Anda di halaman 1dari 6

Bencana Alam Banjir di JAKARTA

Samuel Sirait
Samuelsirait20@gmail.com
Politeknik Negeri Sriwijaya

Abstrak

Banjir menjadi salah satu permasalahan di Jakarta yang tak kunjung selesai. Kendati pemerintah telah
menerapkan beragam solusi dalam menyelesaikan masalah banjir. Dalam penelitian ini, metode yang
digunakan adalah menggunakan desain penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kepustakaan
yang bertujuan untuk mengetahui berbagai factor penyebab banjir yang terjadi di Jakarta. Kemudian
hasil dari penelitian yang sudah dilakukan ini adalah bahwa penyebab terjadinya banjir di Jakarta
dikarenakan pembangunan perkotaan, yakni aspek demografi kota yang mengarah kepada pesatnya
pertumbuhan penduduk suatu wilayah perkotaan, aspek tata guna lahan, yang perkembangannya
mengakibatkan kebutuhan lahan untuk dijadikan tempat tinggal di wilayah perkotaan terus mengalami
peningkatan, dan alih fungsi lahan, yang perubahannya terjadi di wilayah perkotaan dari wilayah non-
terbangun menjadi wilayah terbangun yang bertalian dengan perluasan wilayah kota sebagai wujud
fisik dan desakan akibat urbanisasi.
Kata Kunci : Banjir, alih fungsi lahan

Abstract

Flooding is one of the problems ini Jakarta that never ends. Although the government has
implemented various solutions in solving the flood problem. In this research, the method used is a
descriptive research design with a literature study approach that aims to determine the various factors
that cause flooding that occurred in Jakarta. Then the results of the research that has been carried out
are that the cause of flooding in Jakarta is due to urban development, namely the demographic aspects
of the city that lead to rapid population growth in an urban area, aspects of land use, whose
development results in the need for land to be used as residences in urban areas. urban areas continue
to experience an increase, and land conversion, the changes that occur in urban areas from non-built-
up areas to built-up areas are related to the expansion of urban areas as a physical form and pressure
due to urbanization.
Kata Kunci : Flood, land use change
Pendahuluan
Dinamika atau perubahan pada wilayah kota adalah sebuah bentuk respons terhadap
banyaknya kebutuhan dasar manusia, dimana kebutuhan dasar ini bersifat wajib untuk
terpenuhi, seperti kebutuhan social dan ekonomi. Perubahan yang terjadi ini menuntut agar
dilakukannya perubahan terhadap berbagai jenis kegiatan yang ada di masyarakat, seperti
perubahan pada kegiatan agraris yang menggunakan lahan pertanian yang luas dan saat ini
berubah menjadi kegiatan lebih memiliki nilai ekonomis yang tinggi, seperti perdagangan,
jasa dan industry pengolahan. Dalam buku yang ditulis oleh Suprayogi, dkk (2019)
menyatakan bahwa kegiatan pertanian sudah digantikan dengan kegiatan yang lain, seperti
perdagangan, jasa dan industry. Kegiatan yang baru ini yang lebih diharapkan mampu untuk
mengangkat perekonomian pada wilayah tertentu secara lebih tinggi.
Dari masa ke masa, sisi positif dari pertumbuhan suatu perkotaan adalah dapat memperbaiki
perekonomian masyarakat dan pada sisi yang lain pertumbuhan perkotaan ini dapat
mempercepat laju urbanisasi. Menurut Suprayogi, dkk (2019) mengatakan bahwa pesatnya
perkembangan suatu wilayah perkotaan dapat dipengaruhi oleh cepatnya laju urbanisasi.
Kemudian menurut Hidajat, JK., dkk (2013) pertambahan penduduk pada suatu wilayah
perkotaan serta adanya peningkatan tuntutan kebutuhan dalam berbagai aspek kehidupan
yang dapat menyebabkan kegiatan penduduk perkotaan mengalami peningkatan.
Pertumbuhan wilayah perkotaan secara fisik menurut Firman (2003) terutama di wilayah
metropolitan adalah ditandai dengan pertumbuhan fisik kota yang sangat pesat pada bagian
pinggiran kota (Urban Fringe) yang dikenal sebagai proses suburbanisasi. Menurut Rustiadi
(2000) menyatakan bahwa suburbanisasi yang terjadi cenderung menjadikan kawasan
perkotaan secara fisik meluas secara acak atau berpencar (urban sprawl) dan semakin tidak
dapat dikendalikan. Jika perencanaan dan pengendalian serta pemanfaatan ruang tidak
dilakukan secara baik dan optimal, maka nanti permasalahan yang akan dihadapi wilayah
kota tersebut akan semakin kompleks. Hal ini akan menjadikan struktur dan pola tata ruang
wilayah perkotaan pun akhirnya hanya dapat mengakomodasi pertumbuhan penduduk saja
(Suprayogi, dkk, 2019).
Ada begitu banyak sekali persoalan pada sector perkotaan dan permukiman yang semakin
hari semakin kompleks yang dimana hal tersebut disebabkan karena tata kelola ruangnya
perkotaan yang masih lemah, diantaranya adalah aturan yang tidak jelas dan tidak tegas serta
pengawasan yang minim, sehingga banyak masyarakat yang melakukan pelanggaran

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian Deskriptif dengan menggunakan pendekatan
Studi Kepustakaan. Penggunaan desain penelitian deskriptif ini dalam penelitian bertujuan
untuk mengetahui berbagai penyebab banjir yang terjadi di DKI jakarta. Pengumpulan data
adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh sebuah data. Berkaitan
dengan hal tersebut, berdasarkan tipe penelitian dan jenis sumber data yang digunakan, maka
teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan data-data sekunder, baik
dari hasil penelitian orang lain maupun dari website resmi milik pemerintah dan dari media
massa.
Hasil dan Pembahasan

A. Pengertian Banjir di Jakarta

Banjir di Jakarta terjadi di pantai barat laut Jawa, di muara Sungai Ciliwung di Teluk Jakarta,
yang merupakan sebuah inlet dari Laut Jawa dan telah terjadi pada tahun 1918, 1960, 1979,
1996, 2002, 2007, 2013, 2015, 2018, dan 2020.Daerah Khusus Ibu kota Jakarta meliputi
662 km2 wilayah daratan dan 6,977 km2 wilayah lautan.[1]

Jakarta terletak di daratan yang datar, rata-rata 7 meter (23 ft) di atas permukaan laut;[butuh
rujukan]yang mana 40% wilayah Jakarta, terutama daerah utara, berada di bawah permukaan
laut,[2] sedangkan bagian selatan relatif berbukit-bukit.

Kebanyakan Sungai di Jakarta mengalir dari Daerah Jonggol dan Puncak, melewati seluruh
kota ke utara menuju Laut Jawa; Sungai Ciliwung, adalah sungai yang membagi kota ke barat
dan timur. Sungai-sungai lain seperti Pesanggrahan, dan Suntnd.

Faktor lain seperti tersumbat pipa pembuangan dan saluran air yang melayani penduduk
Jakarta, selain deforestasi dekat urbanisasi cepat Bogor dan Depok di Jakarta hinterland.

Jakarta adalah kawasan perkotaan dengan masalah sosial-ekonomi kompleks yang secara
tidak langsung berkontribusi untuk memicu bencana banjir.[3]

Penyebab banjir di jakarta

Berkaca pada banjir Jakarta pada awal 2021, kita dapat melihat bahwa jaringan drainase kota
sudah kewalahan menampung air hujan yang turun hingga menimbulkan genangan di
berbagai lokasi. Namun, secara garis besar, selain drainase ada tiga faktor utama yang kerap
dianggap sebagai penyebab banjir di Jakarta:

Pertama, curah hujan ekstrem. Tren curah hujan ekstrem dengan intensitas tinggi dan durasi
singkat semakin sering terjadi. Curah hujan ekstrem adalah dampak nyata dari krisis iklim.

Kedua, perubahan tutupan lahan. Analisis data tutupan lahan KLHK tahun 2000 dan 2019
menunjukkan peningkatan luas hutan tanaman hingga 117.7% di kawasan hulu sungai yang
mengalir menuju Jakarta, menggantikan dominasi lahan pertanian. Luas permukiman juga
tumbuh pesat hingga 47.4%, menggantikan lahan pertanian dan ruang terbuka hijau di
kawasan tengah dan hilir. Di Jakarta sendiri, luas ruang terbuka hijau hanya 9.8% di tahun
2019. Hal ini meningkatkan peluang meluapnya sungai dan jaringan drainase akibat besarnya
air limpasan permukaan (runoff), belum lagi ancaman sedimentasi di sungai akibat laju erosi
yang besar di kawasan hulu.

Ketiga, penurunan permukaan tanah. Penurunan permukaan tanah Jakarta mencapai rata-rata
12 cm/tahun, dan terjadi dengan lebih ekstrem di bagian pesisir utara Jakarta dengan laju
penurunan hingga 25cm/tahun. Menurut Takagi et al. (2015), hingga tahun 2050
diproyeksikan luasan banjir akibat penurunan tanah bertambah hingga 110.5 km2, setara
dengan 75% luas wilayah Jakarta Utara. Beban bangunan di permukaan dan ekstraksi air
tanah berlebih turut mempercepat laju penurunan tanah. Saat ini masih ada 35% warga
Jakarta yang menggunakan air tanah untuk kebutuhan harian. Akibatnya, tinggi muka air
tanah di Jakarta semakin dangkal dan kapasitas simpan air menjadi lebih rendah.

B. Upaya Penanggulangan Banjir

Berikut ini ada beberapa cara untuk penanggulangan bencana banjir :

1. Membuat fungsi sungai dan selokan dapat bekerja dengan baik. Sungai dan selokan adalah
tempat aliran air sehingga jangan sampai tercemari dengan sampah atau menjadi tempat
pembuangan sampah yang akhirnya menyebabkan sungai dan selokan menjadi tersumbat.

2. Melakukan reboisasi tanaman khususnya jenis tanaman dan pepohonan yang dapat
menyerap air dengan cepat.

3. Memperbanyak dan menyediakan lahan terbuka untuk membuar lahan hijau untuk
penyerapan air.

4. Berhenti membangun perumahan di tepi sungai, karena akan mempersempit sungai dan
sampah rumah juga akan masuk sungai.

5. Berhenti membangun gedung-gedung tinggi dan besar, karena akan menyebabkan bumi ini
akan semakin sulit menahan bebanya dan membuat permukaan tanah turun.

6. Hindari penebangan pohon-pohon di hutan secara liar dan juga di bantaran sungai, karena
pohon berperan penting untuk pencegahan banjir. Sebenarnya menebang pohon tidak
dilarang bila kita akan menanam kembali pohon tersebut dan tidak membiarkan hutan
menjadi gundul.
C. Cara Mengurangi Resiko Terjadinya Banjir

Terdapat beberapa upaya yang bisa kita lakukan bersama-sama untuk mencegah banjir, baik
di lingkungan rumah maupun di lingkungan tempat tinggal. Berikut cara mencegah banjir.

1. Jangan membuang sampah ke sungai dan selokan

Penting untuk menjaga sungai dan selokan tetap bersih agar mampu menampung debit air
tinggi ketika musim hujan. Sayangnya, ada yang suka membuang sampah sembarangan ke
sungai atau selokan. Ini akan membuat sungai dan selokan tersumbat dan berkurang
kapasitasnya untuk menampung air.

2. Hindari membuat bangunan di pinggir sungai

Saat ini semakin banyak yang membangun di pinggir sungai, padahal itu bisa menyebabkan
banjir. Pembangunan rumah atau bangunan di pinggir sungai akan mempersempit sungai.
Selain itu, sampah rumah tangga berpotensi masuk ke dalam sungai.

3. Tebang pilih dan reboisasi

Setelah menebang pohon, sebaiknya ditanam lagi pohon yang baru. Utamakan menanam
pohon berakar besar yang bisa menyerap air dengan cepat.

4. Memperbanyak lahan terbuka hijau

Perkotaan jauh dari hutan. Lahan terbuka hijau di perkotaan bisa menggantikan hutan dan
menambah daerah resapan di perkotaan agar terhindar dari banjir. Area ini bisa ditanami
berbagai pohon yang baik untuk menyerap air.

5. Menjaga dan membersihkan saluran air secara rutin

Perawatan saluran air dan membersihkannya secara rutin bisa mencegah banjir. Hal ini bisa
dilakukan secara bergotong royong oleh warga di sekitar saluran air tersebut. Hal ini
bertujuan untuk memastikan bahwa saluran air siap menampung jika curah hujan meninggi
sehingga tidak terjadi banjir.
Simpulan
Banjir bandang adalah banjir besar yang datang secara tiba-tiba dengan meluap,
menggenangi, dan mengalir deras menghanyutkan benda-benda besar (seperti kayu dan
sebagainya). Banjirini terjadi secara tiba-tiba di daerah permukaan rendah akibat hujan yang
turun terus-menerus. Banjir bandang terjadi saat penjenuhan air terhadap tanah di wilayah
tersebut berlangsung dengan sangat cepat hingga tidak dapat diserap lagi. Air yang tergenang
lalu berkumpul di daerah-daerah dengan permukaan rendah dan mengalir dengan cepat ke
daerah yang lebih rendah. Akibatnya, segala macam benda yang dilewatinya dikelilingi air
dengan tiba-tiba. Banjir bandang dapat mengakibatkan kerugian yang besar.

Daftar Pustaka
Wikipedia. (29 November 2022). Banjir di Jakarta 2022.

https://id.wikipedia.org/wiki/Banjir_di_Jakarta

 Retno Wihanesta, Dede Sulaeman, Adi Pradana dan Yudhistira S. Pribadi (WRI, main


author) - 03 Agustus 2021

https://wri-indonesia.org/id/blog/mengapa-jakarta-sering-mengalami-banjir-dan-bagaimana-
adaptasi-nature-based-solutions-nbs-dapat

BPBD Kota Bogor. 22 November 2016. Cara menangulangi bencana Banjir.

https://bpbd.kotabogor.go.id/edukasi/detail/9

Nadia Faradiba. Kompas.com. 09 November 2021

https://www.kompas.com/sains/read/2021/11/09/120000623/cara-mencegah-banjir

Anda mungkin juga menyukai