Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II


“TRAUMA KEPALA”

Dosen Pengampu : Mawar Eka Putri,S.Kep,Ns,M.Kep


Nama Kelompok 1 : 1. Dayang Azura
2. Eriska Purwasih
3. Fitriyana
4. Jelina Jini
5. Muhammad Arif Yusuf A.
6. Tiara Agustin

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


TANJUNGPINANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah II sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Terima kasih kami sampaikan kepada dosen mata kuliah Keperawatan


Medikal Bedah II yang telah memberikan kesempatan bagi kami untuk mengerjakan
tugas makalah ini, sehingga kami menjadi lebih mengerti dan memahami tentang
materi “Trauma Kepala”. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebesar
besarnya kepada seluruh pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung
telah membantu dalam upaya penyelesaian makalah ini baik yang mendukung secara
moril dan materil.

Kami menyadari bahwa masih banyak kesalahan, kekurangan dan


kekhilafandalam makalah ini. Untuk itu saran dan kritik tetap kami harapkan demi
perbaikan makalah ini ke depan. Akhir kata kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Terima kasih.

Tanjungpinang, 21 Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi ................................................................................................................ 3
2.2 Epidemologi ........................................................................................................ 3
2.3 Klasifikasi ........................................................................................................... 3
2.4 Etiologi ................................................................................................................ 4
2.5 Patofisiologi ........................................................................................................ 5
2.6 Pathway ............................................................................................................... 6
2.7 Manifestasi klinik ................................................................................................ 7
2.8 Komplikasi .......................................................................................................... 8
2.9 Pemeriksaan Diagnostik ...................................................................................... 8
2.10 Penatalaksanaan ................................................................................................ 9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian ........................................................................................................... 11
3.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................................................ 13
3.3 Intervensi Keperawatan ....................................................................................... 13
3.4 Implementasi Keperawatan ................................................................................. 14
3.5 Evaluasi Keperawatan ......................................................................................... 14
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 15
4.2 Saran .................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Trauma kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama
pada usia reproduktif, sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas. Cedera
kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa
disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya
kontinuitas otak. (Muttaqin, 2013), Trauma kepala biasanya diakibatkan salah
satunya benturan atau kecelakaan. Sedangkan, akibat dari terjadinya trauma kepala
yang paling fatal adalah kematian. Akibat trauma kepala pasien dan keluarga
mengalami perubahan fisik maupun psikologis, asuhan keperawatan pada
penderita cedera kepala memegang peranan penting terutama dalam pencegahan
komplikasi. Komplikasi dari Trauma kepala adalah infeksi, perdarahan. Cedera
kepala berperan pada hampir separuh dari seluruh kematian akibat trauma-trauma.
Trauma kepala merupakan keadaan yang serius. Oleh karena itu, diharapkan
dengan penanganan yang cepat dan akurat dapat menekan morbiditas dan
mortilitas penanganan yang tidak optimal dan terlambatnya rujukan dapat
menyebabkan keadaan penderita semakin memburuk dan berkurangnya pemilihan
fungsi (Tarwoto, 2013).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sekitar 16.000 orang meninggal
di seluruh dunia setiap hari yang diakibatkan oleh semua jenis cedera. Trauma
mewakili sekitar 12% dari beban keseluruhan penyakit, sehingga cidera penyebab
penting ketiga kematian secara keseluruhan. Sepuluh penyebab kematian utama di
dunia salah satunya karena kecelakaan jalan raya dan diperkirakan akan menjadi
tiga penyebab utama kecacatan seumur hidup. Kecelakaan jalan raya merupakan
masalah kesehatan yang sangat besar diberbagai belahan dunia yaitu sekitar 45%
berasal dari pasien trauma yang rawat inap di rumah sakit disebabkan karena
kecelakaan sepeda motor (Artikova, 2012).

1.2 RUMUSAN MASALAH


a) Apa definisi dari trauma kepala?
b) Bagaimana epidiomologi pada trauma kepala ?
c) Apa saja etiologi dari trauma kepala?
d) Bagaimana patofisiologi dari trauma kepala?
e) Apa saja klasifikasi dari trauma kepala?
f) Apa saja manifestasi klinis pada pasien trauma kepala?
g) Komplikasi apa yg dapat terjadi akibat trauma kepala?
h) Pemeriksaan pununjang apa yang dilakukan pada pasien trauma kepala?
i) Penatalaksanaan apa yang dilakukan pada pasien trauma kepala?
j) Asuhan keperawatan pada Trauma kepala?

1.3. TUJUAN
a. Tujuan umum
Mengetahui konsep teori, masalah keperawatan dan asuhan keperawatan
pasien dengan trauma kepala.
b. Tujuan khusus
a) Mengetahui pengertian trauma kepala

1
b) Mengetahui etiologi, patofisiologi, klasifikasi, manifestasi klinis,
komplikasi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan dan web of
caution pada pasien dengan trauma kepala
c) Mengetahui masalah keperawatan dan asuhan keperawatan pasien
dengan trauma kepala

2
BAB II
TINJAUAN PUSATAKA

2.1 DEFINISI
Cedera kepala atau trauma kepala yaitu adanya deformasi berupa
penyimpangan bentuk atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan
dan perlambatan (accelerasi, decelerasi) yang merupakan perubahan bentuk
dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan faktor dan penurunan
kecepatan, serta notasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak
sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan (Musliha, 2012)
Cidera kepala merupakan trauma mekanik terhadap kepala baik secara
langsung ataupun tidak langsung yang menyebabkan gangguan fungsi neurologis,
yaitu gangguan fisik, kognitif, fungsi psikososial baik bersifat temporer maupun
permanen (Perdosi, 2012).
Cidera kepala adalah serangkaian kejadian patofisiologis yang terjadi setelah
trauma kepala, yang dapat melibatkan kulit kepala , tulang dan jaringan otak atau
kombinasinya. Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan
kecacatan utama pada lelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat
kecelakaan lalu lintas (Masjoer, 2015).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa trauma kepala atau cidera kepala adalah
masalah pada struktur kepala akibat mengalami benturan yang berpotensi
menimbulkan gangguan pada fungsi otak. Masalah ini dapat berupa luka ringan,
memar dikulit kepala, bengkak, perdarahan, patah tulang tengkorak atau gegar
otak.

2.2 EPIDEMOLOGI
Cedera kepala merupakan penyebab utama kematian dan morbiditas. Cedera
kepala ini mendekati sepertiga penyebab kematian pada pasien dengan multi
trauma. Di indonesia penyebab cedera kepala adalah pengguna kendaraan
bermototr roda dua tertama bagi yang tidak menggunakan helm. Hal ini juga
menjadi tantangan sulit dikarenakan diantara mereka datang dari golongan
ekonomi menengah kebawah sehingga secara sosio ekonomi cukup sulit untuk
memperoleh pelayanan kesehatan. Dengan alasan itulah angka kematian cedera
kepala mencapai 39% pertahun dan kemungkinan cenderung meningkat seiring
dengan meningkatnya pengguna kendaraan bermotor roda dua di Indonesia.
Data yang ada menunjukkan kematian akibat cedera kepala mencapai 20 per
100.000 penduduk di Amerika Serikat (Aarabi, Mehta et al. 2014). Data di RS
Hasan Sadikin Bandung menunjukkan kejadian Sub dural Hematom sebanyak 5-
25% diantara kejadian cedera kepala berat dengan tingkat kematian sekitar 36-79%
(Arifin, Sidabutar et al. 2013). (Dr. M.Z. Arifin,Sp.Bs (K), 2013).

2.3 KLASIFIKASI
Menurut (Iyan, 2013) Berat ringannya cedera kepala bukan didasarkan berat
ringannya gejala yang muncul setelah cedera kepala. Ada beberapa klasifikasi
yang dipakai dalam menentukan derajat cedera kepala. Cedera kepala
diklasifikasikan dalam berbagai aspek, secara praktis dikenal tiga deskripsi
klasifikasi berdasarkan jenis cedera kepala, beratnya cedera dan patologis cedera :
1. Menurut jenis cedera

3
a. Cedera kepala terbuka dapat menyebabkan fraktur tulang tengkorak
dan laserasi duameter. Trauma yang menembus tengkorak dan
jaringan otak
b. Cedera kepala tertutup : dapat disamakan pada pasien dengan geger
otak ringan dengan cedera serebral yang luas.
2. Menurut berat ringannya berdasarkan GCS
a. Cedera kepala ringan
 GCS 13-15
 Dapat terjadi kehilangan kesadaran, amnesia, tetapi kurang dari 30
menit
 Tidak ada fraktur tengkorak
 Tidak ada kontusia serebral, hematoma
b. Cedera kepala sedang
 GCS 9 – 12
 Kehilangan kesadaran dan asam anamnesa lebih dari 30 m tetapi
kurang dari 24 jam
 Dapat mengalami fraktur tengkorak
 Diikuti contusia serebral, laserasi dan hematoma intrakranial
c. Cedera kepala berat
 GCS 3 – 8
 Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam
 Juga meliputi kontusia serebral, laserasi atau hematoma intra
kranial.
3. Menurut patologis :
a. Cedera kepala primer adalah kerusakan yang terjadi pada masa akut,
yaitu terjadi segera saat benturan terjadi. Kerusakan primer ini dapat
bersifat (fokal) local maupun difus.
- Kerusakan fokal yaitu kerusakan jaringan yang terjadi pada
bagian tertentu saja dari kepala, sedangkan bagian relatif tidak
terganggu.
- Kerusakan difus yaitu kerusakan yang sifatnya berupa disfungsi
menyeluruh dari otak dan umumnya bersifat makroskopis.
b. Cedera kepala sekunder adalah kelainan atau kerusakan yang terjadi
setelah terjadinya trauma/benturan dan merupakan akibat dari peristiwa
yang terjadi pada kerusakan primer.

2.4 ETIOLOGI
Brain Injury Association of America memperkirakan setiap 21 detik terdapat
orang yang mengalami cedera kepala (Morton, Dorrie, Carolyn, & Barbara, 2016).
Penyebab utama dari trauma kepala yang serius adalah kecelakaan lalu lintas (60%
kematian yang disebabkan kecelakaan lalu lintas merupakan akibat cedera kepala).
Namun ada penyebab lain dari trauma kepala, antara lain: (Hernanta, 2013).
 Kecelakaan industri
 Kecelakaan olahraga
 Kecelakaan karena terkena tembakan dan bom
 Kecelakaan karena kejatuhan benda tumpul
Menurut NANDA NIC-NOC (2013), etiologi dari cedera kepala adalah :
a. Cedera Akselerasi

4
Terjadi jika obejek bergerak menghantam kepala yang tidak bergerak
(misalnya : alat pemukul menghantam kepala atau peluru yang ditembakkan
ke kepala)

b. Cedera Deselerasi
Terjadi jika kepala yang bergerak membentur obyek diam, seperti pada kasus
jatuh atau tabrakan mobil ketika kepala membentur kaca depan mobil.
c. Cedera Akselerasi-Deselerasi
Sering terjadi dalam kasus kecelakaan kendaraan bermotor dan episode
kekerasan fisik.
d. Cedera Coup-countre Coup
Terjadi jika kepala terbentur yang menyebabkan otak bergerak dan ruang
kranial dan dengan kuat mengenai area tulang tengkorak yang berlawanan
serta area kepala yang pertama kali terbentur. Sebagai contoh pasien dipukul
di bagian belakang kepala.
e. Cedera Rotasional
Terjadi jika pukulan/benturan menyebabkan otak berputar dalam rongga
tengkorak, yang mengakibatkan peregangan atau robeknya neuron dalam
substansia alba serta robeknya pembuluh darah yang memfiksasi otak dengan
bagian dalam rongga tengkorak.

2.5 PATOFISIOLOGI
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat
terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui
proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran
darah ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian
pula dengan kebutuhan oksigen sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh
kurang dari 20 mg %, karena akan menimbulkan koma,. Kebutuhan glukosa
sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukos tubuh, sehingga bila kadar glukosa
plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi cerebral.

Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan


oksigen melalui proses metabolik anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi
pembuluh darah. Pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi
penimbunan asam laktat akibat metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan
asidosis metabolik.

Dalam keadaan normal cerebral blood flow (CBF) adalah 50 60 ml/menit/ 100
gr. Jaringan otak, yang merupakan 15 % dari cardiac output. Trauma kepala
menyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktivitas atypical myocardial,
perubahan tekanan vaskular dan udem paru. Perubahan otonom pada fungsi
ventrikel adalah perubahan gelombang T dan P dan disritmia, fibrilasi atrium dan
ventrikel, takikardia. Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan
vaskuler, dimana penurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah
arteriol akan berkontraksi. Pengaruh persarafan simpatik dan parasimpatik pada
pembuluh darah arteri dan arteriol otak tidak begitu besar.

5
2.6 Pathway

Sumber : NANDA NIC NOC

6
2.7 MANIFESTASI KLINIS
Menurut Wong, orang yang mengalami cedera kepala akut memiliki beberapa
tanda dan gejala, antara lain:
a. Berdasarkan anatomis
1) Gegar otak (comutio selebri)
a) Disfungsi neurologis sementara dapat pulih dengan atau tanpa
kehilangan kesadaran
b) Pingsan kurang dari 10 menit atau mungkin hanya beberapa detik/menit
c) Sakit kepala, tidak mampu konsentrasi, vertigo, mungkin muntah
d) Kadang amnesia retrogard
2) Edema Cerebri
a) Pingsan lebih dari 10 menit
b) Tidak ada kerusakan jaringan otak
c) Nyeri kepala, vertigo, muntah
3) Memar Otak (kontusio Cerebri)
a) Pecahnya pembuluh darah kapiler, tanda dan gejalanya bervariasi
tergantung lokasi dan derajad
b) Ptechie dan rusaknya jaringan saraf disertai perdarahan
c) Peningkatan tekanan intracranial (TIK)
d) Penekanan batang otak
e) Penurunan kesadaran
f) Edema jaringan otak
g) Defisit neurologis
h) Herniasi
4) Laserasi
a) Hematoma Epidural
Talk dan die” tanda klasik: penurunan kesadaran ringan saat benturan,
merupakan periode lucid (pikiran jernih), beberapa menit s.d beberapa
jam, menyebabkan penurunan kesadaran dan defisit neurologis (tanda
hernia):
 kacau mental → koma
 gerakan bertujuan → tubuh dekortikasi atau deseverbrasi
 pupil isokhor → anisokhor
b) Hematoma subdural
 Akumulasi darah di bawah lapisan duramater diatas arachnoid,
biasanya karena aselerasi, deselerasi, pada lansia, alkoholik.
 Perdarahan besar menimbulkan gejala-gejala seperti perdarahan
epidural
 Defisit neurologis dapat timbul berminggu-minggu sampai dengan
berbulan-bulan
 Gejala biasanya 24-48 jam post trauma (akut)
 perluasan massa lesi
 peningkatan TIK
 sakit kepala, lethargi, kacau mental, kejang
 disfasia
c) Perdarahan Subarachnoid
 Nyeri kepala hebat
 Kaku kuduk

7
b. Berdasarkan nilai GCS (Glasgow Coma Scale)
1) Cidera kepala Ringan (CKR)
a) GCS 13-15
b) Kehilangan kesadaran/amnesia <30 menit
c) Tidak ada fraktur tengkorak
d) Tidak ada kontusio celebral, hematoma
2) Cidera Kepala Sedang (CKS)
a) GCS 9-12
b) Kehilangan kesadaran dan atau amnesia >30 menit tetapi
kurang dari 24 jam
c) Dapat mengalami fraktur tengkorak
3) Cidera Kepala Berat (CKB)
a) GCS 3-8
b) Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia > 24 jam
c) Juga meliputi kontusio celebral, laserasi, atau hematoma
intracranial

2.8 KOMPLIKASI
a. Edema serebral dan herniasi
Edema serebral adalah penyebab paling umum peningkatan TIK pada pasien
yang mendapat cedera kepala, puncak pembengkakan yang terjadi kira kira 72
jam setelah cedera. TIK meningkat karena ketidakmampuan tengkorak untuk
membesar meskipun peningkatan volume oleh pembengkakan otak
diakibatkan trauma..
b. Defisit neurologik dan psikologik
Pasien cedera kepala dapat mengalami paralysis saraf fokal seperti anosmia
(tidak dapat mencium bau bauan) atau abnormalitas gerakan mata, dan defisit
neurologik seperti afasia, defek memori, dan kejang post traumatic atau
epilepsy.
c. Komplikasi lain secara traumatic :
1) Infeksi sitemik (pneumonia, ISK, sepsis)
2) Infeksi bedah neurologi (infeksi luka, osteomielitis, meningitis,
ventikulitis, abses otak)
3) Osifikasi heterotropik (nyeri tulang pada sendi sendi)
d. Komplikasi lain:
1) Peningkatan TIK
2) Hemorarghi
3) Kegagalan nafas
4) Diseksi ekstrakranial

2.9 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


Pemeriksaan Penujang, (Musliha, 2014) :
 CT-Scan (dengan atau tanpa kontras) : mengidentifikasiluasnya lesi,
perdarahan, determinan ventrikuler, danperubahan jaringan otak catatan
Untuk mengetahui adanya infark / iskemia jangan dilakukan pada 24 - 72
jam setelah injuri.
 MRI : Digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpakontras radioaktif.
 Cerebral Angiography: Menunjukan anomali sirkulasi cerebral,seperti :
perubahan jaringan otak sekunder menjadi udema,perdarahan dan trauma.
 Serial EEG: Dapat melihat perkembangan gelombang yangpatologis

8
 X-Ray: Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur),perubahan struktur
garis(perdarahan/edema), fragmentulang
 BAER: Mengoreksi batas fungsi corteks dan otak kecil
 PET: Mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak
 CSF, Lumbal Punksi :Dapat dilakukan jika diduga terjadiperdarahan
subarachnoid.
 ABGs: Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalahpernapasan
(oksigenisasi) jika terjadi peningkatan tekananintrakranial
 Kadar Elektrolit : Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolitsebagai akibat
peningkatan tekanan intrkranial
 Screen Toxicologi: Untuk mendeteksi pengaruh obat sehinggamenyebabkan
penurunan kesadaran

2.10 PENATALAKSANAAN
 Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan umum cedera kepala:
- Monitor respirasi : bebaskan jalan nafas, monitor keadaan ventilasi,
periksa analisa gas darah, berikan oksigan jika perlu
- Monitor tekanan intrakranial
- Atasi syok bila ada
- Kontrol tanda vital
- Keseimbangan cairan dan elektrolit
b. Operasi
Operasi dilakukan untuk mengeluarkan darah pada intrasereberal, debridemen
luka,dan prosedur shunting, jenis operasi tersebut adalah :
- Craniotomy adalah mencakup pembukaan tengkorak melalui
pembedahan untuk meningkatkan akses pada struktur intrakranial. Ada
tiga tipe craniotomy menurut letak insisi yaitu: craniotomy
supratentorial (diatas tentorium), infratentorial (dibawah tentorium)
dan craniotomy transfenoidal (melalui sinus mulut dan hidung)
- Craniektomy adalah eksisi pada suatu bagian tengkorak
- Cranioplasty adalah perbaikan deffek kranial dengan menggunakan
plat logam atau plastik
- Lubang burr / Burr holes adalah suatu tindakan pembuatan lubang pada
tulang kepala yang bertujuan untuk diagnostik diantaranya untuk
mengetahui ada tidaknya perdarahan ekstra aksial, pembengkakan
cereberal, cedera dan mengetahui ukuran serta posisi ventrikel
sebelum tindakan definitif craniotomy dilakukan. dan eksplorasi.

 Tata laksana lain untuk pasien cedera kepala


1) Pengaturan suhu
Target pengaturan suhu pasien adalah 35-oc.pasien dengan hipotermia
dapat diselimuti dengan jaket penghangat. Pemberian infus yang
dihangatkan penting untuk mencegah terjadinya hipotermia. Adanya
hipetermia juga harus dicegah dengan pemberian antipiretik. Hipertemia
memicu peningkatan konsumsi oksigen, aliran darah otak serta
peningkatan tekanan intrakranial
2) Insersi kateter urin dan NGT
Insersi kateter penting untuk pasien trauma. Selain untuk mengurangi
tekanan di dalam vesika urinaria, insersi kateter juga penting untuk

9
monitoring urin output sebagai parameter resusitasi. Pemasangan NGT
berfungsi untuk mengurangi isi dalam lambung sehingga terjadinya
muntah dan aspirasi. Pemberian NGT juga berfungsi untuk pemberian
nutrisi seawall mungkin pada pasien cedera kepala.
3) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah yang dianjurkan untuk pasien cedera kepala :
 Kadar hemoglobin, hematokrit, leukosit
 Kadar glukosa, elektrolit
 Profil koagulasi darah
 Analisa Gas Darah

10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian Keperawatan


A. Pengkajian
1. Identitas pasien dan keluarga (penanggung jawab) :
Nama, umur, jenis kelamin, agama/suku bangsa, status perkawinan,
alamat, golongan darah, penghasilan, hubungan pasien dengan
penanggung jawab, dll.
2. Riwayat kesehatan
Pada umumnya pasien dengan trauma kepala,tentang ke rumah sakit
dengan penurunan tingkat kesadaran (GCS di bawah 15), bingung,
muntah, dispenea/takipenea, sakit kepala, wajah tidak simestris, lemah,
paralise, hemiparise, luka di kepala, akumulasi spuntum pada saluran
nafas, adanya liquor dari hidung dan telinga, dan adanya kejang.
 Keluhan utama
Yang dirasakan pasien selama pengkajian dan ditulis secara singkat
dan jelas
 Riwayat penyakit sekarang
Kaji pada klien ataupun keluarganya mulai kapan klien mengalami
ini dan apa yang dirasakan serta apa saja tanda gejala yang muncul
 Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan pada keluarga atau klien, apakah sebelumnya pernah
mengalami penyakit yang sekarang diderita
 Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat kesehatan tersebut dapat dikaji dari keluarga pasien sebagai
data subyektif.
3. Pengkajian Psikologis
Dimana pasien dengan tingkat kesadaran menurun, maka untuk data
pisikologisnya tidak dapat dinilai, sedangkan pada pasien yang tingkat
kesadaranya agak normal akan terlihat akan adanya gangguan emosi dan
perubahan tingkah laku.
4. Data Spiritual
Diperlukan adalah ketaatan terhadap agamanya, semangat dan falsafah
hidup pasien ketuhan yang diyakininya. Tentu saja data yang
dikumpulkan kalau tidak ada penurunan kesadaran.

B. Pengkajian Fungsional Gordon


 Kebutuhan sehari-hari :
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan.
Tanda : Perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, quadreplegia,
ataksia cara berjalan tak tegap, masalah dalam keseimbangan, cedera
(tauma) ortopedi, kehilangan tonus otot, otot spastic
b. Sirkulasi

11
Gejala : Perubahan tekanan darah atau normal (hipertensi), perubahan
frekuensi jantung (bradikardi, takikardi yang diselingi dengan
bradikardi, disritmia
c. Integritas Ego
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau
dramatis)
Tanda : Cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi
dan inpulsif
d. Eliminasi
Gejala : Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami gangguan
fungsi
e. Makanan/Cairan
Gejala : Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera
Tanda : Muntah (mungkin proyektil), gangguan menelan (batuk, air
liur keluar, disfagia)
f. Neurosensori
Gejala : Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian.
Vertigo, sinkope, tinitus, kehilangan pendengaran, tingling, baal pada
ekstermitas. Perubahan dalam penglihatan, seperti ketajamannya,
diplopia, kehilangan sebagian lapang pandang, fotofobia.
g. Gangguan pengecapan dan juga penciuman.
Tanda : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status
mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian, konsentrasi, pemecahan
masalah, pengaruh emosi/tingkah laku dan memori).
h. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda,
biasanya lama
Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri
yang hebat, gelisah tidak bisa beristirahat, merintih.
i. Pernafasan
Tanda : Perubahan pola nafas (apnea yang diselingi oleh
hiperventilasi). Napas berbunyi, stridor, tersedak. Ronkhi, mengi
positif (kemungkinan karena respirasi)
j. Keamanan
Gejala : Trauma baru/trauma karena kecelakaan
Tanda : Fraktur/dislokasi, gangguan penglihatan.
k. Kulit: laserasi, abrasi, perubahan warna, tanda battle disekitar telinga
(merupakan tanda adanya trauma). Adanya aliran cairan (drainase) dari
telinga/hidung (CSS).
l. Gangguan kognitif, gangguan rentang gerak, tonus otot hilang,
kekuatan secara umum mengalami paralysis. Demam, gangguan dalam
regulasi suhu tubuh.
m. Interaksi Sosial
Tanda : Afasia motorik dan sensorik, bicara tanpa arti, bicara berulang
ulang, disartris, anomia.

n. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Penggunaan alcohol/obat lain

12
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan edema
cerebral, peningkatan TIK
2. Gangguan pertukan gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi
perfusi
3. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan akumulasi secret
4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
5. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penumpukan darah diotak
6. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi tidak adekuat
7. Resiko cedera berhubungan dengan gangguan saraf motorik
8. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleransi aktivitas
9. Nyeri akut berhubungan dengan fraktur tulang tengkorak
10. Resiko infeksi berhubungan dengan luka pasca bedah/operasi

3.3 Intervensi Keperawatan


No Diagnosa NOC NIC
. Keperawatan
1. Resiko  Perfusi jaringan : serebral  Monitor tekanan
ketidakefektifan Setelah melakukan tindakan intrakranial
perfusi jaringan keperawatan selam 3x24 jam. 1. Kaji, observasi, evaluasi
otak berhubungan Kriteria hasil : tanda-tanda penurunan
dengan edema 1. Tanda-tanda vital dalam perfusi serebral
cerebral, rentang normal
2. Hindari tindakan valsava
peningkatan TIK 2. Tidak ada peningkatan TIK
3. Klien mampu berbicara manufer (suction lama,
dengan jelas mengedan, batuk terus-
4. Fungsi sensori motorik menerus)
cranial utuh kesadaran 3. Berikan oksigen sesuai
membaik instruksi dokter
4. Lakukan tindakan bedrest
total
5. Monitor tanda-tanda vital
6. Monitor tanda-tanda TIK
7. Kolaborasi dalam pemberian
obat sesuai perintah dokter

2. Gangguan  Status Pernafasan :  Manajemen jalan nafas


pertukan gas Pertukaran Gas 1. Posisikan pasien untuk
berhubungan Setelah melakukan tindakan memaksimalkan ventilasi
dengan keperawatan selam 3x24 jam.
2. Identifikasi kebutuhan
ketidakseimbangan Kriteria hasil :
ventilasi perfusi 1. Tanda-tanda vital dalam aktual/potensial pasien untuk
rentang normal memasukkan alat pembuka
2. Oksigenasi adekuat jalan nafas
3. Tidak ada tanda-tanda sesak 3. Lakukan fisioterapi dada
nafas

13
sebagaimana mestinya
4. Auskultasi suara nafas, catat
area ventilasinya menurun
atau tidak ada dan adanya
suara tambahan
5. Monitor status penafasan dan
oksigenasi sebagaimana
mestinya

3. Ketidakefektifan  Status pernafasan :  Manajemen Jalan Nafas


bersihan jalan kepatenan jalan nafas 1. Posisikan pasien untuk
napas berhubungan Setelah melakukan tindakan memaksimalkan ventilasi
dengan akumulasi keperawatan selam 3x24 jam.
2. Identifikasi kebutuhan
secret Kriteria hasil :
1. Tanda-tanda vital dalam aktual/potensial pasien untuk
rentang normal memasukkan alat pembuka
2. RR Normal jalan nafas
3. Ritme pernafasan normal 3. Lakukan fisioterapi dada
4. Klien mampu mengeluarkan sebagaimana mestinya
sisa sekret 4. Buang secret dengan
5. Tidak terdengar suara napas memotivasi pasien untuk
tambahan melakukan batuk atau
menyedot lendir
5. Auskultasi suara nafas, catat
area ventilasinya dan adanya
suara tambahan
6. Lakukan penyedotan melalui
endotrakea atau nasotrakea
sebagaimana mestinya
7. Monitor status pernafasan
dan oksigenasi

3.4 Implementasi Keperawatan


Setelah rencana keperawatan disusun, selanjutnya menerapkan rencana
keperawatan dalam suatu tindakan keperawatan dalam bentuk nyata agar hasil
yang diharapkan dapat tercapai, sehingga terjalin interaksi yang baik antara
perawat, klien dan keluarga.

3.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yaitu menilai
efektifitas rencana yang telah dibuat, strategi dan pelaksanaan dalam asuhan
keperawatan serta menentukan perkembangan dan kemampuan pasien dalam
mencapai sasaran yang telah diharapkan.

14
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Trauma kepala adalah serangkaian kejadian patofisiologis yang dapat melibatkan
kulit kepala , tulang dan jaringan otak atau kombinasinya. Trauma kepala
merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok
usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas (Masjoer,
2014). Penyebab dari trauma kepala, antara lain:
 Kecelakaan industri
 Kecelakaan olahraga
 Kecelakaan karena terkena tembakan dan bom
 Kecelakaan karena kejatuhan benda tumpul
 Kecelakaan karena terjatuh maupun membentur benda keras Semua ini
bisa jadi akan menyebabkan terjadinya cedera pada kepala terutama
bagian otak yang sangat vital.

4.2 Saran
Setelah pembuatan makalah ini sukses diharapkan agar mahasiswa giat membaca
makalah ini, dan mencari ilmu yang lebih banyak diluar dari makalah ini terkait
tentang meteri dalam pembahasan, dan tidak hanya berpatokan dengan satu
sumber ilmu (materi terkait), sehingga dalam tindakan keperawatan dapat
menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan Trauma kepala. Saran yang
disampaikan kepada mahasiswa keperawatan adalah :
1. Dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan trauma kepala.
2. Lebih teliti dalam memberikan intervensi keperawatan kepada klien dengan
trauma kepala.
3. Dapat memberikan pendidikan kesehatan terhadap keluarga maupun klien,
baik di rumah sakit maupun di rumah.

15
DAFTAR PUSTAKA

Musliha.2012.Keperawatan Gawat Darurat.Yogyakarta:Nuha MedikaHernanta, I.


2013. Ilmu Kedokteran Lengkap tentang Neurosains. Jogjakarta: D-MEDIKA

Clevo, M. Rendy dan Margareth TH. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedahdan
Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika

Dr. M.Z. Arifin,Sp.Bs (K),dkk. 2013. Cedera Kepala. Jakarta : Sagung Seto

Badan Pendidikan & Pelatihan Persatuan Perawat Nasional Indonesia


DewanPengurus Wilayah Jawa Timur. 2017. Pelatihan BTCLS. Surabaya: PPNI Jatim

Morton, P. G., Dorrie, F., Carolyn, M. H., & Barbara, M. G. (2013).


KeperawatanKritis: Pendekatan Asuhan Holistik, Ed. 8, Vol. 2. Jakarta:
EGC.Heardman, T. Heather.2015. Nanda Inc. Diagnosis Keperawatan defisit
klasifikasi. Jakarta :EGC

Moorhead,Sue dkk.2013. Nursing Outcomes Clasification (NOC) Edisi


Kelima.Yogyakarta : Moco media

Bulechek, Gloria M. Dkk.2013.Nursing Intervention (NIC) edidi ke


Enam.Yogyakarta: Moco Media

16

Anda mungkin juga menyukai