Dosen Pengampu :
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 8 :
2019
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puja dan puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT atas
segala limpahan rahmat,taufik dan hidayah-Nya.Sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas Makalah yang berjudul “Cedera Kepala”, untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gadar & Bencana II.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan banyak terimakasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas makalah ini,kepada yang
terhormat :
1. Ibu Riza Fikriana, S. Kep, Ns, M. Kep selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Kepanjen.
2. Ibu Janes Jainurakhma, S. Kep, M. Kep selaku Dosen Mata Kuliah
Keperawatan Gadar & Bencana II
3. Orang tua kami yang telah membantu baik moril maupun materi
4. Rekan-rekan satu kelompok yang telah membantu dalam penyusunan
makalah
Kami mengharapkan semoga laporan ini dapat bermanfaat dan berguna
bagi para pembaca. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan maupun penulisan
laporan ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu saran dan kritik sangat
kami harapkan dari para pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………… i
DAFTAR ISI.......................................................................... ……. ii
BAB I PEDAHULUHAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………… 1
1.2 Rumusan masalah………………………………………………….. 2
1.3 Tujuan……………………………………………………………… 2
1.4 Manfaat…………………………………………………………….. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Cedera Kepala…………………………………………….. 3
2.2 Patofisiologi Cedera Kepala……………………………………….. 4
2.3 Indikasi Cedera Kepala…………………………………………….. 5
2.4 Tindakan awal keperawatan………………………………………… 6
2.5 Perdarahan yang sering terjadi…………………………………….. 6
2.6 Klasifikasi Cedera Kepala…………………………………………. 8
2.7 Diagnostik pasca keperawatan…………………………………….. 9
2.8 Skala Comma Glassgow………………………………………….. 9
2.9 Penegakan diagnosa………………………………………………. 11
2.10 Penunjang………………………………………………………… 13
2.11 DAI……………………………………………………………….. 13
2.12 Manajemen keperawatan………………………………………….. 13
BAB III KASUS
3.1 Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Cedera Kepala……………….. 15
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan…………………………………………………………. 23
4.2 Saran………………………………………………………………… 23
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….. 24
ii
BAB I
PENDAHULUHAN
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatic dari fungsi otak yang
disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa
diikuti terputusnya kontinuitas otak. (Muttaqin, 2008), cedera kepala biasanya
diakibatkan salah satunya benturan atau kecelakaan. Sedangkan akibat dari
terjadinya cedera kepala yang paling fatal adalah kematian.
Akibat trauma kepala pasien dan keluarga megalami perubahan fisik
maupun psikologi, asuhan keperawatan pada penderita cedera kepala memegang
peranan penting terutama pencegahan komplikasi. Komplikasi dari cedera kepala
adalah infeksi, perdarahan. Cedera kepala berperan pada hampir separuh dari
seluruh kematian akibat trauma-trauma. Cedera kepala merupakan keadaan serius.
Oleh karena itu, diharapkan dengan penanganan yang cepat dan akurat dapat
menekan morbiditas dan mortilitas penanganan yang tidak optimal dan
terlambatnya rujukan dapat menyebabkan keadaan penderita semakin memburuk
dan berkurangnya pemilihan fungsi (Tarwoto, 2007)
Mansjoer (2002) kualifikasi cedera kepala berdasarkan berat ringannya,
dibagi menjadi 3 yakni cedera kepala ringan, cedera kepala sedang dan cedera
kepala berat. Adapun penilaian klinis untuk menentukkan klasifikasi klinis dan
tingkat kesadaran pada pasien cedera kepala menggunakan metode skala
(Glasgow Coma Scale) Wahjoepramono (2005)
Cedera kepala akibat trauma sering dijumpai dilapangan. Di dunia
kejadian cedera kepala setiap tahunnya diperkiraka mencapai 500.000 kasus dari
jumlah di atas 10% penderita meninggal sebelum tiba di rumah sakit dan lebih
dari 100.000 penderita menderita berbagai tingkat kecacatan akibat cedera kepala
tersebut. (Depkes, 2012)
Diperkirakan 100.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat cedera
kepala, dan lebih dari 70.000 mengalami cedera cukup berat yang memerlukan
perawatan di rumah sakit. Dua per tiga dari kasus ini berusia di bawah 30 tahun
dengan jumlah laki-laki lebih banyak dari wanita. Lebih dari setengah dari semua
1
2
pasien cedera kepala berat mempunyai signifikan terhadap cedera bagian tubuh
lainnya (Smeltzer, 2002)
1.3 Tujuan
Untuk menjelaskan tentang Cedera Kepala dan Asuhan Keperawatan Gawat
darurat Cedera Kepala
1.4 Manfaat
Untuk memahami tentang Cedera Kepala dan Asuhan Keperawatan Gawat
darurat Cedera Kepala
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
Penggunaan darah oleh ota sagat besar jika dibandingkan dengan organ lain
dalam tubuh. Tidak kurang dari 15-20% darah dari jantung menuju ke otak.
Konsumsi oksigen oleh otak ialah antara 20-25% sehingga menyebabkan otak
sangat peka jika mengalami kekurangan oksigen. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kematian akibat cedera kepala antara lain faktor usia, jenis
kelamin, hipotensi dan hipoksia. (Awaloei, Mallo, Tomuka, 2016)
Akibat trauma kepala pasien dan keluarga mengalami perubahan fisik
maupun psikologis, asuhan keperawatan pada penderita cedera kepala memegang
peranan penting terutama dalam pencegahan komplikasi. Komplikasi dari cedera
kepala adalah infeksi, perdarahan. Cedera kepala berperan pada hampir separuh
dari seluruh kematian akibat trauma-trauma. Cedera kepala merupakan keadaan
yang serius. Oleh karena itu, diharapkan dengan penanganan yang cepat dan
akurat dapat menekan morbiditas dan mortilitas penanganan yang tidak optimal
dan terlambatnya rujukan dapat menyebabkan keadaan penderita semakin
memburuk dan berkurangnya pemilihan fungsi (Tarwoto, 2007)
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat
terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui
proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran
darah ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian
pula dengan kebutuhan oksigen sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh
kurang dari 20 mg %, karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa
sebanyak 25 % dari kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma
turun sampai 70 % akan terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi cerebral.
Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan
oksigen melalui proses metabolik anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi
pembuluh darah. Pada kontusio berat, hipoksia atau anaerob. Hal ini akan
menyebabkan asidosis metabolik.
Dalam keadaan normal cerebral blood flow (CBF) adalah 50-60 ml/menit/100
gr, jaringan otak yang merupakan 15 % dari cardiac output. Trauma kepala
menyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktivitas atypical-myocardial,
5
perubahan tekanan vaskuer dan odema paru. Perubahan otonom pada fungsi
vertikel adalah peerubahan gelombang T dan P dan disritmia, fibrilasi atrium dan
vebtrikel, takikardia.
Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler, dimana
penurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah arteriol akan
berkontraksi. Pengaruh persarafan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh
darah arteri dan srteriol otak tidak begitu besar.
- Cedera kepala menurut patofisiologi dibagi menjadi dua :
1. Cedera kepala primer.
Akibat langsung pada mekanisme dinamik (acelerasi-decelerasi rotasi)
yang menyebabkan gangguan pada jaringan :
Pada cedera primer dapat terjadi :
a. Gegar kepala ringan
b. Memar otak
c. Laserasi
2. Cedera kepala sekunder.
a. Hipotensi sistemik
b. Hipoksia
c. Hiperkapnea
d. Odema otak
e. Komplikasi pernapasan
f. Infeksi/komplikasi pada organ tubuh yang lain (Musliha, 2010)
b. Subdural Hepatoma
Terkumpulnya darah antara duramater dan jaringan otak, dapat terjadi akut
dan kronik. Terjadi akibat pecahnya pembulu darah vena/jembatan vena yang
biasanya terdapat diantara duramater, pendarahan lambat dan sedikit.
Tanda – tanda dan gejalanya adalah :
Nyeri kepala
Bingung
Mengantuk
Menarik diri
Berfikir lambat
Kejang
Oedem pupil
Pendarahan pada intracerebral berupa pendarahan di jaringan otak karena
pecahnya pembulu darah arteri; kapiler; vena.
Tanda dangejalanya :
Nyeri kepala
Penurunan kesadaran
Komplikasi pernapasan
Hemiplegia kontralateral
Dilatasi pupil
Perubahan tanda tanda vital
c. Pendarahan Subarachnoid
Pendarahan di dalam rongga subarachnoid akibat robeknya pembulu darah
dan permukaan otak hampir selalu ada pada cedera kepala yang hebat.
Tanda dan gejala :
Nyeri kepala
Penurunan kesadaran
Hemiparese
Dilatasi pupil ipsilateral
Kaku kuduk (Musliha, 2010)
8
2.6 Klasifikasi
Klasifikasi trauma kapitis berdasarkan kepada :
1. Patologi
Trauma kapitis berdasarkan patologi dibagi menjadi tiga yaitu : komosio
serebri, kontusio serebri dan laserasio serebri.
2. Lokasi lesi
Trauma kapitis berdasarkan kepada lokasi lesi dibagi menjadi : lesi
diffuse, lesi kerusakan vaskuler otak, lesi fokal, kontusio dan laserasi
serebri, hematoma intracranial, hematoma ekstradural (hematoma
epidural), hematoma subdural, hematoma intraparenkhimal, hematoma
subarachnoid, hematoma intraserebral serta hematoma intraserebellar.
3. Derajat kesadaran berdasarkan Skala Koma Glasgow (SKG)
Trauma kapitis berdasarkan SKG dapat terdiri atas : minimal, ringan,
sedang dan berat.
Kategori SKG Gambaran Klinik CT Scan
Otak
Minimal 15 Pingsan (-), deficit neurology (-) Normal
Ringan 13 - 15 Pingsan < 10 menit, deficit Normal
neurologik (-)
Sedang 9 – 12 Pingsan > 10 menit s/d 6 jam, Abnormal
deficit neurologik (+)
Berat 3-8 Pingsan dari 6 jam, deficit Abnormal
neurologik (+)
Catatan :
a. Tujuan klasifikasi ini untuk pedoman triase digawat darurat
b. Jika abnormalitas CT Scan berupa perdarahan intraknial, korban gawat
darurat dimasukkan klasifikasi trauma kapitis berat.
9
Catatan
a. Korban yang disfasia atau dalam intubasi tidak mampu berbicara, dan skor
verbalnya tidak dapat dinilai, diberi tanda T untuk komponen verbal
tersebut. Korban dengan nitubasi, skor SKG maksimal adalah 10 T dan
minimal 2 T.
b. Korban dengan cedera lokal pada mata dan mata tidak bisa dibuka, diberi
tanda C (eye closed) untuk komponen mata.
11
c. Untuk korban yang di beri obat pelemas otot di ICU (knock down), diberi
tanda M pada komponen motoriknya.
d. SKG ini, dipergunakan untuk membantu membedakan beratnya suatu
trauma kapitis.
Hematoma epidural
Hematoma subdural
Perdarahan subarakhnoid
Hematoma intraserebral
BAB III
KASUS
3.1 Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Cedera Kepala
1. Pengkajian
Pengumpulan data klien baik subjektif maupun objektif pada
gangguan sistem persarafan sehubungan dengan cedera kepala tergantung
pada bentuk, lokasi, jenis injuri, dan adanya komplikasi pada organ vital
lainnya. Pengkajian keperawatan cedera kepala meliputi anamnesis
riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, dan
pengkajian psikososial.
a. Pengkajian awal
- Airway : Klien terpasang ETT ukuran 7,5 dengan pemberian
oksigen 15 liter permenit. F1O2 = 81% terdapat sumbatan atau
penumpukan secret, adanya suara napas tambahan yaitu ronchi +/+
- Breathing : Frekuensi napas 20x/menit, irama napas abnormal,
napas tidak spontan.
- Circulation : Perubahan frekuensi jantung (bradikardi), keluar
darah dari hidung dan telinga, perubahan tekanan darah.
2. Anamnesia
Identitas klien meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia
muda), jenis kelamin (rata-rata laki-laki), karena membawa sepeda motor
melaju degan kecepatan tinggi tanpa menggunakan pengaman helm,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam
masuk rumah sakit, nomor register, diagnosa medis. Keluhan utama yang
sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan
tergantung dari seberapa jauh dampak trauma kepala disertai penurunan
tingkat keadaran.
3. Riwayat penyakit sekarang.
Adanya riwayat trauma yang mengenai kepala akibat dari kecelakaan
lalu lintas, jatuh dari keitinggian, dan trauma langsung ke kepala.
Pengkajian yang didapat meliputi tingkat kesadaran menurun (GCS<15),
konvulsi, muntah, takipnea, sakit kepala, wajah simetris atau tidak, lemah,
16
- B1 (Breathing)
Sistem pernapasan bergantung pada gradasi dari perubahan jaringan
serebral akibat trauma kepala. Akan didapatkan hasil :
1) Inspeksi : Didapatkan klien batuk. Peningkatan produksi
sputum, sesak napas, penggunaan obat bantu napas, dan
peningkatan frekuensi pernapasan
2) Palpasi : Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang
lain akan didapatkan apabila melibatkan trauma pada rongga
thoraks
3) Perkusi : Adanya suara redup sampai pekak pada keadaan
melibatkan trauma pada thoraks
4) Auskultasi : Bunyi napas tambahan sepeti napas berbunyi
ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi secret dan
kemampuan batuk yang menurun sering didapatkan pada klien
cedera kepala dengan penurunan tingkat kesadaran koma.
Klien biasanya terpasang ETT dengan ventilator dan biasanya klien
dirawat diruang perawatan intensif sampai kondisi klien menjadi stabil pada klien
dengan cedera kepala berat dan sudah terjadi disfungsi pernapasan.
- B2 (Blood)
Pada sistem kardiovaskuler didapatkan syok hipovolemik yang sering
terjadi pada klien cedera kepala sedang sampai berat. Dapat ditemukan
tekanan darah normal atau berubah, bradikardi, takikardi, dan aritmia
- B3 (Brain)
Cedera otak menyebabkan berbagai deficit neurologi terutama
disebabkan pengaruh peningkatan tekanan itrakranial akibat adanya
perdarahan baik bersifat intraserebral hematoma, subdural hematoma,
dan epidural hematoma. Pengkajian tingkat kesadaran dengan
menggunakan GCS
- B4 (Bladder)
Kaji keadaan urine meliputi warna, jumlah dan karakteritik. Penurunan
jumlah urine dan peningkatan retensi urine dapat terjadi akibat
menurunnya perfusi ginjal. Setelah cedera kepala, klien mungkin
18
10. Implementasi
1) Perubahan perfusi serebral b/d penghentian aliran darah, edema
serebral, yang dilakukan :
- Mengukur vital sign
- Mengkaji tingkat kesadaran klien.
- Mengambil darah vena
- Memeberikan injeksi piracetam 3 gr.
- Mengganti infuse NaCI dengan D5 ½ NS tpm
- Memasang dower cateter
2) Pola napas tidak efektif b/d kerusakan neurovaskuler, yang dilakukan :
- Mengukur vital sign
- Memberikan posisi head up 30’
- Memberikan terapi O2 per nasal canul 3 lpm
- Mengambil darah arteri untuk pemeriksan AGD
- Memberikan mayo
- Melakukan suction
- Melakukan intubasi
3) Resiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif, yang dilakukan :
- Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan
- Mengukur suhu tubuh klien
- Membersihkan luka pada kepala
- Memberikan skin test dan injeksi ceftriaxone 2x24 jam
11. Evaluasi
Dari setiap diagnosa yang muncul dan telah dilakukan tindakan
keperawatan : perubahan perfusi serebral b/d penghentian aliran darah,
edema serebral dapat teratasi, pola napas tidak efektif b/d kerusakan
neurovaskuler dapat teratasi, resiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur
invasif dapat teratasi dan tidak ada peningkatan TIK, pola napas normal
dan tidak ada tanda-tanda infeksi
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
Dewanto, George, 2009. Panduan Praktis Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit
SURAKARTA
Sudihartono, Sartono, 2013. Basic Trauma Cardiac Life Support. Jakarta EGC
24
24