Anda di halaman 1dari 34

FISIOTERAPI MUSCULOSKELETAL I

FRAKTUR NECK HUMERUS

Disusun oleh:

NAMA : YUSNITA
NIM : PO714241161079
KELAS : IIIB D.IV FISIOTERAPI

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR


JURUSAN D. IV FISIOTERAPI
FORMAT MAKALAH FT. MUSKULOSKELETAL I
KELAS REGULER

BAB I
PATOLOGI KASUS

A. Definisi

Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang (Helmi, 2012). Neck atau


leher humerus yaitu bagian diantara kepala dan ujung atas tulang lengan atas
(Saputra dan Luvina, 2012). Fraktur neck humerus terjadi akibat jatuh dengan
tangan yang dapat memuntir humerus sehingga menyebabkan fraktur spiral.
Jatuh pada siku 4 saat lengan pada posisi abduksi dapat merusak tulang
menyebabkan fraktur oblik atau melintang (Helmi, 2012).

B. Etiologi
Fraktur merupakan hasil dari terjadinya gerakan mekanis yang
keras pada tulang. Kekuatan yang terjadi menyebabkan fraktur yang besarnya
bervariasi tergantung pada bagian dan karakteristik tulang. Menurut
Reksoprodjo (2010) fraktur humerus disebabkan oleh trauma di mana
terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang.
Tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan
dan gaya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat terjadi akibat: (1)
peristiwa trauma tunggal; (2) tekanan yang berulang-ulang; (3) kelemahan
abnormal pada tulang (fraktur patologik) (Apley, A. Graham, 1995).
Penyebab Fraktur akibat peristiwa trauma adalah:
1) Trauma langsung
Trauma langsung yaitu fraktur mendapat ruda paksa (misalnya
benturan, pukulan yang mengakibatkan patah tulang). Trauma langsung
menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada
daerah tekanan (Rasjad C, 2007). Pemukulan (pemukulan sementara)
biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit
diatasnya. Pengahancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur
kominutif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas (Apley, A.
Graham, 1995).
2) Trauma tidak langsung
Trauma tidak langsung misalnya penderita jatuh dengan lengan
dalam keadaan ekstensi dapat terjadi fraktur pada pergelangan tangan.
Disebut trauma tidak langsung apabila trauma dihantarkan ke daerah
yang lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan
ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada keadaan ini
biasanya jaringan lunak masih utuh (Rasjad C, 2007). Trauma dapat
berupa :
a) Pemuntiran, yang menyebabkan fraktur spiral
b) Penekukan, yang menyebabkan fraktur melintang
c) Penekukan dan penekanan, yang menyebabkan fraktur yang
sebagian melintang tetapi disertai fragmen kupu-kupu berbentuk
segitiga terpisah
d) Kombinasi dari pemuntiran, penekukan dan penekanan, yang
menyebabkan fraktur oblik pendek
e) Penarikan, dimana tendon atau ligamen benar-benar menarik
tulang sampai terpisah (Apley, A. Graham, 1995).
3) Fraktur kelelahan atau tekanan
Retak dapat terjadi pada tulang, seperi halnya pada logam benda lain,
akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering ditemukan pada
tibia atau fibula atau metatarsak, terutama pada atlet, penari dan calon
tentara yang jalan berbaris dalam jarak jauh (Apley, A. Graham, 1995).
4) Fraktur patologik
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu
lemah (misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya
pada penyakit paget) (Apley, A. Graham, 1995). Trauma ringan pun dapat
menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu sendiri rapuh/ada
underlying desease dan disebut dengan fraktur patologis.

C. Patofisiologi

Ketika mengalami cedera fragmen, tulang tidak hanya ditambal dengan


jaringan parut, tetapi juga akan mengalami regenerasi secara bertahap. Ada
beberapa tahapan dalam penyembuhan tulang yaitu, inflamasi, ploriferasi sel,
pembetukan kalus (osifikasi), dan remodeling (Helmi, 2012). Tulang bersifat
rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan
tekanan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang
dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan
rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur,
periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan
jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena
kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang.
Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang
mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang
ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel
darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan
tulang nantinya (Wim de Jong & Sjamsuhidajat R, 2004)

Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur penyembuhan tulang:


1. Faktor intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan
untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas,
kelelahan (fatigue fracture), dan kepadatan atau kekerasan tulang.
2. Faktor ektrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung
terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.

D. Gambaran Klinis
1. Nyeri terus menerus dan bertambah berat. Nyeri berkurang jika
fragmen tulang diimobilisasi (Rasjad C, 2007).
2. Deformitas dapat disebabkan oleh pergeseran fragmen pada
eksremitas. Deformitas dapat di ketahui dengan membandingkan
dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan
baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang
tempat melengketnya otot (Rasjad C, 2007).
3. Oedema terjadi secara terlokalisir, terjadi segera setelah cidera dan
dapat meluas sepanjang waktu. Hal ini mungkin diperlukan aplikasi
cast atau splint yang sementara, kemudian memasang kembali plaster
saat bengkak mulai menurun.
4. Spasme otot merupakan usaha tubuh untuk menghentikan sendi dari
gerakan. Spasme seringkali mempengaruhi group otot, seperti otot
quuadriceps, dan dapat menyebabkan pergeseran kedua ujung tulang.
Traksi mungkin dibutuhkan untuk memberikan counteract.
5. Gerakan abnormal/krepitasi dapat terjadi akibat adanya ketidakrataan
kedua ujung tulang yang patah. Jangan ada usaha untuk memunculkan
krepitasi, karena kemungkinan dapat menyebabkan kerusakan yang
lebih besar.
6. Hilangnya fungsi, pada pemeriksaan harus diperhatikan keutuhan
fatan nervus radialis dan arteri brachialis, apakah pasien dapat
melakukan ferakan dorsofleksi pergelangan tangan atau ekstensi jari-
jari.Fraktur yang berat dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang
komplit, jika frakturnya ringan seperti fraktur simple atau fraktur
oblique maka beberapa aktivitas fungsional mungkin tidak hilang.
7. Keterbatasan gerak sendi, mobilitas sendi dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain : formasi adhesion, muscle tight, nyeri,
spasme, rasa takut bergerak, obstruksi mekanikal atau pembengkakan.
Gerakan juga terbatas karena kelemahan otot. Jika fraktur melibatkan
permukaan sendi maka dapat menyebabkan keterbatasan gerak dan
degenerasi cartilago yang lebih jauh.
8. Atropi otot terjadi saat masa immobilisasi, dimana otot tidak pernah
digunakan (disuse atropi)  menurunnya kekuatan otot.
BAB II
PEMERIKSAAN/PENGUKURAN FISIOTERAPI
PADA MASA REHABILITASI

A. Pemeriksaan Subyektif
1. Identitas Pasien
Nama : Suharti
Umur : 31 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
2. Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien mengalami kecelakaan lalu lintas, pasien merasakan nyeri
disepanjang lengan, . nyerinya bersifat dalam, perih, dan sangat
terlokalisir, nyerinya bertambah saat melakukan gerakan pada shoulder
kemudian pasien dibawa ke RS dan dilakukan foto rongten lalu pasien
opname selama 12 hari. Kemudian dilakukan operasi pemasangan plat and
screw pada bahu kirinya. Setelah keluar dari Rumah sakit pasien menjalani
terapi di poli fisioterapi.. Sebelumnya pasien belum pernah mengalami
cedera atau mengalamai penyakit tertentu atau cedera.
B. Pemeriksaan Obyektif

1. Inspeksi
 Inspeksi statis : kondisi umum pasien baik, terpasang perban yang
menutupi bekas jahitan pada humerus sinistra bagian proksimal, oedem
tidak terlalu nampak, pasien menggunakan arm sling.
 Inspeksi dinamis : pasien nampak menahan nyeri saat digerakkan
lengan kirinya, dan ketika duduk bahu nampak asimetris.
2. Palpasi
Pada pemeriksaan palpasi didapatkan hasil yaitu: Dari perbandingan antara
sehat dan yang sakit terdapat tonjolan tulang yang berbeda, atau kelainan
kontur tulang, otot di tangan yang sakit, terdapat nyeri tekan pada deltoid,
suhu lokal sama dengan suhu tubuh yang sehat, adanya kontraktur pada
otot M. Teres minor dan M. Pectoralis, terdapat spasme pada deltoid.
3. Move Test
Nama gerakan Aktif Pasif
Fleksi shoulder Terbatas Terbatas
Ekstensi shoulder Terbatas Terbatas
Abduksi shoulder Terbatas Terbatas
Adduksi shoulder Terbatas Terbatas
Abdukksi horizontal Terbatas Terbatas
Adduksi horizontal Terbatas Terbatas
Eksternal rotasi shoulder Terbatas Terbatas
Internal rotasi shoulder Terbatas Terbatas
Setelah dilakukan pemeriksaan diperoleh gerak aktif pada semua
gerakan shoulder terbatas dan terdapat nyeri, sedangkan gerak pasif pada
semua gerakan shoulder terbatas, terdapat nyeri dan end feel springy.
4. Tes Spesifik/Pengukuran Fisioterapi
a. Pemeriksaan nyeri
Hasil pemeriksaan nyeri dengan VAS
Nyeri Derajat nyeri
Diam 1,4 cm
Tekan 3,3 cm
Gerak 6,5 cm

b. Pemeriksaan kekuatan otot


Dari pemeriksaan nilai kekuatan otot didapatkan hasil sebagai berikut :
Hasil pemeriksaan kekuatan otot pada bahu
Grup Otot Kanan Kiri
Fleksor 5 3-
Ekstensor 5 3-
Abduktor 5 3-
Adduktor 5 3-
Ekternal rotasi 5 3-
Internal rotasi 5 3-

c. Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi (LGS)


Hasil pemeriksaan lingkup gerak sendi pada bahu
Sendi LGS Aktif LGS Pasif
S 30o– 0o – 60o S 35o – 0o – 65o
SHOULDER F 50o – 0o – 10o F 60o – 0o – 0o
R 30o – 0o – 20o R 30o – 0o – 20o

d. Pemeriksaan aktivitas fungsional


Hasil pemeriksaan aktifitas fungsional dengan SPADI indeks.
No Jenis Aktivitas Nilai
1. Mencuci rambut (keramas) 8
2. Menggosok punggung saat mandi 8
3. Memakai dan melepas kaos (T-shirt) 8
4. Memakai kemeja berkancing 7
5. Memakai celana 7
6. Mengambil benda yang ada diatas 8
7. Mengangkat benda berat (lebih dari 10 pouds) 6
8. Mengambil benda di saku belakang celana 7
JUMLAH 59

Setelah diketahui jumlah dari delapan penilaian maka dibagi


dengan pertanyaan yang mampu dijawab pasien yaitu delapan
pertanyaan. Hasil yang diperoleh dari pembagian adalah 7,375 poin.
C. Diagnosa Fisioterpi
Gangguan aktivitas fungsional pada bahu pasca operasi fraktur
neck humerus dengan pemasangan plate and screw. Didapat adanya nyeri
gerak pada sendi bahu pada akhir gerakan, adanya keterbatasan LGS bahu
adanya penurunan kekuatan otot sekitar sendi bahu terutama dalam
aktivitas self care.
D. Problematika Fisioterapi
 Impairment meliputi terdapat nyeri pada bahu kiri, keterbatasan lingkup
gerak sendi pada shoulder kiri, penurunan kekuatan otot penggerak
shoulder kiri, terdapat kontraktur pada otot M. Teres minor dan M.
Pectoralis mayor, terdapat oedem pada deltoid.
 Functional limitation meliputi pasien mengalami kesulitan saat memakai
dan melepas baju, mencuci rambut, memakai kemeja berkancing,
menggosok punggung saat mandi, memakai celana, mengambil benda
yang diatas lemari, mengangkat benda lebih dari 1 kg / 2 pounds.
 Disability meliputi adanya ketidak mampuan dalam melaksanakan
aktivitas yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan sosial
seperti gotong royong dan arisan.
BAB III
INTERVENSI FISIOTERAPI

A. Fase Maksimum Proteksi


1. Tujuan
Kontrol nyeri/inflamasi, menurunkan bengkak, meminimalkan efek
immobilisasi, mencegah komplikasi vaskular, mempertahankan kondisi
pada area yang sehat.
2. Prosedur Intervensi
a. Kioterapi
Berikan es untuk membantu mengurangi nyeri, mengontrol oedema dan
pembengkakan.
b. Immobilisasi
Istirahatkan otot area neck humerus pasien dengan memasang plate and
screw.
c. Distraksi oscillasi grade 1
 Pasien : Pasien tidur terlentang dengan posisi comfortable, :
posisi shoulder pasien abduksi 30o
 Fisioterapis : Berdiri di samping badan sisi pasien yang dilatih.
 Peletakan tangan FT : kedua tangan kanan berada tepat di axila
atau bagian proksimal humerus Tangan yang akan melakukan
mobilisasi hendaknya ditempatkan sedekat mungkin dengan
permukaan sendi dan lengan bawah pasien berada di antara
lengan dan trunk fisioterapis(dijepit)
 Teknik Pelaksanaan : abduksikan shoulder pasien 30° kemudian
eksternal rotasika, kedua tangan fisioterapis melakukan distraksi
ke arah lateral-superior lalu diberikan oscillasi pada arah yang
sama. Lakukan secara berulang.
 Dosis : 2-3 kali pengulangan 4-5 kali perhari (gerakan pelan
sebatas nyeri)
Gambar

3. Evaluasi.
 Tidak ada lagi bengkak.
 Efek immobilitas berkurang.
 ROM sudah mengalami peningkatan dengan nyeri minimal sampai
sudah tudak ada nyeri.
 Tidak ada nyeri pada saat fleksi-ekstensi isometrik elbow
 Mampu melakukan sebagian besar aktivitas kehidupan sehari-hari
area gerakan lengan atas hingga lengan bawah tanpa nyeri.

B. Fase Moderate Proteksi


1. Tujuan
Melanjutkan kontrol dan nyeri/ inflamasi/ bengkak,
memperbaiki/meningkatkan mobilitas secara progresif, memperbaiki
ambulasi, melanjutkan program untuk mempertahankan kondisi pada area
sehat
2. Prosedur Intervensi
a. Pasive exercise :
1) Mobilisasi Fleksi-Ekstensi Shoulder
 Pasien : Pasien tidur terlentang dengan posisi comfortable.
 Fisioterapis : Berdiri di samping badan sisi yang dilatih pasien.
 Peletakan tangan FT : Satu tangan diatas memegang
pergelangan tangan dan telapak tangan pasien, tangan yang
lainnya dibawah menstabilisasi area distal humerus pasien.
 Teknik Pelaksanaan : Angkat lengan pasian melalui lingkup
gerak yang ada, tahan kontraksi sampai hitungan ke 6, rileks,
lalu kembali. Lakukan secara bergantian.
 Dosis : 1-6 kali pengulangan 4-5 kali dalam seminggu
Gambar

2) Mobilisasi Abduksi-Adduksi Shoulder


 Pasien : Tidur terlentang dengan posisi comfortable
 Fisioterapis : Berdiri di samping kepala dan leher sisi pasien
yang dilatih
 Tangan FT : Satu tangan memegang pergelangan tangan dan
telapak tangan pasien, tangan yang lainnya menstabilisasi area
distal humerus pasien.
 Teknik Pelaksanaan : Gerakkan lengan pasien ke sisi luar, tahan
kontraksi sampai hitungan ke 6, rileks, lalu kembali. Lakukan
secara bergantian.
 Dosis : 1-6 kali pengulangan 4-5 kali dalam seminggu.
Gambar

3) Mobilisasi Abduksi-Adduksi Horizontal


 Pasien : Pasien tidur terlentang dengan posisi comfortable, bahu
berada pada pinggiran bed.
 Fisioterapi : Berdiri disamping badan sisi pasien yang dilatih.
 Tangan FT : Satu tangan diatas memegang posterior
pergelangan tangan yang lainnya menstabilisasi area distal
humerus anterior pasien.
 Teknik pelaksanaan : Gerakkan lengan pasien melalui lingkup
gerak yang ada, tahan kontraksi sampai hitungan ke 6, rileks,
lalu kembali ulangi gerakan dengan lengan Fleksi atau abduksi
90o, lakukan secara bergantian.
 Dosis : 1-6 kali pengulangan 4-5 kali dalam seminggu.
Gambar

4) Mobilisasi Eksorotasi Shoulder


 Pasien : Tidur terlentang dengan comfortable, sedikit abduksi
bahu dan fleksi. Simpan handuk yang dilipat di bawah distal
humerus untuk mempertahankan posisi bahu sedikit fleksi.
 Fisioterapis : Berdiri disamping kepala pasien sisi yang
dilatih.
 Tangan FT : Satu tangan menggenggam permukaan volar
lengan bawah pasien, tangan yang lainnya menstabilisasi
skapula dibantu oleh bed tempat pasien berbaring.
 Teknik Pelaksanaan : Posisikan bahu pasien menjadi
eksternal rotasi dengan menggerakkan lengan bawah pasien
mendekati bed. Untuk memanjangkan internal rotator penuh
 Dosis : 1-6 kali pengulangan 4-5 kali dalam seminggu.
Gambar

5) Mobilisasi Internal Rotasi Shoulder


 Pasien : Tidur terlentang dengan comfortable, abduksi bahu
dan fleksi siku hingga 900. Simpan handuk yang dilipat di
bawah distal humerus.
 Fisioterapis : Berdiri disamping atas kepala pasien sisi yang
dilatih.
 Tangan FT : Satu tangan menggenggam permukaan dorsal
lengan bawah bagian tengah, tangan yang lainnya
menstabilisasi aspek anterior bahu serta menopang siku
pasien dengan lengan bawah.
 Teknik Pelaksanaan : Gerakkan lengan pasien menjadi
internal rotasi untuk memanjangkan eksorotasi bahu.
 Dosis : 1-6 kali pengulangan 4-5 kali dalam seminggu.
b. Distraksi Oscillasi Grade 2
 Pasien : Posisi shoulder kanan pasien abduksi 50o
 Fisioterapis : Berdiri di samping badan sisi pasien yang
dilatih.
 Peletakan tangan FT : kedua tangan kanan berada tepat di
axila atau bagian proksimal humerus Tangan yang akan
melakukan mobilisasi hendaknya ditempatkan sedekat
mungkin dengan permukaan sendi dan lengan bawah pasien
berada di antara lengan dan trunk fisioterapis(dijepit).
 Teknik Pelaksanaan : abduksikan shoulder pasien 50°
kemudian eksternal rotasika, kedua tangan fisioterapis
melakukan distraksi ke arah lateral-superior lalu diberikan
oscillasi pada arah yang sama. Lakukan secara berulang.
 Dosis : 1-6 kali pengulangan 4-5 kali dalam seminggu.
Gambar

c. Distraksi Oscillasi Dengan Belt Grade 3


 Pasien : Posisi Posisi shoulder kanan pasien fleksi + fleksi
elbow 90o.
 Fisioterapis : Berdiri di samping kepala pasien.
 Peletakan tangan FT : Tangan kiri memfiksasi permukaan
dorsal caput humeri dan tangan kanan menstabilisasi elbow.
 Teknik Pelaksanaan : Fleksikan shoulder dan elbow 90°
pasien. Tarik belt dengan bokong dan perintahkan pasien
untuk melakukan eksorotasi dan endorotasi atau fleksi
shoulder dengan tujuan untuk meningkatkan ROM.
 Dosis : 1-6 kali pengulangan 4-5 kali dalam seminggu.
Gambar

 Distraksi Oscillasi Dengan Belt Grade 3


 Pasien : Posisi Posisi shoulder kanan pasien fleksi + fleksi
elbow 90o.
 Fisioterapis : Berdiri di samping kepala pasien.
 Peletakan tangan FT : Tangan kiri memfiksasi permukaan
dorsal caput humeri dan tangan kanan menstabilisasi elbow.
 Teknik Pelaksanaan : Pasien dalam keadaan rileks dengan
posisi abduksi shoulder lebih dari 900 dengan fleksi elbow
900, kemudian fisioterapis meletakkan tangan kanan pada
elbow pasien untuk menyangga elbow agar tetap fleksi 900.
Kemudian fisioterapis melakukan distraksi dengan menarik
belt menggunakan pantatnya dan pasien menggerakkan
lengan ke arah fleksi shoulder, endorotasi dan eksorotasi.
 Dosis : 1-6 kali pengulangan 4-5 kali dalam seminggu.
Gambar

d. Resisten exercise
1) Mobilissasi Fleksi Bahu
 Pasien : Tidur terlentang dengan posisi comfortable.
 Fisioterapis : Berdiri disamping badan pasien sisi yang
dilatih.
 Tangan FT : satu tangan menggenggam aspek posterior distal
humerus diatas siku, tangan yang lainnya menstabilisasi
batas aksilari skapula untuk meregangkan teres mayor.
 Teknik Pelaksanaan : Gerakkan lengan pasien ke arah fleksi
bahu penuh untuk memanjangkan ekstensor bahu
 Dosis : 1-6 kali pengulangan, 2-5 kali dalam seminggu
Gambar

2) Mobilisaisi Abd. Bahu


 Pasien : Tidur terlentang dengan comfortable, siku fleksi 900
 Fisioterapis : Berdiri disamping badan pasien sisi yang
dilatih
 Tangan FT : Satu tangan menstabilisasi batas aksilri skapula,
tangan yang lainnya menggerakkan lengan pasien
 Teknik Pelaksanaan : Gerakkan lengan pasien hingga
abduksi bahu penuh untuk memanjangkan adduktor bahu
 Dosis : 1-6 kali pengulangan, 2-5 kali dalam seminggu
Gambar

3) Mobilisasi Eksorotasi Bahu


 Pasien : Tidur terlentang dengan comfortable, sedikit abduksi
bahu dan fleksi. Simpan handuk yang dilipat di bawah distal
humerus untuk mempertahankan posisi bahu sedikit fleksi
 Fisioterapis : Berdiri disamping kepala pasien sisi yang
dilatih
 Tangan FT : Satu tangan menggenggam permukaan volar
lengan bawah pasien, tangan yang lainnya menstabilisasi
skapula dibantu oleh bed tempat pasien berbaring.
 Teknik Pelaksanaan : Posisikan bahu pasien menjadi
eksternal rotasi dengan menggerakkan lengan bawah pasien
mendekati bed. Untuk memanjangkan internal rotator penuh
 Dosis : 1-6 kali pengulangan, 2-5 kali dalam seminggu
Gambar
4) Mobilisasi Internal Roasi Bahu
 Pasien : Tidur terlentang dengan comfortable, abduksi bahu
dan fleksi siku hingga 900. Simpan handuk yang dilipat di
bawah distal humerus
 Fisioterapis : Berdiri disamping atas kepala pasien sisi yang
dilatih
 Tangan FT : Satu tangan menggenggam permukaan dorsal
lengan bawah bagian tengah, tangan yang lainnya
menstabilisasi aspek anterior bahu serta menopang siku
pasien dengan lengan bawah
 Teknik Pelaksanaan : Gerakkan lengan pasien menjadi
internal rotasi untuk memanjangkan eksorotasi bahu
 Dosis : 1-6 kali pengulangan, 2-5 kali dalam seminggu
Gambar

5) Mobilisasi Abd. Horizontal Bahu


 Pasien : Tidur terlentang dengan comfortable, abd bahu dan
sedikit fleksi. Bahu pasien berada di tepi bed.
 Fisioterapis : Berdiri disamping badan pasien sisi yang
dilatih.
 Tangan FT : Satu tangan menggenggam aspek anterior distal
humerus pasien, tangan yang lainnya menstabilisasi aspek
anterior bahu.
 Teknik Pelaksanaan : Gerakkan lengan pasien di bawah tepi
meja hingga abd. horizontal bahu penuh untuk meregangkan
adduktor horizontal.
 Dosis : 1-6 kali pengulangan, 2-5 kali dalam seminggu
Gambar
6) Mobilisasi Fleksi Elbow
 Pasien : Duduk dengan comfertable, fleksi shoulder.
 Fisioterapi : Berdiri disamping pasien sisi berlawanan dari
tangan yang dilatih.
 Tangan FT : Satu tangan genggam lengan bawah distal
pasien, tangan yang lainnya menstabilisasi scapula pasien.
 Teknik Pelaksanaan : Fleksikan siku pasien hingga tepat
melewati titik hambatan jaringan untuk memanjangkan
ekstensor siku.
 Dosis : 1-6 kali pengulangan, 2-6 kali dalam seminggu.
Gambar

7) Mobilisasi Ekstensi Elbow


 Pasien : Tidur terlentang dengan comfortable, pronasi lengan
bawah. Simpan handuk yang dilipat di bawah distal humeru.
 Fisioterapi : Berdiri disamping badan pasien sisi yang dilatih.
 Tangan FT : Satu tangan genggam lengan bawah distal
pasien, tangan yang lainnya, tangan yang lainnya
menstabilisasi skapula dan aspek anterior humeros proksimal
pasien.
 Teknik Pelaksanaan : Ekstensikan siku pasien tepat melewati
titik tahanan jaringan untuk memanjangkan fleksor siku.
 Dosis : 1-6 kali pengulangan, 2-5 kali dalam seminggu.
Gambar

3. Evaluasi
 ROM shoulder serta elbow penuh tanpa nyeri
 Kekuatan otot mencapai nilai 4 dari5
 Terdapat peningkatan pada fungsi dan kekuatan otot

C. Fase Minimum Proteksi

1. Tujuan
Menurunkan nyeri akibat adhesion, meningkatkan ekstensibilitas
struktur lainnya, meningkatkan ambulasi, meningkatkan performa otot
secara progresif dan stabilitas, memperbaiki proprioception dan koordinasi
secara progresif.
2. Prosedur Intervensi
a. Fleksi dan Adduksi Horizontal
 Pasien : Posisi pasien berdiri
 Fisioterapi : Berdiri disamping badan pasien sisi yang dilatih.
 Teknik Pelaksanaan : Ajarkan pasien untuk mengadduksikan bahu
yang kaku secara horizontal dengan meletakkan lengan menyilang dada
dan kemudian mengaplikasikan penekanan berlebih secara terus-menerus
pada lengan yang adduksi dengan menarik lengan kearah dada, hati-hati
agar jangan sampai merotasikan trunk.
 Dosis : 1-6 kali pengulangan, 3-4 kali dalam seminggu.

Gambar

b. PNF gerakan fleksi/adduksi /lateral rotasi (D1))


 Pasien : ekstensi/ abduksi/ medial rotasi shoulder dengan pronasi
lengan bawah, ekstensi + ulnar deviasi wrist, ekstensi jari-jari
tangan, ekstensi dan abduksi ibu jari.
 Fisioterapis : berdiri disamping pasien dengan menghadap kea rah
tangan pasien yang akan dilatih. Selama gerakan, terapis
mentransfer berat badan dan kaki kanan ke kaki kiri dengan rotasi
sehingga dapat melanjutkan pandangan pada tangan pasien
sepanjang gerakan.
 Tangan FT : palmar tangan kiri terapis memegang palmar tangan
kanan pasien dari sisi radial menggunakan lumbrical grip. Jari-jari
tangan kanan terapis memegang permukaan fleksor wrist dari sisi
ulnar.
 Teknik pelaksanaan : setelah mengaplikasikan stretch lakukan
perintah dengan kata “tarik-kuat”. Instruksikan pada pasien dengan
kata “pegang tangan saya dengan kuat dan tarik – kuat ke atas”.
Fleksi jari-jari tangan (khususnya jari manis dan kelingking).
Adduksi dan fleksi ibu jari, fleksi wrist kearah sisi radial, supinasi
lengan bawah, fleksi, adduksi, dan lateral rotasi shoulder, rotasi,
elevasi dan abduksi scapula. Pada normal timing, gerakan berawal
dari komponen rotasi, terjadi pertama kali pada sendi-sendi distal
kemudian diikuti dengan sendi-sendi lebih proksimal sampai
seluruh anggota gerak atas bergerak.
 Dosis : 1-6 kali pengulangan, 3-4 kali dalam seminggu.
Gambar

c. PNF gerakan ekstensi/abduksi/medial rotasi (D1)


 Pasien : fleksi/adduksi/lateral rotasi shoulder, supinasi lengan
bawah, fleksi + radial deviasi wrist, fleksi jari-jari tangan, fleksi +
adduksi ibu jari.
 Fisioterapis : berdiri disamping pasien menghadap ke kepala
pasien. Selama gerakan, terapis mentransfer berat badan dari kaki
kiri ke kaki kanan dengan rotasi sehingga dapat melanjutkan
pandangan pada tangan pasien sepanjang gerakan.
 Tangan FT : pegangan tangan kanan terapis dengan lumbrical grip
memegang dorsum tangan kanan pasien untuk memastikan
terjadinya stretch, setelah gerakan dimulai jari-jari tangan kiri
terapis berada dipermukaan ekstensor wrist mengitari tepi ulnar.
 Teknik pelaksanaan : perintahkan pasien “dorong-kuat’. Ekstensi
jari-jari tangan khususnya jari manis dan kelingking, ekstensi +
abduksi ibu jari, ekstensi wrist kearah sisi ulnar, pronasi lengan
bawah, ekstensi, abduksi dan medial rotasi shoulder, rotasi, depresi
dan adduksi scapula. Dalam normal timing, gerakan diawali
dengan komponen rotasi : gerakan terjadi pertama kali pada sendi-
sendi distal diikuti dengan sendi-sendi lebih proksimal sampai
seluruh anggota gerak atas bergerak.
 Dosis : 1-6 kali pengulangan, 3-4 kali dalam seminggu.

Gambar

d. Fleksi/abduksi/lateral rotasi (D2)


 Pasien : ekstensi/adduksi/medial rotasi shoulder dengan pronasi
lengan bawah, fleksi dan ulnar deviasi wrist, fleksi jari-jari tangan
serta fleksi-opposisi ibu jari.
 Fisioterapis : berdiri disamping pasieN
 Tangan FT : tangan kiri terapis memegang tangan kanan pasien
dimana kontak dengan dorsum tangan pasien.
 Teknik pelaksanaan : setelah mengaplikasikan stretch lakukan
perintah dengan kata “dorong-kuat”. Jika gerakan wrist dan jari-
jari tangan menjadi lambat maka tahanan ekstra dapat diberikan
untuk memfasilitasi gerakan. Ekstensi jari-jari tangan (khususnya
jari tengah dan telunjuk) dan ibu jari tangan, ekstensi wrist + radial
deviasi, supinasi lengan bawah, fleksi, abduksi dan lateral rotasi
shoulder , rotasi, elevasi dan adduksi scapula. Pada normal timing,
gerakan diawali dengan komponen rotasi pada sendi-sendi distal,
diikuti dengan yang lebih proksimal. Rotasi berlanjut sepanjang
pola gerakan.
 Dosis : 1-6 kali pengulangan, 3-4 kali dalam seminggu.
Gambar

e. Ekstensi/adduksi/medial rotasi (D2)


 Pasien : fleksi/abduksi/lateral rotasi dengan supinasi lengan bawah,
ekstensi wrist + radial deviasi, ekstensi jari-jari tangan dan ibu jari.
 Fisioterapis : berdiri disamping pasien menghadap kearah tangan
yang outstretch. Selama gerakan, terapis harus mentransfer berat
badan dari kaki depan ke kaki belakang.
 Tangan FT : Pegangan tangan kanan pada palmar tangan kanan
pasien dengan pegangan lumbrical. Jari-jari tangan kiri terapis
pada permukaan fleksor wrist dari sisi radial. Jika gerakan pada
wrist tidak cukup maka dapat diberikan tahanan tambahan pada
wrist untuk menstimulasi gerakan.
 Teknik pelaksanaan : setelah mengaplikasikan stretch lakukan
perintah dengan kata “tarik-kuat”. Instruksikan pada pasien dengan
kata “pegang tangan saya dengan kuat dan tarik – kuat ke atas”.
Fleksi jari-jari tangan (khususnya jari tengah dan jari telunjuk),
oposisi ibu jari, fleksi wrist + ulnar deviasi, pronasi lengan bawah,
ekstensi, adduksi, dan medial rotasi shoulder, depresi dan abduksi
scapula. Pada normal timing, gerakan berawal dari komponen
rotasi dimana mulai terjadi pada sendi –sendi distal diikuti dengan
sendi-sendi lebih proksimal. Rotasi tetap berlanjut sepanjang pola
gerakan.
 Dosis : 1-6 kali pengulangan, 3-4 kali dalam seminggu.
Gambar

f. Latihan Tongkat (Palang T)


1) Fleksi bahu dan kembali ke posisi awal
Tongkat digenggam dengan posisi kedua tangan selebar bahu.
Tongkat diangkat ke depan dan ke atas melalui lingkup gerak sendi yang
ada, dengan siku dipertahankan dalam posisi seekstensi mungkin.
Scapulohumeral harus bergerak dengan halus, tidak boleh ada elevasi
scapula atau trunk.

Gambar

2) Abduksi-Adduksi Horizontal Bahu


Tongkat diangkat dengan bahu fleksi 90o. Pertahankan siko
dalam posisi ekstensi, pasien mendorong dan menarik tongkat maju dan
mundur kea rah dada melalui lingkup gerak yang ada. Jangan sampai
terjadi rotasi trunk.

Gambar
3) Endorotasi-Eksorotasi Bahu

Lengan pasien di kedua sisi tubuh, dan siku fleksi 90o. Rotasi lengan
dicapai dengan menggerakkan tongkat dari satu sisi ke sisi lain trunk
sambil mempertahankan siku tetap di sisi tubuh. Rotasi harus terjadi pada
humerus.
Gambar

4) Wall Climbing
Lengan dapat digerakkan kea rah fleksi atau abduksi, pasien melangkah
mendekati dinding diikuti dengan elevasi lengan tanpa mengangkat.
Gambar

g. PNF (Fleksi D2) dengan Tahanan Elastis


Pola fasilitasi neuromuscular proprioseptif (proprioceptive neuromuscular
facilitation, PNF) melibatkan penggunaan seluruh ekstremitas atas atau pada
daerah tertentu saja, seperti seluruh ekstremitas atas atau pada daerah tertentu
saja, seperti scapula. Aplikasikan tahanan secara manual untuk menkankan
otot tertentu pada pola tersebut dengan menyesuaikan penempatan tangan
dan tahanan. Begitu control meningkat, ajarkan pasien latihan dalam pola
diagonal menggunakan beban atau tahanan elastis.
Gambar

h. Peregangan Mekanis : Bicep Brachii


Pasien tidur terlentang dengan manset beban dipasang mengelilingi lengan
bawah distal serta siku dalam posisi ekstensi dan pronasi lengan bawah.
Minta pasien menstabilisasi humerus proksimal dengan tangan yang
berlawanan, kemudian letakkan lengan pada sisi bed. Biarkan siku dan bahu
ekstensi sejauh mungkin dan teruskan posisi peregangan untuk periode waktu
yang lama.
Gambar

i. Peregangan Mandiri : Caput Tricep Longus


Pasien duduk atau berdiri, minta pasien memfiksasikan siku dan bahu sejauh
mungkin. Tangan yang satu lagi dapat menekan lengan bawah untuk
memfleksikan siku, atau menekan bahu agar semakin fleksi. Tahan posisi
peregangan selama mungkin sesuai toleransi.
Gambar
j. Penguatan Otot dan Daya Tahan Dinamis
1) Fleksi Siku
Berdiri atau duduk sambil memegang beban lengan bawah supinasi.
Minta pasien mengekstensikan bahu saat siku fleksi.
Gambar

2) Ekstensi Siku
Pasien duduk di kursi, dengan bahu fleksi 90o, tangan memegang beban.
Minta pasien mulai dengan siku fleksi dan beban pada bahu ipsilateral
maupun kontralateral; lalu ekstensi dan fleksikan siku untuk
menguatkan ekstensor siku secara konsentrik dan eksentrik.
Gambar

k. Pull-Up Bilateral melawan Tahanan Elastis

Gambar
l. Chin-Up modifikasi rantai-tertutup

Gambar

m. Eksternal Rotasi Bahu (Infraspinatus, Teres Minor)


 Posisi pasien dan prosedur : Tengkurap di atats meja, lengan atas
diletakkan di atas meja dengan bahu 90o jika mungkin, siku fleksi
dengan bawah di ujung meja. Angkat beban sejauh mungkin dengan
merotasikan bahu, tetapi tidak mengekstensikan siku.

Gambar

 Posisi pasien dan prosedur : Duduk dengan siku fleksi 90o dan
ditopang di atas meja sehingga bahu berada dalam posisi istirahat
(pada bidang scapula). Pasien mengangkat beban dari meja dengan
merotasikan bahu.

Gambar
n. Internal Rotasi Bahu (Subskapularis)
 Posisi pasien dan prosedur : Berbaring miring pada sisi yang
terganggu dengan lengan ke arah depan dalam posisi fleksi sebagian.
Minta pasien mengangkat beban ke arah atas mejauhi meja ke
internal rotasi.

Gambar

o. Retraksi Skapular (Romboid dan Trapezius Medial)


Posisi pasien dan prosedur : Tengkurap dengan lengan di pinggir
meja dalam posisi bergantung dan menggenggam beban. Instruksikan
pasien untuk menyatukan kedua scapula. Tingkatkan latihan ini
kegerakan mendayung tengkurap dan horizontal abduksi melawan
gravitasi.

Gambar

p. Menarik mesin pemotong rumput


Posisi pasien dan prosedur : Berdiri dengan pinggul fleksi
sebagian dan berpegangan pada meja atau kursi unuk keseimbangan
dengan tangan pada ekstremitas atas yang sehat. Minta pasien
merentangkan tangan diagonal melintasi garis tengah dan menggenggam
selang elastis yang difiksasi di bawah kaki pada sisi yang sehat atau
diikatkan ke kaki tempat tidur atau sofa. Kemudian, minta pasien
menarik secara diagonal dank e arah atas seolah sedang menyalakan
mesin pemotong rumput. Pola gerakan kombinasi tersebut dapat juga
ditirukan dengan beban bebas.

Gambar

q. Mendorong troli belanjaan


Posisi pasien dan prosedur: Berdiri dengan bidang tumpu yang
stabil. Mulai dengan mendorong troli yang berisi beban ringan di atas
permukaan yang rata. Tekankan biomekanik yang benar. Pada awalnya,
gunakan kedua lengan untuk mendorong, kemudian, tingkatkan dengan
mendorong menggunakan satu tangan atau dengan mendorong beban
yang lebih berat di atas permukaan yang tidak rata. Ragamkan aktivitas
dengan menyesuaikan jarak genggaman, posisi lengan, atau dengan
gerakan menarik dan mendorong yang bergantian.

Gambar

3. Evaluasi
 Tidak ada lagi nyeri yang timbul.
 Peningkatan ektensibilitas struktur.
 Ambulasi sudah mulai membaik.
 Peningkatan performa otot secara progresif stabilitas.
 Kembalinya proprioception dan koordinasi secara progresif.

Anda mungkin juga menyukai