MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Keperawatan Gawat Darurat
yang dibina oleh Ibu Arista Maisyaroh, S. Kep. Ners., M. Kep.
oleh :
Kelompok 5A
1. Fera Dwi Irawati (16/162303101046)
2. Maretha Ivanda Putri (25/162303101071)
3. Melisa Dia Pitaloka (27/162303101073)
4. Muntiyatul Choiro Safitri (28/162303101081)
Tingkat 3A
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih lagi Maha
penyayang, dipanjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga makalah tentang
“Asuhan Keperawatan pada Pasien Gawat Darurat Gangguan Trauma/ Cedera
Kepala” ini dapat diselesaikan.
Makalah ini telah disusun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu disampaikan banyak terima kasih kepada Ibu Arista Maisyaroh, S.
Kep. Ners., M. Kep. selaku dosen matakuliah Keperawatan Gawat Darurat D3
Keperawatan Universitas Jember Kampus Lumajang yang telah memberi tugas
mengenai “Asuhan Keperawatan pada Pasien Gawat Darurat Gangguan Trauma/
Cedera Kepala” dan kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, tentu masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu diharapkan saran dan
kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata diharapkan semoga makalah tentang “Asuhan Keperawatan
pada Pasien Gawat Darurat Gangguan Trauma/ Cedera Kepala” ini, dapat
memberikan manfaat terhadap pembaca, mahasiswa khususnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................4
1.1 Latar Belakang........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................5
1.3 Tujuan.......................................................................................................5
1.3.1 Tujuan Umum....................................................................................5
1.3.2 Tujuan Khusus...................................................................................5
1.4 Manfaat....................................................................................................6
1.4.1 Manfaat Teoritis.................................................................................6
1.4.2 Manfaat Praktis..................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................30
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
4
5
atau kecelakaan. Sedangkan akibat dari terjadinya cedera kepala yang paling fatal
adalah kematian (Nasir, 2012).
Akibat trauma kepala pasien dan keluarga mengalami perubahan fisik
maupun psikologis, asuhan keperawatan pada penderita cedera kepala memegang
peranan penting terutama dalam pencegahan komplikasi. Komplikasi dari cedera
kepala adalah infeksi, perdarahan. Cedera kepala berperan pada hampir separuh
dari seluruh kematian akibat trauma-trauma. Cedera kepala merupakan keadaan
yang serius. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman dan pengelolaan yang lebih
baik terutama tentang penanganan (A, B, C, D, E), pencegahan cedera kepala
terutama cedera kepala berat merujuk pada petugas kesehatan untuk secepat
mungkin melakukan penanganan yang cepat, tepat dan benar. Diharapkan dengan
penanganan yang cepat dan benar dapat menekan morbiditas dan mortilitas
penanganan yang tidak optimal dan terlambatnya rujukan dapat menyebabkan
keadaan penderita semakin memburuk dan berkurangnya pemilihan fungsi
(Tarwoto, 2007). Dalam makalah ini, kami akan membahas lebih lanjut tentang
Asuhan Keperawatan pada Pasien Gawat Darurat Gangguan Trauma/ Cedera
Kepala.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menganalisis masalah tentang Asuhan Keperawatan pada Pasien
Gawat Darurat Gangguan Trauma/ Cedera Kepala dalam konteks ilmu
Keperawatan Gawat Darurat.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi dari Gangguan Trauma/ Cedera Kepala.
b. Mengetahui etiologi Gangguan Trauma/ Cedera Kepala.
c. Mengetahui patofisiologi Gangguan Trauma/ Cedera Kepala.
6
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
a. Untuk pengembangan keilmuan di bidang pembelajaran Keperawatan
Gawat Darurat.
b. Untuk menambah pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan pada Pasien
Gawat Darurat Gangguan Trauma/ Cedera Kepala dalam konteks ilmu
Keperawatan Gawat Darurat.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Manfaat Bagi Penulis
Manfaat yang dapat dirasakan langsung oleh penulis dapat berupa
pengalaman berharga dalam menyusun karya tulis ilmiah tentang
Gangguan Trauma/ Cedera ini, serta penulis juga bisa memperoleh
informasi secara langsung dari berbagai macam sumber ilmiah tentang
definisi, etiologi, patofisiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, pemeriksaan
diagnostik/ penunjang, penatalaksanaan, komplikasi, dan konsep Asuhan
Keperawatan pada Pasien Gawat Darurat Gangguan Trauma/ Cedera
Kepala. Dengan demikian penulis akan lebih mengetahui bahwa Gangguan
Trauma/ Cedera merupakan hal yang sangat perlu diwaspadai karena dapat
menyebabkan kematian.
b. Manfaat Bagi Pembaca
Manfaat yang diperoleh pembaca dapat berupa informasi tentang definisi,
etiologi, patofisiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, pemeriksaan
diagnostik/ penunjang, penatalaksanaan, komplikasi, dan konsep Asuhan
7
2.1.2 Etiologi
a. Kecelakaan Lalu Lintas
Kecelakaan lalu lintas adalah dimana sebuah kenderan bermotor bertabrakan
dengan kenderaan yang lain atau benda lain sehingga menyebabkan kerusakan
atau kecederaan kepada pengguna jalan raya .
b. Jatuh
Menurut KBBI, jatuh didefinisikan sebagai (terlepas) turun atau meluncur ke
bawah dengan cepat karena gravitasi bumi, baik ketika masih di gerakan turun
maupun sesudah sampai ke tanah.
c. Kekerasan
Menurut KBBI, kekerasan didefinisikan sebagai suatu perihal atau perbuatan
seseorang atau kelompok yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain,
atau menyebabkan kerusakan fisik pada barang atau orang lain (secara
paksaan). (Marlina, 2013)
8
9
Selain itu penyebab lain terjadinya trauma kepala menurut Smeltzer (2002),
antara lain :
a. Trauma tajam
Kerusakan terjadi hanya terbatas pada daerah dimana merobek otak, misalnya
tertembak peluru atau benda tajam
b. Trauma tumpul
Kerusakan menyebar karena kekuatan benturan, biasanya lebih berat sifatnya
c. Cedera akselerasi
Peristiwa gonjatan yang hebat pada kepala baik disebabkan oleh pukulan
maupun bukan dari pukulan
d. Kontak benturan (Gonjatan langsung)
Terjadi benturan atau tertabrak sesuatu objek
e. Kecelakaan lalu lintas
f. Jatuh
g. Kecelakaan industri
h. Serangan yang disebabkan karena olahraga
i. Perkelahian
2.1.3 Patofisiologi
Pada cedera kepala, kerusakan otak dapat terjadi dalam dua tahap yaitu
cedera primer dan cedera sekunder. Cedera primer merupakan cedera pada kepala
sebagai akibat langsung dari suatu ruda paksa, dapat disebabkan oleh benturan
langsung kepala dengan suatu benda keras maupun oleh proses akselerasi-
deselerasi gerakan kepala (Gennarelli, 1996 dalam Israr dkk, 2009). Pada trauma
kapitis, dapat timbul suatu lesi yang bisa berupa perdarahan pada permukaan otak
yang berbentuk titik-titik besar dan kecil, tanpa kerusakan pada duramater, dan
dinamakan lesi kontusio. Akselerasi-deselerasi terjadi karena kepala bergerak dan
berhenti secara mendadak dan kasar saat terjadi trauma. Perbedaan densitas antara
tulang tengkorak (substansi solid) dan otak (substansi semi solid) menyebabkan
tengkorak bergerak lebih cepat dari muatan intra kranialnya. Bergeraknya isi
dalam tengkorak memaksa otak membentur permukaan dalam tengkorak pada
10
tempat yang berlawanan dari benturan (countrecoup) (Hickey, 2003 dalam Israr
dkk, 2009).
Kerusakan sekunder terhadap otak disebabkan oleh siklus pembengkakan
dan iskemia otak yang menyebabkan timbulnya efek kaskade, yang efeknya
merusak otak. Cedera sekunder terjadi dari beberapa menit hingga beberapa jam
setelah cedera awal. Setiap kali jaringan saraf mengalami cedera, jaringan ini
berespon dalam pola tertentu yang dapat diperkirakan, menyebabkan berubahnya
kompartemen intrasel dan ekstrasel. Beberapa perubahan ini adalah dilepaskannya
glutamin secara berlebihan, kelainan aliran kalsium, produksi laktat, dan
perubahan pompa natrium pada dinding sel yang berperan dalam terjadinya
kerusakan tambahan dan pembengkakan jaringan otak. Neuron atau selsel
fungsional dalam otak, bergantung dari menit ke menit pada suplai nutrien yang
konstan dalam bentuk glukosa dan oksigen, dan sangat rentan terhadap cedera
metabolik bila suplai terhenti. Cedera mengakibatkan hilangnya kemampuan
sirkulasi otak untuk mengatur volume darah sirkulasi yang tersedia, menyebabkan
iskemia pada beberapa daerah tertentu dalam otak (Lombardo, 2003).
2.1.4 Klasifikasi
Cedera kepala dibagi menjadi:
a. Cedera Kepala terbuka
Luka kepala terbuka akibat cedera kepala dengan pencahnya tengkorak atau
luka penetrasi. Besarnya cedera kepala pada tipe ini ditentukan oleh velositas,
masa dan bentuk dari benturan. Kerusakan otak juga dapat terjadi jika tulang
tengkorak menusuk dan masuk ke dalam jaringan otak dan melukai durameter
saraf otak, jaringan sel otak akibat benda tajam/ tembakan. Cedera kepala
terbuka memungkinkan kuman pathogen memiliki abses langsung ke otak
b. Cedera Kepala Tertutup
Benturan cranium pada jaringan otak didalam tengkorak ialah goncangan
yang mendadak. Dampaknya mirip dengan sesuatu yang bergerak cepat,
kemudian serentak berhenti dan bila ada cairan dalam otak cairan akan
tumpah. Cedera kepala tertutup meliputi: komusio (gegar otak), kontusio
(memar), dan laserasi (Brunner & Suddarth, 2001; Long, 1990)
11
2.1.7 Penatalaksanaan
15
teoretis lebih superior daripada natrium bikarbonat dan dalam hal ini dapat
mengurangi tekanan intracranial. Disamping untuk mengatasi tekanan intracranial
yang meninggi, barbiturate mempunyai efek protektif terhadap otak untuk
proteksi terhadap anoksia dan ischemia. Dosis terapi barbiturate yang biasa
diterapkan adalah : diawali dengan 10 mg/kg BB dalam 30 menit dan kemudian
dilanjutkan dengan bolus 5 mg/kg BB setiap 3 jam serta drip 1 mg/kg BB/jam
untuk mencapai kadar serum 3 – 4 mg%.
Ada beberapa obat – obat yang tampaknya merupakan harapan yang
menggembirakan untuk terapi cedera kepala seperti : oksigen hiperbarik dan free
radical scavangers, namun penerapannya secara luas masih dalam penelitian
(Satyanegara, 2010).
2.1.8 Komplikasi
a. Koma.
Penderita tidak sadar dan tidak memberikan respon disebut coma. Pada situasi
ini, secara khas berlangsung hanya beberapa hari atau minggu, setelah masa
ini penderita akan terbangun, sedangkan beberapa kasus lainya memasuki
vegetative state atau mati penderita pada masa vegetative statesering
membuka matanya dan mengerakkannya, menjerit atau menjukan respon
reflek. Walaupun demikian penderita masih tidak sadar dan tidak menyadari
lingkungan sekitarnya. Penderita pada masa vegetative state lebih dari satu
tahun jarang sembuh
b. Seizure.
Pederita yang mengalami cedera kepala akan mengalami sekurang-kurangnya
sekali seizure pada masa minggu pertama setelah cedera. Meskipun demikian,
keadaan ini berkembang menjadi epilepsi
c. Infeksi.
Faktur tengkorak atau luka terbuka dapat merobekan membran (meningen)
sehingga kuman dapat masuk. Infeksi meningen ini biasanya berbahaya
karena keadaan ini memiliki potensial untuk menyebar ke sistem saraf yang
lain
d. Kerusakan saraf.
20
f) Kekuatan otot
5) Exposure
a) Ada tidaknya deformitas, contusio, abrasi, penetrasi, laserasi, edema
b) Jika terdapat luka, kaji luas luka, warna dasar luka, kedalaman
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : Lemah, gelisah, cenderung untuk tidur
2) TTV : Suhu, nadi, tensi, RR, GCS
3) Penanganan kasus – kasus cedera kepala di unit gawat darurat didasarkan
patokan pemantauan dan penanganan terhadap penderita secara umum yaitu
perhatian urutan prioritas terhadap “6B” yakni:
a) Breathing ( Jalan Napas dan Pernapasan)
Perlu diperhatikan adanya obstruksi jalan napas perlu segera dibebaskan
dengan tindakan – tindakan : suction, intubasi, trakheostomi. Oksigenasi yang
cukup atau hiperventilasi bila perlu merupakan tindakan yang berperan
penting sehubungan dengan edema serebri yang terjadi.Sangat penting
diperhatikan mengenai frekuensi dan jenis pernapasan penderita.
b) Blood (Sirkulasi Darah)
Mencakup pengukuran tekanan darah dan pemeriksaan laboratorium darah
(Hb, Leukosit). Peningkatan tekanan darah dan denyut nadi yang menurun
menirikan adanya suatu peninggian tekanan intracranial sebaliknya tekanan
darah yang menurun dan makin cepatnya denyut nadi menandakan adanya
syok hipovolemik akibat perdarahan ( yang kebanyakan bukan dari kepala /
otak) dan memerlukan tindakan transfusi.
c) Brain (Otak)
Langkah awal penilaian keadaan otak ditekankan terhadap respon – respon
mata, fungsi motoric, dan fungsi verbal (GCS). Perubahan respon ini
merupakan implikasi adanya perbaikan/perburukan cedera kepalanya, dan bila
pada pemantauan menunjukkan adanya perburukan kiranya perlu pemeriksaan
lebih mendalam mengenai keadaan pupil (ukuran, bentuk, dan reaksi terhadap
cahaya) serta gerakan–gerakan bola mata (reflek okulosefalik,
okulovestibuler, deviasi konjugat, nistagmus).
d) Bladder (Kandung Kencing)
23
3.1 Simpulan
Trauma atau cedera kepala juga dikenal sebagai cedera otak adalah
gangguan fungsi normal otak karena trauma baik trauma tumpul maupun trauma
tajam. Berdasarkan tingkat keparahan, biasanya Cedera Kepala berdasarkan
tingkat keparahannya didasari atas GCS. Dengan Glasgow Coma Scale (GCS),
cedera kepala dapat diklasifikasikan menjadi cedera kepala ringan, cedera kepala
sedang, dan cedera kepala berat.
Asuhan keperawatan pada pasien gawat darurat gangguan trauma/ cedera
kepala meliputi tahap pengkajian (pengkajian ABCDE, B1-B6), diagnosis,
intervensi, implementasi, dan evaluasi keperawatan. Diagnosis keperawatan yang
muncul pada pasien gawat darurat gangguan trauma/ cedera kepala antara lain
yaitu perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema serebral dan
peningkatan tekanan intrakranial, gangguan pola nafas berhubungan dengan
obstruksi trakeobronkial, neurovaskuler, kerusakan medula oblongata
neuromaskuler, dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan pengeluaran urine dan elektrolit meningkat
3.2 Saran
Makalah yang kami susun semoga dapat membantu kita untuk lebih
memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien gawat darurat gangguan
trauma/ cedera kepala. Dan sebagai mahasiswa keperawatan yang kedepannya
akan melakukan pelayanan keperawatan, maka kita harus lebih memahami
tentang asuhan keperawatan pada pasien gawat darurat gangguan trauma/ cedera
kepala. Sehingga diharapkan kedepannya kita bisa memberikan pelayanan
keperawatan pada klien dengan gangguan trauma/ cedera kepala dengan lebih
baik dan lebih bermutu atau berkualitas.
Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari bahwa masih terdapat
banyak kesalahan, kekurangan, serta kejanggalan baik dalam penulisan maupun
28
29
dalam pengonsepan materi. Untuk itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun agar ke depan lebih baik dan kami berharap kepada semua
pembaca mahasiswa khususnya, untuk lebih ditingkatkan dalam pembuatan
makalah yang akan datang.
30
DAFTAR PUSTAKA
Marlina, N.P., 2013. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat pada Pasien dengan
Cedera Kepala Berat. Laporan Pendahuluan, Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana.
Nasir, M. 2012. Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Cedera Kepala Sedang
di Instalasi Gawat Darurat RSUD Sragen. Karya Tulis Ilmiah, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Satyanegara. 2010. Ilmu Bedah Saraf. 4th ed. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Smeltzer, S.C dan Bare, B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Jilid Satu. Edisi Kedelapan. Jakarta : EGC
Wardani, A.K. 2017. Analisis Asuhan Keperawatan pada Pasien Cedera Kepala
Berat dengan Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan
Napas di Instalasi Gawat Darurat RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto. Karya Ilmiah Akhir Ners, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah.