Kelompok 7/ Reguler 2 A2 :
JURUSAN KEPERAWATAN
2022
DAFTAR ISI
BAB I..................................................................................................................................5
PENDAHULUAN................................................................................................................5
C. Tujuan ......................................................................................................................6
D. Manfaat ....................................................................................................................7
BAB II ................................................................................................................................8
PEMBAHASAN ..................................................................................................................8
PENUTUP ......................................................................................................................... 46
A. KESIMPULAN................................................................................................... 46
B. SARAN .............................................................................................................. 46
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat serta hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Pasien Trauma
Kepala dan Trauma Medula Spinalis” dengan tepat waktu.
Makalah “Asuhan Keperawatan pada Pasien Trauma Kepala dan Trauma Medula
Spinalis” disusun guna memenuhi tugas dari Ibu Nina Indriyawati, MNS. pada mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah II. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah
ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Nina Indriyawati, MNS
selaku dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II dan kepada semua pihak yang
telah membantu proses penyusunan makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Trauma merupakan keadaan dimana individu mengalami cidera oleh suatu sebab
keran kecelakaan baik lalu lintas, olahraga, industri, jatuh dari pohon, dan penyebab
utama terjadinya fraktur pada medula spinalis/thorako lumbal. Selain itu trauma
dapat terjadi karena tertimpa beban berat atau terjatuh dari ketinggian yang
menyebabkan gerakan fleksi yang hebat, sedangkan kompresi fraktur terjadi kerena
hiperektensi. Akibatnya medula spinalis akan mengalami cidera dan mengakibatkan
disfungsi neuromuskuler pada daerah yang cidera.
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai
atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti
terputusnya kontinuitas otak. (Muttaqin, 2008), cedera kepala biasanya diakibatkan
salah satunya benturan atau kecelakaan. Sedangkan akibat dari terjadinya cedera
kepala yang paling fatal adalah kematian.
Akibat trauma kepala pasien dan keluarga mengalami perubahan fisik maupun
psikologis, asuhan keperawatan pada penderita cedera kepala memegang peranan
penting terutama dalam pencegahan komplikasi. Komplikasi dari cedera kepala
adalah infeksi, perdarahan. Cedera kepala berperan pada hampir separuh dari
seluruh kematian akibat trauma-trauma. Cedera kepala merupakan keadaan yang
serius. Oleh karena itu, diharapkan dengan penanganan yang cepat dan akurat dapat
menekan morbiditas dan mortilitas penanganan yang tidak optimal dan
terlambatnya rujukan dapat menyebabkan keadaan penderita semakin memburuk
dan berkurangnya pemilihan fungsi (Tarwoto, 2007).
Cedera kepala akibat trauma sering kita jumpai di lapangan. Di dunia kejadian
cedera kepala setiap tahunnya diperkirakan mencapai 500.000 kasus dari jumlah di
atas 10% penderita meninggal sebelum tiba di rumah sakit dan lebih dari 100.000
penderita menderita berbagai tingkat kecacatan akibat cedera kepala tersebut
(Depkes, 2012).
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari trauma kepala dan medula spinalis ?
2. Bagaimana klasifikasi dari trauma kepala dan medula spinalis?
3. Apa etiologi dari trauma kepala dan medula spinalis?
4. Bagaimana patofisiologi dari trauma kepala dan medula spinalis?
5. Bagaimana pathways dari trauma kepala dan medula spinalis?
6. Apa manifestasi klinis dari trauma kepala dan medula spinalis?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostik dari trauma kepala dan medula spinalis?
8. Apa saja komplikasi dari trauma kepala dan medula spinalis?
9. Bagaimana Penatalaksanaan dari trauma kepala dan medula spinalis?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah trauma kepala dan
medula spinalis?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi dari trauma kepala dan medula spinalis
b. Untuk mengetahui klasifikasi dari trauma kepala dan medula spinalis.
c. Untuk mengetahui etiologi dari trauma kepala dan medula spinalis.
d. Untuk mengetahui patofisiologi dari trauma kepala dan medula spinalis.
e. Untuk mengetahui pathways dari trauma kepala dan medula spinalis.
f. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari trauma kepala dan medula spinalis.
g. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari trauma kepala dan medula
spinalis.
h. Untuk mengetahui komplikasi dari trauma kepala dan medula spinalis.
i. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari trauma kepala dan medula spinalis.
D. Manfaat
1. Bagi penulis.
Memberikan pengalaman yang nyata dan menambah pengetahuan tentang
asuhan keperawatan pasien dengan trauma kepala dan medula spinalis.
2. Bagi institusi
Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di masa yang datang, terutama
masalah keperawatan Medikal Bedah II.
BAB II
PEMBAHASAN
Trauma Kepala
2) Kualitatif
a) Compos mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya, GCS 15-14.
b) Apatis, yaitu kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh, GCS 13-12.
c) Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),
memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berkhayal, GCS
11-10.
d) Somnolen (obtundasi, letargi), yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor lambat, mudah tertidur tetapi kesadaran dapat pulih jika
dirangsang kemudian tertidur lahi, mampu memberi jawaban verbal,
GCS 9-7.
e) Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada
respon terhadap nyeri, GCS 6-4.
f) Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon
terhadap rangsangan apapun, GCS <3.
b. Fungsi motorik
Masing-masing ekstremitas diperiksa dan dinilai dengan skala yang
digunakan secara internasional, yaitu :
Respon Skala
Kekuatan normal 5
Kelemahan sedang, bisa terangkat, bisa melawan gravitasi,
tetapi tidak mampu melawan tahanan pemeriksa, gerakan 4
tidak terkoordinasi
Kelemahan berat, terangkat sedikit <45o , tidak mampu
3
melawan gravitasi
Kelemahan berat, dapat digerakkan, mampu terangkat sedikit 2
Ferakan trace/tidak dapat digerakkan, tonus otot ada 1
Tidak ada gerakan 0
Klien dengan cedera kepala biasanya memiliki kekuatan otot antara 0-4
tergantung dari tingkat keparahan cedera kepala yang dialami.
c. Refleks fisiologis
Meliputi refleks bisep, refleks trisep, refleks patella, dan refleks achilers.
d. Refleks patologis
Meliputi refleks babynski, refleks chaddok, refleks Oppenheim, refleks
Gordon, dan refleks hofmen tromen.
6. Aspek neurologis
a. Kaji GCS (cedera kepala ringan 14-15, cedera kepala sedang 9-13, dan
cedera kepala berat 3-8).
b. Disorientasi tempat/waktu.
c. Refleks patologis dan fisiologis.
d. Perubahan status mental.
e. Nervus cranial XII (sensasi, pola bicara abnormal).
f. Perubahan pupil, penglihatan kabur, diplopia, fotophobia, kehilangan
sebagian lapang pandang.
g. Perubahan tanda-tanda vital.
h. Gangguan pengecapan, penciuman, dan pendengaran
i. Tanda-tanda peningkatan tekanan intakranial, antara lain penurunan
kesadaran, gelisah letargi, sakit kepala, muntah proyektil, pupil edema,
pelambatan nadi, pelebaran tekanan nadi, dan peningkatan tekanan darah
systole.
7. Aspek kardiovaskuler
Meliputi adanya perubahan tekanan darah (meningkat/menurun) dan
denyut nadi (bradikardi, takikardi, irama tidak teratur).
8. Sistem pernapasan
Meliputi perubahan pola napas (apnea yang diselingi hiperventilasi),
napas berbunyi stridor, dan tersedak.
9. Kebutuhan dasar
a. Eliminasi : perubahan pada BAB/BAK meliputi inkontinensia, obstipasi,
hematuria.
b. Nutrisi : mual, muntah, gangguan pencernaan/menelan makanan, dan
kaji bising usus.
c. Istirahat : kelemahan, mobilisasi, kelelahan, dan tidur kurang.
10. Pengkajian psikologis
Mencakup adanya gangguan emosi seperti apatis atau delirium dan
perubahan tingkah laku atau kepribadian.
11. Pengkajian sosial
Kaji hubungan dengan orang terdekat dan kemampuan komunikasi
meliputi afasia motorik atau sensorik, bicara tanpa arti, disartria, dan anomia.
12. Nyeri/kenyamanan
Klien biasanya mengeluhkan sakit kepala dengan intensitas dan lokasi
berbeda serta gelisah.
13. Nervus cranial
a. N.I : penurunan daya penciuman.
b. N.II : pada trauma frontalis terjadi penurunan penglihatan.
c. N.III, IV, VI : penurunan lapang pandang, refleks cahaya menurun,
perubahan ukuran pupil, bola mata tidak dapat mengikuti perintah, dan
anisokor.
d. N.V : gangguan mengunyah.
e. N.II, XII : lemahnya penutupan kelopak mata, hilangnya rasa pada
2/3 anterior lidah.
f. N.VIII : penurnan pendengaran dan keseimbangan tubuh.
g. N.IX, X, XI : jarang ditemukan gangguan.
Pasien harus ditempatkan diatas sebuah stryker atau kerangka pembalik lain
ketika merencanakan pemindahan ketempat tidur. Selanjutnya jika sudah
terbukti bahwa ini bukan Trauma medula, pasien dapat dipindahkan ketempat
tidur biasa tanpa bahaya.Sebaliknya kadang-kadang tindakan ini tidak benar.
Jika stryker atau kerangka pembalik lain tidak tersedia pasien harus
ditempatkan diatas matras padat dengan papan tempat tidur dibawahnya.
3) Fisioterapi
Fisioterapi merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan guna
memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh dengan
penanganan secara manual maupun dengan menggunakan peralatan.
Seorang terapi fisik dapat mengajarkan latihan stretching / exercises
yang memperkuat dan meregangkan otot-otot di daerah yang terkena
untuk mengurangi tekanan pada saraf.
4) Stimulasi Listrik
Bentuk yang paling umum dari stimulasi listrik yang digunakan dalam
manajemen nyeri saraf stimulasi listrik (TENS/Transcutaneus Electrical
Nerve Stimulation) perangkat di gunakan untuk merangsang saraf
melalui permukaan kulit. Tens adalah salah satu dari sekian banyak
modalitas/alat fisioterapi yang di gunakan untuk mengurangi nyeri
dengan mengalirkan arus listrik. Cara kerjanya dengan merangsang
saraf tertentu sehingga nyeri berkurang, tanpa efek samping yang
berarti.
5) Ultrasound
Suatu terapi dengan menggunakan getaran mekanik gelombang suara
dengan frekuensi lebih dari 20.000 Hz. Yang digunakan dalam
Fisioterapi adalah 0,5-5 MHz dengan tujuan untuk menimbulkan efek
terapeutik melalui proses tertentu.
6) Traksi tulang
Alat terapi yang menggunakan kekuatan tarikan yang di gunakan pada
satu bagian tubuh, sementara bagian tubuh lainnya di tarik berlawanan.
c. Terapifisik
1) Terapi fisik
Untuk saraf terjepit harus tetap konservatif di awal untuk menghindari
lebih parah kondisi. Penekanan akan di istirahat, mengurangi
peradangan, beban dan stres pada daerah yang terkena. Setelah
peradangan awal telah berkurang, program exercise dan penguatan akan
dimulai untuk mengembalikan fleksibilitas pada sendi dan otot yang
terlibat, sambil meningkatkan kekuatan dan stabilitas pada tulang
belakang.
2) Akupunktur
Praktek Cina kuno melibatkan memasukkan jarum yang sangat tipis
pada titik tertentu pada kulit untuk menghilangkan rasa sakit.
3) Stimulator KWD
Alat terapi yang berfungsi sebagai stimulator pada pangkal jarum
akupunktur sehingga menghasilkan berbagai jenis getaran rangsangan
yang bertujuan untuk menstimulasi titik akupunktur/ acupoint.
4) Chiropractic
Perawatan terapi alternatif yang sangat umum untuk nyeri kronis dan
dapat membantu untuk mengobati sakit punggung, terapis chiropractic
menggunakan penyesuaian tulang belakang dengan tujuan
meningkatkan mobilitas antara tulang belakang. Penyesuaian tersebut
untuk membantu mengembalikan tulang ke posisi yang lebih normal,
membantu gerak juga menghilangkan atau mengurangi rasa sakit.
d. Penatalaksanaan Medik trauma Medula Spinalis
Prinsip penatalaksanaan medik trauma medula spinalis adalah sebagai
berikut:
1) Segera dilakukan imobilisasi.
2) Stabilisasi daerah tulang yang mengalami cedera seperti dilakukan
pemasangan collar servical, atau dengan menggunakan bantalan pasir.
3) Mencegah progresivitas gangguan medula spinalis misalnya dengan
pemberian oksigen, cairan intravena, pemasangan NGT.
4) Terapi Pengobatan :
a) Kortikosteroid seperti dexametason untuk mengontrol edema.
b) Antihipertensi seperti diazolxide untuk mengontrol tekanan darah
akibat autonomic hiperrefleksia akut.
c) Kolinergik seperti bethanechol chloride untuk menurunkan aktifitas
bladder.
d) Anti depresan seperti imipramine hyidro chklorida untuk
meningkatkan tonus leher bradder.
e) Antihistamin untuk menstimulus beta – reseptor dari bladder dan
uretra.
f) Agen antiulcer seperti ranitidine
g) Pelunak fases seperti docusate sodium.
5) Tindakan operasi, di lakukan dengan indikasi tertentu seperti adanya
fraktur dengan fragmen yang menekan lengkung saraf.
6) Rehabilisasi di lakukan untuk mencegah komplikasi, mengurangi cacat
dan mempersiapkan pasien untuk hidup di masyarakat.
ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA MEDULA SPINALIS
Terapi Oksigen
Mengatur Posisi
Bladder Training
4. Inkontinensia usus Setelah dilakukan Manajemen Usus
b.d dengan tindakan keperawatan
1. Catat tanggal terakhir pasien b.a.b
kerusakan saraf selama .. x 24 jam
2. Monitor b.a.b pasien (frekuensi,
motorik bawah saluran
konsistensi, volume, warna)
gantrointestinal pasien
3. Monitor suara usus
mampu membentuk
4. Catat adanya peningkatan frekuensi
massa feses dan
bising usus
mengevakuasi secara
5. Monitor terhadap tanda dan gejala
efektif , dengan
diare
kriteria :
6. Evaluasi terhadap incontinensia
Eliminasi usus 7. Ajarkan pasien tentang makanan
yang dianjurkan
1. Mampu
8. Evaluasi jenis obat yang
mengontrol BAB
menimbulkan efek samping pada
2. Tidak terjadi diare
fungsi gastrointestinal
Bowel Training
Terapi Oksigen
Mengatur Posisi
Perawatan Kaki
Perawatan Kulit
Pressure Management
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang
tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun
tidak langsung pada kepala dengan manifestasi hilangnya kesadaran kurang dari 30
menit atau lebih, kebingungan, iritabel, pucat, mual dan muntah, pusing kepala,
terdapat hematoma, kecemasan, sukar untuk dibangunkan, dan bila fraktur,
mungkin adanya ciran serebrospinal yang keluar dari hidung (rhinorrohea) dan
telinga (otorrhea) bila fraktur tulang temporal. Sedangkan trauma medulla spinalis
adalah trauma pada jaringan medulla spinalis yangmana dapat menyebabkan fraktur
atau pergeseran satu atau lebih tulang vertebra atau kerusakan jaringan medulla
spinalis sehingga mengakibatkan defisit neurologi dengan manifestasi nyeri akut
pada belakang leher yang menyebar sepanjang saraf yang terkena, paraplegia,
tingkat neurologic, paralisis sensorik motorik lokal, kehilangan kontrol kandung
kemih (refensi urine, distensi kandung kemih), penurunan keringat dan tonus
vasomotor, penurunan fungsi pernapasan, dan gagal napas.
B. SARAN
Sebagai seorang perawat, kita harus mampu memahami mengenai konsep dasar
dari trauma kepala dan trauma medulla spinalis serta konsep dari asuhan
keperawatan trauma kepala dan trauma medulla spinalis, sehingga kita dapat
memberikan pelayanan keperawatan yang maksimal kepada klien.
DAFTAR PUSTAKA