Anda di halaman 1dari 12

Fraktur Humerus

KELOMPOK 3 :
1. Syahla Noor F (CKR0180224)
2. Hari Surachman (CKR0180205)
3. Royani (CKR0180222)
4. Rana Pristianti (CKR0180220)
5. Hilma Rizqi (CKR0180238)
6. Andriani Regita (CKR0180228)
7. Leni Mutiani (CKR0180243)
8. Atin Liyatin (CKR0180208)
9. Inka Desiyanti (CKR0180229)
Definisi Fraktur Humerus

 Humerus (arm bone) merupakan tulang terpanjang dan terbesar dari ekstremitas superior. Tulang
tersebut bersendi pada bagian proksimal dengan skapula dan pada bagian distal bersendi pada siku
lengan dengan dua tulang, ulna dan radius. Fraktur humerus adalah hilangnya kontinuitas tulang ,
tulang rawan sendi, tulang rawan epifisial baik yang bersifat total maupun parsial pada tulang
humerus.
 Pada fraktur jenis ini, insidensinya meningkat pada usia yg lebih tua yang terkait dengan
osteoporosis. Perbandingan wanita dan pria adalah mekanisme trauma pada orang dewasa tua biasa
dihubungkan dengan kerapuhan tulang (osteoporosis).
 Pada pasien dewasa muda, fraktur ini dapat terjadi karena high-energy trauma, contohnya
kecelakaan lalu lintas sepeda motor. Mekanisme yang jarang terjadi antara lain peningkatan abduksi
bahu, trauma langsung, kejang, proses patologis malignansi. Gejala klinis pada fraktur ini adalah
nyeri, bengkak, nyeri tekan, nyeri pada saat digerakkan, dan dapat teraba krepitasi.
Etiologi atau faktor resiko Fraktur Humerus

• Langsung, trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada


tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan.
• Tidak Langsung, Trauma tidak langsung terjadi apabila trauma lebih
jauh dari daerah fraktur.
Kebanyakan fraktur dapat
• Kekerasan akibat daerah otot, patah tulang akibat tarikan otot yang
saja terjadi karena sangat jarang terjadi.
kegagalan tulang humerus
menahan tekanan terutama
tekanan membengkok,
memutar, dan tarikan.
Trauma dapat bersifat :
Tekanan Pada Tulang Dapat Berupa

 Tekanan berputar yang menyebabkan fraktur bersifat oblik atau spiral


 Tekanan membengkok yang meny ebabkan fraktur transversal
 Tekanan sepanjang aksis tulang yang dapat meny ebabkan fraktur impaksi, dislokasi, atau fraktur
dislokasi
 Kompresi vertikal yang dapat menyebabkan fraktur kominutif atau memecah
 Trauma oleh karena remuk
 Trauma karena tarikan pada ligament atau tendon akan menarik sebagian tulang
Klasifikasi Fraktur Humerus

• Tipe Ekstensi, trauma terjadi ketika siku dalam posisi


Fraktur Suprakondilar hiperekstensi, lengan bawah dalam posisi supinasi.
Humerus • Tipe fleksi, trauma terjadi ketika posisi siku dalam keadaan
fleksi, sedang lengan bawah dalam keadaan pronasi.

• Pada fraktur ini berbentuk garis patah yang terjadi berupa


Fraktur interkondilar humerus huruf Y atau T.

• Biasanya terjadi pada penderita dewasa, terjadi karena


Fraktur Batang Humerus trauma langsung yang menyebabkan garis patah transversal
atau kominutif.
Berdasarkan arah pergeserannya, fraktur humerus terbagi
menjadi

 Fraktur sepertiga Proksimal Humerus : Fraktur yang mengenai proksimal metafisis sampai insersi m.
pectoralis mayor diklasifikasikan sebagai fraktur leher humerus. Fraktur di atas insersi pectoralis
mayor menyebabkan fragmen proksimal abduksi dan eksorotasi rotator cuff serta distal fragmen
bergeser ke arah medial.
 Faktur sepertiga tengah dan distal humerus : Jika fraktur terjadi di distal dari insersi deltoid pada
sepertiga tengah korpus humerus, pergeseran ke medial dari fragmen distal dan abduksi dari
fragmen proksimal akan terjadi.
Manifestasi Klinis
Secara umum tanda dan gejala fraktur yang terjadi biasanya seperti menurut M. Clevo & Margareth,
tahun 2012 :
1. Pada tulang traumatik dan cedera jaringan lunak biasanya disertai nyeri. Setelah terjadi patah
tulang terjadi spasme otot yang menambanh rasa nyeri. Fraktur patologis mungkin tidak disertai
nyeri.
2. Bengkak dan nyeri tekan: edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam
jaringan yang berdekatan dengan fraktur.
3. Deformitas: Daya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya
perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti : Rotasi pemendekan tulang dan penekanan
tulang.
4. Mungkin tampak jelas posisi tulang dan ekstermitas yang tidak alami
5. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan struktur
di daerah yang berdekatan
6. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdarahan)
Pathway Fraktur Humerus
Pemeriksaan Penunjang

 Laboratorium Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hemoglobin, hematokrit sering
rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat
luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P mengikat di dalam darah.
 Radiologi Pada rontgen dapat dilihat gambaran fraktur (tempat fraktur, garis fraktur (transversa,
spiral atau kominutif) dan pergeseran lainnya dapat terbaca jelas). Radiografi humerus AP dan
lateral harus dilakukan. Sendi bahu dan siku harus terlihat dalam foto. Radiografi humerus
kontralateral dapat membantu pada perencanaan preoperative. Kemungkinan fraktur patologis
harus diingat. CT-scan, bone-scan dan MRI jarang diindikasikan, kecuali pada kasus dengan
kemungkinan fraktur patologis. Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan
untuk mendeteksi struktur fraktur yang lebih kompleks.
Penatalaksanaan
 Konservatif, pada umumnya, pengobatan patah tulang shaft humerus dapat ditangani secara
tertutup karena toleransinya yang baik terhadap angulasi, pemendekan serta rotasi fragmen patah
tulang. Angulasi fragmen sampai 300 masih dapat ditoleransi, ditinjau dari segi fungsi dan kosmetik.
Hanya pada patah tulang terbuka dan non-union perlu reposisi terbuka diikuti dengan fiksasi
interna. Dibutuhkan reduksi yang sempurna disamping imobilisasi; beban pada lengan dengan cast
biasanya cukup untuk menarik fragmen ke garis tengah.
 Pergelangan tangan dan jari-jari harus dilatih gerak sejak awal. Latihan pendulum pada bahu
dimulai dalam 1 minggu perawatan, tapi abduksi aktif ditunda hingga fraktur mengalami union.
Fraktur spiral mengalami union sekitar 6 minggu, variasi lainnya sekitar 4-6 minggu. Sekali
mengalami union, hanya sling (gendongan) yang dibutuhkan hingga fraktur mengalami konsolidasi.
 Pengobatan non bedah kadang tidak memuaskan pasien karena pasien harus dirawat lama. Itulah
sebabnya pada patah tulang batang humerus dilakukan operasi dan pemasangan fiksasi interna yang
kokoh. Beberapa metode dan alat yang digunakan untuk terapi konservatif :
a) Hanging cast : Indikasi penggunaan meliputi pergeseran shaft tengah fraktur humerus dengan
pemendekan, terutama fraktur spiral dan oblik.
b) Coaptation splint Diberikan untuk efek reduksi pada fraktur tapi coaptation splint memiliki stabilitas
yang lebih besar dan mengalami gangguan lebih kecil daripada hanging arm cast.
c) Thoracobranchial immobilization (velpeu dressing) Biasanya digunakan pada pasien lebih tua dan
anak-anak yang tidak dapat ditoleransi dengan metode terapi lain dan lebih nyaman jadi pilihan.
Tindakan Operatif
ada beberapa indikasi untuk dilakukan tindakan pembedahan, diantaranya:
1. Cedera multiple berat
2. Fraktur terbuka
3. Fraktur segmental
4. Fraktur ekstensi intra-artikuler yang bergeser
5. Fraktur patologis
6. Siku melayang (floating elbow) – pada fraktur lengan bawah (antebrachi) dan humerus
tidak stabil bersamaan
7. Palsi saraf radialis (radial nerve palsy) setelah manipulasi
8. Non-union
Daftar Pustaka
Adi Mahartha Gde Rastu, Dkk. 2013. Manajemen Fraktur Pada Trauma Muskuloskeletal. Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana.http://download.portalgaruda.org/article.php?article=14484&val=9
70diakses senin 28-12-2-15 (12:20)
Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3. EGC. Jakarta
Mansjoer Arif, dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Price S.A, Wilson L.M. 2006. Patofifisiologi Konsepklinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC
Rendy, M Clevo dan Margareth TH. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Penyakit Dalam.
Yogyakarta : Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai