Disusun Oleh :
JAKARTA
2020
1
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang…………………………………………. 3
Tujuan Penulisan………………………………………. 5
A. Konsep Medik
Definisi………………………………………………… 6
Anatomi Fisiologi……………………………………... 6
Etiologi ………………….…………………………….. 10
Patofisiologi…………………………………………… 10
Klasifikasi……………………………………………… 12
Tanda dan Gejala………………………………………. 16
Test Diagnostik………………………………………… 17
Komplikasi…………………………………………….. 18
Penatalaksanaan………………………………………... 20
B. Konsep Keperawatan
Pengkajian …………………………………………….. 26
Diagnosa Keperawatan………………………………… 27
Intervensi……………………………………………… 28
C. Patoflow
Daftar Pustaka…………………………………………. 34
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cedera tulang belakang atau yang dikenal juga sebagai spinal cord injury (SCI)
adalah suatu keadaan yang mencederai spinal baik secara keseluruhan atau hanya
sebagian segmen spinal. Mekanisme cedera tulang belakang dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu cedera primer dan sekunder. Cedera primer atau langsung kebanyakan
disebabkan oleh keadaan mekanik yang secara tiba-tiba dan sangat keras yang lansung
menimpa segmen spinal, yaitu kondisi hiperekstensi, kompresi atau trauma penetrasi.
Trauma medula spinalis adalah cedera pada tulang belakang baik langsung
kematian. Gejala-gejala dapat bervariasi mulai dari nyeri, paralisis, sampai terjadinya
spinalis dapat dibagi menjadi tingkat inkomplit dengan gejala-gejala yang tidak berefek
pada pasien sampai tingkat komplit dimana pasien mengalami kegagalan fungsi total.
Pasien dengan cedera medula spinalis komplit hanya memiliki peluang 5% untuk kembali
normal. Lesi medula spinalis komplit yang tidak menunjukkan perbaikan dalam 72 jam
pertama, cenderung menetap dan prognosisnya buruk. Cedera medula spinalis inkomplit
cenderung memiliki prognosis yang lebih baik. Bila fungsi sensorik di bawah lesi masih
3
Insiden cedera medula spinalis menunjukkan terdapat 40- 80 kasus baru per 1 juta
populasi setiap tahunnya. Ini berarti bahwa setiap tahun sekitar 250.000-500.000 orang
mengalami cedera medula spinalis. Penelitian terakhir menunjukkan 90% kejadian cedera
medula spinalis disebabkan oleh adalah trauma seperti kecelakaan lalu lintas (50%), jatuh
(25%), olahraga (10%), atau kecelakaan kerja. Angka mortalitas didapatkan sekitar 48%
dalam 24 jam pertama. Sekitar 80% meninggal di tempat kejadian oleh karena vertebra
servikalis memiliki risiko trauma paling besar, dengan level tersering C5, diikuti C4, C6,
kemudian T12, L1, dan T10. Kerusakan medula spinalis tersering oleh penyebab
traumatik, disebabkan dislokasi, rotasi, axial loading, dan hiperfleksi atau hiperekstensi
4
B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas keperawatan
gawat darurat dengan kasus trauma medulla spinalis dan untuk menambah
wawasan mahasiswa dan mahasiswi tentang trauma medulla spinalis dan asuhan
Tujuan Khusus:
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medik
1. Definisi
Cedera tulang belakang atau yang dikenal juga sebagai spinal cord injury (SCI)
adalah suatu keadaan yang mencederai spinal baik secara keseluruhan atau hanya
sebagian segmen spinal. Trauma medula spinalis adalah cedera pada tulang belakang
baik langsung maupun tidak langsung, yang menyebabkan lesi di medula spinalis
atau kematian.
memanjang dan menempati ⅔ atas canalis vertebra yaitu dari batas superior atlas (C1)
sampai batas atas vertebra lumbalis kedua (L2), kemudian medulla spinalis akan
berlanjut menjadi medulla oblongata. Pada waktu bayi lahir, panjang medulla spinalis
komunikasi antara otak dan semua bagian tubuh dan bergerak refleks. Medulla
spinalis berawal dari ujung bawah medulla oblongata di foramen magnum. Pada
Selanjutnya akan berlanjut menjadi kauda equina yang lebih tahan terhadap cedera.
Dari berbagai traktus di medulla spinalis, ada 3 traktus yang telah dipelajari secara
6
Setiap pasang traktus dapat cedera pada satu sisi atau kedua sisinya. Traktus
kekuatan motorik tubuh ipsilateral dan diperiksa dengan melihat kontraksi otot
diameter ventrodorsal. Hal ini terutama terdapat pada segmen medulla spinalis
yang melayani ekstremitas atas dan bawah. Pelebaran ke arah bilateral ini disebut
intumesens, yang terdapat pada segmen C4-T1 dan segmen L2-S3 (intumesens
ventalis, dan empat buah sulkus, yaitu sulkus medianus dorsalis, sulkus
berwarna lebih gelap (abu-abu) yang dikenal dengan istilah gray matter. Gray
7
matter adalah suatu area yang berbentuk seperti kupu-kupu atau huruf H. Area ini
terdapat banyak serat-serat saraf yang tidak berselubung myelin serta banyak
berwarna menjadi lebih gelap. Gray matter dapat dibagi kedalam 10 lamina atau 4
bagian, yaitu :
terdiri atas lamina VIII, IX, dan bagian dari lamina VII.
saraf simpatis.
ventralis dan sebuah radix posterior pada sisi kiri dan sepasang di sisi kanan.
Radix saraf ini keluar dari kolumna vertebralis melalui foramina intervetebralis.
Pada spina servikalis, radix keluar melewati bagian atas kolumna vertebralis,
sedangkan pada segmen bawah T1 radix keluar melewati bagian bawah korpus
vertebralis. Radix ventralis berfungsi sebagai traktus motoris yang keluar dari
8
superfisial dan profunda tubuh. Perjalanan serabut saraf dalam medulla spinalis
terbagi menjadi dua jalur, jalur desenden dan asenden. Jalur desenden terdiri dari:
c. Traktus vestibulospinalis,
d. Traktus rubrospinalis,
e. Traktus retikulospinalis,
f. Traktus tektospinalis,
b. Traktus spinothalamikus
e. Traktus spinoretikularis.
baik yang disadari maupun mengatur derajat refleks. Jalur asenden lebih
merupakan pembawa informasi pada otak seperti rasa nyeri, suhu, getaran, raba,
9
3. Etiologi
meskipun penyebab lain juga bisa menyebabkan cedera pada medulla spinalis seperti
4. Patofisiologi
tanda yang segera ataupun dapat timbul kemudian. Trauma mekanik yang terjadi
untuk pertama kalinya sama pentingnya dengan traksi dan kompresi yang terjadi
selanjutnya. Kompresi yang terjadi secara langsung pada bagian-bagian saraf oleh
dan perifer. Pembuluh darah rusak dan dapat menyebabkan iskemik. Ruptur axon dan
sel membran neuron bisa juga terjadi. Mikrohemoragik terjadi dalam beberapa menit
di substansia grisea dan meluas beberapa jam kemudian sehingga perdarahan masif
dapat terjadi dalam beberapa menit kemudian. Efek trauma terhadap tulang belakang
10
bisa bisa berupa fraktur-dislokasi, fraktur, dan dislokasi. Fraktur tidak mempunyai
tempat predileksi, tetapi dislokasi cenderung terjadi pada bagian yang terfiksasi,
seperti vertebra C1-2, C5-6 dan T11-12. Dislokasi bisa ringan dan bersifat sementara
Efek trauma yang tidak dapat langsung bersangkutan dengan fraktur dan
dislokasi, tetapi dapat menimbulkan lesi pada medulla spinalis dikenal sebagai trauma
tak langsung. Tergolong dalam trauma tak langsung ini ialah whiplash (lecutan), jatuh
terduduk atau dengan badan berdiri, atau terlempar oleh gaya eksplosi bom.
Yang paling berat adalah kerusakan akibat kompresi tulang dan kompresi oleh
korpus vertebra yang mengalami dislokasi tulang dan kompresi oleh korpus
hal ini biasanya terjadi pada hiperfleksi. Toleransi medulla spinalis terhadap
4. Gangguan sirkulasi akibat kompresi tulang atau arteri spinalis anterior dan
posterior.
11
5. Klasifikasi
Ketika kepala membentur roda kemudi atau kaca depan, tulang belakang
yang paling sering terkena cedera fleksi. Pada tulang belakang bagian lumbal
toraksik, jenis cedera ini paling sering terjadi pada level T12-L1.
2. Cedera Hiperekstensi
Cedera hiperekstensi terjadi akibat jatuh saat dagu membentur objek dan
yang mengalami lesi komplet pada tulang belakang tidak selalu mengalami
12
transeksi. Lesi komplet dalam tulang belakang menyebabkan hilangnya semua
gerakan volunteer dan sensasi di bawah lesi, serta hilangnya fungsi reflex
3. Cedera Kompresi
dapat didorong ke tulang belakang pada saat benturan. Lumbal dan toraksisk
bagian bawah adalah wilayah yang paling sering terkena cidera setelah
dampak kompresi ketika orang tersebut mendarat dengan kaki terlebih dahulu.
Jika orang tersebut mendarat dengan kepala terlebih dahulu (seperti ketika
menyelam ke air dangkal), cedera yang terjadi adalah pada tulang belakang
13
servikal. Sekitar 50% dari cedera ini mengakibatkan lesi non komplit. Lesi
non komplit ini terjadi jika beberapa fraktus spinal tetap utuh.
kerusakan yang parah pada tulang belakang dan jaringan ikat. Cedera tulang
belakang dapat terjadi pada bagian servikal, torakal, atau lumbal. Cedera pada
bagian lumbal dan servikal merupakan kejadian yang seringkali terjadi terkait
dengan aktifitas bergerak yang tinggi. Jika medula spinalis terlibat, akan
cedera medula spinalis inkomplit, yaitu: (1) Central cord syndrome; (2) Anterior cord
syndrome; (3) Brown-Sequard syndrome; (4) Cauda equina syndrome; dan (5) Conus
medularis syndrome.
14
Menimbulkan lebih banyak kelemahan pada ekstremitas atas daripada
ekstremitas bawah jenis cidera ini paling sering terjadi pada lansia yang
menderita stenosis tulang belakang sebelumnya. Cidera ini juga dapat terjadi
pada orang yang jatuh mendarat dengan kepala terlebih dahulu seperti ketika
disebabkan oleh edema dan perdarahan didaerah central tulang belakang yang
nyeri. Tekanan yang dalam, rasa posisi dan sensai diskriminasi dua titik tetap
3. Brown-Sequard syndrome
dari tulang belakang terpotong atau rusak, seperti pada luka tembak atau luka
pisau. Cidera ini mengakibatkan paralisis motorik ipsilateral (sisi yang sama),
hilangnya rasa getaran dan posisi, sertanya hilangnya nyeri kontra lateral (sisi
Cidera pada akar saraf lumbo sakral dibawah medularis konus menyebabkan
sindrom equina qauda. Klien mengalami arefleksia usus, kandung kemih dan
ekstremitas bawah.
15
5. Conus medularis syndrome
Terjadi setelah kerusakan pada akar saraf lumbal dan medularis konus tulang
belakang. Klien biasanya mengalami arefleksia usus dan kandung kemih serta
berkemih dapat tetap utuh jika kerusakan hanya terbatas pada segmen sakral
16
a) Nyeri akut pada belakang leher menyebar sepanjang saraf yang
terkena
f) Sesak nafas
g) Hipotensi
6. Test Diagnostik
a. X-ray spinal
b. CT-Scan
c. MRI
d. Myelografi.
17
Memperlihatkan keadaan paru-paru (perubahan pada diafragma,
atelektasis)
trauma servikal bagian bawah atau pada trauma torakal dengan gangguan
g. AGD
7. Komplikasi
a. Syok spinal
Syok spinal adalah hilangnya dengan segera semua reflex dari dua
kemih dan usus, tekanan darah dan pemeliharaan suhu tubuh. Syok
b. Gagal nafas
18
karena kompresi saraf frenikus,yang terletak antara C3 dan C5 dan
neuron motorik atas dan lesi motorik bawah. Neuron motorik atas
Ketika jaras motorik ini terganggu, klien dengan ini akan mengalami
medula spinal nuklei motorik batang otak, dan akson yang mencapai
19
diatas T6. Respon tersebut hanya terlihat setelah penyembuhan dari
syok spinal, yang terjadi sebagai akibat kuang kendali sistim saraf
otomom pada pusat yang lebih tinggi. Ketika ransangan tidak mampu
naik ke korda, akan terjadi stimulus refleks yang banyak pada saraf
e. Komplikasi lain
8. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medik
20
dobutamin (Dobutrex) untuk membantu fungsi jantung. Atropin
bradikardia.
9. Gardner-well tongs
21
cord. Obat lainnya, 4-AP, a potassium chanel bloker. Dantrolene
2. Penatalaksanaan Bedah
insersi pelat logat dan sekrup atau penggunaan cangkok tulang sendiri atau
kombinasi. Fraktur pecah pada segmen tulang belakang toraks dan lumbal
dapat diobati dengan gips tubuh, batang Harrington, atau perangkat lain
Klien dengan semua tingkat cedera dan dari segala usia dapat
22
yang kompleks menunjukan dukungan terhadap kemampuan
kemandirian.
b. Meningkatkan mobilitas
cara untuk berpindah dari tempat tidur ke kursi roda, dari kursi
roda ke dalam dan keluar dari mobil dan dari kursi roda ke toilet.
c. Mengurangi spastisitas
23
intratekal dan dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas dan
mengurangi dosis.
d. Immobilisasi
e. Spinal Alignment
tong atau gardnerwells tong degan beban 2,5 kg per diskus. Traksi
terjadi reduksi
24
Bila terjadi realignment artinya terjadi dekompresi. Bila
g. Terapi Analgesic
h. Terapi Kortikoteroid
i. Fisioterapi
25
Kecelakaan lalu lintas Jatuh dari ketinggian Menyelam Luka tusuk/tembak Tumor
26
Pemb darah
Infark pada
yg membawa
miokard
nutrisi rusak
Cardiac
output
Syok spinal
Gagal
jantung
Hipotensi
Cardiac
output
menurun
27
B. Konsep Keperawatan
1) Airway (A)
2) Breathing (B)
3) Circulation (C)
dan kaji adanya sakit kepala serta gangguan tinkat kesadaran yang dialami
oleh klien antara lain asietas, gelisah, kacau mental, mengantuk. Periksa juga
28
5) Eksposure (E) / control lingkungan
Kaji dan catat setiap perubahan pada TTV pasien (suara napas,frekuensi
b) Pastikan pemeriksaan yang dilakukan aman dan nyaman bagi pasien untuk
Inspeksi permukaan posterior jika ada luka, amati perubahan warna, dll.
1. Diagnosa Keperawatan
29
2. Rencana Tindakan
2. Memberikan
lingkungan yang
nyaman di sekitar
pasien
R: untuk mengontrol
rasa nyeri
obat analgesic
R:untuk menghil
meningkatkan waktu
istirahat
30
4. Ajarkan Teknik
relaksasi
R: Memfokuskan
Kembali
perhatian,meningkatkan
rasa control.
31
O bantuan untuk mencegah
: jalan napas
9 4. Berikan oksigen
8 R: Memenuhi kebutuhan
- oksigen pasien
0 medikasi
% pasien
meningkat) motoric
rolling.
32
4. Rasional: Membantu
ROM pasif
5. Pertahankan sendi 90
Rasional: Mencegah
footdrop
6. Identifikasi atau
rolling
Rasional: Mengetahui
Rasional: Gangguan
merubah posisi
33
membahayakan kondisi
klien.
BAB III
KESIMPULAN
Cedera medula spinalis merupakan salah satu penyebab utama disabilitas neurologis
akibat trauma. Penyebab paling sering untuk terjadinya trauma medulla spinalis adalah karena
kecelakaan lalu lintas, dll. Trauma medulla spinalis sendiri diklasifikasikan menjadi trauma
34
medulla spinalis komplit dan trauma medulla spinalisinkomplit. Sedangkan gejala yang paling
sering pada trauma medulla spinalis adalah, nyeri akut pada belakang leher, paraplegia, paralisis
sensorik motorik total, kehilangan kontrol kandung kemih (retensi urine, distensi kandung
kemih)m penurunan keringat dan tonus vasomotor, penurunan fungsi pernapasan, gagal nafas
Terapi cedera medula spinalis terutama ditujukan untuk meningkatkan dan mempertahankan
fungsi sensoris dan motoris. Cedera medula spinalis tidak komplet cenderung memiliki prognosis
Daftar Pustaka
Huether, S. E., & McCance, K. L. (2017). Buku Ajar Patofisiologi. Singapore: Elsevier.
Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. (2014). Brunner and Suddhart's Textbook of Medical Surgical
Nursing.America: Wolters Kluwer Health.
35
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI.
Maditias, G., & Berawi, K. (2017). Diagnosis dan Tatalaksana Trauma Medula Spinalis. J Medula Unila Vol
7 No.2.
Alizadeh, A., Dyck, S. M., & Abdolrezaee, S. K. (2019). Traumatic Spinal Cord Injury: An Overview of
Pathophysiology, Models and Acute Injury Mechanisms. Frontiers in Neurology.
36