaduan gelombang pasang.

2.4 Dampak Bencana Banjir


Masalah Kesehatan yang timbul diantaranya penyakit-penyakit sebagai
berikut Menurut Depkes RI (2007):
a. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
7

b. Diare
c. Penyakit kulit
d. Gastritis
e. Kecelakaan (luka, tersengat listrik, tenggelam dll)
f. Leptospirosis
g. Conjungtivitis
h. Gigitan binatang berbisa
i. Typhus abdominalis
Selain terjadinya peningkatan beberapa penyakit, bencana banjir juga
mengakibatkan rusaknya sanitasi lingkungan yang mengakibatkan:
a. Kerusakan lingkungan yang parah.
b. Tercemarnya sarana sumber air bersih, sehingga sulit untuk
mendapatkan air bersih untuk rumah tangga.
c. Luapan air dari got-got dan sungai-sungai serta menyebarnya sampah dan
limbah.
d. Tidak berfungsinya jamban dan meluapnya septic tank.

2.5 Upaya Penanggulangan Banjir


Upaya yang perlu dilakukan untuk menanggulangi terjadinya banjir
menurut BNPB (2017) antara lain:
2.5.1 Prabencana
a. Mengetahui istilah-istilah peringatan yang berhubungan dengan bahaya banjir,
seperti Siaga I sampai dengan Siaga IV dan langkah-langkah apa yang harus
dilakukan.
b. Mengetahui tingkat kerentanan tempat tinggal kita, apakah berada di zona
rawan banjir.
c. Mengetahui cara-cara untuk melindungi rumah kita dari banjir.
d. Mengetahui saluran dan jalur yang sering dilalui air banjir dan apa
dampaknya untuk rumah kita.
e. Melakukan persiapan untuk evakuasi, termasuk memahami rute evakuasi dan
daerah yang lebih tinggi.
8

f. Membicarakan dengan anggota keluarga mengenai ancaman banjir dan


merencanakan tempat pertemuan apabila anggota keluarga terpencar-pencar.
g. Mengetahui bantuan apa yang bisa diberikan apabila ada anggota keluarga
yang terkena banjir.
h. Mengetahui kebutuhan-kebutuhan khusus anggota keluarga dan tetangga
apabila banjir terjadi.
i. Membuat persiapan untuk hidup mandiri selama sekurangnya tiga hari,
misalnya persiapan tas siaga bencana, penyediaan makanan dan air minum.
j. Mengetahui bagaimana mematikan air, listrik, dan gas
k. Mempertimbangkan asuransi banjir.
l. Berkaitan dengan harta dan kepemilikan, maka Anda bisa membuat catatan
harta kita, mendokumentasikannya dalam foto, dan simpan dokumen tersebut
di tempat yang aman.
m. Menyimpan berbagai dokumen penting di tempat yang aman
n. Hindari membangun di tempat rawan banjir kecuali ada upaya penguatan dan
peninggian bangunan rumah.
o. Perhatikan berbagai instrumen listrik yang dapat memicu bahaya saat
bersentuhan dengan air banjir.
p. Turut serta mendirikan tenda pengungsian dan pembuatan dapur umum.
q. Melibatkan diri dalam pendistribusian bantuan.
r. Menggunakan air bersih dengan efisien.
2.5.2 Saat Bencana
a. Apabila banjir akan terjadi di wilayah Anda, maka simaklah informasi dari
berbagai media mengenai informasi banjir untuk meningkatkan
kesiapsiagaan.
b. Apabila terjadi banjir, segeralah evakuasi ke tempat yang lebih tinggi.
c. Waspada terhadap arus bawah, saluran air, kubangan, dan tempat-tempat lain
yang tergenang air.
d. Ketahui risiko banjir dan banjir bandang di tempat Anda, misalnya banjir
bandang dapat terjadi di tempat Anda dengan atau tanpa peringatan pada saat
hujan biasa atau deras.
9

e. Apabila Anda harus bersiap untuk evakuasi: amankan rumah Anda. Apabila
masih tersedia waktu, tempatkan perabot di luar rumah atau di tempat yang
aman dari banjir. Barang yang lebih berharga diletakan pada bagian yang
lebih tinggi di dalam rumah.
f. Matikan semua jaringan listrik apabila ada instruksi dari pihak berwenang.
Cabut alat-alat yang masih tersambung dengan listrik. Jangan menyentuh
peralatan yang bermuatan listrik apabila Anda berdiri di atas/dalam air.
g. Jika ada perintah evakuasi dan anda harus meninggalkan rumah: Jangan
berjalan di arus air. Beberapa langkah berjalan di arus air dapat
mengakibatkan Anda jatuh.
h. Apabila Anda harus berjalan di air, berjalanlah pada pijakan yang tidak
bergerak. Gunakan tongkat atau sejenisnya untuk mengecek kepadatan tempat
Anda berpijak.
i. Jangan mengemudikan mobil di wilayah banjir. Apabila air mulai naik,
abaikan mobil dan keluarlah ke tempat yang lebih tinggi. Apabila hal ini tidak
dilakukan, Anda dan mobil dapat tersapu arus banjir dengan cepat.
j. Bersihkan dan siapkan penampungan air untuk berjaga-jaga seandainya
kehabisan air bersih.
k. Waspada saluran air atau tempat melintasnya air yang kemungkinan akan
dilalui oleh arus yang deras karena kerap kali banjir bandang tiba tanpa
peringatan.
2.5.3 Pasca Bencana
a. Hindari air banjir karena kemungkinan kontaminasi zat-zat berbahaya dan
ancaman kesetrum.
b. Waspada dengan instalasi listrik.
c. Hindari air yang bergerak.
d. Hindari area yang airnya baru saja surut karena jalan bisa saja keropos dan
ambles.
e. Hindari lokasi yang masih terkena bencana, kecuali jika pihak yang
berwenang membutuhkan sukarelawan.
f. Kembali ke rumah sesuai dengan perintah dari pihak yang berwenang.
10

g. Tetap di luar gedung/rumah yang masih dikelilingi air.


h. Hati-hati saat memasuki gedung karena ancaman kerusakan yang tidak
terlihat seperti pada fondasi.
i. Perhatikan kesehatan dan keselamatan keluarga dengan mencuci tangan
menggunakan sabun dan air bersih jika anda terkena air banjir.
j. Buang makanan yang terkontaminasi air banjir.
k. Dengarkan berita atau informasi mengenai kondisi air, serta di mana
mendapatkan bantuan perumahan/shelter, pakaian, dan makanan.
l. Dapatkan perawatan kesehatan di fasilitas kesehatan terdekat.
m. Bersihkan tempat tinggal dan lingkungan rumah dari sisa-sisa kotoran setelah
banjir.
n. Lakukan pemberantasan sarang nyamuk Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN).
o. Terlibat dalam kaporitisasi sumur gali.
p. Terlibat dalam perbaikan jamban dan Saluran Pembuangan Air Limbah
(SPAL).
BAB 3. KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1 Contoh Kasus Bencana Banjir

Empat Sungai di Lumajang Meluap, Ribuan Rumah Warga Kebanjiran

Lumajang, 23 Desember 2018 - Hujan dengan intensitas tinggi mengakibatkan


empat sungai di Kecamatan Rowokangkung, Kabupaten Lumajang meluap.
Akibatnya ribuan rumah warga di Desa Sidorejo dan Desa Rowokangkung
terendam banjir.

Gambar 1. Ribuan Rumah Warga Terendam Banjir

Keempat sungai yang merendam dua desa tersebut antara lain Sungai Menjangan
Mati, Sungai Aftur 12, Sungai Aftur 16 dan Sungai Banter. Keempat sungai ini
memang kerap meluap bila musim hujan tiba. Namun menurut Wawan, selain
akibat luapan sungai, banjir juga disebabkan oleh tanggul di Sungai Aftur 12 yang
jebol selebar 2,5 meter usai hujan deras mengguyur sejak hari Sabtu (22/12/2018)
tersebut.

Ketinggian air yang merendam rumah warga pun berkisar antara 50 cm hingga
satu meter. Dari data yang dihimpun BPBD Kabupaten Lumajang, di Desa
12

Rowokangkung terdapat tiga dusun yang terdampak, yaitu Dusun Genitri (248
KK, 758 jiwa), Dusun Banter (271 KK, 823 jiwa) dan Dusun Blimbing (368 KK,
985 jiwa). Sedangkan di Desa Sidorejo, yang terdampak adalah Dusun Wungurejo
(535 KK, 1.613 jiwa) dan Dusun Penggung Kidul (141 KK, 536 jiwa).

Menurut warga, air dengan cepat masuk ke dalam rumah warga. Air pun mulai
menggenangi pemukiman warga yang memang letak rumahnya dapat dibilang
dibawah rata rata tanah disekitarnya. Warga pun mulai berbondong bodong
mengungsi serta menyelamatkan barang barang berharga ke tempat yang lebih
tinggi serta yang tak tergenang oleh banjir tersebut. Sebagian warga kemudian
memilih mengungsi ke rumah kerabat di desa yang berbeda untuk sementara
waktu. Untuk ternak sapi, diungsikan ke tanah lapang belakang kantor desa.

Banjir dari luapan 4 sungai ini juga membuat sumur warga keruh sehingga tidak
layak dikonsumsi. Akibatnya warga kekurangan akses air bersih.
Warga lain juga mengeluhkan kondisi kesehatan mereka yang mulai terganggu
akibat lama beraktivitas di atas genangan. Warga membutuhkan obat-obatan
karena mulai terserang gatal-gatal di bagian kaki.

Pihak BPBD Kabupaten Lumajang juga telah mendirikan Posko Tanggap Siaga
Banjir di sekitar lokasi dan membagikan bantuan kepada para korban yaitu berupa
bantuan makanan berupa nasi bungkus, selimut, makanan bayi, air mineral, dan
Dinas Kesehatan Kab. Lumajang juga sudah membuka posko kesehatan bagi
korban banjir. (Wicaksono, 2018)

3.2 Konsep Manajemen Bencana Banjir pada Tahapan Tanggap Bencana


Saat terjadi bencana banjir, maka hal-hal yang harus dilakukan adalah
berikut ini menurut BNPB (2017):
a. Apabila banjir akan terjadi di wilayah Anda, maka simaklah informasi dari
berbagai media mengenai informasi banjir untuk meningkatkan
kesiapsiagaan.
13

b. Apabila terjadi banjir, segeralah evakuasi ke tempat yang lebih tinggi.


c. Waspada terhadap arus bawah, saluran air, kubangan, dan tempat-tempat lain
yang tergenang air.
d. Ketahui risiko banjir dan banjir bandang di tempat Anda, misalnya banjir
bandang dapat terjadi di tempat Anda dengan atau tanpa peringatan pada saat
hujan biasa atau deras.
e. Apabila Anda harus bersiap untuk evakuasi: amankan rumah Anda. Apabila
masih tersedia waktu, tempatkan perabot di luar rumah atau di tempat yang
aman dari banjir. Barang yang lebih berharga diletakan pada bagian yang
lebih tinggi di dalam rumah.
f. Matikan semua jaringan listrik apabila ada instruksi dari pihak berwenang.
Cabut alat-alat yang masih tersambung dengan listrik. Jangan menyentuh
peralatan yang bermuatan listrik apabila Anda berdiri di atas/dalam air.

Gambar 2. Mengamankan Barang dan Mematikan Jaringan Listrik


g. Jika ada perintah evakuasi dan anda harus meninggalkan rumah: Jangan
berjalan di arus air. Beberapa langkah berjalan di arus air dapat
mengakibatkan Anda jatuh.
h. Apabila Anda harus berjalan di air, berjalanlah pada pijakan yang tidak
bergerak. Gunakan tongkat atau sejenisnya untuk mengecek kepadatan tempat
Anda berpijak.
i. Jangan mengemudikan mobil di wilayah banjir. Apabila air mulai naik,
abaikan mobil dan keluarlah ke tempat yang lebih tinggi. Apabila hal ini tidak
dilakukan, Anda dan mobil dapat tersapu arus banjir dengan cepat.
j. Bersihkan dan siapkan penampungan air untuk berjaga-jaga seandainya
kehabisan air bersih.
14

k. Waspada saluran air atau tempat melintasnya air yang kemungkinan akan
dilalui oleh arus yang deras karena kerap kali banjir bandang tiba tanpa
peringatan.
Selain itu, menurut Bakornas (2007), beberapa kegiatan yang harus
dilakukan pada tahapan tanggap bencana banjir, antara lain:
a. Pendirian POSKO
b. Pengerahan personil (Tim Reaksi Cepat)
1) Mengerahkan kekuatan personil dari berbagai unsur operasi (pemerintah
dan non-pemerintah) terutama untuk penyelamatan dan perlindungan
(SAR) dengan membentuk TRC untuk memberikan pertolongan/
penyelamatan dan inventarisasi kerusakan.
c. Pemenuhan kebutuhan dasar dalam penampungan sementara.
1) Distribusi bantuan (hunian sementara, pangan dan sandang) Pada tahap
awal, bantuan pangan berupa makanan siap-santap.
2) Pendirian dapur umum.
d. Pemberian layanan air bersih, jamban dan sanitasi lainnya.
e. Pemberian layanan kesehatan, perawatan dan rujukan.
f. Pengoperasian peralatan - Mengoperasikan peralatan sesuai kebutuhan di
lapangan, termasuk alat-alat berat.
g. Pengerahan sarana transportasi udara/laut
1) Dilakukan pada situasi/kondisi tertentu yang memerlukan kecepatan untuk
penyelamatan korban bencana dan distribusi bantuan kepada
masyarakat/korban bencana terisolasi.
h. Koordinasi dan Komando
1) Setiap kejadian penting dilaporkan kepada POSKO SATLAK PB/
SATKORLAK PB/BAKORNAS PB. Komando dilakukan oleh
penanggungjawab (Incident Commander). Di tingkat nasional
penanggungjawab adalah Kalakhar BAKORNAS PB, di tingkat Provinsi
adalah Danrem dan di tingkat Kabupaten/Kota adalah Dandim.
2) Penyampaian laporan perkembangan penanganan bencana ke media massa
melalui POSKO SATLAK PB dan SATKORLAK PB.
15

Berdasarkan uraian kasus dan beberapa teori tentang manajemen bencana


banjir pada tahapan tanggap bencana di atas, warga juga telah melakukan
beberapa hal yang harus dilakukan saat terjadi banjir menurut BNPB (2017), yaitu
saat air mulai menggenangi pemukiman warga, warga pun mulai berbondong
bodong mengungsi serta menyelamatkan barang-barang berharga ke tempat yang
lebih tinggi serta yang tak tergenang oleh banjir tersebut. Sebagian warga
kemudian memilih mengungsi ke rumah kerabat di desa yang berbeda untuk
sementara waktu. Untuk ternak sapi, diungsikan ke tanah lapang belakang kantor
desa.

Gambar 3. Warga Berbondong-Bondong Mengungsi


Selain itu, pihak BPBD Kabupaten Lumajang Dinas Kesehatan Kabupaten
Lumajang juga sudah melaksanakan beberapa kegiatan yang harus dilakukan pada
tahapan tanggap bencana banjir menurut Bakornas (2007), yaitu pihak BPBD
Kabupaten Lumajang juga telah mendirikan Posko Tanggap Siaga Banjir di
sekitar lokasi dan membagikan bantuan kepada para korban yaitu berupa bantuan
16

makanan berupa nasi bungkus, selimut, makanan bayi, air mineral, dan Dinas
Kesehatan Kab. Lumajang juga sudah membuka posko kesehatan bagi korban
banjir.
Berdasarkan beberapa hal tersebut di atas, pelaksanaan manajemen
bencana banjir pada tahapan tanggap bencana di Kabupaten Lumajang, sudah
sesuai dengan panduan teori yang ada, meskipun tidak semuanya bisa terlaksana.
Akan tetapi, menurut penulis hal tersebut sudah cukup baik dan pemerintah
Kabupaten Lumajang sangat sigap dalam menangani bencana banjir yang terjadi.
Namun, kedepannya pelaksanaan manajemen bencana banjir pada tahapan
tanggap bencana harus lebih ditingkatkan ke arah yang lebih baik lagi. Sehingga
diharapkan kesejahteraan masyarakat yang terkena dampak dari bencana banjir,
bisa merasa lebih meningkat dan mereka tidak merasa hidupnya penuh dengan
penderitaan.
BAB 4. PENUTUP

4.1 Simpulan
Banjir adalah peristiwa terjadinya genangan (limpahan) air di area tertentu
sebagai akibat meluapnya air sungai/danau/laut yang menimbulkan kerugian baik
materi maupun non-materi terhadap manusia dan lingkungan. Berdasarkan uraian
kasus dan beberapa teori tentang manajemen bencana banjir pada tahapan tanggap
bencana, pelaksanaan manajemen bencana banjir pada tahapan tanggap bencana
di Kabupaten Lumajang, sudah sesuai dengan panduan teori yang ada, meskipun
tidak semuanya bisa terlaksana. Akan tetapi, menurut penulis hal tersebut sudah
cukup baik dan pemerintah Kabupaten Lumajang sangat sigap dalam menangani
bencana banjir yang terjadi. Namun, kedepannya pelaksanaan manajemen
bencana banjir pada tahapan tanggap bencana harus lebih ditingkatkan ke arah
yang lebih baik lagi.

4.2 Saran
Makalah yang kami susun semoga dapat membantu kita untuk lebih
memahami tentang penanggulangan bencana banjir pada tahapan tanggap
bencana. Dan semoga di masa yang akan datang, proses penanggulangan bencana
banjir pada tahapan tanggap bencana dapat semakin berkembang dan bisa lebih
baik lagi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Sehingga, diharapkan
kedepannya dapat mengembangkan dan memajukan proses penanggulangan
bencana banjir yang ada di Kabupaten Lumajang.
Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari bahwa masih terdapat
banyak kesalahan, kekurangan, serta kejanggalan baik dalam penulisan maupun
dalam pengonsepan materi. Untuk itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun agar ke depan lebih baik dan kami berharap kepada semua
pembaca mahasiswa khususnya, untuk lebih ditingkatkan dalam pembuatan
makalah yang akan datang.
18

DAFTAR PUSTAKA

Bakornas, P. (2007). Pedoman Penanggulangan Bencana Banjir. Jakarta: Badan


Koordinasi Nasional Penanganan Bencana.

BNPB. (2017). Buku Saku Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana.


Jakarta: BNPB.

Christian, K. R., Jayanti, S., & Widjasena, B. (2015). Analisis Sistem Tanggap
Darurat Bencana Banjir di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus. Jurnal
Kesehatan Masyarakat (e-Journal) , 465-474.

Depkes, RI. (2007). Penanggulangan Bencana Banjir . Jakarta.

Ramli, Koehatman. (2010). Pedoman Praktis Manajemen Bencana. Jakarta: Dian


Rakyat.
Wicaksono, N. H. (2018, Desember 23). About Us: Empat Sungai di Lumajang
Meluap Ribuan Rumah Warga Kebanjiran. Dipetik Maret 19, 2019, dari
detik.com Web site: https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-
4356314/empat-sungai-di-lumajang-meluap-ribuan-rumah-warga-kebanjiran

Anda mungkin juga menyukai