Anda di halaman 1dari 20

Kelompok Trauma

Medula Spinalis

Nama Anggota:

Jerika Olga (201711021)


Maria Erlina (201711027)
Riya Agustina (2017711045)
Definisi Trauma Medula Spinalis

Trauma medula spinalis adalah cedera pada


tulang belakang baik langsung maupun
tidak langsung, yang menyebabkan lesi di
medula spinalis sehingga menimbulkan
gangguan neurologis, dapat menyebabkan
kecacatan menetap atau kematian.
ANATOMI DAN FISIOLOGI
Patofisiologi

• Kompresi oleh tulang, ligamen, herniasi diskus intervertebralis, dan hematoma.


• Regangan jaringan berlebihan, biasanya terjadi pada hiperfleksi
• Edema medula spinalis yang timbul segera setelah trauma mengganggu aliran
darah kapiler dan vena
• Gangguan sirkulasi atau sistem arteri spinalis anterior dan posterior akibat
kompresi tulang
Etiologi Trauma Medula Spinalis
Tanda Gejala

• Nyeri akut pada belakang leher dan saraf yang terkena


• Inkontensia atau retensi urin
• Paraplegia atau tetraplegia
• Distensi kandung kemih
• Penurunan keringat dan tonus vasomotor
• Sesak nafas
• Hipotensi
Klasifikasi

• Cedera Fleksi-rotasi, dislokasi, dan


fraktur-dislokasi
• Cedera Hiperekstensi
• Cedera Kompresi
• Berdasarkan level cedera
Menurut American Spinal Cord Injury Association
5 sindrom utama cedera medulla spinalis inkomplit:

Central cord syndrome


Anterior cord syndrome
Brown-Sequard syndrome
Cauda equina syndrome
Conus medularis syndrome
Klasifikasi cedera Menurut ASIA
 Grade (A) Komplit. Tidak ada fungsi motorik maupun sensorik di seluruh segmen dermatom dari

titik lesi hingga S4-S5. 

 Grade (B) Inkomplit. Fungsi motorik dibawah lesi (termasuk segmen S4-S5) terganggu, namun

fungsi sensorik masih berjalan dengan baik.

 Grade (C) Inkomplit. Fungsi motorik di bawah lesi masih berfungsi dan mayoritas memiliki kekuatan

otot dengan nilai <3. 

 Grade (D) Inkomplit. Fungsi motorik dibawah lesi masih berfungsi dan mayoritas memiliki kekuatan

otot dengan nilai > 3. 

 Grade (E) Normal. Fungsi motorik dan sensorik normal.


Tes Diagnostik
– X-ray spinal
– CT-Scan
– MRI
– Myelografi
– Rontgen thorak
– Pemerikasaan fungsi paru (kapasitas vital, volume
tidal)
– AGD
Penatalaksanaan
 Penatalaksaan medik : Kortikosteroid, Vasopresor, Antispasmodik, Antiemesis,
Analgesik, Inhibilator pompa proton
 Penatalaksaan Bedah : menstabilkan tulang belakang. Laminektomi dekompresif,
yakni lamina vertebra dilepaskan untuk mengurangi tekanan pada tulang belakang,
dapat digunakan untuk cedera spinalis komplet.
 Penatalaksaan Non Bedah: - Rehabilitasi cedera medulla spinalis
- Meningkatkan mobilitas
- Mengurangi spastisitas
- Immobilisasi
- Fisioterapi
- Dekompresi dan stabilisasi spinal
Komplikasi
Syok spinal
Gagal nafas
Defisit neuron motoric atas dan bawah
Disrefleksi autonomic (Hiperrefleksia
autonomic)
 Komplikasi lainnya yang mempengaruhi
Pengkajian Gadar (A-B-C-D-E-F-G-H-I-)
Airway Breathing Circulation Disability
- Kaji peningkatan - Kaji adanya distress - Kaji adanya takikardi, - Kaji tingkat kesadaran
sekresi pernafasan pernapasan gelisah, letargi, dan pasien
- Kaji adanya bunyi nafas (pernapasan cuping sakit kepala - Kaji ventilasi perfusi
krekels, ronchi, dan hidung, takipneu, - Kaji adanya papilledema dan O2
mengi retaksi) dan penuruan
- Kaji inspeksi bentuk pengeluaran urin
dada

Eksposure Full set of vital sign Give confort measures History and head to toe
- Buka pakaian pasien - Kaji TTV pasien (suhu, - Perhatikan lingkungan assessment
untuk melakukan nafas, GCS, warna kulit, dll) pasien - Head to toe assessment
pemeriksaan fisik thorax - Pastikan pemeriksaan dilakukan setelah
- Cegah terjadinya yang dilakukan aman tindakan
hipotermi saat dan nyaman bagi pasien
pemeriksaan untuk mencegah injury Inspeksi posterior surface
lebih - Inspeksi permukaan
- Kaji PQRST bila terdapat posterior jika ada luka,
nyeri amati perubahan warna, dll.
Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut b.d cedera dan kompresi akar syaraf.

2. Ketidakefektifan pola nafas b.d cedera medulla spinalis.

3. Hambatan mobilitas fisik b.d kelemahan dan kelumpuhan otot.


1. Nyeri akut b.d cedera dan kompresi akar syaraf. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan rasa nyeri menurun dengan kriteria hasil:
-Keluhan nyeri menurun
-Gelisah menurun

Intervensi dan Rasional - Kolaborasi dengan tim medis


- Observasi lokasi, intensitas dan dalam pemberian obat
durasi nyeri analgesic
R/ Memberikan tindakan
R/ Menghilangkan nyeri dan
keperawatan yang tepat sesuai
meningkatkan waktu istirahat
dengan manajemen nyeri
- Ajarkan Teknik relaksasi
- Memberikan lingkungan yang
nyaman di sekitar pasien R/ Memfokuskan kembali
2. Ketidakefektifan pola nafas b.d cedera medulla spinalis. Seteleha dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan pola nafas dapat Kembali efektif dengan kriteria hasil: - Dispnea
menurun
- Penggunaan otot bantu nafas menurun
- Frekuensi nafas membaik. TTV: P= 18-2-x/menit SPO2= 98-100%
Intervensi dan Rasional - Pertahankan epatenan jalan nafas
- Observasi pola nafas dengan head-tilt dan chin-lif(jaw-
R/ Trauma pada C5-6 menyebabkan thrust jika curiga trauma servikal)
hilangnya fungsi nafas secara parsial R/ Pasien dengan cedera servikalis
karena mengalami kelumpuhan akan membutuhkan bantuan untuk
mencegah aspirasi dan
- Auskultasi bunyi nafas
mempertahankan jalan nafas.
R/ Mendeteksi adanya ronchi,wheezing,
- Berikan oksigen
atau stidor
R/ Memenuhi kebutuhan oksigen pasien
3. Hambatan mobilitas fisik b.d kelemahan dan kelumpuhan otot. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan gangguan mobilisasi dapat diminimalkan dengan kriteria
hasil:- Tidak ada kontraktur
-Kekuatan otot meningkat (ROM meningkat)
- Mampu beraktifitas Kembali secara bertahap
Intervensi dan Rasional - Perhankan sendi 90 derajat pada papan
- Kaji kemampuan klien dalam mobilisasi kaki
R/ Mengetahui sejauh mana klien dapat R/ Mencegah footdrop
mobilisasi sendiri - Identifikasi/ memonitor tekanan darah
- Kaji secara teratur fungsi motoric sebelum dan setelah log rolling
R/ Mengevaluasi keadaan secara umum R/ Mengetahui adanya hipotensi ortostik

- Bantu pasien lakukan log roling - Inspeksi kulit setiap hari

R/ Mmembantu ROM pasif R/ Gangguan sirkulasi dan hilangnya


sensasi resiko tinggi kerusakan integritas
kulit
Daftar Pustaka
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Elsevier
Huether, S. E., & McCance, K. L. (2017). Buku Ajar Patofisiologi. Singapore: Elsevier.
Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. (2014). Brunner and Suddhart's Textbook of Medical Surgical
Nursing.America: Wolters Kluwer Health.
Corwin, E. J. (2010). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI.
Maditias, G., & Berawi, K. (2017). Diagnosis dan Tatalaksana Trauma Medula Spinalis. J Medula Unila Vol
7 No.2.
Alizadeh, A., Dyck, S. M., & Abdolrezaee, S. K. (2019). Traumatic Spinal Cord Injury: An Overview of
Pathophysiology, Models and Acute Injury Mechanisms. Frontiers in Neurology.

Anda mungkin juga menyukai