Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN

KEPERAWATAN
FRAKTUR FEMUR

NOVI
HENDRI
PUTRI

DEFINISI FRAKTUR FEMUR


Fraktur femur atau patah tulang paha adalah
rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha
yang
dapat
disebabkan
oleh
trauma
langsung, kelelahan otot dan kondisi tertentu,
seperti degenerasi tulang atau osteopororsis.
Fraktur femur juga bisa di defi nisikan yaitu
hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi
fraktur femur secara klinis bisa berupa
fraktur femur terbuka yang disertai adanya
kerusakan jaringan lunak (otot, kulit, jaringan
saraf, dan pembuluh darah) dan fraktur femur
tertutup yang dapat disebabkan oleh trauma
langsung pada paha.

ETIOLOGI
1. Peristiwa trauma tunggal
Sebagian
besar
fraktur
disebabkan
oleh
kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan, yang
dapat
berupa
benturan,
pemukulan,
penghancuran,
penekukkan
atau
terjatuh
dengan
posisi
miring,
pemuntiran,
atau
penarikan
2. Kelemahan abnormal pada tulang (fraktur
patologik)
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal
jika tulang itu lemah (misalnya oleh tumor)
atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya
pada penyakit paget)

KLASIFIKASI FRAKTUR FEMUR


Berdasarkan keutuhan kulit
Fraktur tertutup
Fraktur tertutup adalah fraktur yang fragmen tulangnya
tidak menembus kulit sehingga tempat fraktur tidak
tercemar oleh lingkungan / tidak mempunyai hubungan
dengan dunia luar
Fraktur terbuka
Fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai
hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit
dan jaringan lunak

KLASIFIKASI FRAKTUR FEMUR


Berdasarkan keutuhan tulang
Fraktur complete
Fraktur dikatakan komplet
apabila patah pada seluruh
garis tengah tulang dan
biasanya mengalami
pergeseran (bergeser dari
posisi normal).
Fraktur incomplete
Fraktur dikatakan inkomplet
apabila patah hanya terjadi
pada sebagian dari garis
tengah tulang.

BENTUK GARIS PATAHAN

KLASIFIKASI BERDASARKAN LETAK


FRAKTUR
a. Fraktur
Collum
Femur
(Leher
Femur)
Fraktur
collum
femur
dapat
disebabkan oleh trauma langsung,
yaitu
misalnya
penderita
jatuh
dengan posisi miring dimana daerah
trochanter mayor langsung terbentur
dengan
benda
keras
(jalanan)
ataupun disebabkan oleh trauma
tidak langsung, yaitu karena gerakan
exorotasi
yang
mendadak
dari
tungkai bawah. Klasifi kasi fraktur
collum femur yang banyak digunakan
ialah klasifi kasi menurut Garden
yang dikemukakan pada tahun 1961
yaitu: stadium 1-4

KLASIFIKASI BERDASARKAN LETAK


FRAKTUR
Lanjutan.
a. S tad ium I
:
Fraktu r in complete atau fractu re impaksi
valgus (valgus malalignment) tanpa displaced tulan g
b. S tad ium II : Fraktur complete tanpa displaced tu lan g
c. S tad iumIII : Fraktur complete dengan displaced sebagian
d ari fragmen tulan g yang mengalami fraktu r
d. S tad ium IV: Fraktur complete dengan dis placed total atau
s eluruh fragmen tu lang yang mengalami fraktur
.Pen gkajian pada fraktur leher femur yaitu kaji adanya riw ay at
jatuh dari ketinggian disertai nyeri pada daerah p an ggul
terutama pada daerah inguinal depan. Ada nyeri d an
pemendekan anggota gerak bawah dalam posisi rotasi lateral.
Penatalaksanaan fraktur leh er femu r adalah sebagai berikut:
.Kon servatif dengan indikas i yang san gat terb atas.
.Terap i operatif : reduksi

KLASIFIKASI BERDASARKAN LETAK


FRAKTUR
b. Fraktur Subtrochanter Femur
Fraktur subtrochanter femur merupakan fraktur
dimana garis patahnya berada 5 cm distal dari
trochanter minor. Fraktur ini dapat diklasifi kasikan
kembali berdasarkan posisi garis patahnya, yaitu:
.Tipe 1
: Garis fraktur satu level dengan
trochanter minor
.Tipe 2
: Garis patah berada 1-2 inch di bawah
dari batas atas
.Tipe 3
: Garis patah berada 2-3 inch di bawah
dari batas atas

KLASIFIKASI BERDASARKAN LETAK


FRAKTUR
Lanjutan
Manifestasi klinis yang didapatkan, meliputi: keluhan
nyeri lokal, deformitas (dengan kaki berada dalam
posisi rotasi eksternal), pembengkakan paha,
krepitasi, dan ketidakmampuan dalam melakukan
pergerakan paha dan panggul.
Pemeriksaan radiografi biasanya didapatkan garis
fraktur pada atau di bawah trochanter minor, bisa
bersifat melintang, oblik atau spiral.
Penatalakasanaan dapat dilakukan dengan reduksi
terbuka dan reduksi tertutup.

KLASIFIKASI BERDASARKAN LETAK


FRAKTUR
c. Fraktur Batang Femur
Fraktur batang femur biasanya
terjadi karena trauma langsung
akibat kecelakaan lalu lintas atau
jatuh dari ketinggian. Patah tulang
yang terjadi pada daerah ini dapat
menimbulkan
perdarahan
yang
cukup
banyak
dan
dapat
mengakibatkan
penderita
jatuh
dalam kondisi syok. salah satu
klasifi kasi fraktur batang femur
dibagi berdasarkan adanya luka
yang berhubungan dengan daerah
yang patah.

d. Fraktur Femur Supracondyler


Fraktur supracondyler ini disebabkan oleh trauma
langsung karena kecepatan tinggi sehingga terjadi gaya
axial dan stress valgus atau varus dan disertai gaya
rotasi.
Manifestasi klinik yang didapat berupa: pembengkakan
pada lutut, deformitas yang jelas dengan pemendekan
pada tungkai, nyeri bila fragmen bergerak, dan
mempunyai risiko terhadap sindrom kompartemen pada
bagian distal.

Penalaksaksanaan
fraktur
suprakondiler femur adalah
sebagai berikut:
Traksi berimbang dengan
mempergunakan
bidai
Tomas dan penahan lutut
Pearson, cast-bracing, dan
spika pangggul.
Terapi operatif dilakukan
pada fraktur terbuka atau
adanya pergeseran fraktur
yang tidak dapat direduksi
secara konservatif. Terapi
dilakukan
dengan
mempergunakan nail-phroc
dare scre dengan macammacam tipe yang tersedia.

e. Fraktur Femur Inte rcondyler


Fraktur ini juga relatif jarang
dan biasanya terjadi se bagai
akibat jatuh dengan lutut dalam
keadaaan fl eksi dari ketinggian.
Pe rmukaan
belakang
patella
yang be rbentuk baji , melesak
ke
dalam
sendi
lutut
dan
mengganjal di antara kedua
kondilus dan salah satu atau
keduanya retak. Pada bagian
proksi mal
kemungk inan
terdapat komponen melintang
sehingga
didapati
frak tur
de ngan garis frak tur berbentuk
seperti huruf T atau Y.

PENGKAJIAN
1. Anamnesis
.Identitas klien, meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat,
agama, bahasa yang digunakan, statu perkawainan,
pendidikan, pekerjaan, ansuransi, golongan darah, nomor
registrasi, tanggal, dan jam masuk rumah sakit (RMS), dan
diagnosa medis.
.Riwayat penyakit sekarang. Kaji kronologi terjadinya
trauma, yang menyebabkan patah tulang paha, pertolongan
apa yang telah didapatkan, dan apakah berobat ke dukun
patah. Dengan mengetahui mekanisme kecelakaan, perawat
dapat mengetahui luka kecelakaan yang lain.
.Riwayat
penyakit
dahulu.
Penyakit-penyakit
tertentu
seperti kanker tulang dan penyakit Paget menyebabkan
fraktur patologi sehingga tulang sulit menyambung. Selain
itu, klien diabetes dengan luka di kaki sangat beresiko
mengalami Oesteomieitis akut dan kronis dan penyakit
diabetes menghambat proses penyembuhan tulang.

Riwayat
penyakit
keluarga.
Penyakit
keluarga
yang
berhubungan dengan patah tulang paha adalah faktor
predisposisi terjadinya fraktur, seperti osteoporosis.
Riwayat psikososialspiritual. Kaji respons emosi klien
terhadap penyakit yang dideritanya, peran klien dalam
keluarga dan masyarakat ,serta repon atau pengaruh dalam
kehiduan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun dalam
masyarakat.
Pola persepi dan tata laksana hidup sehat. Klien fraktur akan
merasa takut terjadi kecacatan pada dirinya dan harus
menjalani
penatalaksanaan
kesehatan
untuk
membatu
penyembuhan
tulangnya.
Selain
itu,
pengkajian
juga
meliputi kebiasaan hidup klien, seperti penggunaan obat
steroid yang dapat mengganggu metabolism kalsium,
pengonsumsian
alcohol
yang
dapat
mengganggu
keseimbangn klien,dan apakah klien melakukan olahraga
atau tidak.

Pola persepsi dan konsep diri. Dampak yang timbul


pada klien fraktur adalah timbul rasa ketakutan akan
kecacatan akibat fraktur yang dialaminya,rasa cemas,
rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas
secara optimal,daan pandangan terhadap dirinya yang
salah(gangguan citra diri)
Pola sensori dan kognitif. Daya raba klien fraktur
berkurang terutama pada bagian distal fraktur,
sedangkan indra yang lain dan kognitifnya tidak
mengalami gangguan.
Pola penanggulangan stress. Pada klien fraktur timbul
rasa cemas akan keadaan dirinya, yaitu ketakutan
timbul kecacatan pada diri dan fungsi tubunya.
Pola tata nilai dan keyakinan klien fraktur tidak dapat
melaksanakan ibadah dengan baik, terutama frekuensi
dan konsentrasi dalam beribadah

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum, yang perlu dicatat : kesadaran diri
klien (biassanya kompos mentis), kesakitan atau
keadaan penyakit, ttv
Breathing, blood, brain : kepala, leher, wajah, mata,
telinga, hidung, mulut dan faring-> dalam kasus
hanya fraktur femur, semuanya tidak ada gangguan.
Pemeriksaan fungsi serebral. Status mental:
Observasi penampilan dan tingkah laku klien.
Biasanya status mental tidak mengalami perubahan.
Pemeriksaan saraf kranial tidak ada gangguan
Pemeriksaan refl eks. Biasanya tidak didapatkan
refl eks-refl eks patologis.
Pemeriksaan sensorik. Daya raba klien fraktur femur
berkurang terutama pada bagian distal fraktur

B4 (Bladder). Kaji keadaan urine yang meliputi warna,


jumlah, dan karakteristik urine, termasuk berat jenis urine,
biasanya tidak terdapat gangguan.
B5 (Bowel). Inspeksi abdomen: Bentuk datar, simetris,
tidak ada hernia. Palpaso: turgor baik, tidak ada defans
muscular dan hepar tidak teraba. Perkusi: suara timpani,
ada pantulan gelombang cairan. Auskultasi: peristaltic
usus normal 20 kali/menit. Inguinal-genitalia-anus: tidak
ada hernia, tidak ada pembesaran limfe, dan tidak ada
kesulitan BAB : pola nutrisi dan metabolisme, pola
eliminasi.
B6 (Bone). Adanya frktur femur akan mengganggu secara
lokal, baik fungsi motoric, sensorik, maupun peredaran
darah.
Look. Pada sistem integument terdapat eritema, suhu
disekitar daerah trauma menigkat, edema, dan nyeri tekan

Feel. Kaji adanya nyeri tekan (tenderness) dan


krepitasi pada daerah paha.
Move. Setelah dilakukan pemerikaan feel, pemerikaan
dilanjutkan dengan menggerakkan ekstremitas,
kemudian perawat mencatat apakah ada keluhan
nyeri pada pergerakan. Pencatatan rentang gerak ini
perlu dilakukan agar dapat mengevaluasikeadaan
sebelum dan sesudahnya. Gerakan sendi dicatat
dengan ukuran derajat, dari tiap arah pergerakan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nyeri akut yang berhubungan dengan pergerakan
fragmen tulang, kompresi saraf, cedera
neuromuscular, trauma jaringan, dan refl eks spasme
otot sekunder.
Hambatan mobilitas fi sik yang berhubungan dengan
diskontinuitas jaringan tulang, nyeri sekunder akibat
pergerakan fragmen tulang, dan pemasangan traksi
Defi sit perawatan diri yang berhubungan dengan
keleahan neuromuscular dan penurunan kekuatan
paha
Resiko tinggi trauma yang berhubungan dengan
hambatan mobilitas fi sik dan pemasangan traksi
Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan
adanya port de entre luka operasi pada paha

Anda mungkin juga menyukai