Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH

KEPERAWATAN KRITIS

“PENATALAKSANAAN ASKEP TRAUMA SPINAL”

Oleh : kelompok 3

DINA PUTRI ARYARI (1710142010004)


FEBY SEPTI MUSWARI (1710142010006)
FITRA SUCI AYUNI T (1710142010008)
MAYANG AFRIOLA (1710142010015)
MERI ARDIANTI (1710142010012)
RIKA OKTA WISMA (1710142010033)
TIOVYNNA OKTAVIA D (1710142010040)
ZAINUL EFINA (1710142010044)

Dosen Pembimbing :

NS. H. JUNAIDY SUPARMAN RUSTAM, MNS

PRODI S1 KEPERAWATAN

STIKES YARSI SUMBAR BUKITTINGGI

TA 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-
Nya lah sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah keperawatan kritis ini
yang berjudul ” Penatalaksanaan Asuhan Keperawatan Kritis Pada Trauma Spinal " ini tepat
pada waktu yang telah ditentukan.

Pada kesempatan ini juga kami berterimakasih atas bimbingan dan masukan dari semua
pihak yang telah member kami bantuan wawasan untuk dapat menyelesaikan makalah ini
baik itu secara langsung mau pun tidak langsung.

Kami menyadari isi makalah ini masih jauh dari kategori sempurna, baik dari segi
kalimat, isi maupun dalam penyusunan.Oleh Karena itu, kritik dan saran yang membangun
dari dosen mata kuliah yang bersangkutan dan rekan-rekan semuanya, sangat kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini dan makalah-makalah selanjutnya.Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan pembaca pada umumnya.

Bukittinggi, 22 Desember 2020

Penyusun

1
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................................................5
1.3.Tujuan Penulisan..................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 konsep trauma spinal
2.2.1 definisi trauma spinal ...........................................................................................6
2.2.2 etiologi trauma spinal ...........................................................................................6
2.2.3 manifestasi klinis ..................................................................................................7
2.2.4 patofisiologi.............................................................................................................
2.2.5 klasifikasi................................................................................................................
2.2.6 mekanisme cedera...................................................................................................
2.2.7 pemeriksaan diagnostik...........................................................................................
2.2.8 komplikasi...............................................................................................................
2.2.9 penatalaksanaan.......................................................................................................
2.2.10 Pencegahan ............................................................................................................
2.2 konsep asuhan keperawatan..............................................................................................
2.3.1 pengkajian...............................................................................................................
2.3.2 Diagnosa keperawatan.............................................................................................
2.3.3 Penatalaksanaan keperawatan...............................................................................7
BAB III CONTOH KASUS ASKEP PADA PASIEN DENGAN TRAUMA SPINAL
3.1 Pengkajian.....................................................................................................................21
3.2 diagnosa keperawatan...................................................................................................32
3.3 Rencana Tindakan Keperawatan....................................................................................2
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan...................................................................................................................38
4.2 Saran.............................................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................39
BAB I

2
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Trauma medula spinalis adalah trauma yang mengenai sumsum tulang belakang
( spinal cort / medula spinalis) yang pada umumnya terletak pada intra-dural ekstra
meduler. Selain itu juga ada yang terjadi pada ekstra dural serta intra-durel walaupun
jumlahnya tidak banyak.
Akibat medula spinalis akibat trauma adalah paling sering terjadi dan menjadi
penyebab ketidak kemampuan dan kematian di united states. Kira-kira 10 % trauma
sistem saraf mengenai medula spinalis. Diperkirakan lebih dari 100 ribu oarang
menderita paralise Akibat cidera medula spinalis dan 10 ribu oarang atau lebih terkena
cidera dalam satahun. Kebanyakan orang yang cedera medula spinalis adalah pria
berumur 18 sampai 25 tahun.
Kecelakaan medula spinalis terbesar disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, tempat
yang paling sering terkena cidera adalah regio servikalis dan persambungan thorak dan
regio lumbal.
Lesi trauma yang berat dari medula spinalis dapat menimbulkan transaksi dari
medula spinalis atau merobek medula spinalis dari satun tepi ketepi yang lain pada
tingkat tertentu disertai hilangnya fungsi. Transaksi juga disebut cidera Akibat medula
spinalis lengkap. Quadriplegi terjadi pada pasien yang cidera pada salah satu segmendari
servikal Akibat medula spinalis. Pada tingkat awal semua cidera Akibat medula spinalis
belakang terjadi periode fleksi paralise dan hilang semua reflek dibawah lagi. Fungsi
sensori dan autonom juga hilang, medula spinalis juga bisa menyebabkan gangguan
sistem perkemihan, disrefleksi otonom atau hiperefleksi juga fungsi seksual juga dapat
terganggu.
Perawatan awal setelah terjadi cidera kepala medula spinalis ditujukan pada
pengembalian kedudukan tulang dari tempat yang patah atau dislokasi. Langkah-
langkahnya terdiri dari immobilisasi sederhana, traksi skeletal, tindakan bedah untuk
membebaskan kompresi spina. Sangat penting untuk mempertahankan tubuh dengan
tubuh dipertahankan lurus dan kepala rata. Kantong pasir mungkin diperlukan untuk
mempertahankan kedudukan tubuh.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana anatomi fisiologi trauma spinal ?
2. Apa definisi trauma spinal ?
3. apa etiologi trauma spinal ?
4. apa saja manifestasi klinistrauma spinal ?
5. bagaimana patofisiologi trauma spinal ?
6. apa saja klasifikasi trauma spinal ?
7. mekanisme cedera pada trauma spinal ?

3
8. apasaja pemeriksaan diagnostik trauma spinal ?
9. apasaja komplikasi trauma spinal ?
10. Bagaimana Penatalaksanaan ?
11. Bagaimana Pencegahan trauma spinal ?
12. Bagaimana konsep asuhan keperawatan ?

1.3. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah diharapkan mahasiswa dapat
mengetahui dan memahami bagaimana mekanisme dasar terjadinya kasus Cedera
Medula Spinalis yang diakibatkan karena adanya gangguan pada sistem susunan saraf
terutama pada struktur medula spinalis yang dapat terjadi akibat berbagai sebab,
sehingga dengan begitu mahasiswa dapat dengan mudah untuk melakukan asuhan dan
tindakan serta penanganan keperawatan yang tepat terkait cedera medula spinalis
tersebut.

4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Trauma Spinal


2.2.1 Definisi Trauma Spinal
Cedera medulla spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang
disebabkan oleh benturan pada medulla spinalis (Brunner & Suddarth,2001)
Cedera medulla spinalis adalah kerusakan tulang sumsum yang mengakibatkan
gangguan sistem persyarafan didalam tubuh manusia yang diklasifikasikan
sebagai : komplit (kehilangan sensasi dan fungsi motorik) dan tidak komplit
(campuran kehilangan sensori dan fungsi motorik).
Spinal Cord Injury atau cedera tulang belakang merupakan perlukaan pada
sumsum tulang belakang yang mengakibatkan perubahan, baik sementara atau
permanen, perubahan fungsi motori, sensorik, atau otonom. Pasien dengan cedera
tulang belakang biasanya memiliki defisit neurologis permanen dan sering
menghancurkan dan cacat (Lawrence,2014).

2.2.2 Etiologi Trauma Spinal


Lewis (2000) berpendapat bahwa tulang bersifat relatif rapuh namun
mempunyai cukup kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur
dapat diakibatkan oleh beberapa hal yaitu:
1) Fraktur akibat peristiwa trauma
Sebagian fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan yang
dapat berupa pemukulan, penghancuran, perubahan pemuntiran atau
penarikan. Bila tekanan kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat
yang terkena dan jaringan lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan
biasanya menyebabkan fraktur lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan
biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya.
Penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur komunitif disertai
kerusakan jaringan lunak yang luas.
2) Fraktur akibat kelelahan atau tekanan
Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain
akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering dikemukakan pada
tibia, fibula atau matatarsal terutama pada atlet, penari atau calon tentara
yang berjalan baris-berbaris dalam jarak jauh.
3) Fraktur patologik karena kelemahan pada tulang Fraktur dapat terjadi oleh
tekanan yang normal kalau tulang tersebut lunak (misalnya oleh tumor) atau
tulang-tulang tersebut sangat rapuh.

5
Menurut Hagen dkk (2009), Trauma Medula Spinalis dibedakan menjadi 2
macam:
1) Cedera medula spinalis traumatik
Terjadi ketika benturan fisik eksternal seperti yang diakibatkan oleh
kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh atau kekerasan, merusak medula
spinalis. Cedera medula spinalis traumatic ditandai sebagai lesi traumatik
pada medula spinalis dengan beragam defisit motorik dan sensorik atau
paralisis.
2) Cedera medula spinalis non traumatik
Terjadi ketika kondisi kesehatan seperti penyakit, infeksi atau tumor
mengakibatkan kerusakan pada medula spinalis, atau kerusakan yang terjadi
pada medula spinalis yang bukan disebabkan oleh gaya fisik eksternal.
Faktor penyebab dari cedera medula spinalis mencakup penyakit
motor neuron, myelopati spondilotik, penyakit infeksius dan inflamatori,
penyakit neoplastik, penyakit vaskuler, kondisi toksik dan metabolik dan
gangguan kongenital dan perkembangan.

2.2.3 Manisfestasi Klinis


Manifestasi klinis bergantung pada lokasi yang mengalami trauma dan apakah
trauma terjadi secara parsial atau total. Berikut ini adalah manifestasi berdasarkan
lokasi trauma :
1) Antara C1 sampai C5
Respiratori paralisis dan kuadriplegi, biasanya pasien meninggal
2) Antara C5 dan C6
Paralisis kaki, tangan, pergelangan; abduksi bahu dan fleksi siku yang lemah,
kehilangan refleks brachioradialis
3) Antara C6 dan C7
Paralisis kaki, pergelangan, dan tangan, tapi pergerakan bahu dan fleksi siku
masih bisa dilakukan, kehilangan refleks bisep.
4) Antara C7 dan C8 (Paralisis kaki dan tangan)
5) C8 sampai T1.
Horner's syndrome (ptosis, miotic pupils, facial anhidrosis), paralisis kaki.
6) Antara T11 dan T12 (Paralisis otot-otot kaki di atas dan bawah lutut)
7) T12 sampai L1 (Paralisis di bawah lutut)
8) Cauda equine, Hiporeflex atau paresis extremitas bawah, biasanya nyeri dan
biasanya nyeri dan sangat sensitive terhadap sensasi, kehilangan kontrol bowel
dan bladder.

6
9) S3 sampai S5 atau conus medullaris pada L1, Kehilangan kontrol bowel dan
bladder secara total.
Bila terjadi trauma spinal total atau complete cord injury, manifestasi yang
mungkin muncul antara lain total paralysis, hilangnya semua sensasi dan aktivitas
refleks (Merck,2010).

lokasi spinal injuri yang terjadi (Sumber: www.jasper-sci.com)

Tanda dan gejala yang akan muncul:


1) Nyeri
dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal ini dikarenakan adanya
spasme otot, tekanan dari patahan tulang atau kerusakan jaringan sekitarnya.
2) Bengkak/Edema
muncul lebih cepat dikarenakan cairan serosa yang terlokalisir pada daerah
fraktur dan extravasi daerah di jaringan sekitarnya.
3) Memar/ekimosis
Merupakan perubahan warna kulit sebagai akibat dari extravasi daerah di
jaringan sekitarnya.
4) Spasme otot
Merupakan kontraksi otot involunter yang terjadi disekitar fraktur.
5) Penurunan sensasi, Terjadi karena kerusakan syaraf, terkenanya syaraf
karena edema
6) Gangguan fungsi Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang fraktur, nyeri
atau spasme otot.
7) Mobilitas abnormal

7
Adalah pergerakan yang terjadi pada bagian-bagian yang pada kondisi
normalnya tidak terjadi pergerakan. Ini terjadi pada fraktur tulang panjang
8) Krepitasi
Merupakan rasa gemeretak yang terjadi jika bagian-bagaian tulang
digerakkan
9) Deformitas
Abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil dari kecelakaan atau trauma
dan pergerakan otot yang mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal,
akan menyebabkan tulang kehilangan bentuk normalnya.
10) Shock hipovolemik, Shock terjadi sebagai kompensasi jika terjadi perdarahan
hebat.

2.2.4 Patofisiologi
Kerusakan yang dialami medula spinalis dapat bersifat sementara atau
menetap akibat trauma terhadap tulang belakang. Medula spinalis dapat tidak
berfungsi untuk sementara (komosio medula spinalis), tetapi dapat sembuh
kembali dalam beberapa hari. Gejala yang ditimbulkan adalah berupa edema,
perdarahan perivaskuler dan infark di sekitar pembuluh darah. Pada kerusakan
medula spinalis yang menetap, secara makroskopis, kelainannya dapat terlihat
dan terjadi lesi, kontusio, laserasi dan pembengkakan daerah tertentu di medula
spinalis.
Segera setelah terjadi kontusio atau robekan akibat cedera, serabut-serabut
saraf mulai membengkak dan hancur. Sirkulasi darah ke substansi grisea medulla
spinalis menjadi terganggu. Tidak hanya hal ini saja yang terjadi pada cedera
pembuluh darah medula spinalis, tetapi proses patogenik dianggap menyebabkan
kerusakan yang terjadi pada cedera medula spinalis akut. Suatu rantai sekunder
kejadian-kejadian yang menimbulkan iskemia, hipoksia, edema, dan lesi-lesi
hemoragi, yang pada gilirannya mengakibatkan kerusakan mielin dan akson.
Reaksi sekunder ini, diyakini menjadi penyebab prinsip degenerasi medula
spinalis pada tingkat cedera, sekarang dianggap reversibel 4 sampai 6 jam setelah
cedera. Untuk itu jika kerusakan medula tidak dapat diperbaiki, maka beberapa
metode mengawali pengobatan dengan menggunakan kortikosteroid dan obat-
obat anti-inflamasi lainnya yang dibutuhkan untuk mencegah kerusakan sebagian
dari perkembangannya,masuk kedalam kerusakan total dan menetap.

2.2.5 Klasifikasi
Trauma medula spinalis dapat diklasifikasikan :
1) Komosio modula spinalis 
adalah suatu keadaan dimana fungsi mendula spinalis hilang sementara tanpa
disertai gejala sisa atau sembuh secara sempurna. Kerusakan pada komosio
medula spinalis dapat berupa edema, perdarahan verivaskuler kecil-kecil dan
infark pada sekitar pembuluh darah.

8
2) Komprensi medula spinalis 
Berhubngan dengan cedera vertebral, akibat dari tekanan pada edula spinalis.
3) Kontusio 
Adalah  kondisi dimana terjadi kerusakan pada vertebrata, ligament dengan
terjadinya perdarahan, edema perubahan neuron dan reaksi peradangan.
4) Laserasio medula spinalis 
Merupakan kondisi yang berat karena terjadi kerusakan medula spinalis.
Biasanya disebabkan karena dislokasi, luka tembak. Hilangnya fungsi medula
spinalis umumnya bersifat permanen.

2.2.6 Mekanisme Cedera


Ada 4 mekanisme yang mendasari :
1) Kompresi oleh tulang, ligamen, benda asing, dan hematoma.Kerusakan paling
berat disebabkan oleh kompresi dari fragmen korpus vertebra yang tergeser ke
belakang dan cedera hiperekstensi.
2) Tarikan/regangan jaringan: regangan berlebih yang menyebabkan gangguan
jaringan biasanya setelah hiperfleksi. Toleransi regangan pada medulla spinalis
menurun sesuai usia yang meningkat.
3) Edema medulla spinalis timbul segera dan menimbulkan gangguan sirkulasi
kapiler lebih lanjut serta aliran balik vena yang menyertai cedera primer.
4) Gangguan sirkulasi merupakan hasil kompresi oleh tulang atau struktur lain
pada sistem arteri spinal posterior atau anterior.

Kecelakaan mobil atau terjatuh olahraga, kecelakaan industri, tertembak peluru,


dan luka tusuk dapat menyebabkan trauma medulla spinal. Sebagian besar pada
medulla spinal servikal bawah (C4-C7,T1) dn sambungan torakolumbal (T11
T12,L1). Medula spinal torakal jarang terkena.

2.2.7 Pemeriksaan Diagnostik


1) AGD, menunujukkan keefektifan pertukaran gas dan upaya ventilasi
2) CT-scan untuk menentukan tempat luka atau jejas
3) MRI untuk mengidentifikasi kerusakan saraf spinal
4) Foto Rontgen Torak untuk mengetahui keadaan paru (seperti perubahan
diafragma, atelektasis)
5) Sinar-X spinal untuk menentukan lokasi dan jenis cedera tulang
(fraktur/dislokasi)
6) Meylografi untuk memperlihatkan columna spinal jika fraktur patologisnya
tidak jelas atau dicurigai.
7) Computed Tomography (CT Scan) untuk menunjukkan rincian bidang
tertentu tulang yang terkena (lumbal) dan dapat memperlihatkan cedera
ligamen atau tendon.

9
2.2.8 Komplikasi
a) Syok neurogenik
Syok neurogenik merupakan hasil dari kerusakan jalur simpatik yang
desending pada medulla spinalis. Kondisi ini mengakibatkan kehilangan tonus
vasomotor dan kehilangan persarafan simpatis pada jantung sehingga
menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah visceral serta ekstremitas bawah
maka terjadi penumpukan darah dan konsekuensinya terjadi hipotensi.
b) Syok spinal
Syok spinal adalah keadaan flasid dan hilangnya refleks, terlihat setelah
terjadinya cedera medulla spinalis. Pada syok spinal mungkin akan tampak
seperti lesi komplit walaupun tidak seluruh bagian rusak.
c) Hipoventilasi
Hal ini disebabkan karena paralisis otot interkostal yang merupakan hasil dari
cedera yang mengenai medulla spinalis bagian di daerah servikal bawah atau
torakal atas
d) Hiperfleksia autonomik
Dikarakteristikkan oleh sakit kepala berdenyut , keringat banyak, kongesti
nasal, bradikardi dan hipertensi.

Berikut yang dapat terjadi pada pasien dengan trauma medulla spinalis adalah:
1) Perubahan tekanan darah yang ekstrim (autonomic hyperreflexia)
2) Chronic kidney disease
3) Komplikasi dari immobilisasi:
 Deep vein thrombosis
 Lung infections
 Skin breakdown
 Muscle contractures
4) Peningkatan risiko urinary tract infections
5) Kehilangan control bladder
6) Kehilangan control bowel
7) Loss of feeling
8) Kehilangan fungsi seksual (male impotence)
9) Muscle spasticity
10) Nyeri
11) Paralysis dari otot pernafasan
12) Paralysis (paraplegia, quadriplegia)
13) Pressure sores
14) Shock

10
Komplikasi yang dapat terjadi pasca cedera medula spinalis antara lain yaitu
instabilitas dan deformitas tulang vertebra, fraktur patologis, syringomyelia pasca
trauma, nyeri dan gangguan fungsi seksual.

2.2.9 Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan Kedaruratan
Mempertahankan ABC pasien segera ditempat kejadian adalah sangat
penting, karena penatalaksanaan yang tidak tepat dapat menyebabkan
kerusakan kehilangan fungsi neurologik Korban kecelakaan kendaraan
bermotor atau kecelakaan berkendara , Trauma olahraga kontak, jatuh,atau
trauma langsung pada kepala dan leher dan leher harus dipertimbangkan
mengalami Trauma medula spinalis sampai bukti Trauma ini disingkirkan.
 Ditempat kecelakaan, korban harus dimobilisasi pada papan
spinal( punggung) ,dengan kepala dan leher dalam posisi netral, untuk
mencegah Trauma komplit.
 Salah satu anggota tim harus menggontrol kepala pasien untuk mencegah
fleksi, rotasi atau ekstensi kepala.
 Tangan ditempatkan pada kedua sisi dekat telinga untuk mempertahankan
traksi dan kesejajaran sementara papan spinalatau alat imobilisasi servikal
dipasang.
 Paling sedikit empat orangharus mengangkat korban dengan hati- hati
keatas papan untuk memindahkan memindahkan kerumah sakit. Adanya
gerakan memuntir dapat merusak medula spinais ireversibel yang
menyebabkan fragmen tulang vertebra terputus, patah, atau memotong
medula komplit.

Sebaiknya pasien dirujuk keTrauma spinal regional atau pusat trauma


karena personel multidisiplin dan pelayanan pendukung dituntut untuk
menghadapi perubahan dekstruktif yang tejadi beberapa jam pertama setelah
Trauma.Memindahkan pasien, selama pengobatan didepartemen kedaruratan
dan radiologi,pasien dipertahankan diatas papan pemindahan . Pemindahan
pasien ketempat tidur menunjukkan masalah perawat yang pasti. Pasien harus
dipertahankan dalam posisi eksternal.Tidak ada bagian tubuh yang terpuntir
atau tertekuk, juga tidak boleh pasien dibiarkan mengambil posisi duduk.

Pasien harus ditempatkan diatas sebuah stryker atau kerangka pembalik


lain ketika merencanakan pemindahan ketempat tidur. Selanjutnya jika sudah
terbukti bahwa ini bukan Trauma medula, pasien dapat dipindahkan ketempat
tidur biasa tanpa bahaya.Sebaliknya kadang- kadang tindakan ini tidak
benar.Jika stryker atau kerangka pembalik lain tidak tersedia pasien harus
ditempatkan diatas matras padat dengan papan tempat tidur dibawahnya.

b) Penatalaksanaan Trauma Medula Spinalis ( Fase Akut)

11
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mencegah Trauma medula spinalis lebih
lanjut dan untuk mengobservasi gejala perkembangan defisit neurologis.
Lakukan resusitasi sesuai kebutuhan dan pertahankan oksigenasi dan
kestabilan kardiovaskuler
c) Imobilisasi
Tindakan immobilisasi harus sudah dimulai dari tempat kejadian/kecelakaan
sampai ke unit gawat darurat.. Yang pertama ialah immobilisasi dan stabilkan
leher dalam posisi normal; dengan menggunakan ’cervical collar’. Cegah agar
leher tidak terputar (rotation). Baringkan penderita dalam posisi terlentang
(supine) pada tempat/alas yang keras.
d) Stabilisasi Medis
Terutama sekali pada penderita tetraparesis/ tetraplegia, lakukan :
 Periksa vital signs
Segera normalkan ’vital signs’. Pertahankan tekanan darah yang normal
dan perfusi jaringan yang baik. Berikan oksigen, monitor produksi urin,
bila perlu monitor AGD (analisa gas darah), dan periksa apa ada
neurogenic shock.
 Pasang ’nasogastric tube’
 Pasang kateter urin
 Pemberian megadose Methyl Prednisolone Sodium Succinate dalam
kurun waktu 6 jam setaleh kecelakaan dapat memperbaiki konntusio
medula spinalis.
e) Mempertahankan posisi normal vertebra ”Spinal Alignment” Bila terdapat
fraktur servikal dilakukan traksi dengan Cruthfield tong atau Gardner-Wells
tong dengan beban 2.5 kg perdiskus. Bila terjadi dislokasi traksi diberikan
dengan beban yang lebih ringan, beban ditambah setiap 15 menit sampai
terjadi reduksi.
f) Dekompresi dan Stabilisasi Spinal
Bila terjadi ’realignment’ artinya terjadi dekompresi. Bila ’realignment’
dengan caran tertutup ini gagal maka dilakukan ’open reduction’ dan
stabilisasi dengan ’approach’ anterior atau posterior.
g) Rehabilitasi.
mungkin. Termasuk dalam program ini adalah ‘bladder training’, ’bowel
training’, latihan otot pernafasan, pencapaian optimal fungsi-fungsi neurologik
dan program kursi roda bagi penderita paraparesis/paraplegia.

2.2.10 Pencegahan
Faktor – faktor resiko dominan untuk Trauma medula spinalis meliputi usia
dan jenis kelamin. Frekuensi dengan mana faktor- faktor resiko ini dikaitkan
dengan Trauma medula spinalisbertindak untuk menekankan pentingnya
pencegahan primer. Untuk mencegah kerusakan dan bencana ini , langkah-
langkah berikut perlu dilakukan :
1) Menurunkan kecepatan berkendara.

12
2) Menggunakan sabuk keselamatan dan pelindung bahu.
3) Menggunakan helm untuk pengendara motor dan sepeda.
4) Program pendidikaan langsung untuk mencegah berkendara sambil mabuk.
5) Mengajarkan penggunaan air yang aman.
6) Mencegah jatuh.
7) Menggunakan alat- alat pelindung dan tekhnik latihan.

Personel paramedis diajarkan pentingnya memindahkan korban kecelakaan


mobil dari mobilnya dengan tepat dan mengikuti metode pemindahan korban
yang tepat kebagian kedaruratan rumah sakit untuk menghindari kemungkinan
kerusakan lanjut dan menetap pada medula spinalis.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

2.3.1 Pengkajian

A. Pengkajian Sebelum Pasien Datang (Pre Arrival)

Identitas Pasien Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, agama, suku/bangsa, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian,
diagnosa medis, nomor MR dan alamat.

Identitas penanggung jawab meliputi : nama, umur, pekerjaan, agama,


pendidikan, suku/bangsa, alamat, hubungan dengan klien.

Tanda –Tanda Vital

 Gcs

 Ttv

 Rr

 Nadi

 Suhu

B. Pengkajian Segera (Quick Assessment) Obesevasi ABCDE :

1. Airway : adanya desakan otot diafragma dan interkosta akibat cedera spinal
sehingga mengganggu jalan napas.

2. Breathing : pernapasan dangkal penggunaan otot-otot pernapasan, pergerakan


dinding dada

13
3. Circulation : hipotensi (biasanya systole kurang dari 90 mmHg), bradikardi,kulit
teraba hangat dan kering, poikilotermi(ketidakmampuan mengatur suhu tubuh
yang mana suhu tubuh bergantung pada suhu ingkungan).

4. Drug : Pemberian farmakoterapi pada penderita Trauma Medulla Spinalis adalah


pemberian kortikosteroid dosis tinggi khususnya metil prednison untuk
memperbaiki prognosis dan mengurangi kecacatan bila diberikan dalam 8 jam
cedera. Kemudian pemberian steroid dosis tinggi seperti Mannitol ( diberikan
untuk menurunkan edema ), Dextran ( diberikan untuk mencegah tekanan darah
menurun dan memperbaiki aliran daerah kapiler ).
5. Equitment :
 Alat saat pasien di UGD:

1) AGD, menunujukkan keefektifan pertukaran gas dan upaya ventilasi

2) CT-scan untuk menentukan tempat luka atau jejas

3) MRI untuk mengidentifikasi kerusakan saraf spinal

4) Foto Rontgen Torak untuk mengetahui keadaan paru (seperti perubahan


diafragma, atelektasis)

5) Sinar-X spinal untuk menentukan lokasi dan jenis cedera tulang


(fraktur/dislokasi)

6) Meylografi untuk memperlihatkan columna spinal jika fraktur patologisnya


tidak jelas atau dicurigai.

7) Computed Tomography (CT Scan) untuk menunjukkan rincian bidang


tertentu tulang yang terkena (lumbal) dan dapat memperlihatkan cedera
ligamen atau tendon.

 Alat saat pasien di UGD:


1) Oksigen, monitor produksi urin, bila perlu monitor AGD (analisa gas
darah), dan periksa apa ada neurogenic shock.
2) Pasang ’nasogastric tube’
3) Pasang kateter urin
4) Pemberian megadose Methyl Prednisolone Sodium Succinate dalam kurun
waktu 6 jam setaleh kecelakaan dapat memperbaiki konntusio medula
spinalis.

14
C. Pengkajian Lengkap (Comprehensive Assessment)

Keluhan utama

Keluhan yang sering muncul biasanya nyeri,kelemahan dan kelumpuhan ekstremitas,


inkontinensia, deformitas pada daerah trauma.

Riwayat kesehatan lalu

Pengkajian yang prlu dikaji meliputi adanya riwayat penyakit degenerative pada
tulang belakan seperti osteoporosis, atau kejadian yang memungkankan terjadinya
kelainan tulang belakan.

Riwayat Keluarga

Kaji apakah dalam keluarga pasien ada yang menderita penyakit yang berhubungan
dengan trauma medulla spinalis

Pengkajian fisik

 System pernapasan

Gangguan pernafasan,menurunnya vital kapasitas, menggunakan otot otot


pernafasan tambahan

 System kardiovaskuler

Bradikardia, hipotensi, orthostatic hipotensi

 Status neurologi

Nilai GCS karena 20% cedera medulla spinalis disertai dengan cedera kepala.

 Fungsi motoric

Kehilangan sebagian atau seluruh gerakan motoric dibawah garis


kerusakan.adanya quadriplegia, paraplegia.

 Reflex tendon

Adanya spinal shock seperti hilangnya reflex

 Fungsi sensorik

Hilangnya sensasi sebagian atau seluruh bagian dibawah garis kerusakan

 fungsi otonom

15
Hilangnya tonus vasomotor, kerusakan termoguler autonomic hiperefleksia
(kerusakan t6 ke atas)

Adanya nyeri kepala, peningktan tekanan darah,bradikrdia, cemas,dan


gangguan penglihatan.

 Fungsi gastrointestinal

Pengosongan lambung yang lama,ileus paralitik, tidak ada bising usus,feses


keras atau inkoninensia

 System urinaria

Retensi urine,inkontinensia

 Sitem muskulokeletal

Atropi otot, menurunnya gerak sendi (rom)

 Kulit

Adanya kemerahan pada daerah yang tertekan

Pemeriksaan diagnostic

a. Sinar X spinal

Menentukan lokasi dan jenis Trauma tulan (fraktur, dislokasi), unutk


kesejajaran, reduksi setelah dilakukan traksi atau operasi

b. Skan ct

Menentukan tempat luka / jejas, mengevaluasi ganggaun structural

c. MRI

Mengidentifikasi adanya kerusakan saraf spinal, edema dan kompresi

d. Mielografi.

Untuk memperlihatkan kolumna spinalis (kanal vertebral) jika faktor


putologisnya tidak jelas atau dicurigai adannya dilusi pada ruang sub
anakhnoid medulla spinalis (biasanya tidak akan dilakukan setelah mengalami
luka penetrasi).

e. Foto ronsen torak,

Memperlihatkan keadan paru (contoh : perubahan pada diafragma, atelektasis)

16
f. Pemeriksaan fungsi paru (kapasitas vita, volume tidal) :

mengukur volume inspirasi maksimal khususnya pada pasien dengan trauma


servikat bagian bawah atau pada trauma torakal dengan gangguan pada saraf
frenikus /otot interkostal).

g. GDA : Menunjukan kefektifan penukaran gas atau upaya ventilasi

D. Pengkajian Berkelanjutan (On Going Assessment)

Kontinuitas monitoring kondisi pasien setiap 1-2 jam pada saat kritis, selanjutnya
sesuai kondisi pasien, yang perlu dikaji:

 Tanda-tanda vital
 keadaan umum pasien
 GCS
 TD
 Nadi
 CRT
 Keseimbangan cairan dan elektrolit.

 Hemodinamika : Mengidentifikasi perubahan status hemodinamika secara dini


yaitu MAP,CVP,PAP,PCWP)
 Memperhatikan komplikasi dari trauma spinalis yaitu terjadinya Syok
neurogenic. Alat yang dipasang : Oksigen, monitor produksi urin, bila perlu
monitor AGD (analisa gas darah), dan periksa apa ada neurogenic shock,
Pasang ’nasogastric tube,Pasang kateter urin, Pemberian megadose Methyl
Prednisolone Sodium Succinate dalam kurun waktu 6 jam setaleh kecelakaan
dapat memperbaiki konntusio medula spinalis.

2.3.2 Analisa Data Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (1996).


2. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan muskuloskelettal dan neuromuskuler (1973,
1998).

3. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan kerusakan sensori motorik (1973).

17
4. Inkontinensia fekal berhubungan dengan kerusakan susunan saraf motorik bawah
(1975,1998).
5. Resiko gangguan integritas kulit b.d faktor resiko perubahan sirkulasi (1975,1998).

Rencana keperawatan

No Kode (SDKI) SLKI SIKI

Diagnosa
Keperawatan

1.    1.    D.0077 Setelah dilakukan Utama:


tindakan selama 3x 24
Nyeri akut b.d agen  Manajemen nyeri
jam diharapakan:
cede-ra : fisik  Pemberian anlgetik
ditandai dengan Utama:
Pendukung:
mengeluh nyeri:
 Tingkat nyeri
tampak menangis  Dukungan pengungkapan
kebutuhan
Tambahan:  Edukasi efeksamping obat
 Edukasi manajemen nyeri
 Fungsi gastro
intestinal  Edukasib proses penyakit

 Kontrolnyeri  Edukasi tekhnik napas

 Mobilitas fisik  Kompres dingin

 Penyembuhan  Kompres panas

luka  Konsultasi

 Perfusi miokard  Latihan pernapasan

 Perfusi perifer  Manajemen efek samping

 Pola tidru obat

 Status  Manajemen kenyamanan

kenyamanan lingkungan
 Manajemen medikasi
 Pemantauan nyeri
 Pemberian obat

18
 Pemberian obat intravena
 Pemberian obat oral
 Pemberian obat topical
 Pengaturan posisi
 Perawatan amputasi
 Perawatan kenyamanan
 Terapi relaksasi

2 D. 0054 Setelah dilakukan Utama:


tindakan selama 3x 24
Gangguan  Dukungan mobilisasi
jam diharapakan:
mobilitas fisik b.d
Pendukung:
kerusakan Utama:
muskuloskelettal  Dukungan perawatan diri
 Mobilitas fisik
dan neuromuskuler
Tambahan:

 Tolernasi
aktifitas

3.        D. 0040 Setelah dilakukan Manajemen Eliminasi Urine


3. tindakan selama 3x 24 (I.04152)
Gangguan
jam diharapakan:
eliminasi urin b.d Observasi
dengan kerusakan  Eliminasi Urine
 Identifkasi tanda dan gejala
sensori motorik membaik
retensi atau inkontinensia
(L.04034 )
urine
 Identifikasi faktor yang
menyebabkan retensi atau
inkontinensia urine
 Monitor eliminasi urine
(mis. frekuensi, konsistensi,

19
aroma, volume, dan warna)

Terapeutik

 Catat waktu-waktu dan


haluaran berkemih
 Batasi asupan cairan, jika
perlu
 Ambil sampel urine tengah
(midstream) atau kultur

Edukasi

 Ajarkan tanda dan gejala


infeksi saluran kemih
 Ajarkan mengukur asupan
cairan dan haluaran urine
 Anjurkan mengambil
specimen urine midstream
 Ajarkan mengenali tanda
berkemih dan waktu yang
tepat untuk berkemih
 Ajarkan terapi modalitas
penguatan otot-otot
pinggul/berkemihan
 Anjurkan minum yang cukup,
jika tidak ada kontraindikasi
 Anjurkan mengurangi minum
menjelang tidur

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian obat


suposituria uretra jika perlu

4.         4 D. 0041 Setelah dilakukan LaLatihan eliminasi fekal


tindakan keperawatan

20
Inkontinensia Fekal selama 3x 24 jam Obbservasi:
b.d dengan diharapkan:
 Monitor peristaltic usus
kerusakan susunan
Utama:
saraf motorik Terapeutik:
bawah  Kontinensia fekal
 Anjurkan waktu yang konsisten
membaik
untuk BAB
Tambahan:  Berikan privasi kenyaman dan
posisi yang meningkatkan
 Pengontrolan
defekasi
pengeluaran feses
 Gunakan enema rendah jika
 Frekuensi BAB
perlu
 Defekasi
Edukasi:

 Anjurkan mengkonsumsi
makanan tertentu seuai
program atau hasil
konsultasi
 Anjurkan asupan cairan yang
adekuat sesuai kebutuhan
 Anjurkan olahraga sesuai
toleransi

Kolaborasi:

 Kolaborasi penggunaan
supositoria jika perlu

5.     5     D. 0129 Setelah dilakukan 1.  PERAWATAN INTEGRITAS


tindakan keperawatan KULIT (I.11353)
Resiko Gangguan
selama 3 x 24 jam
kerusakan O observasi
integritas kulit b.d  Integritas Kulit
 Identifikasi penyebab

21
Faktor resiko : Dan Jaringan gangguan integritas kulit
meningkat (mis. Perubahan sirkulasi,
Perubahan sirkulasi
perubahan status nutrisi,
peneurunan kelembaban,
suhu lingkungan ekstrem,
penurunan mobilitas)

Terapeutik

 Ubah posisi setiap 2 jam jika


tirah baring
 Lakukan pemijatan pada
area penonjolan tulang, jika
perlu
 Bersihkan perineal dengan
air hangat, terutama selama
periode diare
 Gunakan produk berbahan
petrolium atau minyak pada
kulit kering
 Gunakan produk berbahan
ringan/alami dan hipoalergik
pada kulit sensitif
 Hindari produk berbahan
dasar alkohol pada kulit
kering

Edukasi

 Anjurkan menggunakan
pelembab (mis. Lotin, serum)
 Anjurkan minum air yang cukup
 Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
 Anjurkan meningkat asupan

22
buah dan saur
 Anjurkan menghindari terpapar
suhu ektrime
 Anjurkan menggunakan tabir
surya SPF minimal 30 saat
berada diluar rumah

23
BAB III
CONTOH KASUS DENGAN TRAUMA SPINAL

3.1 Pengkajian
Pada bab ini penulis akan menyajikan asuhan keperawatan pada klien Nn. M Dengan

Trauma Medulla Spinalis di Ruang Divia Cita Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said

Sukanto Jakarta dari tanggal 30 Juli 2003 – 01 Agustus 2003. Dalam memberikan asuhan

keperawatan, penulis menggunakan pendekatan proses keperawatan meliputi pengkajian,

diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

Identitas pasien

Pasien bernama Nn. M, perempuan, usia 42 tahun, belum menikah, agama Islam, suku

bangsa Betawi, pendidikan terakhir SD, bahasa yang digunakan Bahasa Indonesia, pekerjaan

wiraswasta. Klien tinggal di Jl. Batu Ampar Rt 007/04 No. 13 A. Klien masuk rumah sakit

tanggal 09 Juli 2003 pukul 20.30 WIB dengan Diagnosa Paraparese ( Trauma Medulla

Spinalis ).

Riwayat kesehtan

a. keluhan utama

Keadaan umum sakit sedang, kesadaran compos mentis, klien mengatakan ada

luka di daerah bokong dan pergelangan kaki kanan, klien mengatakan kedua

kakinya tidak dapat digerakkan sejak 1 minggu yang lalu, klien mengatakan

tubuhnya sedikit panas, klien mengatakan tidak terasa bila ingin BAK dan BAB,

klien mengatakan khawatir mengenai kondisi penyakitnya, klien mengatakan belum

mengerti tentang penyakitnya, terdapat luka dekubitus berdiameter 3x8 cm di

24
daerah bokong dan terdapat luka pada pergelangan kaki kanan berdiameter 2x2 cm,

balutan luka bersih.

b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Riwayat kesehatan masa lalu, + 3 minggu yang lalu klien terjatuh dari kursi

dan jatuh kembali ketika ingin mengambil air wudhu di kamar mandi. Kemudian

sejak 1 minggu yang lalu kedua kaki klien tidak dapat digerakkan, tidak terasa bila

ingin BAB dan BAK. Oleh keluarganya , klien dibawa ke klinik 24 jam untuk di

periksa oleh dokter dan diberikan pengobatan. Tetapi karena tidak ada perubahan

maka klien dibawa ke rumah sakit. Pasien tidak mempunyai riwayat alergi terhadap

obat, makanan dan lingkungan serta binatang.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Untuk memperoleh informasi mengenai faktor resiko yang menyebabkan

penyakit seperti yang diderita oleh Nn. M, maka penulis membuat Genogram

Keluarga Nn. M yaitu :

X X X X

25
Keterangan : = Laki-laki

= Perempuan

= Penderita Traumka Medulla Spinalis

= Laki-laki meninggal

= Perempuan meninggal

= Perkawinan

= Tinggal satu rumah

Di dalam keluarga Nn. M tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit seperti

yang diderita oleh klien.

d. Riwayat psikososial dan spiritual

Orang yang terdekat dengan klien adalah ibunya, interaksi dalam keluarga

baik, pola komunikasi terbuka/baik, pembuat keputusan adalah dimusyawarahkan

dan setiap bulannya mengikuti pengajian. Dampak penyakit pasien terhadap

keluarga adalah keluarga Nn. M sedih karena Nn. M dirawat di rumah sakit

sedangkan masalah yang mempengaruhi klien adalah memikirkan kondisi kedua

kakinya yang nantinya apakah dapat kembali normal dan dapat berjalan seperti

biasa.

Mekanisme koping terhadap stress adalah pemecahan masalah dengan

didiskusikan, hal yang sangat dipikirkan saat ini oleh klien yaitu mengenai kondisi

kedua kakinya yang nantinya apakah dapat kembali normal dan dapat berjalan

26
seperti biasa, harapan klien setelah menjalani perawatan menjadi lebih baik dan

sembuh dari penyakitnya. Perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit adalah

tidak dapat melaksanakan segala aktivitas seperti biasanya. Tugas perkembangan

menurut usia adalah bekerja sedangkan sistem nilai kepercayaan tidak bertentangan

dengan kesehatan, klien berdoa kepada Allah untuk kesembuhannya.

Pola kebiasaan sehari-hari sebelum sakit

a. Pola Nutrisi

Pola nutrisi makan 3 x sehari, nafsu makan baik, jenis makanan di rumah nasi,

lauk-pauk, tidak terlalu suka sayur, kadang-kadang buah-buahan. Tidak mempunyai

makanan pantangan, kebiasaan sebelum makan mencuci tangan, BB : 52 kg TB : 160

cm.

b. Pola Eliminasi

Pola eliminasi klien BAK tidak terkontrol, warna urine kuning keruh, jumlah

1500 cc/hari, tidak terasa saat BAK, sedangkan BAB klien juga tidak terkontrol,

warna feses kecoklatan, bau khas feses, konsistensi lunak, BAK dan BAB di tempat

tidur dibantu oleh ibu klien.

c. Pola Personal Hygiene

Pola personal hygiene pasien mandi 2 x sehari menggunakan sabun Lifeboy,

menggosok gigi 2 x/hari diwaktu pagi dan setelah makan, klien mencuci rambut 3 x

seminggu menggunakan shampo Sunsilk, semuanya dilakukan di atas tempat tidur

dan ibunya yang melakukannya.

d. Pola Istirahat Tidur

27
Pola istirahat – tidur, lamanya tidur 4 – 5 jam/hari, tidak tidur siang.

e. Pola Aktifitas dan Latihan

Pola aktivitas dan latihan, kegiatan dalam bekerja sebagai wira swasta, waktu

bekerja pagi, olah raga tiap hari, jenisnya jalan dan lari pagi. Kegiatan yang

dilakukan klien disaat senggang adalah mengaji.

f. Pola Kebiasaan Sehari-hari

Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan klien tidak ada karena klien

tidak merokok, tidak mengkonsumsi miuman keras dan tidak ketergantungan obat.

3. Pemeriksaan fisik

a. Sistem Penglihatan

Hasil pemeriksaan sistem penglihatan adalah posisi mata simetris, kelopak

mata normal, gerakan bola mata normal, konjungtiva normal/merah muda, sklera

anikterik, pupil isokor diameter kanan 3 mm dan kiri 3 mm, otot-otot mata tidak

ada kelainan, fungsi penglihatan baik, tidak ada tanda-tanda radang, tidak

memakai kaca mata, tidak memakai lensa kontak, reaksi terhadap cahaya positif,

baik.

b. Sistem Pendengaran

28
Hasil pemeriksaan sistem pendengaran adalah daun telinga normal,

karakteristik serumen tidak ada, kondisi telinga normal, cairan di telinga tidak ada,

tidak ada perasaan penuh di telinga. Tinitus tidak ditemukan, fungsi pendengaran

baik, tidak menggunakan alat bantu.

c. Sistem Wicara

Hasil pemeriksaan sistem wicara, klien tidak mengalami gangguan wicara.

d. Sistem Pernafasan

Hasil pemeriksaan sistem pernafasan adalah jalan nafas bersih, tidak sesak

nafas, jenis pernafasan thoracal-abdominal, tidak menggunakan otot bantu

pernafasan, frekuensi pernafasan 18 x/menit, irama teratur, kedalaman nafas

dalam, batuk tidak ada, suara nafas normal.

e. Sistem Kardiovaskuler

Hasil pemeriksaan pada sistem kardiovaskuler adalah nadi 84 x/menit, irama

teratur, denyut kuat, Tekanan Darah 110/70 mmHg. Tidak terjadi distensi vena

jugularis baik kanan maupun kiri, temperatur kulit hangat, warna kulit kemerahan,

pengisian kapiler 3 detik, mukosa bibir lembab; sirkulasi jantung, kecepatan

denyut apical 88x/menit, irama teratur, tidak terjadi kelainan bunyi jantung dan

tidak sakit dada.

f. Sistem Hematologi

Hasil pemeriksaan pada sistem hematologi tanggal 11 Juli 2003 adalah

hemoglobin 10,5 gr/dl, leukosit : 18.900/mm³, hematokrit 31 vol% dan trombosit

194.000 ribu/ul. Mengeluh kesakitan pada daerah luka di bokong, kondisi klien

lemah.

29
g. Sistem Saraf Pusat

Hasil pemeriksaan pada sistem saraf pusat adalah tingkat kesadaran compos

mentis, tidak terjadi peningkatan TIK, GCS 15 ( E4 M6 V5 ), terjadi kelumpuhan

extremitas bawah.

h. Sistem Pencernaan

Hasil pemeriksaan pada sistem pencernaan adalah keadaan mulut; gigi tidak

caries, tidak menggunakan gigi palsu, tidak stomatitis, lidah tidak kotor, saliva

normal, tidak muntah, tidak mual, nafsu makan baik, tidak nyeri di daerah perut

dan tidak ada rasa penuh di perut, BAB tidak terkontrol, BAB dipempers,

konsistensi padat, warna coklat kehitaman, tidak terjadi distensi abdomen.

i. Sistem Endokrin

Hasil pemeriksaan pada sistem endokrin tanggal 11 Juli 2003 adalah gula

darah nucter 104 mg/dl, post prondial 141 mg/dl, tidak terjadi poliuria, tidak

terjadi polidipsi dan tidak terjadi poliphagia.

j. Sistem Urogenital

Hasil pemeriksaan pada sistem urogenital adalah urine tidak terkontrol,

terpasang kateter sejak tanggal 09 Juli 2003, kondisi kateter kotor, jumlah urine

1500-1800 cc/hari, warna urine kuning kental/coklat,

30
k. Sistem Integumen

Hasil pemeriksaan pada sistem integumen adalah turgor kulit sedang, warna

kulit kemerahan, keadaan kulit terdapat luka pada pergelangan kaki kanan

berdiameter 2x2 cm, luka dekubitus berdiameter 3x8 cm pada daerah bokong,

kondisi luka basah, balutan luka bersih, keadaan rambut textur baik, kebersihan

rambut bersih.

l. Sistem Muskuloskeletal

Hasil pemeriksaan pada sistem muskuloskeletal adalah klien mengeluh extremitas

bawah tidak dapat digerakkan, kekuatan tonus otot 5555 5555,

1111 1111

keadaan tonus otot hipotoni, mobilisasi miring kanan-kiri di tempat tidur, frekuensi

jarang.

m. Sistem Kekebalan Tubuh

Hasil pemeriksaan pada sistem kekebalan tubuh suhu 37.2 C, BB

sebelum sakit 52 kg, BB setelah sakit 50 kg dan tidak terjadi pembesaran kelenjar

getah bening.

6. Data Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang diperoleh pada Nn. M adalah sebagai berikut :

 Pemeriksaan darah yang dilakukan pada tanggal 11 Juli 2003 ditemukan

Haemoglobin 10,5 gr/dl (N P 14 – 18, W : 12 – 16),

 Leukosit 18.900/mm³ (N 5000 – 10.000)

 Hematokrit : 31 vol% (N P 35 – 45, W : 37 – 46)

31
 Trombosit 194.000 ribu/ul (N 142.000 – 424.000).

Pemeriksaan kimia klinik yang dilakukan pada tanggal 11 Juli 2003 ditemukan

Cholesterol Total 86 mg/dl ( N. 150-250 ), Ureum 40 mg/dl (N 20 – 50),

Creatinin 0,8 mg/dl (N 0,8 – 1,2), Trigliserid 144 mg/dl ( N. 30-150 ),

Gula Darah Nucter 104 mg/dl (N 60-110), Gula Darah Post Prondial 141 mg/dl ( N.

60-140 ).

Pemeriksaan RO’ Thorax-Lumbal tanggal 15 Juli 2003 dengan hasil

Alignment baik, kompresi corpus Torakal 7 dan 8, sela diskus sebagian kesan baik,

para vertebral terselubung ? Kesan kompresi corpus Torakal 7 dan Torakal 8

( DD/Spondilosis Thorakalis ec. TB ).

Pemeriksaan RO’ Thorax tanggal 18 Juli 2003 dengan hasil Sinus/diafragma

baik, jantung kesan baik, paru : corakan kasar, tidak tampak lesi/spesifik aktif. Kesan

: Jantung / Paru dalam batas normal.

Pemeriksaan MRI Thorakal tanggal 23 Juli 2003 dengan hasil kesan

spondilitis ( TB ? ) dengan fraktur compresi Torakal 7 dan Torakal 8, dengan

fragmen dan infiltrat yang menonjol ke posterior/intrakanalis, menekan medulla

spinalis dan tampak Myelopathi setinggi Torakal 6-9, selain itu tampak fokus-fokus

abses pada corpus Torakal 10 - Lumbal 3 ( DD/ Metastasis ).

Tampak pula destruksi parsial/erosi pada corpus C5-Lumbal 1 dan Lumbal 2 dan

protrusio ringan diskus invertebralis segmen Lumbal 1-Lumbal 2 ke posterior medial

yang mengakibatkan indentasi thecal sac.

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang diberikan pada Nn. M adalah sebagai berikut: Obat-

obatan yang diberikan dari tanggal 09 Juli 2003 - 19 Juli 2003 adalah Inj. Cefriaxone

32
1x1 gram ( IV ), Inj. Dexamethasone 4x5 mg ( IV ), Cimetidine 3x1 tab, Neurobion

500 1x1 tab dan Infus Dextrose 5 % : 20 tts/mnt ditangan kanan. Sedangkan obat-

obatan dari tanggal 20 Juli 2003 – 01 Agustus 2003 adalah Cimetidine 3x1 tab,

Neurobion 500 1x1 tab, Cefadroxil 3x500 mg, Vitazym 3x1 tab dan New Diatab 3x1

tab ( kalau perlu ). Kemudian klien mendapatkan Diet MB 1800 kal.

3.2 diagnosa keperawatan


Analisa Data
Analisa data yang ditemukan pada klien Nn. M dengan Trauma Medulla Spinalis

adalah sebagai berikut :

Untuk data subyektifnya klien mengatakan tidak terasa saat BAK dan BAB.

Sedangkan data obyektifnya : Urine tidak terkontrol, terpasang kateter sejak tanggal 09

Juli 2003, kondisi kateter kotor, warna urine kuning kental/coklat, out put 1500-1800

cc/hari, BAB tidak terkontrol, BAB dipempers, konsistensi padat, warna coklat kehitaman,

bau khas feses, bising usus 16x/menit. Masalah yang ditemukan adalah Gangguan pola

eliminasi BAK dan BAB. Etiologinya dampak dari disfungsi persarafan pada kandung kemih

dan rektum.

Untuk data subyektifnya klien mengatakan kedua kakinya / extremitas bawah tidak

dapat digerakkan. Sedangkan data obyektifnya ditemukan tampak mobilisasi

miring kanan - kiri di tempat tidur, kekuatan tonus otot

( motorik ) 5555 5555, Masalah ditemukan yang


1111 1111 intoleransi aktifitas Etioloiginya
kerusakan neuro muskuler.
Untuk data subyektifnya klien mengatakan tidak mual dan muntah, sedangkan data
obyektifnya nafsu makan baik, makan habis 1 porsi, tidak terlalu suka sayur, haemoglobin
10,5 gr/dl, diet MB 1800 kalori, Berat badan klien 50 kg, tinggi badan klien 160 cm. Masalah

33
yang ditemukan Resiko tinggi terhadap pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang ade kuat.
Etiologinya Hipermetabolik.
Untuk data subyektifnya klien mengatakan ada luka di daerah bokong dan

pergelangan kaki kanan, serta tubuhnya sedikit demam. Sedangkan data

obyektifnya : Suhu 37.2 C, terpasang kateter sejak tanggal 09 Juli 2003, kondisi kateter kotor,

terdapat luka pada pergelangan kaki kanan berdiameter 2x2 cm, terdapat luka dekubitus

berdiameter 3x8 cm, kondisi luka basah, balutan bersih. Masalah yang ditemukan Resiko

tinggi terhadap infeksi. Etiologinya terbukanya jaringan kulit, prosedur invasive dan

menurunnya sistem imunitas.

Untuk data obyektifnya : tampak pada hasil MRI thoracal ; tampak fraktur compresi

Torakal 7 dan 8 serta terdapat myelopathi Torakal 6-9. Masalah yang ditemukan Resiko

Tinggi terhadap Disrefleksia Torakal 7 dan 8. Etiologinya Cedera Medulla Spinalis Torakal 7

dan 8.

Untuk data subyektifnya klien mengatakan khawatir dengan kondisinya. Sedangkan

data obyektifnya : tampak sedih, tampak wajah tegang. Masalah yang ditemukan Cemas.

Eetiologinya Dampak dari kehilangan fungsi kedua kakinya.

Untuk data subyektifnya klien mengatakan belum mengerti tentang penyakitnya dan

akan pulang tanggal 31 Agustus 2003. Sedangkan data obyektifnya tampak klien dan

keluarga bertanya kepada perawat, tampak selama dirawat terdapat luka dekubitus di daerah

bokong dan pergelangan kaki kanan. Masalah yang ditemukan adalah Kurang Pengetahuan,

Etiologinya kurangnya informasi mengenai kondisi, prognosis dan pengobatan.

Diagnose keperawatan

1. Gangguan Pola Eliminasi BAK dan BAB berhubungan dengan

Dampak dari disfungsi persarafan kandung kemih dan rektum.

34
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kerusakan neuro

muskuler.

3. Resiko tinggi terhadap pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang adekuat berhubungan


dengan hipermetabolik.
4. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan terbukanya jaringan kulit,
prosedur invasif dan menurunnya sistem imunitas.
5. Resiko tinggi terhadap DisrefleksiaTorakal 7 dan 8 berhubungan dengan Cedera

Medulla Spinalis Torakal 7 dan 8.

6. Rasa cemas berhubungan dengan dampak dari kehilangan fungsi kedua kakinya.

7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai prognosis,

kondisi dan kebutuhan pengobatan.

3.3 Rencana Tindakan Keperawatan


1. Gangguan Pola Eliminasi BAK dan BAB berhubungan dengan dampak dari disfungsi
persarafan kandung kemih dan rektum ditandai dengan :

DS : Klien mengatakan tidak terasa saat BAK dan BAB.

DO : Urine tidak terkontrol, terpasang kateter sejak tanggal 09 Juli 2003, kondisi kateter
kotor, warna urine kuning kental/coklat, out put 1500-1800 cc/hari, BAB tidak terkontrol,
tampak BAB di pempers, warna feses coklat kehitaman, bau khas feses, konsistensi padat,
bising usus 16x/menit.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan dapat


mempertahankan inkontinensia urine dan usus.

KH : BAK lancar, warna urine kuning jernih, out put 1500-2000 cc/hari, BAB normal,
warna kuning kecoklatan, bising usus ada.

Rencana tindakan :

Kaji pola berkemih klien, palpasi adanya distensi kandung kemih, anjurkan klien untuk
minum + 2-4 lt/hari, lakukan perawatan kateter tiap 1x24 jam, bersihkan daerah perineum
dan lakukan vulva hygiene tiap 1x24 jam, auskultasi bising usus, observasi adanya distensin
abdomen, anjurkan klien untuk makan-makanan yang tinggi serat dan konsumsi buah-
buahan, beri perawatan kulit, melaksanakan pemberian obat cimetidine 3x1 tab.

2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler ditandai dengan :

DS : Klien mengatakan kedua kakinya / extremitas bawah tidak dapat digerakkan.

35
DO : Mobilisasi miring kanan-kiri di tempat tidur, kekuatan tonus otot 5555 5555

1111 1111

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan kekuatan


tonus otot meningkat 5555 5555

1111 1111

KH : Kontraktur pada extremitas atas tidak terjadi, mempertahankan kekuatan tonus otot
meningkat 5555 5555, mobilisasi miring kanan – kiri tiap 1x60 menit. 1111 1111

Rencana tindakan :

Kaji secara teratur fungsi motorik, observasi tanda-tanda vital, ganti posisi secara periodik,
ajarkan latihan ROM tiap 1x24 jam, berikan perawatan diri dan ajarkan tehnik
relaksasi,melaksanakan pemberian obat Neurobion 500 1x1 tab.

3. Resiko tinggi terhadap pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan

hipermetabolik. ditandai dengan :

DS : Klien mengatakan tidak mual dan muntah.


DO : Makan habis 1 porsi, tidak terlalu suka sayur, nafsu makan baik, haemoglobin
10,5 gr/dl, berat badan klien 50 kg, tinggi badan klien 160 cm.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi.
KH : Makan habis 1 porsi, BB meningkat, menyukai sayuran, nafsu makan baik,
haemoglobin dalam batas normal ( 12-16 gr/dl ).
Rencana tindakan :
Kaji intake dan out put klien, hidangkan makanan dalam keadaan hangat,
ciptakan lingkungan yang nyaman, beri makan sedikit tetapi sering, hindarkan dari
bau-bauan yang tidak sedap, melaksanakan pemberian program terapi Vitazym 3x1
tab.
4. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan terbukanya jaringan kulit dan
prosedur invansif serta menurunnya sistem immunitas ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan ada luka pada daerah bokong dan dipergelangan kaki
kanan bawah, klien mengatakan sedikit demam..
DO : Suhu 37.2 C, area sekitar luka berwarna kemerahan, terdapat luka dekubitus
berdiameter 3x8 cm di daerah bokong dan luka dipergelangan kaki kanan
bawah berdiameter 2x2 cm, terpasang kateter sejak tanggal 09 Juli 2003,
kondisi kotor.

36
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
infeksi tidak terjadi.
KH : Suhu tubuh normal 36’ C – 37’ C, luka dekubitus menjadi 2x5 cm, luka
dipergelangan tangan menjadi 1x1 cm, kateter bersih, infeksi tidak terjadi.
Rencana tindakan :
Kaji tanda-tanda infeksi, anjurkan klien untuk mencuci tangan apabila selesai
berhubungan dengan orang lain, lakukan perawatana luka tiap 1x24 jam dengan
tehnik aseptik dan anti septik menggunakan cairan H2O2, Na Cl 0,9 % dan Betadine
Salut, melaksanakan pemberian program terapi cefadroxil 3x500 mg, lakukan
perubahan posisi secara periodik setiap 2 jam sekali.
5. Resiko tinggi terhadap disrefleksia torakal 7 dan 8 berhubungan dengan cedera medulla
spinalis toracal 7 dan 8 ditandai dengan :
DS : -
DO : Tampak pada hasil MRI Toracal ; tampak fraktur compresi Th 7 dan 8,
Tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi 84 x/menit, Suhu 37.2 C,
Frekuensi Pernafasan 18 x/menit
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
tidak meluasnya disrefleksi torakal.
KH : Mempertahankan disrefleksi torakal 7 dan 8, mengenal tanda / gejala
syndrom, tanda-tanda vital dalam batas normal
Rencana tindakan :
Observasi tanda-tanda vital, berikan posisi semi fowler, anjurkan anggota
keluarga untuk mendampingi klien.
6. Cemas berhubungan dengan dampak dari kehilangan fungsi kedua kakinya ditandai

dengan :

DS : Klien mengatakan khawatir mengenai kondisi dirinya.


DO : Tampak sedih, wajah tampak tegang.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
cemas berkurang atau hilang.
KH : Cemas hilang / berkurang, wajah tampak rileks, tenang, klien dapat
menerima kondisi dirinya.
Rencana tindakan :
Observasi tanda-tanda vital, pantau status fisik, berikan masase secara
periodik, ajarkan tehnik relaksasi, dukung klien dalam menerima realita situasi
khususnya untuk rencana periode penyembuhan yang lama.

37
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai kondisi,

prognosis dan kebutuhan pengobatan ditandai dengan :

DS : Klien belum mengerti tentang penyakitnya dan akan pulang tanggal 31 Juli
2003.
DO : Tampak klien dan keluarga sering bertanya kepada perawat, tampak
selama dirawat terdapat luka dekubitus dan luka dipergelangan kaki.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x60 menit
diharapkan klien dapat mengerti dan memahami kondisi, prognosis dan
pengobatan.
KH : Klien dan keluarga mengerti dan memahami penyakit, prognosis,
penyebab, tanda dan gejala dan cara pengobatan penyakit di rumah
sakit dan di rumah.
Rencana tindakan :
Ciptakan lingkungan saling percaya dengan mendengarkan penuh perhatian.
Selalu ada untuk pasien, beri pendidikan kesehatan mengenai pengertian, penyebab,
tanda dan gejala, perawatan dan pengobatan.
Implementasi
Hari Rabu, 30 Juli 2003
Dx 1 Pada pukul 09.15 WIB melakukan palpasi kandung kemih hasil tidak terjadi distensi
kandung kemih. Pada pukul 09.40 mengauskultasi bising usus hasil bising usus 16
x/menit Pada pukul 12.00 WIB memberikan obat Cimetidine 1x1 tab, Pada pukul
13.15 WIB mengobservasi adanya distensi abdomen hasil tidak terjadi distensi
abdomen. Pada pukul 13.25 WIB memberikan perawatan kulit hasil warna kulit
kemerahan, klien tampak nyaman. Pkl. 15.30 WIB melakukan palpasi kandung
kemih, hasil tidak terjadi distensi kandung kemih. Pkl. 17.00 WIB memberikan obat
Cimetidine 1x1 tab. Pkl. 18.15 WIB memberikan air minum + 300 cc, hasil klien
minum + 300 cc. Pkl. 20.30 mengkaji warna urine klien, hasil warna urine kuning
kental/coklat. Pkl. 22.00 mengobservasi pasien, hasil keadaan umum sakit sedang,
kesadaran compos mentis, klien tampak sedang tidur. Pkl. 06.00 WIB melakukan
vulva hygiene, hasil daerah vulva bersih.
Dx 2 Pada pukul 09.00 WIB mengobservasi tanda-tanda vital hasil TD. 110/70 mmHg, N.
84 x/menit, S. 37.2 C, Rr. 18 x/menit. Pada pukul 10.00 WIB Memberikan latihan
gerak aktif, hasil kontraktur extremitas atas tidak terjadi, kekuatan tonus otot 5555
5555 . Pada pukul 11.00 WIB mengobservasi
1111 1111 tanda-tanda vital hasil TD. 100/70 mmHg,
N. 84 x/menit, S. 37 C, Rr. 18 x/menit. Pkl. 12.00 memberikan obat Neurobion 1x1
tab kepada klien. Pukul 13.45 Mengajarkan mobilisasi miring kanan-kiri ditempat
tidur hasil klien dapat melakukannya selama 1 menit. Pukul 14.00 WIB Mengajarkan

38
latihan ROM hasil extremitas atas dapat digerakkan dan extremitas bawah tidak dapat
digerakkan. Pukul 16.00 WIB Mengobservasi tanda-tanda vital hasil TD. 100/70
mmHg, N. 82 x/menit, S. 36.9 C, Rr. 18 x/menit. Pukul 20.00 WIB Mengobservasi
tanda-tanda vital hasil TD. 110/70 mmHg, N. 84 x/menit, S. 36.8 C, Rr. 18
x/menit. Pkl. 05.30 WIB mengobservasi tanda tanda vital hasil TD. 100/70 mmHg,
N. 82 x/menit, S. 36 C, Rr. 18 x/menit
Dx 3 Pada pukul 11.00 WIB menghidangkan dan memberikan makanan siang kepada
pasein, hasil makan habis 1 porsi, sayur tidak habis, diet MB 1800 kalori. Pukul 15.45
WIB menciptakan lingkungan yang nyaman dan menghindari klien mencium bau-
bauan yang tidak sedap, hasil lingkungan nyaman, bau-bauan tidak ada. Pkl. 17.00
WIB menghidangkan dan memberikan makanan sore kepada klien, hasil makan habis
1 porsi, tampak masih ada sayur, diet MB 1800 kalori. Pkl. 05.40 WIB
menghidangkan dan memberikan makanan pagi kepada klien, hasil makan habis 1
porsi, sayur tidak dihabiskan, diet MB 1800 kalori.
Dx. 4 Pada pukul 09.30 WIB Melakukan perawatan luka tiap 1x24 jam dengan tehnik
aseptik dan anti septik menggunakan cairan H2O2, Na Cl 0,9 % dan Betadine Salut
hasil luka basah, balutan tampak bersih, tampak luka dekubitus berdiameter 3x8 cm di
daerah bokongdan tampak luka dipergelangan kaki kanan berdiameter 2x2 cm. Pukul
14.15 WIB Mengkaji tanda-tanda infeksi hasil area sekitar luka tampak kemerahan.
Pukul 12.00 WIB Memberikan obat Cefadroxil 3x1 tab. Pkl. 18.30 WIB Melakukan
perawatan luka tiap 1x24 jam dengan tehnik aseptik dan anti septik menggunakan
cairan H2O2, Na Cl 0,9 % dan Betadine Salut hasil luka basah, balutan tampak bersih,
tampak luka dekubitus berdiameter 3x8 cm di daerah bokong dan tampak luka
dipergelangan kaki kanan berdiameter 2x2 cm. Pkl. 21.30 WIB mengajarkan
mobilisasi mirig kanan-kiri di tempat tidur, hasil klien dapat miring kanan-kiri
ditempat tidur selama 1 menit.
Dx 5 Pada pukul 09.00 WIB Mengobservasi tanda-tanda vital hasil TD. 110/70 mmHg, N.
84x/menit, S. 37.2 C, Rr. 18 x/menit. Pukul 15.00 WIB Memberikan posisi semi
fowler hasil sesak nafas tidak terjadi, jalan nafas klien lancar, Rr. 18 x/menit. Pukul
20.00 WIB Mengobservasi tanda-tanda vital hasil TD. 110/70 mmHg, N. 84 x/menit,
S. 36.8 C, Rr. 18 x/menit. Pkl. 05.30 WIB mengobservasi tanda-tanda vital, hasil
TD. 100/70 mmHg, N. 82 x/mnt, S. 36 C, Rr. 18 x/mnt.
Dx 6 Pada pukul 09.00 WIB Mengobservasi tanda-tanda vital hasil TD. 110/70 mmHg, N.
84 x/menit, S. 37.2 C, Rr. 18 x/menit. Pukul 16.15 WIB Mengajarkan tehnik relaksasi
hasil cemas tampak berkurang. Pukul 16.30 WIB Memberikan masase punggung
kepada klien hasil klien tampak nyaman. Pukul 17.15 WIB Memantau status fisik
klien, Tampak sedih, wajah tampak agak tegang, tampak cemas. Pukul 20.00 WIB
Mengobservasi tanda-tanda vital hasil TD. 110/70 mmHg, N. 84 x/menit, S. 36.8 C,
Rr. 18 x/menit. Pkl. 21.45 WIB mengajarkan tehnik relaksasi kepada klien, hasil
cemas berkurang. Pkl. 05.30 WIB mengobservasi tanda-tanda vital, hasil TD. 100/70
mmHg, N. 82 x/mnt, S. 36 C, Rr. 18 x/mnt.

39
Dx 7 Pada pukul 19.30 WIB Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien hasil klien
dapat memahami dan mengerti tentang pengertian penyakit, penyebab, tanda dan
gejala, cara perawatan dan pengobatan di Rumah Sakit dan Di rumah.
Hari Kamis, 31 Juli 2003
Dx 1 Pada pukul 06.10 WIB membersihkan daerah vulva dan perineum hasil daerah vulva
dan perineum tampak bersih. Pada pkl. 06.30 WIB melakukan perawatan kateter hasil
kateter tampak bersih. Pada pukul 08.15 WIB mengauskultasi bising usus hasil bising
usus 16 x/menit Pada pukul 09.00 WIB mengkaji pola berkemih klien hasil klien
mengatakan tidak terasa saat BAK. Pada pukul 09.15 WIB mengobservasi adanya
distensi abdomen hasil tidak terjadi distensi abdomen.Pada pukul 11.30 WIB
melakukan palpasi kandung kemih hasil tidak terjadi distensi kandung kemih. Pada
pukul 14.00 WIB memberikan perawatan kulit hasil warna kulit kemerahan, klien
tampak nyaman. Pukul 11.45 WIB memberikan obat Cimetidine 1x1 tab. Pkl. 19.10
WIB melakukan vulva hygiene, hasil daerah vulva tampak bersih. Pkl. 15.00 WIB
melakukan perawatan kateter, hasil kateter tampak bersih. Pkl. 21.15 WIB
memberikan air minum + 400 cc, hasil klien minum + 400 cc.
Dx 2 Pada pukul 05.30 WIB mengobservasi tanda-tanda vital hasil TD. 100/70 mmHg, N.
82 x/menit, S. 36 C, Rr. 18 x/menit. Pada pukul 09.30 WIB Memberikan latihan
gerak aktif, hasil kontraktur extremitas atas tidak terjadi, kekuatan tonus otot 5555
5555 . Pada pukul 11.00 WIB mengobservasi
1111 1111
tanda-tanda vital hasil TD. 100/70 mmHg, N. 84 x/menit, S. 36 C, Rr. 18 x/menit.
Pukul 11.45 WIB memberikan obat Neurobion 1x1 tab kepada klien . Pukul 13.00
Mengajarkan mobilisasi miring kanan-kiri ditempat tidur hasil klien dapat mobilisasi
sendiri miring kanan-kiri di tempat tidur selama 15menit. Pukul 13.30 WIB
Mengajarkan latihan ROM hasil extremitas atas dapat digerakkan dan extremitas
bawah tidak dapat digerakkan. Pukul 16.00 WIB Mengobservasi tanda-tanda vital
hasil TD. 100/70 mmHg, N. 84 x/menit, S. 36 C, Rr. 18 x/menit. Pukul 17.00 WIB
Menghidangkan makan sore kepada klien hasil makan habis 1 porsi, diet MB 1800
kalori.
Dx 3 Pada pukul 11.00 WIB menghidangkan dan memberikan makanan siang kepada
pasein, hasil makan habis 1 porsi, sayur tidak habis, diet MB 1800 kalori. Pukul 16.10
WIB menciptakan lingkungan yang nyaman dan menghindari klien mencium bau-
bauan yang tidak sedap, hasil lingkungan nyaman, bau-bauan tidak ada. Pkl. 17.00
WIB menghidangkan dan memberikan makanan sore kepada klien, hasil makan habis
1 porsi, tampak masih ada sayur, diet MB 1800 kalori. Pkl. 05.40 WIB
menghidangkan dan memberikan makanan pagi kepada klien, hasil makan habis 1
porsi, sayur tidak dihabiskan, diet MB 1800 kalori.
Dx 4 Pada pukul 10.00 WIB Melakukan perawatan luka tiap 1x24 jam dengan tehnik
aseptik dan anti septik menggunakan cairan H2O2, Na Cl 0,9 % dan Betadine Salut
hasil luka basah, balutan tampak bersih, tampak luka dekubitus berdiameter 3x8 cm di

40
daerah bokong dan tampak luka dipergelangan kaki kanan berdiameter 2x2 cm. Pukul
11.45 Memberikan obat Cefadroxil 1x1 tab. Pukul 14.15 WIB Mengkaji tanda-tanda
infeksi hasil area sekitar luka tampak kemerahan, warna urine kuning kental/coklat.
Pukul 17.00 memberikan obat Cefadroxil 1x1 tab.
Dx 5 Pada pukul 11.00 WIB Mengobservasi tanda-tanda vital hasil TD. 100/70 mmHg, N.
84 x/menit, S. 36 C, Rr. 18 x/menit. Pukul 15.00 WIB Memberikan posisi semi
fowler hasil sesak nafas tidak terjadi, jalan nafas klien lancar, Rr. 18 x/menit. Pukul
20.00 WIB Mengobservasi tanda-tanda vital hasil TD. 100/70 mmHg, N. 82 x/menit,
S. 36 C, Rr. 18 x/menit. Pada pukul 05.30 WIB mengobservasi tanda-tanda vital hasil
TD. 100/70 mmHg, N. 82 x/menit, S. 36 C, Rr. 18 x/menit
Dx 6 Pada pukul 11.00 WIB Mengobservasi tanda-tanda vital hasil TD. 100/70 mmHg, N.
84 x/menit, S. 36 C, Rr. 18 x/menit. Pukul 15.30 WIB Mengajarkan tehnik relaksasi
hasil cemas tampak berkurang. Pukul 14.00 WIB Memantau status fisik klien,
Tampak tidak terlalu sedih, wajah tampak sedikit rileks, klien mengatakan sedikit
menerima kondisinya. Pkl. 21.30 WIB memantau status klien, hasil sedih berkurang,
cemas berkurang.
Dx 7 Pada pukul 16.00 WIB Mengevaluasi mengenai pemahaman klien hasil klien dapat
mengerti dan memahami tentang penyakit, penyebab, tanda dan gejala, perawatan dan
pengobatan dirumah.
Hari Jum’at, 01 Agustus 2003
Dx I Pada pukul 11.00 WIB Melakukan palpasi pada kandung kemih hasil tidak terjadi
distensi kandung kemih. Pukul 11.15 WIB Melakukan perawatan kateter hasil kateter
tampak bersih, aliran urine lancar, warna urine kuning kental/coklat. Pkl 11.40 WIB
Melakukan vulva hygiene dan membersihkan dareha perineum hasil daerah vulva dan
perineum tampak bersih. Pada pukul 12.00 WIB Mengauskultasi bising usus hasil
bising usus 16 x/menit, Pkl. 12.10 WIB Mengobservasi adanya distensi
abdomen hasil tidak terjadi distensi abdomen. Pkl. 12.15 WIB Melakukan perawatan
kulit hasil warna kulit kemerahan, kulit klien tidak kering dan klien tampak nyaman.
Dx 2 Pada pukul 13.00 WIB Mengobservasi tanda-tanda vital hasil TD. 100/70 mmHg, N.
84 x/menit, S. 36 C, Rr. 18 x/menit. Pkl 13.10 WIB Mengkaji kekuatan tonus otot
( Motorik ) hasil kekuatan tonus otot 5555 5555
1111 1111
dan klien dapat mobilisasi miring kanan-kiri di tempat tidur selama 1x60 menit.
Dx 3 Pada pukul 12.20 WIB menghidangkan dan memberikan makanan siang kepada
pasein, hasil makan habis 1 porsi, sayur tidak habis.
Dx 4 Pada pukul 10.00 WIB Melakukan perawatan luka tiap 1x24 jam dengan tehnik
aseptic dan anti septic menggunakan cairan H2O2, Na Cl 0,9 % dan Betadine Salut
hasil luka basah, balutan tampak bersih, tampak luka dekubitus berdiameter 3x8 cm di
daerah bokong dan tampak luka dipergelangan kaki kanan berdiameter 2x2 cm. Pukul
10.30 WIB Melakukan masase hasil klien tampak nyaman..

41
Dx 5 Pada pukul 13.00 WIB Mengobservasi tanda-tanda vital hasil TD. 100/70 mmHg, N.
84x/menit, S. 36 C, Rr. 18 x/menit. Pukul 15.00 WIB Memberikan posisi semi fowler
hasil sesak nafas tidak terjadi, jalan nafas klien lancar, Rr. 18 x/menit.
Dx 6 Pada pukul 13.00 WIB Mengobservasi tanda-tanda vital hasil TD. 100/70 mmHg, N.
84 x/menit, S. 36 C, Rr. 18 x/menit. Pukuil 15.30 WIB Mengajarkan tehnik relaksasi
hasil cemas tampak berkurang. Pukul 14.00 WIB Memantau status fisik klien,
Tampak sedih berkurang,, wajah tampak rileks, klien mengatakan menerima
kondisinya.
Dx 7 Pada pukul 13.30 Mengevaluasi pemahaman klien hasil klien memahami dan
mengerti mengenai penyakit, penyebab, tanda dan gejala, perawatan dan pengobatan
di rumah.

EVALUASI
Hari Rabu, 30 Juli 2003
1. Gangguan pola eliminasi BAK dan BAB berhubungan dengan disfungsi persarafan
pada kandung kemih dan rektum. Evaluasi yang didapat yaitu :
Pkl. 14.00 WIB, Subyektif : Klien mengatakan tidak terasa saat BAK dan BAB.
Sedangkan Obyektif : Urine tidak terkontrol, tampak terpasang kateter sejak 09 juli
2003, warna urine kuning kental/coklat, out put 1500-1800 cc/hari, kondisi kateter
kotor, BAB tidak terkontrol, BAB dipempers, konsistensi padat. Analisa : Masalah
keperawatan belum teratasi. Dan Planning : Tindakan keperawatan dilanjutkan yaitu
melakukan perawatan kateter, melakukan vulva hygiene dan perineum, auskultasi
bising usus, anjurkan makan tinggi serat mengkaji adanya distensi abdomen dan berikan
perawatan kulit.
Pkl. 21.00 WIB, Subyektif : klien mengatakan masih tidak terasa saat BAK dan
BAB. Sedangkan Obyektif : urine warna kuning kental/coklat, klien minum + 300 cc,
tidak terjadi distensi abdomen dan kandung kemih, kateter masih tampak kotor, kateter
terpasang sejak tanggal 09 Juli 2003. Analisa : masalah keperawatan belum teratasi dan
Planning : tindakan keperawatan dilanjutkan yaitu Tindakan keperawatan dilanjutkan
yaitu melakukan perawatan kateter, melakukan vulva hygiene dan perineum, auskultasi
bising usus, anjurkan makan tinggi serat, mengkaji adanya distensi abdomen dan
berikan perawatan kulit.
Pkl. 07.00 WIB, Subyektif : klien mengatakan masih tidak terasa saat BAK dan
BAB. Sedangkan Obyektif : Keadaan umum sakit sedang, kesadaran compos mentis,
Kateter tampak bersih, daerah vulva tampak bersih, BAB masih tampak di pampers,
konsistensi padat. Analisa : masalah keperawatan belum teratasi dan Plannning :
tindakan keperawatan dilanjutkan yaitu melakukan perawatan kateter, melakukan vulva
hygiene dan perineum, auskultasi bising usus, anjurkan makan tinggi serat mengkaji
adanya distensi abdomen dan berikan perawatan kulit.

42
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler. Evaluasi yang

didapat yaitu :

Pkl. 14.00 WIB, Subyektif : Klien mengatakan kedua kakinya / extremitas bawah
tidak dapat digerakkan. Sedangkan Obyektif : Mobilisasi miring kanan-kiri di tempat
tidur 1 menit, kekuatan tonus otot 5555 5555. Analisa
1111 1111
yang didapat masalah keperawatan belum teratasi dan Planning : tindakan
keperawatan dilanjutkan yaitu Mengobservasi tanda-tanda vital, mengkaji kekuatan
motorik secara periodik, memberikan latihan ROM, ajarkan tehnik mobilisasi dan
membantu perawatan diri klien.
Pkl. 21.00 WIB, Subyektif : klien mengatakan masih tidak dapat digerakkan
kedua kakinya. Sedangkan Obyektif : mobilisasi miring kanan-kiri ditempat tidur
selama 1 menit, kontraktur tidak terjadi, TD. 110/70 mmHg, N. 844 x/mnt, S. 36.8 C,
Rr. 18 x/mnt. Analisa : masalah keperawatan belum teratasi dan Planning : tindakan
keperawatan dilanjutkan yaitu observasi tanda-tanda vital, ajarkan tehnik ROM, ajarkan
tehnik mobilisasi dan membantu perawatan diri klien.
Pkl. 07.00 WIB, Subyektif : klien mengatakan belum bisa kedua kakinya
digerakkan. Sedangkan Obyektif : mobilisasi miring kanan-kiri ditempat tidur selama 5
menit, kontraktur tidak terjadi, TD. 100/70 mmHg, N. 82 x/mnt, S. 36 C, Rr. 18 x/mnt.
Analisa : masalah keperawatan belum teratasi dan Planning : tindakan keperawatan
dilanjutkan yaitu observasi tanda-tanda vital, kaji kekuatan motorik secara periodik,
ajarkan tehnik ROM, ajarkan tehnik mobilisasi.
3. Resiko tinggi terhadap pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang adekuat. Evaluasi yang

didapat yaitu :

Pkl. 14.00 WIB, Subyektif : Klien mengatakan tidak mual dan muntah.
Sedangkan Obyektif : nafsu makan baik, makan habis 1 porsi, sayur tidak habis, diet
MB 1800 kalori, Haemoglobin 10,5 gr/dl, BB : 52 kg dan TB : 160 cm. Analisa :
masalah keperawatan belum teratasi. Planning : tindakan keperawatan dilanjutkan
yaitu menghidangkan makanan dalam keadaan hangat, beri makan sedikit tetapi sering,
ciptakan lingkungan yang nyaman, hindari bau-bauan yang tidak sedap.
Pkl. 21.00 WIB, Subyektif : klien mengatakan tidak mual dan muntah.
Sedangkan Obyektif : makan habis 1 porsi, sayur masih tidak dihabiskan, diet MB
1800 kalori, haemoglobin 10,5 gr/dl, BB : 52 kg dan TB : 160 cm. Analisa yang
didapat masalah keperawatan belum teratasi dan Planning : tindakan keperawatan
dilanjutkan yaitu menghidangkan makanan dalam keadaan hangat, beri makanan
sedikit tapi sering, hindari bau-bauan yang tidak sedap, memberikan obat Vitazytm
1x1 tab.

43
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan terbukanya jaringan kulit,

prosedur invasif dan menurunnya system imunnitas. Evaluasi yang diperoleh yaitu :

Pkl. 14.00 WIB, Subyektif : Klien mengatakan ada luka pada daerah bokong
dan pergelangan kaki kanan bawah, klien mengatakan tubuhnya sedikit panas.
Sedangkan Obyektifnya S. 37.2 C, terdapat luka dipergelangan kaki kanan bawah
berdiameter 2x2 cm, terdapat luka dekubitus di bokong berdiameter 3x8 cm,
terpasang kateter sejak tanggal 09 Juli 2003, kondisi kateter masih kotor, warna urine
kuning kental/coklat. Analisa yang didapat masalah keperawatan belum teratasi dan
Planningnya tindakan keperawatan dilanjutkan yaitu kaji tanda-tanda infeksi, lakukan
perawatan lka tidap 1x24 jam dengan tehnik aseptic dan anti septic mengggunakan
cairan H2O2, Na Cl 0,9 % dan betadine salut.
Pkl. 21.00 WIB, Subyektifnya klien mengatakn masih ada luka pada daerah
bokong dan dipergelangan kaki kanan bawah serta tubuhnya agak panas. Sedangkan
Obyektifnya 36.8 C, kateter masih tampak kotor, warna urine masih kuning
kental/coklat, masih tampak luka dipergelangan kaki kanan bawah berdiameter 2x2
cm, terdapat luka dekubitus di bokong berdiameter 3x8 cm. Analisa yang didapat
masalah keperawatan belum teratasi dan Planningnya tindakan keperawatan
dilanjutkan yaitu kaji tanda-tanda infeksi, lakukan perawatan lka tidap 1x24 jam
dengan tehnik aseptic dan anti septic mengggunakan cairan H2O2, Na Cl 0,9 % dan
betadine salut.

5. Resiko tinggi terhadap disrefleksia torakal 7 dan 8 berhubungan dengan cedera

medulla spinalis torakal 7 dan 8. Evaluasi yang diperoleh yaitu :

Pkl. 14.00 WIB, Subyektif : - , sedangkan Obyektifnya : Tampak hasil MRI


Toracal ; terdapat fraktur kompresi toracal 7 dan 8. Analisa yang didapat Masalah
keperawatan belum teratasi. Planningnya Tindakan keperawatan dilanjutkan yaitu
Mengobservasi tanda-tanda vital, berikan posisi semi fowler.
Pkl. 21.00 WIB, Subyektifnya : -, sedangkan Obyektifnya TD. 110/70 mmHg,
N. 84 x/mnt, S. 36.8 C, Rr. 18 x/mnt, jalan nafas bersih, tidak sesak nafas. Analisa
yang didapat masalah keperawatan belum teratasi dan Planningnya tindakan
keperawatan dilanjutkan yaitu observasi tanda-tanda vital,
6. Cemas berhubungan dengan dampak dari kehilangan fungsi kedua kakinya. Evaluasi

yang diperoleh yaitu : Subyektif Klien mengatakan khawatir mengenai kondisi

dirinya. Obyektif Tampak sedih, wajah tampak tegang. Analisanya Masalah

keperawatan belum teratasi dan PlanningnyaTindakan keperawatan dilanjutkan yaitu

Observasi tanda-tanda vital, memantau status fisik.

44
7. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai kondisi

prognosis dan pengobatan. Evaluasi yang diperoleh yaitu Subyektif : Klien

memahami tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, cara pengobatan.

Obyektif : Klien mengungkapkan dan mengerti, serta memahami tentang

pengertian, penyebab dan gejala serta pengobatan di Rumah Sakit dan Rumah.

Analisanya Masalah keperawatan teratasi. Planningnya Tindakan keperawatan

dihentikan yaitu memberikan pendidikan kesehatan.

45
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Trauma medula spinalis adalah suatu kesrusakan fungsi neurologis yang disebabkan oleh
benturan pada daerah medulla spinalis(Brunner & Suddarth, 2001). Penyebab dari trauma
medulla spinalis yaitu kecelakaan mobil,terjatuh, olah raga,menyelam, luka tusuk, tembak
dan tumor. Penatalaksanaan pasien segera ditempat kejadian adalah sangat penting, karena
penatalaksanaan yang tidak tepat dapat menyebabkan kerusakan kehilangan fungsi
neurologik. Memindahkan pasien, selama pengobatan didepartemen kedaruratan dan
radioogi, pasien dipertahankan diatas papan pemindahan. Asuhan keperawatan yang
diberikan pada pasien dengan trauma medula spinalis berbeda penangananannya dengan
perawatan terhadap penyakit lainnya, karena kesalahan dalam memberikan asuhan
keperawatan dapat menyebabkan trauma semakin komplit dan dapat menyebabkan kematian.

4.2 Saran

Dengan adanya makalah ini diharapkan kepada mahasiswa agar dapat menjaga
kesehatanya terutama pada bagian belakang agar trauma medula spinalis dapat terhindar.
Adapun jika sudah terjadi mahasiswa dapat melakukan perawatan seperti yang telah tertulis
dalam makalah ini

46
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/403911645/Trauma-Medula-Spinalis-dan-Spinal-Shock-
KELOMPOK-5-edit-finish-docx

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://id.scribd.com/document/363198571/MAKALAH
-TRAUMA-SPINALIS-
docx&ved=2ahUKEwiFlOjA5dftAhXSfn0KHU3YCdkQFjANegQIBhAB&usg=AOvV
aw3PZMjVeIUI4zkG_nDNuGUR&cshid=1608304565979

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.academia.edu/8493928/MAKALAH_traum
a_medula_spinalis_baruu&ved=2ahUKEwiL-IH-
is_tAhXMc30KHR5nB_QQFjAAegQIAxAC&usg=AOvVaw2sIpbB5REOE-
NZNWb7yHtV

47

Anda mungkin juga menyukai